Anda di halaman 1dari 10

Cara Mengevaluasi SMK3

Salah satu pertanyaan yang sering timbul adalah: Perusahaan telah


menerapkan SMK3 tetapi mengapa kecelakaan masih terjadi?
Hal ini disebabkan kualitas penerapan SMK3 di dalam perusahaan
belum komprehensif. Penerapan SMK3 (OHSMS) di dalam organisasi
dapat dikategorikan sebagai berikut.

1.SMK3 Virtual (Virtual OHSMS), artinya organisasi telah memiliki


elemen SMK3 dan melakukan langkah pencegahan yang baik, namun
tidak memiliki sistem yang mencerminkan bagaimana langkah
pengamanan dan pengendalian risiko dijalankan.

2.SMK3 salah arah (Misguide OHSMS) artinya, organisasi telah


memiliki elemen sistem manajemen K3 yang baik, tetapi salah arah
dalam mengembangkan langkah pencegahan dan pengamanannya.
Akibat, isu atau potensi bahaya yang bersifat kritis bagi organisasi
terlewatkan.

3.SMK3 Acak (Random OHSMS) artinya organisasi yang telah


menjalankan program pengendalian dan pencegahan risiko yang tepat
sesuai dengan realita yang ada dalam organisasi, namun tidak memiliki
elemen-elemen manajemen K3 yang diperlukan untuk memastikan
bahwa proses pencegahan dan pengendalian tersebut berjalan dengan
baik. Elemen K3 yang digunakan bersifat acak dan tidak memiliki
keterkaitan satu dengan yang lainnya.

4.SMK3 Komprehensif (Comprehensive OHSMS) adalah organisasi


yang menerapkan dan mengikuti proses kesisteman yang baik.Elemen
SMK3 dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi risiko, dilanjutkan
dengan menetapkan langkah pencegahan dan pengamanan, serta melalui
proses manajemen untuk menjamin penerapannya secara baik.Untuk
mencapai penerapan SMK3 kelas dunia seperti tersebut di atas
diperlukan faktor berikut ini.
a)SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah
pengendalian yang dilakukan. Antara elemen implementasi dengan
potensi bahaya atau resiko yang ada dalam organisasi harus sejalan.
SMK3 di susun dengan pendekatan risk based concept sehingga tidak
salah arah (misguide).
b)SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam operasi satu-satunya
cara untuk pengendalian risiko dalam organisasi. Semua program K3
atau kebijakan K3 yang diambil harus mengacu kepada SMK3 yang ada.
Sebagai contoh, ketika organisasi akan melakukan proyek ekspansi
fasilitas, maka dikembangkan program K3 untuk proyek yang tetap
mengacu kepada SMK3 yang sudah ada.
c)SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian
risiko yang sudah dilakukan. Hal ini akan tercermin dalam penetapan
objektif dan program kerja yang harus mengacu kepada potensi bahaya
yang ada dalam organisasi.
d)SMK3 harus mengandung elemen-elemen implementasi yang
berlandaskan siklus proses manajemen.
e)Semua unsur atau individu yang terlibat dalam operasi harus
memahami konsep dan implementasi SMK3.
f)Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh
elemen dalam organisasi untuk mencapai kinerja K3 terbaik.
g)SMK3 harus integrasi dengan sistem manajemen lainnya yang ada
dalam organisasi (Soehatman, 2009).
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di perusahaan adalah salah
satu fungsi manajemen K3 dalam perusahaan yang berupa suatu langkah
yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses
kegiatan K3 di perusahaan itu berjalan, mempertanyakan efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan.

BAGAIMANA PENERAPAN SMK3 DI


DUNIA KERJA Part 1

Didalam pasal 87 (1) : UU No 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan


dinyatakan bahwa : setiap perusahaan WAJIB menerapkan Sistem
Manajemen K3 yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan system manajemen K3
diatur dalam Permenaker RI. NO.Per.05 / MEN / 1996 tentang system
Manajemen K3. Pada pasal 3( 1 dan 2 ) dinyatakan bahwa setiap
perusahaan yang mempekerjakan Tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengekibatkan
kecelakaan kerja seperti peledekan, kebakaran, pencemaran lingkungan
dan Penyakit Akibat Kerja WAJIB menerapkan Sistem Manajemen K3.

Dengan demikian kewajiban penerapan Sistem Manajemen K3


didasarkan pada dua hal yaitu ukuran besarnya perusahaan dan potensi
bahaya yang ditimbulkan. Meskipun perusahaan hanya mempekerjakan
tenaga kerja kurang dari 100 orang tetapi apabila tingkat resiko
bahayanya besar juga berkewajiban menerapkan Sistem Manajemen K3
di perusahaannya. Berdasarkan hal tersebut maka, penerapan Sistem
Manajemen K3 bukanlah suka rela ( voluntary ), tetapi keharusan yang
dimandatkan oleh peraturan perundangan ( Mandatory )

CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI


SMK3

Pemantauan dan evaluasi meliputi :

a.Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem


pelaporan.

1)Pencatatan dan pelaporan K3


2)Pencatatan semua kegiatan K3
3)Pencatatan dan pelaporan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
4)Pencatatan dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

b.Inspeksi dan pengujian

Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara


umum. Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan
K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di perusahaan
dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 perusahaan sehingga
kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain
adalah pengujian, baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan
terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (pemantauan
secara biologis).

c.Melaksanakan audit K3

Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan


pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan
dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan,
evaluasi dan pengendalian.
Sesuatu organisasi memerlukan alat atau cara untuk menilai apakah
pelaksanaan K3 telah berhasil atau tidak. Salah satu cara penilaian
adalah melakukan Audit K3 sebagai bagian dari siklus Plan-Do-Check (
perencanaan pelaksanaan- evaluasi ) Melalui audit, organisasi akan
mengetahui kelebihan dan kekurangannya sehingga dapat melakukan
langkah-langkah penyempurnaan berkesinambungan.

BAGAIMANA PENERAPAN SMK3 DI


DUNIA KERJA part 2

Selanjutnya untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 seperti yang


tertuang dalam pasal 4 Permennaker RI. No. Per. 05 / MEN / 1996
beserta pedoman penerapan pada lampiran 1 maka organisasi
perusahaan diwajibkan untuk melaksanakan 5 ketentuan pokok yaitu :
1.Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
penerapan Sistem Manajemen K3.

a.Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan ditanda


tangani oleh pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen dan tekat melaksanakan K3, kerangka dan
program Kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh. Didalam membuat kebijakan K3 harus dikonsultasikan
dengan perwakilan pekerja dan disebar luaskan kepada semua tenaga
kerja, pemasok, pelanggan dan kontraktor. Kebijakan perusahaan harus
selalui ditinjau ulang atau di review untuk peningkatan kinerja K3.

b.Adanya komitmen dari pucuk pimpinan ( Top Management ) terhadap


K3 dengan menyediakan sumber daya yang memadai yang diwujudkan
dalam bentuk:

Penempatan organisasi K3 pada posisi strategis;


Penyediaan anggaran biaya, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya
dalam bidang K3;
Menempatkan personil dengan tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban secara jelas dalam menangani K3;
Perencanaan K3 yang terkoordinasi ;
Penilaian kinerja dan tindak lanjut K3.

c.Adanya tinjauan awal ( Initial Review ) kondisi K3 di perusahaan,


yang dilakukan dengan cara:

Identifikasi kondisi yang ada, selanjutkan dibandingkan dengan


ketentuan yang berlaku ( pedoman Sistem Manajemen K3 ) sebagai
bentuk pemenuhan terhadap peraturan perundangan (Law Enforcement)
;
Identifikasi sumber bahaya di tempat kerja;
Penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan standar
K3;
Meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi
kecelakaan, dan gangguan yang terjadi;
Meninjau hasil penilaian K3 sebelumnya;
Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.

2.Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran


penerapan sistem manajemen K3

a.Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan


pengendalian resiko.
b.Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3.
c.Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan perusahaan dalam
bidang K3 yang mencakup criteria kebijakan sebagai berikut :

Dapat diukur;
Satuan / indicator pengukuran;
Sasaran pencapaian;
Jangka waktu pencapaian.

BAGAIMANA CARA PERENCANAAN


SMK3

Dalam Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS 18001 adalah


perencanaan (planning). OHSAS 18001 mewajibkan organisasi untuk
membuat prosedur perencanaan yang baik. Tanpa perencanaan, system
hasil tidak optimal.
Perencanaan ini merupakan tidak lanjut dan penjabaran kebijakan K3
yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak dengan
mempertimbangkan hasil audit yang pernah dilakukan dan masukan dari
berbagai pihak termasuk hasil pengukuran kinerja K3. Hasil dari
perencanaan ini selanjutnya menjadi masukan dalam pelaksanaan dan
operasional K3.

Perencanaan K3 yang baik, dimulai dengan melakukan identifikasi


bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam
melakukan hal tersebut, harus diperimbangkan berbagai persyaratan
perundangan K3 yang berlaku bagi organisasi serta persyartan lainnya
seperti standar, kode, atau pedoman industri yang terkait atau berlaku
bagi organisasi. Dari hasil perencanaan tersebut, ditetapkan objektif K3
yang akan dicapai serta program kerja untuk mencapai objektif yang
telah ditetapkan tersebut.

Penyuluhan K3 ke semua karyawan, pelatihan K3 yang disesuaikan


dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam organisasi
perusahaan. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya
sebagai produk akhir dari pelatihan.

Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku


diantaranya:

1)Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus),


2)Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja,
3)Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat,
4)Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan,
5)Pengobatan pekerja yang menderita sakit,
6)Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada,
7)Melaksanakan biological monitoring ( pemantauan biologi )
8)Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
KECELAKAAN KERJA: Pengawasan
SMK3 Harus Diperketat

JAKARTADPR mendesak pemerintah untuk memperketat


pengawasan dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan, terutama pada proyek konstruksi.

Menurut Anggota Komisi Ketenagakerjaan DPR Zuber Safawi, akibat


lemahnya pengawasan pemerintah maka korban jiwa akan berjatuhan,
apalagi untuk jenis usaha yang menggunakan tenaga outsourcing
(alihdaya) dan jasa pekerja kasar.

Biasanya kecelakaan kerja yang terjadi karena human error akibat tidak
menerapkan K3 , serta bukan semata-mata karena musibah, ujarnya
kepada Bisnis, Rabu (13/2).

Zuber yang juga Anggota Komisi IX DPR mensinyalir adanya


persyaratan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
di sebagian besar perusahaan yang tidak sesuai dengan prosedur standar.

Pada prinsipnya, dia menambahkan human error masih dapat dicegah,


yaitu dengan pengawasan dan kualifikasi SMK3 yang diperketat,
sedangkan tugas pengawasan itu ada di pemerintah, baik pusat maupun
dinas di daerah.
Dia mencontohkan kasus tewasnya 5 orang pekerja proyek gedung
Manhatan di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan akibat masuk ke
dalam lubang septic tank yang sedang dibuat.

Demikian juga kasus 3 orang pekerja yang tewas akibat tertimpa crane
di proyek pembangunan apartemen Green Lake View di Ciputat, pada
Januari lalu.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia mengkhawatirkan, seperti


diungkap International Labour Organization (ILO), yakni rata-rata per
tahun mencapai 99.000 kasus, dan 20 kasus di antaranya termasuk fatal,
karena menyebabkan korban tewas atau cacat seumur hidup.

Yang lebih salah lagi, pengawasan dari dinas terkait tidak ada dengan
alasan jumlah petugas pengawas terbatas, baik di tingkat pusat dan
daerah, ungkapnya.

Menurut data Kemenakertrans sampai dengan saat ini jumlah petugas


pengawas ketenagakerjaan hanya sekitar 2.300 orang, sedangkan
perusahaan yang harus diawasi mencapai 220.000, atau rasionya hanya
1:110. (*)

Apps Bisnis.com available on:


Editor : Other

Anda mungkin juga menyukai