Anda di halaman 1dari 12

BAB-8

1 KONSEP ATTITUDES, VALUES, AND RISK


BEHAVIORS
Zufri Hasrudy Siregar, S.T.,M.Eng
Universitas Al-Azhar Medan

8.1 Pendahuluan
Kecelakaan dalam pekerjaan merupakan
hal yang sering di temui, terlebih
pekerjaan yang membutuhkan
konsentrasi dan ketelitian yang sangat
tinggi seperti para pekerja di konstruksi,
tak jarang pekerja cedera dan kehilangan
nyawanya dikarenakan kelalaian dan
kecerobohan dalam menggunakan
standar keselamatan. “Keselamatan dan
kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan” (Karmeli et al., 2021). Data yang dirilis oleh
International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa jumlah kasus
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di seluruh dunia mencapai 430 juta kasus
per tahun, terdiri dari 270 juta (62,8 %) kasus KK dan 160 juta (37,2 %) kasus PAK,
dan menimbulkan 2,78 juta kematian pekerja setiap tahun. 40 persen dari kasus ini
terjadi pada pekerja muda. Kerugian ekonomi diperkirakan antara 3,94 persen dan 4
persen dari PDB negara. (Monalisa et al., 2022). Setiap pekerja selalu berhadapan
dengan potensi bahaya yang berasal dari pekerjaan mereka dan/atau lingkungan kerja
mereka yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (penyakit
dan luka kerja). Oleh karena itu, pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) sangat penting di tempat kerja. Pekerja menghabiskan rata-rata sepertiga
waktu mereka di tempat kerja. Mereka menghadapi beban ganda penyakit karena
mereka selain mengalami risiko penyakit umum (penyakit umum) juga mengalami
risiko penyakit spesifik (penyakit kerja atau penyakit) yang berdampak fisik dan
mental (PAK), serta risiko kecelakaan kerja atau luka. Semuanya sering menyebabkan
sakit, kecacatan, atau kematian. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi antara
lain faktor manusia dan lingkungan kerja serta sikap kerja dan budaya yang
mengedepankan keselamatan dalam bekerja.

1
Gambar 1 Ilustrasi Faktor-Faktor Yang berpengaruh terhadap risiko KK dan PAK
Meningkatnya biaya, penurunan jumlah tenaga kerja yang produktif, penurunan
produktivitas, peningkatan angka kemiskinan dan pengangguran, dan penurunan
kualitas pekerja dan keluarganya serta masyarakat adalah beberapa dampak dan
kerugian KK/PAK, yang secara keseluruhan mengakibatkan kerugian yang signifikan
dalam aspek ekonomi dan pembangunan. Baik disadari atau tidak, kasus KK/PAK dan
penyakit lainnya pada pekerja dapat menyebabkan penurunan kapasitas dan kualitas
tenaga kerja, serta menyebabkan banyak kerugian bagi karyawan, perusahaan,
pemerintah, dan masyarakat. Sebaliknya, investasi yang dilakukan untuk menerapkan
K3 akan menghasilkan keuntungan balik atau Return of Investment (ROI) dalam
jangka pendek dan jangka panjang, serta meningkatkan daya saing bisnis dan
kelangsungan usaha. Produksi yang ramah lingkungan (green productivity) adalah
cara lain program K3 mendukung kesejahteraan masyarakat dan perlindungan
lingkungan. Bila merujuk penelitian (Latuconsin et al., 2019) bahwa ada pengaruh
pengetahuan dan sikap dalam kecelakaan kerja

8.2 Konsep Attitudes dalam penerapan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja)
Menurut (Ariyanto & Mada, 2022), sikap risiko menunjukkan kecenderungan
umum konsumen untuk mengambil risiko. Menurut pengetahuan dan sikap dengan
perilaku K3 Pekerja, "risk attitude isnothing more than a descriptive label for theshape
of the utility function presumed tounderlie a person's choices." Oleh karena itu, sikap
risiko merupakan fungsi kegunaan yang memengaruhi keputusan seseorang. Menurut
(Ariyanto & Mada, 2022), preferensi risiko (sikap) terdiri dari menghindari risiko
(menghindari risiko) dan mencari risiko (mencari risiko). Umumnya, ada dua hal yang
harus dilakukan dari kedua komponen tersebut. Jika persepsi terhadap risiko, atau

2
persepsi risiko, adalah faktor utama yang mendorong seseorang untuk memperhatikan
produk berisiko, pengiklanan adalah cara yang efektif untuk mendorong pelanggan
untuk memperhatikan dampak negatif dari membeli produk tersebut. Jika sikap
terhadap risiko, atau sikap terhadap risiko, adalah faktor utama yang mendorong
seseorang untuk memperhatikan produk tersebut. Risk Attitude adalah niat seseorang
untuk mengevaluasi situasi risiko dengan cara yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan dan bertindak secara sesuai. Ciri-ciri yang mendasari kecenderungan
risiko dan penghindaran risiko, yaitu dengan kehati-hatian

Gambar 2 Konsep Attitudes dalam K3


Sikap adalah keadaan saraf dan mental dari kesiapan yang diatur oleh
pengalaman dan mempengaruhi respons individu terhadap hal-hal yang terkait.
Berikut adalah landasan teori dari konsep attitudes dalam penerapan K3:

1. Teori Sikap (Attitude Theory):


Menurut teori sikap, sikap terbentuk melalui pengalaman individu dengan objek
atau situasi tertentu. Dalam konteks K3, sikap individu terhadap praktik keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja dapat dipengaruhi oleh pengalaman mereka dengan
kecelakaan atau insiden terkait K3. Sikap positif terhadap K3 dapat muncul jika
individu menyadari risiko dan mengalami manfaat dari mengadopsi perilaku
keselamatan.

2. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior):


Teori ini menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh niatnya untuk
melakukan perilaku tersebut. Dalam konteks K3, niat individu untuk mengadopsi
perilaku keselamatan seperti penggunaan peralatan pelindung diri (APD) atau
mengikuti prosedur keselamatan dapat diprediksi oleh sikap mereka terhadap K3,
norma subjektif (pandangan orang lain tentang perilaku tersebut), dan kontrol perilaku
yang dirasakan.

3. Teori Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment Theory):


Konsep ini menekankan bahwa individu cenderung mengadopsi perilaku tertentu
jika ada insentif positif atau konsekuensi negatif. Dalam hal K3, pemberian

3
penghargaan atau pengakuan terhadap perilaku keselamatan yang baik dan penerapan
sanksi terhadap pelanggaran K3 dapat membentuk sikap positif terhadap K3.

4. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory):


Teori ini menekankan peran observasi dan model dalam pembentukan sikap dan
perilaku. Melalui pengamatan terhadap orang lain yang menunjukkan perilaku
keselamatan, individu dapat mengadopsi sikap positif terhadap K3. Oleh karena itu,
promosi peran model positif dalam menerapkan praktik K3 dapat memengaruhi sikap
individu.

5. Teori Motivasi (Motivation Theory):


Sikap positif terhadap K3 juga dapat diperkuat oleh motivasi individu untuk
melindungi diri mereka sendiri dan rekan kerja. Kesadaran akan risiko dan dampak
potensial dari kecelakaan dapat menjadi motivator kuat untuk mengadopsi sikap dan
perilaku keselamatan di tempat kerja.

Konsep Attitudes dalam penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) didasarkan


pada pemahaman perilaku dan sikap individu terhadap keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja. Attitudes ini mencakup kesadaran, kepatuhan terhadap aturan, perubahan
sikap yang tergesa-gesa saat bekerja, dan perilaku aman sehari-hari. Landasan teori
untuk penerapan K3 meliputi pemahaman tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
budaya keselamatan, faktor-faktor psikologis, pengaruh lingkungan kerja, disiplin
kerja, dan kompensasi terhadap produktivitas kerja. Menurut (Puspandhani, 2020),
keselamatan kerja atau Occupational Safety adalah segala upaya yang dilakukan untuk
mencegah, mengurangi, dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya
melalui langkah-langkah identifikasi, analisis, dan pengendalian bahaya dengan
menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-
undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

8.3 Konsep Values dalam penerapan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja)
Konsep nilai (values) dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merujuk pada keterlibatan aktif dari top management dan berada pada tingkat
kebijakan dan keputusan yang diambil untuk menjamin setiap tenaga kerja mendapat
perlindungan kesehatan dan keselamatan saat bekerja (Gusmita, 2018). Nilai K3 ini
dapat diwujudkan dalam bentuk pengalokasian sumber daya manusia dan sumber daya
finansial yang memadai (Annisa & Lestari, 2021). Beberapa aspek penting dalam
penerapan nilai K3 meliputi:
1. Pengalokasian sumber daya manusia: Memastikan bahwa tenaga kerja memiliki
kesadaran dan kemampuan yang tepat dalam menghadapi keselamatan dan
kesehatan kerja (Sianto & Hajia, 2022)
2. Pengalokasian sumber daya finansial: Menyediakan sumber daya finansial yang
cukup untuk mendukung penerapan K3, seperti alat pelindung diri (APD),
pelatihan, dan pendidikan

4
3. Pengukuran indikator K3: Mengukur semua kegiatan K3 dalam bentuk
indikator-indikator, utamanya indikator proaktif atau juga dikenal indikator positif
(Dana, 2021)
4. Reward dan pembinaan: Pemberian kredit kepada kinerja individu yang
menunjukkan komitmen dan dedikasi dalam penerapan K3
5. Pelatihan dan pendidikan: Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para
pekerja tentang pentingnya penerapan K3, serta meningkatkan kesadaran dan
kemampuan dalam menghadapi keselamatan dan kesehatan kerja
6. Pengendalian kecelakaan kerja: Melakukan penelusuran penyebab utama
terjadinya kecelakaan kerja dan mengukur kinerja program K32
7. Pendokumentasian: Membuat dokumentasi yang memadai mengenai penerapan
K3, seperti buku petugas, procedur, dan sistem manajemen
Dalam penerapan nilai K3, penting untuk memahami dan mengerti konsep dan
sistem manajemen K3, serta menghadapi misconception yang mungkin ada seperti
bahwa penerapan K3 akan menambah biaya pada perusahaan. Dengan memahami dan
menerapkan konsep nilai K3 ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang
lebih aman, produktif, dan berkelanjutan.
Nilai-nilai (values) individu memainkan peran krusial dalam membentuk sikap
dan perilaku terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja. Nilai-
nilai ini mencerminkan kepentingan dan prinsip-prinsip fundamental yang
mengarahkan individu dalam pengambilan keputusan mereka terkait keselamatan.
Berikut adalah landasan teori yang mendasari konsep values dalam penerapan K3:
1. Teori Nilai dan Etika:
Teori ini mengemukakan bahwa nilai-nilai individu dan etika memainkan peran
penting dalam membentuk perilaku. Nilai-nilai, seperti integritas, tanggung jawab, dan
keadilan, dapat membentuk landasan untuk keputusan dan tindakan terkait
keselamatan di tempat kerja. Keselarasan nilai-nilai individu dengan nilai-nilai
organisasi juga penting untuk menciptakan budaya keselamatan yang kuat.
2. Teori Utilitarianisme:
Teori ini menekankan pada konsep bahwa tindakan yang menghasilkan
kebahagiaan atau manfaat terbesar bagi sebagian besar orang dianggap sebagai
tindakan yang etis. Dalam konteks K3, individu yang menghargai nilai-nilai keamanan
dan kesejahteraan mungkin lebih mungkin untuk mengambil tindakan yang mencegah
risiko dan melindungi diri serta rekan kerja.
3. Teori Pilihan Rasional:
Teori ini menyatakan bahwa individu membuat keputusan berdasarkan evaluasi
rasional terhadap manfaat dan biaya. Dalam konteks K3, individu yang menempatkan
nilai pada kesehatan dan keselamatan mungkin cenderung memilih tindakan yang
meminimalkan risiko dan memastikan kondisi kerja yang aman.
4. Teori Etika Profesional:
Etika profesional mencakup nilai-nilai yang diterima dalam suatu profesi. Profesi
terkait K3, seperti insinyur keselamatan atau profesional K3 lainnya, memiliki kode

5
etik yang menekankan pentingnya melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja.
Nilai-nilai ini memandu keputusan dan tindakan mereka dalam mempromosikan
praktik keselamatan di tempat kerja.
5. Teori Keadilan Organisasi:
Teori ini menyoroti pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam organisasi. Nilai-
nilai seperti keadilan distributif (distribusi sumber daya yang adil), keadilan prosedural
(prosedur yang adil), dan keadilan interaksional (hubungan interpersonal yang adil)
dapat membentuk dasar untuk penerapan kebijakan K3 yang adil dan berkelanjutan.
6. Teori Komunikasi dan Keterlibatan (Communication and Engagement Theory):
Teori ini menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dan keterlibatan pekerja
dalam pembentukan nilai-nilai dan budaya keselamatan. Nilai-nilai yang diterapkan
secara konsisten melalui komunikasi yang baik dapat membentuk persepsi dan
perilaku pekerja terkait keselamatan.(Yuliandi & Ahman, 2019)

8.4 Konsep Risk Behaviors dalam penerapan K3 (Keselamata dan


Kesehatan Kerja)
Risk behaviors, atau perilaku berisiko, merujuk pada tindakan atau keputusan
individu yang dapat meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan atau bahaya di
lingkungan kerja. Pemahaman tentang konsep risk behaviors menjadi kunci dalam
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Berikut adalah landasan konsep
dan pendekatan yang dapat membantu memahami dan mengatasi risk behaviors dalam
konteks K3:
1. Teori Perilaku Planned (TPB):
Menurut TPB, perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, dan
kendali perilaku yang dirasakan. Dalam konteks K3, individu mungkin cenderung
menunjukkan risk behaviors jika mereka memiliki sikap negatif terhadap keselamatan,
merasa bahwa norma sosial mendukung perilaku berisiko, atau merasa bahwa mereka
memiliki kendali rendah atas perilaku keselamatan.
2. Teori Perilaku Keselamatan (Safety Behavior Theory):
Teori ini menyoroti bahwa perilaku keselamatan dipengaruhi oleh kombinasi
antara faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor organisasional. Risk behaviors
dapat muncul ketika faktor-faktor ini tidak sejalan atau tidak mendukung perilaku
keselamatan. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan
lingkungan kerja.
3. Teori Hierarchy of Controls:
Pendekatan ini menekankan pentingnya mengurangi risiko melalui serangkaian
kontrol yang diurutkan berdasarkan tingkat efektivitas, mulai dari eliminasi risiko
hingga pemberian alat pelindung diri. Memahami risk behaviors melibatkan penilaian
terhadap sejauh mana individu dan organisasi menerapkan kontrol yang efektif untuk
mengurangi risiko di tempat kerja.
4. Teori Keputusan Organisasi:

6
Dalam beberapa kasus, risk behaviors dapat muncul sebagai hasil dari keputusan
organisasi yang mungkin mengabaikan atau kurang memprioritaskan aspek-aspek
keselamatan. Penekanan pada keuntungan ekonomi atau produksi dibandingkan
dengan keselamatan dapat mempengaruhi perilaku individu.
5. Model Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Model):
Model ini menyoroti peran penting faktor-faktor pekerjaan dalam membentuk
perilaku keselamatan. Risk behaviors dapat berkaitan dengan kurangnya pelatihan,
tekanan kerja yang tinggi, atau kelebihan beban kerja. Memahami dan mengatasi
faktor-faktor pekerjaan ini dapat membantu mengurangi perilaku berisiko.
6. Pendekatan Psikologis:
Memahami aspek psikologis individu, seperti persepsi risiko, kepercayaan diri,
dan toleransi risiko, dapat memberikan wawasan tentang mengapa risk behaviors
mungkin muncul. Pendidikan dan pelatihan psikologis dapat membantu mengubah
persepsi dan sikap individu terhadap risiko.
7. Budaya Keselamatan Organisasi:
Budaya keselamatan yang kuat dapat menjadi penghalang terhadap risk behaviors.
Jika organisasi menghargai keselamatan, mendorong komunikasi terbuka tentang
risiko, dan memberikan insentif untuk perilaku keselamatan, maka individu lebih
cenderung menghindari perilaku berisiko.
Penerapan K3 yang efektif memerlukan pendekatan holistik yang
mempertimbangkan faktor-faktor individu, pekerjaan, dan organisasional. Dengan
memahami landasan konsep risk behaviors, organisasi dapat mengembangkan strategi
yang lebih baik untuk mencegah perilaku berisiko dan meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja secara keseluruhan.
Konsep Risik Behavior (Risk Behavior) dalam penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merujuk pada perilaku berbahaya yang berpeluang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Rahmi et al., 2022). Risik Behavior ini
dapat disebabkan oleh kesalahan dalam prosedur, perilaku yang tidak disarankan,
kekhawatiran, kurangnya komunikasi, dan lainnya. Menurut Teori Heinrich, 80%
penyebab kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe action atau perilaku berbahaya
(Maarifah dahlan, 2017). Beberapa aspek penting dalam pengurangan Risik Behavior
meliputi:
1. Sensitasi keselamatan dan kesehatan kerja: Memperbarui dan meningkatkan
kesadaran pekerja tentang pentingnya penerapan K3, serta meningkatkan
kesadaran dan kemampuan dalam menghadapi risiko
2. Pelatihan dan pendidikan: Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para
pekerja tentang bagaimana mengurangi risik behavior dan meningkatkan
pengawasan kesehatan kerja
3. Pengendalian kecelakaan kerja: Melakukan penelusuran penyebab utama
terjadinya kecelakaan kerja dan mengukur kinerja program K3
4. Behaviour Based Safety (BBS): Menggunakan pendekatan BBS yang berfokus
pada at-risk behavior untuk mengurangi kecelakaan kerja. BBS telah terbukti

7
efektif dalam mengurangi kecelakaan kerja, di mana lebih dari 85% kecelakaan
disebabkan oleh unsafe action atau perilaku berbahaya3
5. Pengembangan budaya K3: Membangun budaya K3 di perusahaan dengan
mengintegrasikan aspek K3 ke dalam kebijakan, keputusan, dan perilaku pekerja
Dengan memahami dan menerapkan konsep Risik Behavior dalam penerapan K3,
perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, produktif, dan
berkelanjutan.

8.5 Analisis Bahaya


Menurut Program Kesehatan Kerja Perusahaan, bahaya di tempat kerja adalah
segala sesuatu yang dapat membahayakan pekerja secara fisik atau mental di tempat
kerja. Bahaya adalah kemungkinan bahan, material, proses, atau cara bekerja yang
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan jiwa seseorang. Bahaya juga dapat
merupakan sumber energi yang dapat menyebabkan cedera pada pekerja, kerusakan
pada peralatan, lingkungan, atau struktur.(Bayu Dharma et al., 2017). Jenis-jenis
bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) saat berada di tempat kerja sebagai
berikut:
1. Bahaya fisik (Physical Hazard) dapat berupa radiasi, temperatur ekstrem, cuaca,
pencahayaan, getaran, tekanan udara.
2. Bahan kimia (Chemical Hazard) bahaya berbentuk gas, cair, padat yang
mempunyai sifat racun (toxic), iritasi (irritant), sesak napas (asphyxia), mudah
terbakar (flammable), meledak (explosive), berkarat (corrosive).
3. Bahaya biologis (Biological hazard) bahaya yang dapat berasal dari
mikroorganisme khususnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti
bakteri, jamur, virus.
4. Bahaya ergonomik merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan pada
tubuh secara fisik sebagai akibat dari ketidak sesusaian dan cara kerja yang salah
5. Bahaya mekanis (Mechanical Hazard) bahaya yang terdapat pada benda-benda
yang bergerak serta dapat menimbulkan dampak luka bahkan kematian seperti
terpotong, tertusuk, tersayat, tergores, terjepit.
6. Bahaya kelistrikan (Electrical hazard) merupakan bahaya yang berasal dari arus
aliran listrik.
7. Bahaya psikologi (Psychological Hazard Stress) dapat berupa tekanan pekerjaan,
kekerasan ditempat kerja, dan jam kerja yang panjang kurang teratur (Bayu
Dharma et al., 2017)

8.6 Implementasi Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Secara Teknis

Proses pelaksanaan yang berkelanjutan diperlukan untuk melaksanakan rencana


program K3.(Sukwika & Pranata, 2022)

8
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Mengurangi cedera dan mencegah penyakit akibat kerja dengan mempersiapkan
peralatan dan alat pelindung diri.
2. Peralatan K3
Dengan mempertimbangkan kekuatan metode kerja dan peralatan yang akan
digunakan untuk mencegah kecelakaan,
3. Peninjauan ulang kontrak
Mitra kerja perusahaan harus memastikan bahwa mereka memenuhi persyaratan
K3 saat menerima atau membeli barang dan jasa. Ini dilakukan untuk memastikan
bahwa setiap orang yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengetahui
risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi.
4. Komunikasi K3
Salah satu elemen penting dalam pelaksanaan K3 adalah komunikasi dua arah
yang efektif dan pelaporan rutin. Semua kegiatan ini harus didokumentasikan dan
prosedur yang ada harus dapat menjamin pemenuhan kebutuhan tersebut, termasuk
hasil pelaksanaan K3.
5. Training & Pelatihan
Untuk memastikan pelaksanaan K3 sesuai dengan persyaratan sistem K3 yang
ditetapkan, organisasi harus membuat prosedur untuk menyediakan sumber daya
manusia (SDM), sarana, dan dana yang memadai.
6. Inspeksi dan Perbaikan K3
Catatan, rekaman hasil inspeksi, pengujian, dan pemantauan dipelihara dan
tersedia dengan baik bagi tenaga kerja, kontraktor yang terkait, dan manajemen;
personel yang terlibat memiliki kompetensi yang cukup.
7. Prosedur Pemeriksaan
Inspeksi dapat dilakukan setiap hari, mingguan, atau bulanan. Namun, mereka
harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan untuk mempertahankan hasilnya.
8. Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan lebih fokus pada memperbaiki situasi untuk mencegah
bahaya. Sebagian besar, pimpinan unit kerja bertanggung jawab untuk melakukan
perbaikan di lapangan. Perbaikan dapat dilakukan jika temuan menyimpang dari
sasaran dan standar yang ditentukan dalam program kerja K3.
9. Prosedur Pengendalian
Di sini, pengendalian berarti melacak dan mengukur pencapaian kinerja K3,
yang mencakup proses K3 yang didasarkan pada kinerja masing-masing proses
kegiatan dan tujuan.
10. Pengendalian Administratif
Tinjauan ulang prosedur dan instruksi kerja harus dibuat oleh personel yang
memiliki kompetensi kerja dengan pelaksana yang terkait, karena prosedur dan
instruksi kerja harus mempertimbangkan segala aspek keselamatan dan kesehatan
kerja pada setiap tahapan.

9
8.6.1 Siklus Penanganan K3
a. Siklus Harian K3
Siklus Harian Keselamatan Kerja (K3) adalah siklus aktivitas keselamatan yang
dilakukan ulang setiap hari oleh kelompok kecil pekerja yang melakukan pekerjaan
yang sama, dipimpin langsung oleh kepala grup kerja.

Gambar 3 siklus aktivitas harian

b. Siklus Mingguan K3
Siklus Kerja Keselamatan Mingguan (K3) dilakukan secara berkala setiap
minggu, biasanya pada akhir minggu. Hal ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi
manajemen proyek terhadap grup kerja, memberikan informasi kepada grup kerja, dan
berinteraksi satu grup kerja dengan grup kerja lainnya, sehingga grup kerja dapat
bertukar pengalaman selama satu minggu.
c. Siklus Bulanan K3
Siklus Kerja Keselamatan Bulanan (K3) dilakukan secara berkala setiap bulan,
biasanya pada akhir bulan. Ini dilakukan untuk menyampaikan informasi dari
manajemen proyek kepada karyawan, menilai pelaksanaan K3 oleh manajemen
proyek terhadap pelaksanaan K3 pada proyek konstruksi selama satu bulan, dan
menetapkan program kerja yang strategis.

8.7 Kesimpulan
Kecelakaan dalam pekerjaan adalah hal sering di temui, terlebih pekerjaan yang
membutuhkan konsentrasi dan ketelitian tinggi. Kecelakaan dan kesehatan kerja
berdasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan
kecelakaan. Data terdiri dari ILO mencapai 430 juta kasus per tahun, dan kerugian
ekonomi diperkirakan antara 3,94 persen dan 4 persen dari PDB negara. Program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terdiri dari persepsi risiko. Konsep Manajemen
Sumber Daya Manusia (K3) didasarkan pada komite dan komite aktif untuk
memastikan semua karyawan berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan. K3
meliputi sumber daya manusia, sumber daya keuangan, reward and reward,
pendidikan, pelatihan, dan budaya organisasi. Nilai-nilai individu memainkan peran

10
penting dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang terkait dengan K3 di tempat
kerja. Manajemen K3 yang efektif membutuhkan pendekatan holistik yang
menyeimbangkan faktor individu, pekerjaan, dan organisasi. Manajemen risiko dapat
dipengaruhi oleh kondisi kerja, pelatihan dan pendidikan, manajemen kinerja kerja,
dan Behavior Based Safety (BBS). Organisasi dapat mengembangkan strategi yang
efektif untuk mengelola risiko di tempat kerja mereka. Konsep rumah di tempat kerja
mencakup aspek fisik dan mental kerja, termasuk aspek fisik, kimia, biologis,
ergonomis, mekanik, kinestesis, dan psikologis.

8.8 DAFTAR PUSTAKA

Annisa, L., & Lestari, F. (2021). Safety Climate Survey Among Employees in a
Feminine Care Products Manufacturing Company. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 12(2), 164–180. https://doi.org/10.26553/jikm.2021.12.1.164-180
Ariyanto, E., & Mada, M. I. D. (2022). Determinan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku K3 Pekerja Docking Kapal PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
Banjarmasin. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(4),
453–456. https://doi.org/10.56338/mppki.v5i4.2384
Bayu Dharma, A. A., Adnyana Putera, I. G. A., & Parami Dewi, A. A. D. (2017).
Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek
pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort Petitenget. Jurnal Spektran, 5(1), 47–
55. https://doi.org/10.24843/spektran.2017.v05.i01.p06
Dana, I. N. (2021). Pengaruh penerapan program K3 terhadap perilaku pekerja dengan
saran & fasilitas sebagai variabel intervening. Jurnal Syntax Transformation,
10(9), 6. https://doi.org/10.46799/jst.v2i9.411
Gusmita, E. com/ejurnal/index. php/jurnal/article/view/45/24mily. (2018). Pengaruh
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja pegawai pada
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sungai Penuh. Jurnal Administrasi
Nusantara (JAN), 1(2), 74–85.
http://lppmstianusa.com/ejurnal/index.php/jurnal/article/view/45/24
Karmeli, E., Suprianto, Muis, A., & Pamungkas, B. D. (2021). Pengaruh implementasi
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) terhadap kinerja karyawan. 1(1), 11–23.
https://doi.org/10.58406/samalewa.v1i1.368
Latuconsin, N. A., Yahya Thamrin, Y., & Fachrin, S. A. (2019). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian kecelakaan kerja pada karyawan di PT. Maruki
Internasional Indonesia Makassar Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 14(1), 53–57. https://doi.org/10.35892/jikd.v14i1.97
Maarifah dahlan. (2017). Analisis penyebab kecelakaan kerja berdasarkan hasil
investigasi kecelakaan kerja di PT. Pal Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
3(9), 1–15. https://journal.lppm-
unasman.ac.id/index.php/jikm/article/view/159/151
Monalisa, U., Subakir, & Listiwati, R. (2022). Faktor-faktor Yang Berhubungan
dengan perilaku tidak aman Pada pekerja service PT Agung Automall Cabang
Jambi. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(10), 3391–3398. https://stp-mataram.e-

11
journal.id/JIP/article/view/1332
Puspandhani, M. E. (2020). Analisis faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada
pekerja di Unit Spinning perusahaan manufaktur Kota Cirebon. Journal of
Cahaya Mandalika, 1(1), 42–54. https://doi.org/10.36312/jcm.v1i1.41
Rahmi, S., Ilyas, G. B., Tamsah, H., & Munir, A. R. (2022). Perceived risk and its role
in the influence of brand awareness on purchase intention: study of Shopee users.
Jurnal Siasat Bisnis, 26(1), 97–109. https://doi.org/10.20885/jsb.vol26.iss1.art7
Sianto, L., & Hajia, M. C. (2022). Pengaruh K3 pada Perilaku Pekerja Konstruksi Di
Pembangunan Gedung UM Buton. Jurnal Simki Economic, 5(2), 146–154.
https://doi.org/10.29407/jse.v5i2.150
Sukwika, T., & Pranata, H. D. (2022). Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bidang Freight Forwader Menggunakan Metode HIRADC. Jurnal Teknik, 20(1),
1–13. https://doi.org/10.37031/jt.v20i1.182
Yuliandi, C. D., & Ahman, E. (2019). Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) di lingkungan kerja balai inseminasi buatan (Bib) Lembang. Jurnal
MANAJERIAL, 18(2), 98–109. https://doi.org/10.17509/manajerial.v18i2.18761

PROFIL PENULIS
Zufri Hasrudy Siregar
Lulus dari UGM pada konsentrasi Teknologi Industi Kecil dan
Menengah Fakultas Teknik pada tahun 2009 dengan program
beasiswa. Pernah bekerja di Bank btpn,Tbk sebagai Area
Credit Manager di Maluku, sekarang penulis tercatat sebagai
Mahasiswa Doktor (S-3) di Universitas Sumatera Utara Prodi
Teknik Mesin.Pada tahun 2021 program MBKM (Merdeka
Belajar Kampus Merdekan) terpilih menjadi Mentor Penjuang
Muda dari Kemensos. Organisasi yang diikuti yaitu
Perhimpunan Ergonomi Indonesia, Adpertisi, KodeLN-Cel.
Selain kegiatan tersebut, penulis juga sebagai Pengelola
Jurnal Vorteks di Universitas Al Azhar Medan.Buku yang
pernah di terbitkan antaralain: Riset operasi, Teknologi Kecil dan Menegah, Mekatronika,
Ekonomi Teknik, Metodologi penelitian teknik, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Manajamen Operasional, Manajemen Risiko, Variasi Bahan bakar pada motor 4 tak,
Manajemen Risiko-2, Konsep dasar ICT Disamping itu aktif juga sebagai editor buku di
Polyteknik Negeri Medan dari 2020 samapai sekarang.dan ECA Progress. Buku ini penulis
dedikasikan kepada istri dan anak saya Linda Agustina dan Sadra Algifari Siregar

Email Penulis: rudysiregar7@gmail.com

12

Anda mungkin juga menyukai