Anda di halaman 1dari 9

PENTINGNYA PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3)

Untuk memenuhi salah satu Ujian Akhir Semester mata kuliah Budaya Kerja dan K3

Oleh:

Nida Aulia Shabrina

170104180001

Administrasi Keuangan Publik

nida18011@mail.unpad.ac.id

Universitas Padjadjaran

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Bandung
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selalu ada resiko kegagalan (hazard of disappointments) pada setiap
proses/aktifitas pekerjaan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), baik
itu disebabkan perencanaan yang kurang sempurna, pelaksanaan yang kurang
cermat, maupun akibat yang tidak disengajanseperti keadaan cuaca, bencana
alam, dll. Salah satu risiko pekerjaan yang terjadi adalah adanya kecelakaan
kerja.Saat kecelakaan kerja (work mishap) terjadi, seberapapun kecilnya, akan
mengakibatkan efek kerugian (misfortune) baik kerugian pada perusahaan,
karyawan, maupun pihak ke-3. Maka dari itu, pihak perusahaan atau para pelaku
usaha wajib menyediakan biaya kesehatan dalam rencana pembiayaan
perusahaannya.
Menurut data yang dilansir dari keterangan Menteri Ketenagakerjaan Ida
Fauziyah mengatakan bahwa terjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja yang
terjadi pada tahun 2020, dan angka tersebut memiliki kemungkinan adanya
pekerja yang tidak terhitung dikarenakan belum semua tenaga kerja menjadi
peserta atau belum terdaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
(Kontan.co.id,2021)
Lambannya penerapan ketentuan kesehatan dan keselamatan di Indonesia
tampaknya belum cukup sesuai dengan kebijakan yang sudah diatur oleh
perundang-undangan(Kompas.com.), hal ini dibuktikan dimana Indonesia
memiliki angka hampir 37,25% perusahaan skala kecil yang tidak menyediakan
biaya keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja. Dapat disimpulkan
bahwa audit kesehatan dan keselamatan kerja bahwasannya sering hanya
bersifat formalitas belaka terkait biaya atau jaminan sosial yang seharusnya
wajib disediakan bagi setiap pelaku usaha dengan ketenaga kerjaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan topik yang sudah dijelaskan, penulis memusatkan penelitian
makalah ini atas bagaimana jika pelaku usaha tidak mendaftarkan para pekerja
kepada BPJS Ketenagakerjaan ataupun asuransi lainnya.
1.3 Maksud dan Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filosofi Keselamatan dan Keseharan Kerja (K3)

Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi


keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya,
melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan
memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya
kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar,
yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak
terhadap peningkatan produktivitas.

Filosofi penerapan K3 tidak hanya dilakukan ditempat kerja, tapi secara tidak
kita sadari sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dimanapun kita
berada. Bahaya memang tidak bisa kita hilangkan tetapi tetap bisa kita
kendalikan dan minimalisir dampaknya dengan upaya-upaya penerapan K3
sehingga kita bisa menjalani hidup ini dengan tetap selamat dan aman.

Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 terbagi


menjadi 8 filosofi yaitu:

1. Safety is an ethical responsibility. K3 adalah tanggung jawab


moral/etik. Masalah K3 hendaklah menjadi tanggung awab moral untuk
menjaga keselamatan sesama manusia. K3 bukan sekedar
pemenuhan perundangan atau kewajiban.
2. Safety is a culture, not a program. K3 bukan sekedar program yang
dijalankan perusahaan untuk sekedar memperoleh penghargaan dan
sertifikat. K3 hendaklah menjadi cerminan dari budaya dalam
organisasi.
3. Management is responsible. Manajemen perusahaan adalah yang
paling bertanggung jawab mengenai K3. Sebagian tanggung jawab
dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat yang lebih bawah.
4. Employee must be trained to work safety. Setiap tempat kerja,
lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik dan
persyaratan K3 yang berbeda. K3 harus ditanamkan dan dibangun
melalui pembinaan dan pelatihan.
5. Safety is a condition of employment. Tempat kerja yang baik adalah
tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan
serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Kondisi K3 dalam
perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam
perusahaan.
6. All injuries are preventable. Prinsip dasar dari K3 adalah semua
kecelakaan dapat dicegah karena kecelakaan ada sebabnya. Jika
sebab kecelakaan dapat dihilangkan maka kemungkinan kecelakaan
dapat dihindarkan.
7. Safety program must be site specific. Program K3 harus dibuat
berdasarkan kebutuhan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja
sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan
finansial, dll. Program K3 dirancang spesifik untuk masing-masing
organisasi atau perusahaan.
8. Safety is good business. Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai
pemborosan atau biaya tambahan. Melaksanakan K3 adalah sebagai
bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan. Kinerja K3 yang
baik akan memberikan manfaat terhadap bisnis perusahaan.
2.2 Konsep dasar K3
Konsep atau pandangan K3:
1. Konsep lama
a. Kecelakaan merupakan nasib sial dan merupakan risiko yang harus
diterima.
b. Tidak perlu berusaha mencegah
c. Masih banyak pengganti pekerja
d. Membutuhkan biaya yang cukup tinggi
e. Menjadi faktor penghambat produksi
2. Konsep masa kini
a. Memandang kecelakaan bukan sebuah nasib.
b. Kecelakaan pasti ada penyebabnya sehingga dapat dicegah
c. Penyebab: personal factors 80-85% dan environmental factors 15 %
sampai 20 %
d. Kecelakaan selalu menimbulkan kerugian
e. Peran pimpinan sangat penting & menentukan Secara filosofi,
keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai sebuah pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja dan
manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil, makmur dansejahtera. Sedangkan
ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan
sebagainya
f. Keselamatan (safety)
Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan
untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi
peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam keselamatan (safety).
1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of accident loss)
2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko
yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risks)
g. Kesehatan (health)
Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi
individu (the degree of physiological and psychological well being of the
individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya
yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya
dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh
pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja
yang sehat.
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja
Kementerian Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa penyebab utama yang menjadi fakrot timbulnya kecelakaan
kerja, di antaranya:
a. Human error, hal ini disebabkan karena minimnya para pekerja yang
mendapatkan maupun memiliki sertifikasi K3. Idealnya, tenaga ahli
maupun para pekerja tersertifikasi pada semua level dan mendapatkn
sertifikat K3 sekitar 500 sampai dengan 750 ribu orang.
b. Penggunaan material konstruksi maupun peralatan konstruksi yang belum
memadai akan standar mutu yang telah ditetapkan ataupun belum
tersertifikasi.
c. Metode pelaksanaan konstruksi pada lapangan belum memadai akan
aspek K3
d. Adanya efisiensi anggaran.
e. Serta metode yang digunabeyukan dalam menjalankan proyek.

2.4 Pengertian Jamninan Sosial Ketenagakerjaan


Menurut Undang-Undang nomor 3 tahun 1992 pasal 1, jaminan sosial adalah
suatu bentuk perlindungan sosial bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti Sebagian dan penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan
meninggal dunia
2.5 Pengertian Ketenagakerjaan

Pengertian ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2013


ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum, selama
ataupun sesudah masa kerja. Menurut Abdul Kharim, pengertian hukum
ketenagakerjaan memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Serangkaian pertaturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis


2. Mengatur tentang hubungan kerja antara pekerja dan pelaku uasa
3. Para pekerja mendapatkan upah sebagai balas jasa
4. Mengatur perlindungan pekerja, yaitu jaminan sosial, baik atas kesehatan
maupun keselamatan para pekerja. Meliputi: hamil, melahirkan, sakit,
ataupun meninggal.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Menurut pasal 3 ayat 1-2 Undang-Undang nomor 3 tahun 1992
menjelaskan bahwasannya perlindungan kepada tenaga kerja yang
dilaksanakan dengan mekanisme asuransi, dan setiap tenaga kerja brhak
atas jaminan sosial tenaga kerja. Disusul dengan pasal 4 Undang-Undang
nomor 3 tahun 1992 menjelaskan bahwa program jaminan sosial tenaga kerja
diwajibkan untuk dilakukan oleh setiap pelaku usaha pada tenaga kerja yang
melakukan hbungan pekerjaan sesuai dengan undang-undang dan peraturan
pemerintah. Tertulis dalam pasal 28H ayat 4 Undang-undang Dasar 1945,
“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara untuh sebagai manusia yang bermatabat”
Dimana dari peraturan tertulis, bahwasannya tenaga kerja memiliki hak
akan kesejahteraan hidupnya. Namun, karena kurangnya kesiapan maupun
ketertiban akan pelaku usaha atas memenuhi kewajiban yang sudah tertulis
maupun tidak tertulis di anggap belum mendekati sempurna. Cara yang
memungkinkan untuk membantu ialah, kesadaran akan pentingnya
keselamatan dalam bekerja ialah mematuhi segala perintah maupun
peraturan yang sudah ditetapkan, serta disiplin.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Tingkat kecelakaan kerja terhitung cukup tinggi, dan tidak sebanding
dengan tenaga kerja yang mendapatkan jaminan sosial ketenagakerjaan
dari perusahaan maupun pelaku usaha yang bekerja sama. Dengan
begitu, hal tersebut tentu dapat menjadikan tuntutan, dimana sesuai
dengan Undng-Undang, dimana dijelaskan bahwa wajibnya pelaku usaha
menyediakan jaminan sosial atas ketanagakerjaan yang dimilikinya.
4.2 Saran
Ada baiknya setiap perusahaan menyadari bahwa pentingnya atas
jaminan sosial yang menyangkut paut akan hak dan kesejahteraan, maka
dari itu sebaiknya para perusahaan yang melanggar diberikan sanksi
yang pantas untuk mereka yang mungkin saja sudah merugikan sedikit
banyaknya tenaga kerja yang bekerjasama dengan pelaku usaha tsb.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Endroyo, T. (2007). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB


KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 21-
31.
Dr. Dewi Kurniasih S.K.M., M. (2020). Failure in Safety Systems : Metode
Analisis Kecelakaan Kerja. Sidoarjo: Zifatama Jawara.
Lidya Yuniartha, K. H. (2021, Januari 12). Retrieved from Nasional Kontan:
https://nasional.kontan.co.id/news/kasus-kecelakaan-kerja-meningkat-
menakerminta-budaya-k3-diterapkan-serius
Prof. Dr. Ir. Djoko Setyo Widodo, S. M. (2021). Keselamatan dan kesehatan
Kerja Manajemen dan Implementasu K3 di Tempat Kerja. Yogyakarta: Penebar
Media Pustaka.
Ramli, S. (2009). Pedoman Praktis Manajemen Resiko dalam Perspektif K3OHS
Risk Management. . Jakarta: PT.DianRakyat.
Saloni Waruwu, F. Y. (2016). ANALISIS FAKTOR KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA(K3) YANG AKAN MEMPENGARUHI KECELAKAAN
KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMENT STUDENT SASTLE.
63-67.
Sholihah, Q. (2018). KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI.
Malang: UBPress.
Triyono Bruri, dkk. 2013. Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ramli,Soehatman. (2009). Pedoman Praktis Manajemen Resiko dalam
Perspektif K3OHS Risk Management. Jakarta:PT.DianRakyat
Nur, Lina. 2015. Kualitas Pelayanan Badan Penyelenggara Jamsos
Ketenagakerjaan
Undang-Undang dasar tahun

Kualitas pelayanan badan penyelenggara jamsos ketenagakerjaan hidayah lina nur


2015

Anda mungkin juga menyukai