Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DI ATAS KAPAL
PT. BUNGA CHEISYA ABADI
Email: bcaplm@yahoo.com
ABSTRAK
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di antara pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan
kerja menjadi penting karena terkait erat dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan. Semakin banyak fasilitas keselamatan kerja, semakin sedikit kemungkinan kecelakaan kerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan program keselamatan dan kesehatan kerja di kapal
sebagai bagian dari manajemen. Program keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain; penyuluhan,
pelatihan, pemeriksaan kesehatan dan alat pelindung diri (APD). Metode penelitian yang digunakan
didasarkan pada meta-analisis artikel konseling dan pelatihan yang dilakukan untuk menambah pengetahuan
tentang K3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dicapai dengan penyuluhan dan pelatihan.
Peningkatan peng getahuan dan ketrampilan menjadi tujuan utama dalam program pelatihan dan penyuluhan.
Pada umunya pada industri perlayaran APD sudah tercukupi dikarena mereka berusaha memenuhi aturan
yang sangat ketat.
Kata kunci: Program; Keselamatan dan kesehatan kerja; Kapal

PENDAHULUAN
Dunia pelayaran selalu menghadapi resiko kehilangan nyawa, harta dan pencemaran lingku-
ngan. Diharapkan pada kondisi apapun kapal tetap survive (tetap dapat beroperasi). Salah satu
kondisi yang paling berbahaya untuk kapal adalah pada saat cuaca buruk, beberapa cara telah
diteliliti untuk menghadapi hal tersebut antara lain dengan analisa stabilitas statis (IMO, 2008) dan
dengan analisa kemungkinan capsizing kapal pada cuaca buruk (Andry & Yuliani, 2014).
Kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dengan produktivitas yang optimal tanpa membahayakan
diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Upaya Kesehatan kerja adalah upaya
penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (Hendrawan, 2018b).
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin
sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran yang ditetapkan oleh
International Maritime Organization / IMO yang masih bisa diamandemen. Berdasarkan data
kecelakaan yang dianalisis oleh IMO diketahui bahwa kecelakaan kapal yang disebabkan oleh
kesalahan manusia (human error) sebesar ± 80% dan dari seluruh kesalahan manusia tersebut
diketahui pula bahwa sekitar 80% diantaranya diakibatkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan tenaga kerja di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (Hendrawan,
Sampurno, & Cahyandi, 2019) belum terelam dengan baik begitu juga di industry pelayaran.
Keselamatan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan
yang menyangkut angkutan di pelayaran adalah perairan dan kepelabuhanan segala sesuatu yang
berkaitan dengan angkutan diperairan, kepelabuhanan serta keamanan dan alur pelayaran;
keselamatan perairan yang dari segi kedalaman lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap
aman dan selamat untuk dilayari (Siswoyo, 2014).
International Safety Management Code diartikan sebagai peraturan manajemen keselamatan
internasional untuk keamanan maupun oleh buruknya manajemen (poor management) perusahaan
pelayaran (ISM training, 2010). Sistem manajemen perusahaan pelayaran atau operator kapal
berpengaruh kuat terhadap keadaan kelaiklautan kapal (Suwestian, Ghalib, Utomo, & Bisnis,
2015).
Keselamatan dan kesehatan kerja di industri perkapalan sangat urgent karena faktor resiko
yang begitu besar. Diperlukan tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan program program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Progarm K3 yang dimaksud adalah toolbook meeting, safety
talk, program supervisi dan inspeksi dan program lainnya yang menunjang keselamatan dan
kesehatan kerja di atas kapal. Tujuan dalam penelitian ini adalah menjelaskan program keselamatan
dan kesehatan kerja di atas kapal sebagai sebuah bagian dari manajemen.
1. Penyuluhan
Penyuluhan adalah pemberian informasi yang dapat menimbulkan kejelasan pada orang-
orang yang bersangkutan. Adapun tujuan dan manfaat penyuluhan bagi tenaga kerja diantaranya:
a. Perubahan tingkat pengetahuan meliputi perubahan dari apa yang mereka ketahui
sehingga dari yang kurang menguntungkan menjadi sesuatu yang lebih baik dan lebih
menguntungkan.
b. Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan, meliputi perubahan dalam hal
kemampuan berpikir, seperti dari yang belum terpikirkan/tergambarkan daya dan cipta
keterampilan yang lebih efektif dan efisien, kini telah berubah menjadi cakap/mampu
memperhatikannya, menggambarkan dan melaksanakan cara-cara dan keterampilan yang
lebih berdaya guna dan berhasil.
c. Perubahan sikap meliputi perubahan dalam perilaku dan perasaan yang didukung oleh
adanya peningkatan kecakapan, kemampuan dan pemikiran.
2. Pelatihan
Tingkat keselamatan tergantung dari praktek dan sikap pengusaha dan tenaga kerja. Maka
dari itu, pelatihan sangat penting peranannya dalam peningkatan keselamatan kerja dan pencegahan
kecelakaan kerja. Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teoritis.
Pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas
dalam pekerja mereka sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang
pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak.
Manfaat dan tujuan pelatihan keselamatan di tempat kerja antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan keahlian kerja
b. Mengurangi keterlambatan kerja dan perpindahan tenaga kerja.
c. Mengurangi timbulnya kecelakaan kerja dan kerusakan dalam bekerja serta
pemeliharaan alat-alat kerja.
d. Meningkatkan produktivitas kerja
e. Meningkatkan kecakapan kerja
f. Meningkatkan rasa tanggung jawab
Pelatihan tentang keselamatan kerja memberikan pengetahuan dan bimbingan pada
tenaga kerja agar tenaga kerja paham akan pekerjaan yang dilakukannya dan bahaya-bahaya yang
timbul pada saat bekerja dan menyadari untuk menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja.
Untuk jenis pelatihan ialah menyangkut masalah-masalah personil Alat Pelindung Diri,
pengenalan APD maupun penggunaan yang benar serta batasan dalam bentuk In House Training.
3. Pemeriksaan Kesehatan
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
Alasan untuk melakukan pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:
1) Menilai kebugaran untuk melakukan pekerjaan yang sudah ditetapkan
2) Menilai kemampuan/fitness untuk mengerjakan apa saja.
3) Mengenal penyakit dalam keadaan dini.
4) Data dasar informasi kemampuan pekerja.
5) Kriteria mendapatkan dana pension dan asuransi
6) Atas permintaan manajemen.
7) Peninjauan kecacatan agar dapat ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk menghindari sedini mungkin apakah faktor-
faktor penyebab penyakit diatas sudah menimbulkan gangguan atau kelainan. Pemeriksaan
kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan dan meninggikan derajat kesehatan
dari tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan yang segera perlu dikendalikan dengan usaha-usaha
pencegahan. Frekuensi pemeriksaan kesehatan periodik/berkala tergantung dari besarnya,
bermula dari satu bulan sampai kepada satu tahun.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Karyawan yang menunjukan gejala-gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan
lingkungan kerja harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus.
Langkah seperti ini sangat membantu karyawan itu sendiri maupun manajemen. Pemeriksaan
kesehatan khusus dilakukan atas dasar dugaan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
kepada tenaga kerja ataugolongan-golongan karyawan tertentu. Dokter harus melakukan
pemeriksaan secara cermat sehingga kelainankelainan dapat ditemukan.
4. Alat Pelindung Diri
Di bawah ini yaitu perlengkapan basic perlengkapan pelindung diri yang perlu ada di satu
kapal untuk menanggung keselamatan beberapa pekerja:
a. Baju pelindung: baju pelindung yaitu coverall yang melindungi badan anggota awak
berbahan beresiko seperti minyak panas, air, percikan pengelasan dan lain-lain Hal
semacam ini di kenal sebagai, “dangri “or “boiler suit”.
b. Helmet: Bagian yang paling penting dari badan manusia yaitu kepala. Butuh
perlindungan paling baik yang disiapkan oleh helm plastik keras diatas kapal. Satu tali
dagu juga disiapkan dengan helm yang melindungi helm ditempat saat ada perjalanan
atau jatuh.
c. Safety Shoes: maksimum dari ruangan internal kapal dipakai oleh kargo dan mesin, yang
terbuat dari logam keras dan yang membuatnya canggung untuk awak untuk jalan di
sekitaran. sepatu safety meyakinkan kalau tak ada luka yang berlangsung di kaki
beberapa pekerja atau crew diatas Kapal
d. Sarung tangan (Hand safety): Beragam jenis sarung tangan yang disiapkan Di Kapal.
Sarung tangan ini dipakai dalam operasi di mana hal semacam ini jadi kewajiban
membuat perlindungan tangan beberapa orang. Sebagian sarung tangan yang didapatkan
sarung tangan tahan panas untuk bekerja pada permukaan yang panas, kapas sarung
tangan untuk operasi normal, sarung tangan las, sarung tangan bahan kimia dll
e. Goggles: Mata yaitu bagian paling peka dari badan manusia dan dalam operasi
keseharian pada peluang kapal begitu tinggi untuk mempunyai cedera mata. kaca
pelindung atau kacamata yang dipakai untuk perlindungan mata, sedang kacamata las
dipakai untuk operasi pengelasan yang melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
f. Plug: Di Ruangan Mesin kapal membuahkan nada 110-120 db ini adalah frekwensi nada
yang begitu tinggi untuk telinga manusia. Bahkan juga sebagian menit paparan bisa
mengakibatkan sakit kepala, iritasi dan masalah pendengaran terkadang beberapa atau
penuh. Satu penutup telinga atau steker telinga dipakai pada kapal yang menyeimbangi
nada yang bisa di dengar oleh manusia dengan aman,
g. Safety harness: operasi kapal teratur meliputi perbaikan dan pengecatan permukaan yang
tinggi yang membutuhkan anggota kru untuk mencapai beberapa daerah yg tidak
gampang dibuka. Untuk hindari jatuh dari daerah tinggi seperti itu, maka memakai safety
harness. Safety harness yaitu di gunakan oleh operator di satu ujung dan diikat pada titik
kuat di ujung yang lain.
h. Face mask: Bai yang Bekerja di permukaan insulasi, pengecetan atau membersih kan
karbon yang melibatkan partikel beresiko dan minor yang beresiko bagi badan manusia
jika dihirup segera. Untuk hindari hal semacam ini, masker muka diberikan hal semacam
ini di pakai sebagai perisai muka dari partikel beresiko.
i. Chemical suit: Pemakaian bahan kimia diatas kapal begitu kerap dan sebagian bahan
kimia yang begitu beresiko apabila berkontak segera dengan kulit manusia. Chemical
suit digunakan untuk hindari kondisi seperti itu.
j. Welding perisai: Welding yaitu aktivitas yang begitu umum diatas kapal untuk perbaikan
struktural. Juru las yang diperlengkapi dengan perisai las atau topeng yang melindungi
mata dari kontak segera dengan cahaya ultraviolet dari percikan las, hal Ini mesti
diperhatikan dan baiknya penggunaan welding shield begitu di haruskan untuk
keselamatan pekerja.
METODE
Penelitian adalah penelitian kepustakaan dengan mengambil beberapa studi penelitian
terdahulu yang dipetakan menjadi sebuah kajian baru. Sumber dari penelitian ini adalah jurnal dan
hasil penelitian terdahulu dan juga buku buku kajian tentang kesehatan dan keselamatan kerja yang
kajiannya perkapalan dan lainnya yang berhubungan dengan program K3. Analisa yang data yang
dipergunakan adalah analisa isi (conten analysis). Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk
membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (repicable) dan sahih data dengan memperhatikan
konteksnya. Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus
untuk pemerosesan dalam data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan
baru, dan menyajikan fakta. Data dari penelitian ini adalah 10 jurnal yang berhubungan dengan
program kesehatan dan keselamatan kerja. Kemudian di analisa isinya dekelompokan menjadi
penulis, judul dan kesimpulan (Suprayogo, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Isi Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Meta Analisis Jurnal Artikel
No Penulis Judul Kesimpulan

1 Fis Purwangka IDENTIFIKASI Pengendalian risiko dengan


POTENSI BAHAYA minimalisasi human error, dilakukan
Sugeng Hari Wisudo DAN TEKNOLOGI dengan membuat rencana kegiatan
Budhi H. Iskandar KESELAMATAN penangkapan ikan/pelayaran,
KERJA PADA OPERASI pemilihan ABK disesuai dengan
John Haluan PERIKANAN PAYANG kemampuan keterampilan yang
DI PELABUHAN RATU, dibutuhkan, merancang prosedur kerja
(Purwangka, Wisudo, JAWA BARAT yang aman, penggunaan peralatan
Iskandar, & Haluan, yang sesuai kebutuhan,
2013) menggunakanalat perlindungan diri
dan mengkondisikan lingkungan kerja
yang sehat, serta selalu melakukan
koordinasi antar ABK.

2 Yuli Purwanto ASPEK Kualitas stabilitas kapal pole and line


KESELAMATAN pada 4 (empat) kondisi distribusi
Budhi H. Iskandar DITINJAU DARI muatan berada pada kondisi stabilitas
Mohammad Imron STABILITAS KAPAL yang baik. Hal ini diwakili oleh nilai
Budy Wiryawan DAN REGULASI PADA seluruh parameter yang berada di atas
(Purwanto, Iskandar, KAPAL POLE AND nilai standar IMO. Terdapat 7 (tujuh)
Imron, & Wiryawan, LINE DI BITUNG, kebijakan internasional dan 5 (lima)
2014) SULAWESI UTARA kebijakan nasional. Kebijakan
internasional secara jelas telah
mengatur keselamatan kapal dan awak
kapal penangkap ikan, namun imple-
mentasi pada tingkat nasional masih
kurang dan belum selaras.
3 Bambang Siswoyo PERSEPSI Penempatan alat-alat keselamatan
MASYARAKAT kapal, dari 8 koresponden, 29%
(Siswoyo, 2016) TERHADAP memilih sangat baik, 58% memilih
PERALATAN baik, dan 9% memilih cukup baik. Hal
KESELAMATAN ini menunjukkan persepsi masyarakat
KAPAL LAUT DAN mengenai penempatan alat-alat
PENYEBERANGAN DI keselamatan kapal sudah baik dan
PROVINSI MALUKU merupakan hal yang positif.

4 D. Lasse PELATIHAN Hasil penelitian analisis hubungan


Fatimah KESELAMATAN BAGI antara pelatihan keselamatan di atas
ANAK BUAH KAPAL kapal MV. Hilir Mas dengan kinerja
(Lasse & Darunanto,
operasional anak buah kapal pada PT
2016)
Tempuran Emas berdasarkan analisis
regresi linier sederhana diperoleh nilai
Y = 27,139 + 0,383X bahwa pengaruh
pelatihan keselamatan di atas kapal
MV. Hilir Mas terhadap kinerja.

5 Sulfadly KETERSEDIAAN Kondisi kelengkapan alat keselamatan


PERALATAN KLM di Pelabuhan Paotere untuk
Alham Djabbar Andi KESELAMATAN kategori administrasi alat keselamatan
Haris Muhammad TRANSPORTASI berada pada kategori tidak baik (0%)
(Sulfadly, Alham KAPAL LAYAR untuk semua alat keselamatan.
Djabbar, 2016) MOTOR DI Kategori teknis alat keselamatan
PELABUHAN berada pada kategori kurang baik life
PAOTERE jacket dan sekoci (31,04% dan
27,34%) dan alat lifebouy berada pada
kategori cukup baik (41,63%). Untuk
kuantitas alat keselamatan fire house
box, lampu sekoci, para chut signal,
hand flare, smoke signal dan baju
tahan api masih dalam kategori “Tidak
Baik”. Botol pemadam, life jacket, life
bouy, sekoci dan alat komunikasi
dikategorikan “Baik”.

6 Andi Hendrawan ANALISA INDIKATOR Indikator keselamatan kapal dan


KESELAMATAN pelayaran adalah dua sisi yang tidak
(Hendrawan, 2019a) PELAYARAN PADA dipisahkan, kapal harus mempunyai
KAPAL NIAGA Andi peralatan keselamatan antara lain
sekoci, life jaket, alat pemadam
kebakaran, dokumen dan sertifikat,
kondisi laik layar kapal. Kesehatan
para awak kapal, semua harus benar
benar disiapkan dan dipastikan
keberadaan.

7 Andi Hendrawan ANALISA Berdasarkan penelitian terlihat bahwa


KESELAMATAN DAN tingkat pengetahuan tentang
(Hendrawan, 2018) KESEHATAN KERJA keselamatan dan kesehatan kerja
PADA NELAYAN diperoleh sebagai besar
berpengatahuan kurang yaitu 23 orang
atau 76,7% dan yang pengetahuan
cukup 6 orang atau 20 % sedang yang
baik hanya 1 orang yaitu 3,3 %.

8 Andi Hendrawan Hari HUBUNGAN Berdasarkan hasil penelitian maka


Sucahyawati PENDIDIKAN DAN dapat disimpulkan bahwa OCB
ORGANIZATIONAL Conscientiousness dan pendidikan
Kristian Cahyandi CITIZENSHIP berhubungan signifikan positif dengan
Indriyani BEHAVIOR (OCB) indikator keselamatan Nelayan dengan
TERHADAP nilai P masing masing 0.00 dan 0.010.
Lusiani INDIKATOR Peningkatan keselamatan nelayan
KESELAMATAN dapat diupayakan dengan
(Hendrawan, NELAYAN meningkatkan pendidikan dan
Sucahyawati, & pengetahuan melalui training dan
Cahyandi, 2018) pelatihan. Pendidikan.

9 Dedeh Suryani, Aprilia PERAN SYAHBANDAR Peran Syahbandar dalam keselamatan


Yudi Pratiwi, Sunarji, DALAM pelayaran sangat penting karena tugas
KESELAMATAN fungsi dan wewenangnya sangat
Andi Hendrawan PELAYARAN strategis. Pentingnya tugas Syahbandar
(Suryani, Pratiwi, disuatu pelabuhan untuk menunjang
Sunarji, & Hendrawan, tertibnya administrasi pelayaran dan
2018) keselamatan pelayaran, maka tugas
tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia yang mempunyai
disiplin dan kecakapan dibidang laut
Peralatan.

10 Aulia Windyandari TANTANGAN SISTEM Perkembangan sistem komunikasi


KOMUNIKASI LAUT untuk kapal di Indonesia perlu
(Windyandari, 2011) DI INDONESIA dlakukan peningkatan mengingat se-
SEBAGAI FAKTOR makin meningkatnya angka kecelakaan
PENDUKUNG kapal di laut maupun di pelabuhan.
KESELAMATAN Adanya automatisasi sistem
PELAYARAN komunikasi harus ditetapkan dengan
peraturan IMO maupun SOLAS yang
berlaku internasional.
Program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain; penyuluhan, pelatihan, pemeriksaan
kesehatan dan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan metaanalisis bahwa penyuluhan dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang K3. Penelitian Hendrawan, (2018) pengetahuan para
awak kapal atau tenaga kerja perkapalan dapat ditingkatkan dengan penyuluhan dan pelatihan
sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang memadai tentang K3. Hal ini juga tidak terlepas
dari peran pemerintah dalam meningkatkan keselamatan pelayaran (Suryani et al., 2018), peran
Syahbandar dalam keselamatan pelayaran sangat penting karena tugas fungsi dan wewenangnya
sangat strategis. Pentingnya tugas Syahbandar di suatu pelabuhan untuk menunjang tertibnya
administrasi pelayaran dan keselamatan pelayaran, Keselamatan pelayaran menjadi hal utama dan
tidak bisa ditawar demi kenyaman pelayaran baik untuk awak maupun penumpang (Hendrawan,
2019, 2020)
Hasil penelitian Lasse & Darunanto,(2016) analisis hubungan antara pelatihan keselamatan
di atas kapal MV. Hilir Mas dengan kinerja operasional anak buah kapal pada PT Tempuran Emas.
Hasil menunjukan bahwa pelatihan K3 dapat meningkatkan Tenaga kerja. Menurut Hendrawan et
al. (2018) Bahwa pendidikan dan OCB dapat meningkat keselamatan dan kesehatan kerja pada
awak kapal hal ini menunjukan bahwa ada korelasi yang positif antara pendidikan dan indikator
keselamatan pelayaran. Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Hendrawan, Indriyani,
Sucahyowati, & Cahyandi, 2020; Hendrawan, Laras, Sucahyowati, & Cahyandi, 2020) adalah
prilaku lebih diluar tanggungjawabnya, prilaku inilah yang menjadi sebab sebuah organisasi atau
kelompok bisa berjalan dengan baik, sifat baik dan tolong menolong, sifat disiplin , mau
mngerjakan pekerjaan orang lain. Menurut (Hendrawan, Sucahyowati, & Chayandi, 2019)
pelatihan OCB dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi sehingga dalam pelatihan OCB akan
meningkatkan rasa kebersamaan.
Sebagian besar artikel dalam tabel 1 membicarakan tentang peralatan keselamatan dan
keselamatan kerja dan atau pelayaran, Purwanto, Iskandar, Imron, & Wiryawan, (2014)
membicarakan tentang keselamatan kapal ditinjau dari kesetabilan kapal. Hasil menujukan kualitas
stabilitas kapal pole and line pada 4 (empat) kondisi distribusi muatan berada pada kondisi
stabilitas yang baik. Penelitian Sulfadly, Alham Djabbar (2016) , Hendrawan (2019), Siswoyo (
2016), Windyandari (2011), Purwangka et al. (2013) membicarakan masalah pentingnya
kelengkapan alat alat keselamatan dan Alat Pelindung Diri (APD) bagi awak kapal. Pada umumnya
pada kapal telah memenuhi syarat ditinjau dari segi pemenuhan alat keselamatan dan APD.
Penelitian (Hendrawan, 2018) pada nelayan bahwa status gizi diperoleh sebagai besar pernah
mengalami berpenyakit gatal yaitu 18 orang atau 60 % dan yang pernah berpenyakit katarak 10
orang atau 33,6 % sedang yang pernah mengalami hipertensi/diabetes 2 orang yaitu 6,7 %.
Berdasarkan observasi dan aturan bahwa kesehatan sangat ketat pada awak kapal sejak masuk
taruna dan pendidikan hingga lulus kesehatan menjadi hal utama. Penelitian Hendrawan &
Yulianeu (2017) menujukan bahawa kesehatan tenaga kerja bagian utama karena tenaga kerja
merupakan aset perusahaan, lingkungan kerja yang nyaman akan meningkatkan taraf kesehatan.
Diperlukan mengecekan kesehatan berkala pada awak kapal supaya bisa terindentifikasi awal jika
ada penyakit.
KESIMPULAN
Program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain; penyuluhan, pelatihan, pemeriksaan
kesehatan dan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan metaanalisis artikel pada artikel-artikel
tentang program ksehetan dan keselamatan kerja, bahwa penyuluhan dan pelatihan dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang K3. Peningkatan pnegetahuan dan ketrampilan menjadi tujuan
utama dalam program pelatihan dan penyuluhan. Pada umumnya pelayaran alat keselamatan dan
alat perlindung diri untuk awak kapal sudah memadai karena sudah menjadi aturan yang baku.
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan sebelum melaksanakan pekerjaan, pada saat melakukan
pekerjaan secara berkala dan saat berhenti bekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Andry, M. A., & Yuliani, F. (2014). Implementasi Kebijakan Keselamatan Pelayaran. Jurnal
Administrasi Pembangunan, 2(3), 259–264.

Hendrawan, A. (2018a). ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA


NELAYAN. Jurnal Saintara, 3(1).

Hendrawan, A. (2018b). KELELAHAN DAN KESEHATAN KERJA NELAYAN A. Jurnal


Saintara, 2(2), 1–7.

Hendrawan, A. (2019a). ANALISA INDIKATOR KESELAMATAN PELAYARAN PADA


KAPAL NIAGA Andi. Jurnal Saintara, 3(2).

Hendrawan, A. (2019b). ANALISA PENGEBAB KEAUSAN POROS BALING BALING


KAPAL. Jurnal Saintara, 4(1), 1–8.

Hendrawan, A. (2020). ANALISA TINGKAT KEBISINGAN KAMAR MESIN PADA KAPAL.


WIJAYAKUSUMA Prosiding Seminar Nasional, 10–15.

Hendrawan, A., Indriyani, Sucahyowati, H., & Cahyandi, K. (2020). AVOID LEADERSHIP
PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP
BEHAVIOR (OCB). 7thNCAB 2020 NATIONAL CONFERENCE APPLIED BUSINESS, 14
MARET 2020, 7(1).

Hendrawan, A., Laras, T., Sucahyowati, H., & Cahyandi, K. (2020). PENINGKATAN
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR ( OCB ). The 11th University Research Colloqium 2020
Universitas Aisyiah Yogyakarta, 11(1), 1–12.

Hendrawan, A., Sampurno, B., & Cahyandi, K. (2019). GAMBARAN TINGKAT


PENGETAHUAN TENAGA KERJA PT “X” TENTANG UNDANG-UNDANG DAN
PERATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA. Jurnal Delima Harapan,
6(2), 69–81.

Hendrawan, A., Sucahyawati, H., & Cahyandi, K. (2018). HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) TERHADAP INDIKATOR
KESELAMATAN NELAYAN. Prosiding Seminar Nasional Universitas Pekalongan “Job
Outlook Mencari Atribut Ideal Lulusan Perguruan Tinggi,” 30–40.

Hendrawan, A., Sucahyowati, H., & Chayandi, K. (2019). PERILAKU ORGANIZATIONAL


CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN. Seminar
Nasional Edusainstek FMIPA UNIMUS 2019, (2006), 52–61.

Hendrawan, A., & Yulianeu, A. (2017). THE IMPACT OF PHYSICAL ENVIRONMENT OF


WORK STRESS IN ABK ( CREW ) FISHING BOAT IN CILACAP. Icsteim
.iNTERNATIONAL cONFERENCE ON sOCIAL , eCONOMIC AND MANAGEMENT, 1–21.

Lasse, D., & Darunanto, D. (2016). PELATIHAN KESELAMATAN BAGI ANAK BUAH
KAPAL. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, 2(2), 257–266.
Purwangka, F., Wisudo, S. H., Iskandar, B. H., & Haluan, J. (2013). IDENTIFIKASI POTENSI
BAHAYA DAN TEKNOLOGI KESELAMATAN KERJA PADA OPERASI PERIKANAN
PAYANG DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT. JURNAL KELAUTAN NASIONAL,
8(2). https://doi.org/10.15578/jkn.v8i2.6224

Purwanto, Iy., Iskandar, B. H., Imron, M., & Wiryawan, B. (2014). ASPEK KESELAMATAN
DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND
LINE DI BITUNG , SULAWESI UTARA. Marine Fisheries, 5(2).
https://doi.org/10.29244/jmf.5.2.181-191

Siswoyo, B. (2014). Pengembangan Fasilitas Penunjang Keselamatan Pelayaran di Pelabuhan Biak


Development of Supporting Facilities Safety Cruise in Biak Port. Teknik Elektro, 30(1), 51–
61.

Siswoyo, B. (2016). PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERALATAN KESELAMATAN


KAPAL LAUT DAN PENYE- BERANGAN DI PROVINSI MALUKU. Warta Penelitian
Perhubungan, 28(2), 146–156.

Sulfadly, Alham Djabbar, A. H. M. T. (2016). KKETERSEDIAAN PERALATAN


KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL LAYAR MOTOR DI PELABUHAN
PAOTERE. Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Suprayogo. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suryani, D., Pratiwi, A. Y., Sunarji, & Hendrawan, A. (2018). PERAN SYAHBANDAR DALAM
KESELAMATAN PELAYARAN. Jurnal Saintara, 2(2).

Suwestian, M. F., Ghalib, S., Utomo, S., & Bisnis, J. (2015). Implementasi Kebijakan Sistem
Manajemen Keselamatan Pelayaran ( Studi Di PT . Maritim Barito Perkasa Banjarmasin ).
Jurnal Bisnis Dan Pembangunan, 3(1), 1–5.

Windyandari, A. (2011). TANTANGAN SISTEM KOMUNIKASI LAUT DI INDONESIA


SEBAGAI FAKTOR PENDUKUNG KESELAMATAN PELAYARAN. Teknik, 32(1), 57–
62.

Anda mungkin juga menyukai