BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, topik yang akan saya angkat dalam praktik
kerja lapangan yang akan dilakukan adalah bagaimana manajemen risiko K3 di
PT. Chevron Pasific Indonesia?
]
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami implementasi manajemen risiko K3 di
PT. Chevron Pasific Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mendapatkan gambaran mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja di PT. Chevron Pasific Indonesia.
b. Mahasiswa mengetahui tentang gambaran manajemen risiko di PT.
Chevron Pasific Indonesia.
c. Mahasiswa mengetahui tentang identifikasi risiko di PT. Chevron Pasific
Indonesia melalui analisa JSA.
d. Mahasiswa mengetahui tentang teknik pengendalian bahaya di PT.
Chevron Pasific Indonesia.
D. Manfaat
1. Bagi PT. Chevron Pasific Indonesia
a. Memperoleh tenaga tambahan dalam menjalankan tugas-tugas di
departemen HES PT. Chevron Pasific Indonesia.
b. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai K3 di PT.
Chevron Pasific Indonesia.
2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
a. Sebagai jembatan penghubung untuk meningkatkan kemitraan
dengan dunia kerja.
b. Menjalin kerja sama yang baik antara lembaga pendidikan tinggi
dengan instansi dalam upaya memberikan bekal mahasiswa untuk
mengetahui dunia kerja.
c. Mendapatkan masukan dan perkembangan bidang keilmuan yang
diterapkan dalam KP di PT. Chevron Pasific Indonesia.
4
3. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa memperoleh pemahaman tentang organisasi dan tata
laksana kerja di departemen HES di PT. Chevron Pasific Indonesia.
b. Mahasiswa memperoleh pemahaman mengenai manajemen risiko
K3 di PT. Chevron Pasific Indonesia.
c. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu mengenai manajemen
risiko K3 di PT. Chevron Pasific Indonesia.
d. Mahasiswa memperoleh pengalaman kerja nyata di PT. Chevron
Pasific Indonesia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecelakaan Kerja
1. Pengertian
Budiono (2005) menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap
manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu
penyebab langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes)
a. Sebab Langsung (Immediate Causes)
Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya
dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok:
1) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku,
tindak-tanduk perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan.
2) Kondisi-kondisi Tidak Aman (unsafe conditions) yaitu keadaan
yang akan menyebabkan kecelakaan.
b. Sebab Dasar (Basic Causes)
Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena
1) Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi
2) Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan
keterampilan/keahlian
3) Stress
4) Motivasi yang tidak cukup atau salah.
Faktor lingkungan, antara lain karena:
1) Tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan
2) Tidak cukup rekayasa (engineering)
3) Tidak cukup pembelian atau pengadaan barang
4) Tidak cukup perawatan (maintenance)
5) Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-
barang/bahan-bahan
6
B. Manajemen Risiko
Manajemen risiko K3 menurut Ramli (2010) adalah suatu upaya
mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan
secara komprehensif, terencana, dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang
baik, sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan
cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan
manajemen risiko yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan
berkelanjutan.
Sebagai bagian dari proses manajemen, penerapan manajemen risiko
dalam SMK3 bertujuan untuk membantu pihak manajemen untuk mencegah
terjadinya kerugian pada perusahaan melalui pengelolaan risiko yang akurat.
Dalam manajemen risiko, penilaian risiko sangat berpengaruh dalam
menentukan akibat atau pemaparan potensi bahaya, sebab melalui penilaian
risiko, maka kecelakaan akibat kerja dapat dicegah ataupun dihilangkan
(Budiono, 2005).
Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan
manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management Standard
AS/NZS 4360, yang meliputi menentukan konteks, mengidentifikasi risiko,
menganalisis risiko, mengevaluasi risiko, dan mengendalikan risiko. Salah satu
alat untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan mengendalikan potensi bahaya
adalah Job Safety Analysis.
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Kegiatan Harian
Tabel 3.1 Kegiatan Harian
Minggu ke-
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4
1. Pemeriksaan berkas dan induction dari HR
2. Penyerahan mahasiswa dari HR ke mentor di
HES Office PT. CPI
3. Perkenalan dengan staf-staf di HES office PT.
CPI
4. Orientasi OEMS dan persiapan presentasi
5. Membantu pelaksanaan post test MSW Process.
B. Lokasi Kegiatan
Lokasi praktik kerja lapangan yang akan dilakukan adalah di PT. Chevron
Pasific Indonesia, yaitu di Minas.
13
C. Waktu Kegiatan
Kegiatan kerja praktik akan dilaksanakan selama 1 bulan yaitu batch pertama
dari tanggal 5 Februari 2018 – 2 Maret 2018.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahun 2005, Caltex, sebagai anak perusahaan Chevron dan Texaco
Inc. diakuisisi oleh Chevron bersama dengan Texaco dan Unocal. Maka,
resmi nama PT Caltex Pacific Indonesia berubah menjadi PT Chevron
Pacific Indonesia.
4. Operational Excellence
Operational Excellence atau Kehandalan Operasi didefinisikan sebagai
manajemen yang sistematis dari proses keselamatan, keselamatan dan
kesehatan personal, lingkungan, realibilitas, dan efisiensi untuk mencapai
performa yang tinggi. Hal tersebut didasarkan pada 5 kunci objektif, antara
lain:
a. Mencapai tempat kerja yang bebas kecelakaan dan cedera.
b. Mempromosikan tenaga kerja yang sehat dan mitigasi risiko kesehatan
yang signifikan di tempat kerja
c. Mengidentifikasi dan mitigasi risiko lingkungan dan proses keselamatan
d. Mengoperasikan dengan integritas dan realibilitas
e. Menggunakan sumber daya alam dan aset secara efisien.
Budaya selamat didasarkan pada 10 Tenets of Operation (Prinsip
Operasi), yaitu kode etik yang digunakan oleh karyawan dan kontraktor dan
diperkuat oleh supervisor dan manajer. Prinsip tersebut didasarkan pada 2
kunci yaitu:
a. Do it safely or not at all
b. There is always time to do it right
Kata kunci dalam 10 Tenets of Operation tersebut adalah “selalu”,
antara lain:
a. Selalu beroperasi dalam batasan desain dan lingkungan.
b. Selalu beroperasi pada kondisi yang ama dan terkontrol.
c. Selalu memastikan safeguards (pengaman) berada di tempat dan
berfungsi.
d. Selalu mengikuti praktik kerja dan prosedur yang aman.
e. Selalu memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan.
f. Selalu mempertahankan integritas sistem yang berdedikasi.
g. Selalu memenuhi dengan seluruh peraturan dan regulasi.
h. Selalu menangani kondisi tidak normal.
i. Selalu mengikuti prosedur tertulis dari situasi berisiko tinggi dan tidak
biasa.
18
Manager
5) Behavior-Based Safety
6) Fitness for Duty
7) Occupational Hygiene
c. Environmental Stewardship
1) Environmental, Social, and Health Impact Assesment
2) Property Transfer
3) Third-Party Waste Stewardship
a. Planning
Dalam tahap perencanaan, hal yang dilakukan antara lain
mengidentifikasi lingkup kerja, mengembangkan rencana kerja,
menentukan pekerjaan dengan risiko tinggi, dan melakukan analisis
bahaya dengan PPHA.
b. Permitting
Dalam tahap perizinan, hal yang dilakukan antara lain menentukan
pekerjaan yang membutuhkan permit, menyiapkan permit melakukan
onsite JSA dengan seluruh anggota tim, menyetujui dan mengeluarkan
izin kerja/permit.
c. Implementing
Dalam tahap pelaksanaan, hal yang dilakukan antara lain mengadakan
briefing sebelum kerja, melakukan kontrol, mengaplikasikan Think
Incident Free (TIF), memulai dan mengawasi kerja, menentukan apakah
pekerjaan tetap berjalan atau harus dihentikan.
d. Closeout
Membersihkan area kerja, dan membuka isolasi peralatan, memperbarui
SOP, pelatihan, dan JSA jika diperlukan.
MSW terdiri dari 3 prosedur (Leadership, Hazard Analysis Procedure,
Permit Work Procedure) dan 12 standar sebagai berikut.
a. Isolation of Hazardous Energy
IHE adalah kegiatan mengisolasi bahaya energi di sekitar tempat
kerja sebelum melakukan pekerjaan inti. Misalnya mengisolasi mesin,
alat, vessel, pipa, dan sistem sumber bahaya lainnya dengan cara dikunci
dan diberi tanda. Lock Out Tag Out (LOTO) merupakan salah satu
prosedur dalam IHE yang memastikan bahwa mesin dan sumber energi
yang berbahaya dimatikan secara benar sebelum pekerjaan dimulai. Lock
Out memastikan bahwa peralatan tidak bisa dioperasikan. Sedangkan Tag
Out mengindikasikan bahwa suatu peralatan tidak boleh dioperasikan.
b. Bypassing Critical Protection
BCP merupakan proses menghalangi, mengisolasi, dan
menonaktifkan perangkat/sistem sementara untuk tujuan pengujian,
22
kerja aman dan bebas dari bahan-bahan yang mudah meledak dan bahan-
bahan yang beracun.
3. Hazard Analysis
Hazard Analysis atau Analisis bahaya adalah prosedur untuk
mengidentifikasi dan menilai bahaya di tempat kerja dengan
mempertimbangkan potensi bahaya yang terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan dan tugas khusus, termasuk identifikasi bahaya, identifikasi
safeguards, dan komunikasi. Alat yang digunakan untuk analisis bahaya
antara lain Hazard Identification Tool, PPHA form, dan JSA form.
untuk mengantisipisai
jika terjadi insiden
Langkah 2: Motion - Posisi berdiri yang benar Suryo Suryo
Catat level chemical yang ada di Posisi tubuh yang tidak - Analisa kondisi tempat Berbeda orang
kencho dan lakukan pengecekan seimbang, membungkuk. berdiri
dengan menekan handle kencho Pergerakan tubuh pekerja - Gunakan hanyaorang
untuk memastikan bahwa chemical yang dapat menyebabkan yang berkualifikasi dan
terinjeksikan atau tidak terjadinya kesalahan saat memeliki wewenang
menekan handle kencho untuk mengecek spot
Gravity injeksi
Terjatuh/tersandung di tempat - Melakukan pengecekan
berpijak sesuai dengan SOP dan
Chemical pergerakan tubuh yang
Bahan kimia yang mudah benar saat melakukan
terbakar, korosif, dan beracun pengecekan
yang dapat menyebabkan - Menggunakan PPE
pekerja terpapar seperti safety glasses,
safety shoes, hand
gloves.
Langkah 3: Chemical - Memakai PPE yang Suryo Suryo √
Lakukan Minor Repair bila Terpajan zat kimia (ex: sesuai (hand gloves, Berbeda orang Perlu dilakukan SWA
diketahui adanya kebocoran terkena kulit) safety glass)
chemical atau chemical not Bahan kimia yang mudah - Posisi berdiri yang benar
pumping dengan membuka injector terbakar, korosif, dan beracun - Analisa kondisi tempat
head, bersihkan top dan bottom yang dapat menyebabkan berdiri
bushing dan mengganti oring bila pekerja terpapar - Gunakan hanyaorang
diperlukan Gravity yang berkualifikasi dan
Terjatuh/tersandung di tempat memeliki wewenang
berpijak untuk mengecek spot
Motion injeksi
Posisi tubuh yang tidak - Melakukan pengecekan
seimbang, membungkuk, sesuai dengan SOP dan
menjangkau, mengangkat pergerakan tubuh yang
Pergerakan tubuh pekerja benar saat melakukan
32
DAFTAR PUSTAKA
TDI DWC. 2008. Job Safety Analysis. Texas: The Texas Department of
Insurance.