Anda di halaman 1dari 8

NAMA : JANNE W MEOKBUN

NIM : 20180611014048

SP K3 DAN PERBURUHAN

1. Apakah tujuan adanya kebijakan K3?


Jawaban:
Menjamin dipenuhinya standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
keberlanjutan dalam perencanaan, perancangan dan konstruksi. Melindungi
keselamatan dan Kesehatan para pekerja dan orang lainnya di tempat kerja
konstruksi (formal&informal). Menjamin setiap material dan alat konstruksi
digunakan dengan selamat, sehat, efisien, dan efektif. Menjamin proses
konstruksi berjalan lancar. Menjamin produk konstruksi dapat digunakan,
dirawat, dan dibongkar dengan selamat dan efisien.

2. Apa saja yang termasuk dalam perencanaan K3


Jawaban:
Pekerjaan bidang konstruksi adalah merupakan hal yang kompleksitas dan
begitu banyak melibatkan unsur ataupun pihak lain, terutama tenaga kerja,
alat dan bahan material dengan kapsitas besar atau dalam jumlah yang besar
baik secara pribadi ataupun secara kolektif bersama-sama dapat menjadi
sumber terjadinya kecelakaan. Kurangnya terampilnya tenaga kerja akan
memepengaruhi kelancaran pekerjaan dan sangat merugikan semua pihak
seperti misalnya pemilik, kontraktor, konsultan maupun tenaga kerja beserta
keluarganya.
Perkembangan bidang konstruksi di seluruh Dunia, berkembang begitu
pesat dan inovatif, salah satu diantaranya adalah Indonesia. Pemerintah dan
rakyat Indonesia mengedepankan pembangunan disegala bidang sehingga
hampir sebagian besar anggaran belanja Negara terserap dalam laju
perkembangan pembangunan infrastruktur. Dalampelaksanaan
pembangunan sektor fisik tentunya melibatkan banyak pengguna jasa
konstruksi.
Dalam pelaksanaan pekerjaan yang sering muncul dan terjadi adalah
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan sewaktu kerja. Masalah ini adalah
salah satu yang harus diutamakan oleh perusahaan jasa konstruksi, tentunya
akan menambah biaya pengeluaran anggaran bagi pihak perusahaan. Hal ini
tidak semua perusahaan penyandang jasa konstruksi memperhatikannya dan
ada yang belum bersedia mengakolasikan dana untuk kepentingan
menanggulangi kecelakaan dan kesehatan kerja. Proyek konstruksi adalah
merupakan rangkaian jenis kegiatan yang melibatkan manajemen
perusahaan, tenaga kerja, peralatan teknik dan bahan konstruksi.
Dalam pengadaan bahan-bahan konstruksi skala besar ataupun skala kecil,
dapat menimbulkan sumber terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan.
Kegiatan pekerjaan konstruksi pada umumnya adalah dilakukan, dikerjakan
pada ruang/lapangan terbuka (open space). Pada genangan air/lumpur dan di
bawah permukaan tanah asli maupun timbunan, dan dalam kondisi cuaca
yang silih berganti. Tidak bisa dihindari masalah ini dapat menimbulkan
penyakit dan gangguan kesehatan, akibat negatifnya akan kehilangan
sumber daya tenaga kerja. Hal ini tentunya akan mempengaruhi operasional
dalam pelaksanaan tugas, yang berarti merugikan pada semua yang
berkepentingan misalnya, penyandang dana/pemilik proyek, konsultan,
penyedia jasa/kontraktor dan tentunya tenaga kerja. Meminimkan dan
menghindari kecelakaan terhadap tenaga kerja maka perlu diperhatikan,
diutamakan membuat Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Suatu keharusan bagi bangsa Indonesia untuk secara aktif kontinyu
melakukan perlindungan terhadap para tenaga kerja. Perlindungan bagi para
tenaga kerja meliputi hal pokok yang luas, yaitu perlindungan keselamatan,
kesehatan, penjagaan moral kerja, moral agama serta perlakuan yang
bermatabat sesuai budaya bangsa.
Perlindungan tersebut diatas dengan maksud, agar senantiasa para tenaga
kerja dengan nyaman melaksanakan pekerjaan sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan produktifitasnya. Penerapan perencanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bagian utama perlindungan
tenaga kerja sehingga proses kegiatan pembangunan berjalan dengan baik
dan lancar, Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada semua pelaksanaan
kegiatan proyek yang sedang berjalan. Perencanaan Keselamatan dan Kese-
hatan Kerja pada proyek konstruksi merupakan salah satu syarat dalam
pelaksanaan pekerjaan suatu proyek dan sangat memberikan manfaat yang
begitu besar bagi kebersamaan pembangunan bangsa, kesejahteraan bagi
tenaga kerja dan masyarakat.
Pekerja yang tidak langsung turun ke lapangan pun memiliki risiko yang
besar. Misalnya pekerja yang harus mengoperasikan mesin. Jika salah dalam
pengoperasiannya, bisa-bisa terjadi kecelakaan kerja. Sehingga harus
berhati-hati dalam melaksanakan tugas.

3. Jelaskan mengapa keselamatan kerja sangat penting bagi pekerja konstruksi


Jawaban:
Sangat penting karena menjamin keselamatan kerja yaitu agar pekerja
terjamin keselamatan kerjanya sehingga mereka dapat bekerja dengan
maksimal tanpa dibayangi perasaan takut.mencegah adanya kecelakaan
kerja, pencegahan yang dimaksud meliputi penyediaan perlengkapan kerja
yang menunjang keselamatan para pekerja. Menanggulangi kecelakaan
dengan sigap, Pihak perusahaan konstruksi perlu menjalin kerja sama
dengan rumah sakit terdekat agar apabila terjadi kecelakaan kerja
penanganan dapat dilakukan dengan cepat.

4. Apa sajakah yang menjadi penyebab dari kecelakaan kerja!


Jawaban:
a. Manusia (cth: umur, perilaku manusia, Pelatihan keselamatan dan
Kesehatan kerja,pengunaan alat pelindung diri,prosedur atau SOP)
b. Lingkungan (cth: desain tempat kerja,lokasi kerja,kebisingan, suhu
udara, penerangan, lantai licin)
c. Peralatan (cth: kondisi mesin,rencangan alat, posisi mesin)

5. Mengapa diperlukan laporan pelatihan?


Jawaban:
Laporan pelatihan dibuat untuk melaporkan hasil pelaksanaan pelatihan K3
yang sudah terlaksana dan laporan ini digunakan untuk menyampaikan
kegiatan pelatihan K3 yang dilaksanakan kepada pihak manajemen
perusahaan/organisasi.
6. Jelaskan tujuan adanya manajemen resiko!
Jawaban;
a. Melindungi Perusahaan
Memberikan perlindungan bagi perusahaan dari tingkat risiko yang
sidnifikan yang dapat menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.
b. Membantu pembuatan kerangka kerja
Membantu dalam proses menciptakan kerangka kerja manajemen risiko
yang konsisten untuk risiko yang ada dalam proses bisnis dan fungsi
dalam perusahaan.
c. Mendorong manajemen proaktif
Dorong manajemen untuk bertindak proaktif dalam mengurangi potensi
risiko, dan menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan
kompetitif dan kinerja perusahaan.
d. Sebagai peringatan untuk berhari-hari
Dorong semua individu di perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Bersama.
e. Meningkatkan kinerja perusahaan
Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan memberikan
informasi tingkat risiko yang disebutkan dalam peta risiko.
f. Sosialisasi manajemen risiko
Membangun kemampuan individu dan manajemen untuk
mensosialisasikan pemahaman risiko dan pentingnya manajemen risiko.

7. Jelaskan lima tahapan yang dilakukan dalam melakukan Job Safety Analysis
(JSA)!
Jawaban:
1. Pemilihan pekerjaan yang akan di analisis
Secara ideal, JSA harus dilakukan pada semua kegiatan kerja, namun
terdapat kendala pelaksanaan terkait ketersediaan waktu dan sumber
daya. Selain itu JSA juga membutuhkan revisi pada setiap perubahan
yang terjadi baik terkait peralatan, bahan baku, proses atau lingkungan.
2. Pembagian kerja berdasarkan proses yang berurutan.
Penyelesaian setiap tugas operasional dalam urutan yang tepat akan
mengarah ke penyelesaian pekerjaan.hal ini penting dilakukan untuk
menjaga tugas dalam urutan yang benar.
3. Menentukan tindak perbaikan
Langkah keempat dalam JSA adalah menentukan cara untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya yang telah diindentifikasikasi.
Terdapat dua pendekatan untuk melakukan hal ini:
- Strategi pengendalian biaya
- Eliminasi: jika memungkinkan, hilangkan bahaya yang ada
- Subtitusi: ganti bahan, proses, maupun alat menjadi yang kurang
bahaya.
4. Mengkomunikasikan informasi pada yang lain.
Setelah Langkah-langkah pencegahan yang dipilih. Selanjutnya hasil
harus dikomunikasikan kepada semua karyawan yang sedang atau akan
melakukan pekerjaan itu. Format yang digunakan lembaran JSA bukan
format yang ideal untuk tujuan intruktional. Akan tetapi akan lebih baik
apabila hasil dari JSA digunakan untuk mengembangkan prosedur kerja
secara naratif.
5. Follow-up dan review Job Safety Analysis
Adalah penting untuk membangun tidak lanjut dan proses review untuk
pemantauan efektifitas Tindakan pencegahan dan pengendalian yang
diimplementasikan oleh JSA.

8. Sebutkan pertimbangan dalam menentukan Teknik idetifikasi bahaya!


Jawaban:
a. Sistematis dan terukur
b. Mendorong pemikiran kretif tentang kemungkinan bahaya yang belum
pernah dikenal sebelumnya.
c. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan.
d. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.

9. Apakah tujuan dilakukan identifikasi risiko?


Jawaban:
Untuk mengidentifikasi hal-hal, kejadian-kejadian atau situasi yang
mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi
termasuk penyebab dan sumber risiko, deskripsi kejadian risiko dan
dampaknya terhadap tujuan organisasi.

10. Kondisi seperti apakah yang dikategorikan tingkat resiko tinggi?


Jawaban:
Hal pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penilaian risiko adalah
pengenalan konsep penilaian risiko kepada seluruh pegawai Inspektorat
BPKP dalam bentuk sosialisasi dan pemaparan. Pengenalan konsep
bertujuan agar seluruh pegawai Inspektorat BPKP mengenal dan memahami
penilaian risiko (risk assessment), teknik yang digunakan, dan penanganan
yang dipilih.
Setelah pengenalan konsep penilaian risiko melalui sosialisasi dan
pemaparan, Tim selanjutnya melaksanakan penilaian risiko dan
melaksanakan identifikasi pilihan penanganan risiko yang dihadapi
organisasi Inspektorat pada tataran strategis dan tataran kegiatan. Dengan
memperhatikan tugas dan fungsi Inspektorat BPKP sebagaimana tertuang
dalam Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001
tanggal 20 Februari 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP pasal
214 huruf c, Tim tidak membagi struktur Inspektorat ke dalam kategori-
kategori, sebagai contoh, membedakan antara fungsi teknis pengawasan dan
fungsi tata usaha melainkan sebagai satu kesatuan yaitu fungsi Inspektorat.
Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan:
- visi, misi, serta tugas dan fungsi Inspektorat BPKP;
- faktor keberhasilan Inspektorat BPKP yaitu komitmen
Pimpinan, stakeholders , dan perangkat perundangan;
- faktor pendukung internal Inspektorat yaitu sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, dan ketentuan internal organisasi.

Risiko yang berhasil diidentifikasi akan dikelompokkan berdasarkan sumber


risiko ke dalam delapan kelompok risiko yaitu:
1. Konteks strategis,
adalah tataran identifikasi risiko Inspektorat BPKP berkaitan dengan
lingkungan strategis yang mempengaruhinya.
2. Konteks sumber daya manusia,
adalah tataran identifikasi risiko Inspektorat BPKP meliputi:
ketersediaan dan kompetensi pegawai Inspektorat BPKP serta hubungan
antar pegawai Inspektorat maupun di luar unit.
3. Konteks keuangan,
adalah tataran identifikasi risiko dalam penatausahaan keuangan di
lingkungan Inspektorat BPKP.
4. Konteks sarana dan prasarana,
adalah tataran identifikasi risiko dalam penatausahaan sarana dan
prasarana di lingkungan Inspektorat BPKP.
5. Konteks program dan pelaporan,
adalah tataran identifikasi risiko dalam pengendalian program aplikasi
utama seperti SIM-HP, Simonev RKT, SAI, SABMN, dan Sispedap di
lingkungan Inspektorat BPKP, dan ketertiban pelaporan.
6. Konteks sistem dan prosedur,
adalah tataran identifikasi risiko dalam ketersediaan dan pelaksanaan
sistem dan prosedur seperti prosedur penetapan angka kredit, prosedur
kenaikan pangkat, dan prosedur pengawasan
7. Konteks pengawasan,
adalah tataran identifikasi risiko dalam tugas dan kegiatan utama
pengawasan unit kerja di lingkungan BPKP.
8. Konteks non pengawasan,
adalah tataran identifikasi risiko dalam kegiatan penunjang kegiatan
utama di lingkungan Inspektorat BPKP.

11. Jelaskan tahapan formal inspeksi!


Jawaban:
"LANGKAH-LANGKAH MELAKSANAKAN INSPEKSI K3"
Inspeksi K3 dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Keberhasilan suatu pemeriksaan di tempat kerja bergantung pada sejauh mana
persiapan yang telah Anda lakukan terkait informasi yang diperlukan sebelum
melakukan inspeksi K3. Agar pelaksanaan inspeksi K3 berjalan lancar dan efektif,
ada beberapa hal yang harus Anda persiapkan, di antaranya:
- Jadwal inspeksi dan tim inspeksi
- Peta inspeksi berdasarkan denah area kerja
- Jalur-jalur inspeksi K3
- Potensi bahaya yang terkait dengan mesin, peralatan, material dan proses kerja
- Standar, peraturan atau prosedur kerja yang berlaku
- Laporan inspeksi sebelumnya
- Data kecelakaan kerja
- Laporan pemeliharaan
- Daftar atau hal-hal apa saja yang akan diinspeksi
- Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan selama inspeksi.
2. Tahap pelaksanaan
Bila persiapan Anda sudah matang dan terencana, saatnya Anda melaksanakan
inspeksi K3. Berikut langkah-langkahnya:
- Menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menginformasikan bahwa akan diadakan inspeksi K3
- Usahakan untuk mengikuti peta dan jalur inspeksi yang sudah direncanakan
- Mengamati rangkaian proses kerja untuk memastikan ada atau tidaknya
pelanggaran terhadap peraturan atau prosedur K3
- Mengamati tindakan perorangan atau perilaku pekerja apakah sudah memenuhi
persyaratan K3
- Mengumpulkan data atau memeriksa kembali data sesuai daftar inspeksi yang
telah dibuat. Daftar inspeksi bersifat permanen, tidak boleh ada hal yang
dipertimbangkan kembali selama pelaksanaan inspeksi berlangsung. Daftar
inspeksi harus ditinjau dan ditambahkan atau direvisi seperlunya, misalnya
perubahan prosedur kerja atau perubahan proses kerja menggunakan peralatan
tertentu.
- Melakukan perbaikan sementara dengan segera apabila saat pelaksanaan inspeksi
ditemukan tindakan atau kondisi berbahaya.
3. Pencatatan hasil pengamatan
Buat catatan ringkas tentang ketidaksesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan dan
kondisi terhadap standar, kemudian lakukan identifikasi bahaya. Pencatatan hasil
pengamatan diperlukan untuk meninjau semua informasi yang dikumpulkan dan
memudahkan tim inspeksi untuk membuat klasifikasi bahaya dalam laporan.
Terdapat dua kategori dalam membuat kelas bahaya, yakni:
- Menentukan perkiraan besarnya konsekuensi yang diakibatkan oleh bahaya
apabila terjadi kecelakaan.
- Perkiraan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat dipergunakan untuk
pengambilan keputusan atau perencanaan tindakan perbaikan dan/atau
pencegahan.
4. Tahap pelaporan
Setiap inspeksi K3 harus ditindak lanjuti dengan membuat laporan tertulis. Berikut
tiga tipe laporan inspeksi K3, antara lain:
- Laporan keadaan darurat. Mencakup kategori bahaya katastropik atau kritis,
laporan harus segera dibuat sebelum kecelakaan kerja terjadi atau sesaat
setelah inspeksi K3 dilaksanakan.
- berkala. Mencakup keadaan bahaya yang tidak masuk kategori darurat.
Laporan bisa dibuat dalam 24 jam setelah inspeksi.
- Laporan ringkas. Mencakup kesimpulan dari semua item laporan terdahulu.
Laporan inspeksi K3 harus berisi nama departemen dan area yang diinspeksi, nama
dan jabatan yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan dibuat dan nama untuk siapa
laporan dibuat. Adapun persyaratan dalam membuat laporan inspeksi agar mudah
dipahami dan ditindak lanjuti, meliputi:
- Mencatat dan memberi tanda pada item temuan yang belum ditindak lanjuti
- Setiap item harus diberi nomor urut
- Setiap item harus diberi kategori bahaya
- Menentukan siapa yang akan menindaklanjuti setiap item pada hasil inspeksi
- Laporan inspeksi ditujukan kepada departemen yang diinspeksi dengan
tembusan kepada atasan
- Menentukan tindakan perbaikan sebagai tindak lanjut
- Melakukan evaluasi terhadap hasil inspeksi K3 untuk menentukan tindak
lanjut yang dilakukan guna pengembangan berkelanjutan.
Hasil inspeksi K3 adalah indikator keberhasilan atau kegagalan mengenai kebijakan
dan prosedur yang telah diterapkan di perusahaan. Bahaya yang teridentifikasi pada
akhirnya harus dihilangkan atau diminimalkan, supervisor atau manajer yang
bertanggung jawab atas hal ini.

12. Jelaskan cara menggunakan APAR!


Jawaban:
Tarik kunci pengaman atau segel, pegang bagian ujung selang dan arahkan
ujung selang ke sumber api, tekan tuas, kibaskan/arahkan ujung selang pada
sumber api secara perlahan sampai api padam.

Anda mungkin juga menyukai