Anda di halaman 1dari 5

1.

Manejemen resiko

Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang
tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik
Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen risiko yang terstruktur dapat meningkatkan
perbaikan berkelanjutan.

Baca juga: Konsep Risiko dan Manajemen Risiko K3

Dalam menerapkan Manajemen Risiko K3, ada beberapa tahapan/langkah yang perlu dilakukan. Hal ini
bertujuan agar proses Manajemen Risiko K3 dapat berjalan dengan tepat dan sesuai. Tahapan yang
perlu dilakukan dalam menerapkan Manajemen Risiko K3 adalah :

Menentukan Konteks dan Tujuan (Establish Goals and Context )

Tahap identifikasi hubungan antara organisasi/perusahaan dan lingkungan disekitarnya sesuai visi dan
misi, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, kesempatan dan kendala yang ada.

Penilaian Risiko

Penilaian risiko yaitu proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses teknis yang memiliki
risko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja/performance dan waktu
penyelesaian kegiatan

Identifikasi risiko (Identify risk) Adalah proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang
memiliki risiko potensial yang akan dikelola. 

Analisa risiko (Analyse risk) Adalah proses menilai risiko yang telah teridentifikasi menggunakan matrix
risiko untuk menentukan besarnya risiko. (risk = likelihood x consequences)

Evaluasi risiko ( Evaluate the risk) Adalah proses penilaian risiko untuk menentukan apakah risiko yang
terjadi dapat diterima atau tidak dapat diterima.

Pengendalian risiko ( Treats the risk)

Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatifpengendalian risiko, dengan cara menghindari risiko,
mengurangi frekuensi terjadinya risiko, mengurangi konsekuensi dari terjadinya risiko, mentransfer
risiko secara penuh atau sebagian kepada pihak lain yang lebih berkompeten menangani risiko tersebut
dan mempertahankan risiko.

Pemantauan dan Telaah Ulang (Monitor and Review)

Adalah proses evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan
dan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

Baca juga: Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerja Pencetak Batu Bara

Identifikasi risiko merupakan upaya sistimatis untuk mengetahui adanya risiko dalam aktivitas
organisasi. Lalu untuk menganalisa risiko mengunakan analisa kualitatif untuk memberikan gambaran
tentang tingkat risiko, dengan menggunakan skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi
risiko yang akan diidentifikasi. Setelah di analisa selanjutnya di evaluasi. Suatu risiko akan memberikan
makna yang jelas bagi stakeholders jika diketahui apakah risiko tersebut signifikan bagi kelangsungan
bisnis. 

Sehingga diperlukan tindak lanjut dari penilaian risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat
diterima atau tidak dan menentukan prioritas pengendalian risiko. Setelah dilakukannya evaluasi risiko,
selanjutnya dilakukan pengendalian risiko. Pengendalian adalah proses, pengaturan, alat, pelaksanaan
atau tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif
(AS/NZS 4360:2004). Proses pengendalian risiko yang terjadi menurut AS/NZS 4360: 2004 adalah sebagai
berikut:

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risko dapat ditentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau
tidak. Pengendalian lebih lanjut tidak dilakukan jika risiko dapat diterima (Generally Acceptable)

Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko yang dapat di toleransi (Tollerable) maka risiko
dapat dikendalikan menggunakan konsep ALARP. Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima
toleransi (Generally Unacceptable) maka perlu dilakukan pengendalian lebih lanjut.Pengendalian risiko
dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu:

 Hindari risiko (avoid risk)


 Pengurangan Probabilitas (reduce probability)
 Pengurangan Konsekuensi (reduce consequence)
 Transfer risiko (risk transfer)
 Baca juga: Tahapan Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi

Pada prinsipnya kecelakaan bisa kita cegah, dengan melakukan tindakan preventif dan berpedoman
pada prinsip zero accident. Mematuhi segala peraturan, perundangan dan kebijakan yang menyangkut
K3.Dengan mengacu kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai
berikut :

 Melakukan pelatihan yang berkaitan dengan risiko K3 kepada setiap tenaga kerja.
 Memberlakukan sistim shift dan memberikan hari libur kepada pekerja secara bergantian.
 Mengendalikan lingkungan kerja yang berbahaya dan memiliki risiko tinggi dan terhadap
peluang terjadinya risiko K3.

 
2.Penarapan SMK3
Tujuan dari penerapan SMK3 diantaranya adalah:
 mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh/serikat pekerja/serikat buruh
 meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi
 menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas
Berdasarkan tujuan tersebut, perusahaan yang mampu menerapkan SMK3 akan mendapatkan
beberapa manfaat diantaranya:
1.     Melindungi pekerja dengan menghindari adanya kerugian material dan jiwa akibat
kecelakaan kerja
2.     Mematuhi peraturan pemerintah sehingga membuat perusahaan terhindar dari sanksi
3.     Meningkatkan kepercayaan konsumen dan membangun image market terhadap perusahaan.
4.     Membuat sistem manajemen menjadi lebih efektif sehingga dapat menciptakan hubungan
yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
Bagi perusahaan yang akan menerapkan SMK3, terdapat beberapa tahapan implementasi yang
dijelaskan di dalam PP 50/2012, yaitu:
-       Penetapan Kebijakan K3, pada tahap ini pengusaha paling sedikit harus: melakukan tinjauan
awal kondisi K3, memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus,
serta memperhatikan masukan dari pekerja dan/atau serikat pekerja.
-       Perencanaan K3, dalam menyusun rencana K3, pengusaha harus mempertimbangkan : hasil
penelaahan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko, peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya, sumber daya yang dimiliki
-       Pelaksanaan Rencana K3, dalam melaksanakan rencana K3 pengusaha harus didukung oleh
sumber daya manusia di bidang K3, prasarana, dan sarana.
-       Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 oleh sumber daya manusia
yang kompeten

3.Aspek ketenaka kerjaan

Pengertian ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama dan setelah selesai masa hubungan kerja, baik pada pekerjaan yang menghasilkan barang
maupun pekerjaan berupa. Dari aspek hukum ketenagakerjaan merupakan bidang hukum privat yang
memiliki aspek publik, karena meskipun hubungan kerja dibuat berdasarkan kebebasan para pihak,
namun terdapat sejumlah ketentuan yang WAJIB tunduk pada ketentuan pemerintah dalam artian
hukum publik.

Lalu, apa saja yang berpotensi menjadi permasalahan dalam ketenagakerjaan? Simak ulasannya dalam
artikel berikut ini!

PERATURAN & UU KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa


Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tenaga kerja baik pada waktu sebelum,
selama dan sesudah masa kerja. Peraturan tersebut dilandasi dengan tujuan sebagai berikut:

Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi

Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah

Memberikan pelindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan

Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

Pasal 5 UU 13/2013 menegaskan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh pekerjaan tanpa adanya diskriminasi. Lebih lanjut, tenaga kerja dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Tenaga Kerja Terdidik

Tenaga kerja yang mempunyai keahlian pada bidang tertentu atau khusus yang diperoleh dari bidang
pendidikan. Sebagai contoh: dosen, dokter, guru, pengacara, akuntan dan sebagainya.

b.Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidang tertentu atau khusus yang diperoleh dari pengalaman
dan latihan. Sebagai contoh: supir, tukang jahit, montir dan sebagainya.

c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih

Tenaga kerja yang mengandalkan tenaga, tidak memerlukan pendidikan maupun pelatihan terlebih
dahulu. Sebagai contoh: kuli, pembantu rumah tangga, buruh kasar dan sebagainya.

Klasifikasi diatas mendorong pengaturan terkait pelatihan kerja sebagaimana diatur dalam Bab V UU
13/2013, agar kualifikasi tenaga kerja Indonesia dapat semakin baik.
Dalam pelaksanaan ketenagakerjaan, pelaku usaha dan tenaga kerja mengikatkan diri dalam suatu
hubunga hukkum melalui ikatan atau perjanjian kerja yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak,
bersifat tertulis atau lisan dan dilandasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
yang berlaku. Hak dan kewajiban antara pengusaha dan tenaga kerja juga menjadi perhatian demi
menciptakan keamanan dan kenyamanan saat melakukan aktivitas pekerjaan.

Apabila timbul perselisihan antara pengusaha dan tenaga kerja, maka hukum yang mengatur adalah
Undang Undang No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Setiap bentuk
perselisihan memiliki cara atau prosedur yang berlaku dan harus diikuti oleh kedua belah pihak baik itu
melalui cara berunding, mediasi, konsiliasi, arbitrase maupun diselesaikan di Pengadilan Hubungan
Industrial.

MASALAH KETENAGAKERJAAN

Masalah ketenagakerjaan dapat timbul karena beberapa faktor seperti pendidikan, kesempatan kerja
maupun pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Hal ini dialami oleh banyak negara yang termasuk
Indonesia, karena hingga saat ini masih banyak pengangguran atau lebih tepatnya lagi orang yang tidak
dapat bekerja karena minimnya lapangan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai