Sesuai dengan strategi di atas maka program yang diterapkan untuk menterjemahkan
strategi itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini sangat
bergantung pada kondisi perusahaan. Secara umum program memperkecil dan
menghilangkan kejadian kecelakaan kerja dapat dikelompokkan: telaahan personal, pelatihan
keselamatan kerja, sistem insentif, dan pembuatan aturan penyelamatan kerja.
a. Telaahan Personal
Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan tertentu
yang diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian keselamatan kerja: (1)
faktor usia; apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih lebih aman
dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya, (2) ciri-ciri fisik karyawan seperti
potensi pendengaran dan penglihatan cenderung berhubungan derajad kecelakaan
karyawan yang kritis, dan (3) tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang
pentingnya pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan kerja. Dengan mengetahui
ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi siapa saja karyawan yang
potensial untuk mengalami kecelakaan kerja. Lalu sejak dini perusahaan dapat
menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.
b. Sistem Insentif
Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan karir. Dalam
bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antarunit tentang keselamatan kerja
paling rendah dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama enam bulan sekali. Siapa
yang mampu menekan kecelakaan kerja sampai titik terendah akan diberikan
penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang karir bagi para karyawan yang
mampu menekan kecelakaan kerja bagi dirinya atau bagi kelompok karyawan di
unitnya.
c. Pelatihan Keselamatan Kerja
Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan. Fokus
pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan, aturan dan
peraturan keselamatan kerja, dan perilaku kerja yang aman dan berbahaya.
d. Peraturan Keselamatan Kerja
Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan yang
menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan di tempat kerja.
Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk bagaimana suatu pekerjaan dilakukan
dengan hati-hati untuk mencapai keselamatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan
beberapa kelalaian kerja yang dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok
karyawan serta tempat kerja. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan melalui
pemantauan, penumbuhan kedisiplinan dan tindakan tegas kepada karyawan yang
cenderung melakukan kelalaian berulang-ulang.
Untuk menerapkan strategi dan program di atas maka ada beberapa pendekatan
sistematis yang dilakukan secara terintegrasi agar manajemen program kesehatan dan
keselamatan kerja berjalan efektif berikut ini.
Pendekatan Keorganisasian
· Merancang pekerjaan,
· Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program,
· Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja,
· Mengkoordinasi investigasi kecelakaan.
Pendekatan Teknis
· Merancang kerja dan peralatan kerja,
· Memeriksa peralatan kerja,
· Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi.
Pendekatan Individu
· Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja,
· Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja,
· Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program insentif.
Dalam hal ini terkait strategi ahli keselamatan dan kesehatan kerja AK3 Umum
Permenaker No. 2 tahun 1992 telah mengatur mengenai tata cara penunjukkan Ahli K3
Umum. Setiap perusahaan yang memiliki karyawan 100 orang atau lebih, atau memiliki
resiko pekerjaan yang tinggi, wajib memiliki P2K3 dan juga minimal seorang Ahli K3
Umum. Ahli K3 umum adalah kepanjangan tangan dari pemerintah dalam mengawasi
pekerjaan ditempat kerjanya, agar sesuai dengan persyaratan perundang undangan yang telah
ditetapkan pemerintah, sehingga dapat mengurangi resiko dan insiden, baik itu kecelakaan
maupun penyakit akibat kerja.
Dua lembaga resmi yang menerbitkan sertifikasi untuk Ahli K3 Umum adalah
Kementerian Ketenagakerjaan RI dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Setelah
memperoleh sertifikasi dari salah satu lembaga tersebut, para Ahli K3 Umum diharapkan
semakin optimal dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Dalam pelaksanaannya,
diharapkan perusahaan mampu memahami kewajiban Ahli K3 Umum dalam peningkatan
efisiensi dan produktivitas kerja yang tentunya akan sangat berdampak positif bagi daya saing
perusahaan.
Pemerintah telah mengeluarkan aturan yang cukup tegas dan cukup jelas tentang regulasi
keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang
beroperasi di Indonesia. Penerapan dengan baik akan regulasi keselamatan dan kesehatan
kerja bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga tanggung jawab semua elemen yang
terlibat di dalamnya seperti pihak perusahaan atau wirausaha, pekerja, dan masyarakat secara
keseluruhan.
Ahli K3 Umum di Perusahaan diharapkan mampu mengawasi pelaksanaan peraturan
perundangan K3 dan dapat memberikan peran optimal dalam organisasi perusahaan guna
pengendalian resiko kecelakaan kerja.
STRATEGI PENERAPAN K3
Penerapan K3 di dalam kegiatan kontruksi dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
IDENTIFIKASI
Setiap kegiatan kerja memiliki karakteristik yang berbeda, misalnya kerja bangunan
tinggi, pembangunan bendungan, bangunan pabrik dan sebagainya. Lakukan identifikasi
polusi bahaya atau kegiatan kontruksi yang akan dilaksanakan. Buatlah mapping potensi
bahaya menurut area atau bidang kegiatan masing-masing.
EVALUASI
Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang potensi bahaya untuk menentukan
skala prioritas berdasarkan hazard rating.
KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pihak manajemen harus membuat kebijakan K3 yang akan menjadi landasan
keberhasilan K3 dalam kegiatan kerja kontruksi. Isi kebijakan merupakan komitmen dan
dukungan dari manajement puncak terhadap pelaksanaan K3.
Kebijakan K3 tersebut haruslah direalisasikan kepada seluruh karyawan dan digunakan
sebagai kesadaran kebijakan kerja yang lain.
ADMINISTRATIF DAN PROSEDUR
Menetapkan system organisasi pengelolaan K3 dalam kerja serta menetapkan personil
dan petugas yang menangani K3 dalam kerja. Menetapkan prosedur dan system kerja K3
selama kerja berlangsung termasuk tugas dan wewenang semua yang terkait.
Berikut beberapa list yang harus di miliki oleh kontraktor :
Organisasi yang mempunyai K3 yang besarnya sesuai dengan kebutuhan dan lingkup
kegiatan.
Akses kepada penanggung jawab kerja.
Personal yang cukup dan mampu bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam
perusahaan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Personil atau pekerja yang terampil, cakap dan kompeten dalam menangani setiap
jenis pekerjaan serta mengetahui system cara kerja aman untuk masing-masing
kegiatan.
Kelengkapan dokumen kerja dalam perizinan yang berlaku.
Manual K3 sebagai kebijakan K3 dalam perusahaan/kerja.
Prosedur kerja akan sesuai dengan jenis pekerjaan dalam kontrak yang akan
dikerjakan.
IDENTIFIKASI BAHAYA
Sebelum memulai sesuatu pekerjaan, harus dilakukan identifikasi bahaya, guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya dilakukan bersama
pengadaan pekerjaan dan safety department atau P2K3.
Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sudah baru seperti check list, what if, hazard
dan sebagainya. Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap kegiatan pekerjaan kontruksi meliputi :
Tahap perencanaan (Design Phase)
Pengendalian/Pelelangan (Procurement)
Kontrruksi
Pengujian dalam rangka serah terima (Commissioning and start up)
Penyerahan kepada pemilik
Masa pemeliharaan/perawatan bangunan
PROJECT SAFETY REVIEW
Sesuai dengan perkembangan kerja, dilakukan pengkajian K3 yang mencakup
kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.
Kajian K3 dilaksanakan untuk meyainkan bahwa kerja dibangun dengan standar
keselamatan dan kesehatan yang baik sesuai dengan persyaratan.
Bila deperlukan kontraktor harus melakukan project safety review untuk setiap
tahapan kegiatan kerja, terutama bagi kontraktor EPC (Engineering, Procurement,
Construction).
Project safety review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam setiap
tahapan project secara sistematis.
PEMBINAAN DAN PELATIHAN
Pembinaan dan pelatihan K3 untuk semua karyawan dari level tertinggi hingga level
terendah dan dilakukakan dari awal mulai kerja hingga akhir kerja serta dilakukan berkala.
Materi pembinaan dan pelatihan antara lain :
Kebijakan K3
Cara bekerja dengan aman.
Cara penyelamatan dan penanggulangan dalam keadaan darurat.
Dan lain-lain.