Anda di halaman 1dari 6

G.

FOKUS PROGRAM KESELAMATAN KERJA


Program keselamatan kerja di fokuskan pada dua aspek :
1) Perilaku Kerja:
a) Membentuk sikap karyawan yang pro-keselamatan kerja
b) Mendorong upaya seluruh karyawan untuk mewujudkan keselamatan
kerja,mulai dari manajemen puncak hingga karyawan level terendah
c) Menekankan tanggung jawab para manajer dalam melaksanakan program
keselamatan kerja
2) Kondisi Kerja:
Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang aman, misalnya
dengan penyediaan alat-alat pengaman.
H. USAHA-USAHA UNTUK TERCAPAINYA KESELAMATAN KERJA
1) Job Hazard analysis
Proses untuk mempelajari dan menganalisa suatu jenis pekerjaan kemudian
membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah langkah menghilangkan bahaya
yang mungkin terjadi. Contoh hasil job analysis:
 Repetitive Stress Injuries: suatu kondisi yang disebabkan terlalu banyak tekanan
pada persendian akibat melakukan suatu gerakan berulang a. Carpal Tunnel
Syndrome : tekanan pada syaraf karena penyempitan pembuluh tempat syaraf
tersebut akibat gerakan/posisi tertentu yang berulang
 Ergonomic problem interaksi manusia dengan usaha kerja, peralatan,
perlengkapan, dan lingkungan fisik yang kurang cocok/nyaman

2) Risk Management
Mengantisipasi kemungkinan kerugian/kehilangan (waktu,produktivitas,dll)
yang berkaitan dengan program keselamtan kerja dan penanganan hokum
3) Adanya Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager lini produksi,
mampu mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang aman dan menghilangkan
yang kurang aman tersebut
4) Job Rotation
5) Personal protective equipment
6) Penggunaan poster/propaganda
7) Perilaku yang berhati-hati
I.PROGRAM KESELAMATAN KERJA YANG EFEKTIF
Program keselamtan kerja berjalan secara efektif jika:
a. Didukung dari manajemen puncak
b. Pelatihan memadai dalam masa Orientasi mengenai keselamatan
c. Pekerja yang sadar akan perlunya safety dalam bekerja
d. Lingkungan dan tempat kerja yang aman

J.MASALAH DALAM ASPEK KESELAMATAN KERJA


Walaupun masalah keselamatan kerja sudah di anggap penting dalam aspek
kegiatan operasi namun di dalam pelaksanaannya masih saja ditemui hambatan serta
kendala-kendala. Hambatan tersebut ada yang bersifat makro (di tingkat nasional)
dan ada pula yang bersifat mikro (dalam perusahaan).
1.) Masalah Makro
Di tingkat nasional (makro) ditemui banyak factor yang merupakan kendala
yang menyebabkan kurang berhasilnya program keselamatan kerja antara lain:
 Pemerintah
Masih di rasakan adanya kekurangan dalam masalah pembinaan (formal&non
formal), bimbingan (pelayanan informasi, standar, code of practice),
pengawasan (peraturan, pemantauan / monitoring serta sanksi terhadap
pelanggaran), serta bdang-bidang pengendalian bahaya
 Teknologi
Perkembangan teknologi perlu diantisipasi agar bahaya yang ditimbulkannya
dapat diminimalisasi atau dihilangkan sama sekali dengan pemanfaatan
ketrampilan di bidang pengendalian bahaya
 Sosial Budaya
Adanya kesenjangan social budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan
kesadaran masyarakat terhadap masalah keselamatan kerja, kebijakan asuransi
yang tidak berorientasi pada pengendalian bahaya, perilaku masyarakat yang
belum sepenuhnya mengerti terhadap bahaya-bahaya yang terdapat pada
industry dengan teknologi canggih serta adanya budaya santai dan tidak peduli
dari masyarakat. Faktor-faktor diatas ini akan ikut menentukan bentuk dan mutu
penanganan usaha keselamatan di perusahaan.
2.) Masalah Mikro
Masalah yang bersifat mikro yang terjadi di perusahaan antara lain terdiri dari:
 Kesadaran,dukungan,dan keterlibatan
Kesadaran, dukungan dan keterlibatan manajemen operasi terhadap usaha
pengendalian bahaya dirasakan masih sangat kurang. Keadaan ini akan
membudaya mulai dari lapis bawah sehingga banyak para karyawan memiliki
kesadaran keselamatan yang rendah. Disamping itu pengetahuan mereka
terhadap bidang rekayasa dan amanajemen keselamatan kerja juga sangat
terbatas
 Kemampuan yang terbatas dari petugas keselamatan kerja
Kemampuan petugas keselamatan kerja di bidang rekayasa operasi, rekayasa
keselamatan kerja, manajemen pengendalian bahaya dirasakan sangat kurang
sehingga merupakan kendala di perolehnya kinerja keselamatan kerja yang baik.
Akibat daripada kekurangan ini terdapatnya kesenjangan antara makin majunya
teknologi terapan dengan dampak negatif yang makin tinggi dengan kemampuan
para petugas keselamatan kerja dalam mengantisipasi keadaan yang makin
berbahaya
 Standard, code of practice
Masih kurangnya standard-standard dan code of practice di bidang keselamatan
kerja serta penyebaran informasi di bidang pengendalian bahaya industry yang
masih terbatas akan menambah memperbesar resiko yang dihadapi

K.EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN KERJA


Keberhasilan sebuah program keselamatan kerja bisa dilihat dari beberapa indikator
berikut ini:
 Penurunan tingkat kecelakaan dan penyakit yang terkait dengan pekerjaan, baik
secara kuantitatif (frekuensi kejadian) maupun kualitatif (berat-ringanya
cedera/penyakit).
 Penurunan jumlah waktu kerja yang hilang akibat terjadinya kecelakaan kerja.
Produktivitas terjaga dan target terpenuhi
L.GANGGUAN TERHADAP KESELAMATAN KERJA
Baik aspek fisik maupun sosio-psikologis lingkungan pekerjaan membawa dampak
kepada keselaman kerja salah satunya sebagai berikut:
a.) Kecelakaan-Kecelakaan Kerja
Perusahaan-Perusahaan tertentu atau departemen tertentu cenderung mempunyai
tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi daripada lainnya.
Beberapa karakteristik dapat menjelaskan perbedaan tersebut
 Kualitas Organisasi
Tingkat kecelakaan berbeda secara substansial menurut jenis industry
 Pekerja Yang Mudah Celaka
Sebagai ahli menunjuk pekerja sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan bergantung pada perilaku pekerja, tingkat bahaya dalam lingkungan
pekerja dan semata-mata nasib sial
 Pekerja Berperangai Sadis
Kekerasan di tempat pekerja maningkatkan pesat, dan perusahaan dianggap
bertanggung jawab terhadap hal itu

M.PENGERTIAN KECELAKAAN KERJA


Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses. Juga kecelakaan ini biasanya terjadi akibat kontak dengan suatu zat
atau sumber energy. Secara umum kecelakaan kerja di bagi menjadi dua golongan,
yaitu:
1.) Kecelakaan industry (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja
2.) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang
terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja
N.STRATEGI MENGURANGI KECELAKAAN KERJA
Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil dan bahkan
menghilangkan kejadian kecelakaan kerja guna meningkatkan keselamatan kerja di
kalangan karyawan sesuai dengan kondisi perusahaan. Strategi yang perlu di terapkan
perusahaan meliputi:
a.) Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam
menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alas an finansial,
kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab perusahaan
dan karyawan maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang
minimum bahkan maksimum
b.) Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan
kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan
dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan di control sesuai dengan aturan.
Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan
melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan
c.) Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan
rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti
pihak manajemen perlu memperbaiki terus-menerus prosedur dan rencanasesuai
kebutuhan perusahaan adan karyawan. Sementara arti reaktif, pihak manajemen
perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu
kejadian timbul
d.) Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajad keselamtan dan kesehatan
kerja yang rendah sebagai factor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya
perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja
Sesuai dengan strategi diatas maka program yang diterapkan untuk menerjemahkan
strategi itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini
sangat bergantung pada kondisi perusahaan. Secara umum program memperkecil
dan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja dapat di kelompokkan : telaahan
personal, pelatihan keselamtan kerja, system insentif, dan pembuatan aturan
penyelamatan kerja.
a.) Telahaan Personal
Telahaan personal dimaksudkan untuk menetukn karakteristik karyawan tertentu
yang di perkirakan potensial berhubungan dengan kejadian keselamatan kerja:
 Factor usia; apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih aman
disbanding yang lebih muda atau sbealiknya
 Ciri-ciri fisik karyawan sperti potensi pendengaran dan penglihatan cenderung
berhubungan derajad kecelakaan karyawan yang kritis, dan
 Tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya pencegahan
dan penyelamatan dari kecelakaan kerja
Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi
siapa saja karyawan yang potensial untuk mengalami kecelakaan kerja. Lalu
sejak dini upaya-upaya pencegahannya.
b.) Sistem Insentif
Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bah kan karir.
Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar unit tentang
keselamatan kerja paling rendah dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama
enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan kecelakaan kerja sampai titik
terendah akan diberikan penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang karir
bagi para karyawan yang mampu menekan kecelakaan kerja bagi dirinya atau
bagi kelompok karyawan di unitnya
c.) Pelatihan Keselamatan Kerja
Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan bisas dilakukan oleh perusahaan.
Focus pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai