KERJA KONTRUKSI
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI
Nomor : 188 / 003.7 / 404.302.1 / 2022
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KONTRUKSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO
KABUPATEN NGAWI
Menimbang : a. bahwa bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh factor biologi, kimia,
ergonomic, fisik, psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan
sekitarnya;
b. bahwa pekerja Rumah Sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding pekerja
industri lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja ( PAK ) dan Kecelakaan
Akibat Kerja ( KAK ), sehingga perlu dibuat Pedoman Kerja K3RS bagi semua
unsur yang ada di Rumah Sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu ditetapkan Pemberlakuan Pedoman Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit ( K3RS ) dengan Keputusan Direktur RSUD dr.
Soeroto Kabupaten Ngawi ;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Pemberlakuan Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soeroto Kabupaten Ngawi;
KEDUA : Pemberlakuan Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi di Rumah Sakit
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;
Ditetapkan di : Ngawi
Pada tanggal : 3 Januari 2022
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I DEFINISI
BAB IV DOKUMENTASI
LAMPIRAN I
BAB I
DEFINISI
a) Konstruksi Bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang
dilakukan ditempat kerja;
b) Tempat Kerja aialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya; Termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
c) Direktur ialah Direktur RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi;
d) Pengurus ialah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan
pada konstruksi bangunan secara aman;
e) Perancah (scaffold) ialah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara
dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja , bahan-bahan serta alat-alat pada setiap
pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran;
f) Gelagar (putlog or bearer) ialah bagian dari perancah untuk tempat meletakkan papan
peralatan;
g) Palang penguat (brace) ialah bagian dari perancah untuk memperkuat dua titik
konstruksi yang berlainan guna mencegah pergeseran konstruksi bangunan perancah
tersebut;
h) Perancah Tangga (ladder scaffold) ialah suatu perancah yang menggunakan tangga
sebagai tiang untuk penyangga peralatannya;
i) Perancah kursi gantung ( beatswain’s chair) ialah suatu perancah yang berbentuk
tempat duduk yang digantung dengan kabel atau tambang;
j) Perancah dongkrak tangga (ladder jack scaffold) ialah suatu perancah yang
peralatannya menggunakan dongkrak untuk menaikkan dan menurunkannya dan
dipasang pada tangga;
k) Perancah topang jendela (window jack scaffold) ialah suatu perancah yang
peralatannya dipasang pada balok tumpu yang ditempatkan menjulur dari jendela
terbuka;
l) Perancah kuda-kuda (trestle scaffold) ialah suatu perancah yang disangga oleh kuda-
kuda;
m) Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja;
n) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ditempat kerja selanjutnya disebut dengan
P3K ditempat kerjaa, adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan
tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang berada ditempat kerja yang
mengalami sakit atau cedera ditempat kerja;
o) Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja/buruh yang ditunjuk oleh
pengurus/pengusaha dan diserahi tugas tambahan untuk melaksanakan P3K ditempat
kerja;
p) Fasilitas P3K ditempat kerja adalah semua peralatan, perlengkapan dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan P3K ditempat kerja
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerjaan
konstruksi bangunan adalah :
a) Pekerjaan perencaaan konstruksi yang dilakukan oleh pihak ke III yaitu penyedia jasa
konsultasi maupun swa Kelola.
b) Pekerjaan pengawasan pada fase pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh pihak ke III
yaitu penyedia jasa konsultasi maupun swa Kelola.
c) Pekerjaan konstruksi bangunan yang berlokasi di lingkungan RSUD dr Soeroto Ngawi
dan dilakukan oleh pegawai RSUD dr. Soeroto Ngawi (swa kelola).
d) Pekerjaan konstruksi bangunan yang berlokasi di lingkungan RSUD dr Soeroto Ngawi
dan dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi (pihak ke III).
Pihak ke III selaku penyedia jasa konstruksi yang diutamakan adalah penyedia jasa yang
memiliki Sistem Manajemen Mutu atau telah memiliki sertifikat ISO dan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang masih berlaku.
1) Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan di lingkungan RSUD dr.
Soerot Ngawi wajib dilaporkan kepada Direktur dan atau Pejabat yang ditunjuknya.
2) Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi
terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.
3) Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan kesehatan
kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.
4) Unit keselamatan dan kesehatan kerja meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap :
kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada
kecelakaan atau usaha-usaha penyelamatan.
5) Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.
1) Tempat kerja harus dibatasi dengan memberi pagar penutup dengan bahan triplek atau
seng gelombang atau bahan lainnya.
2) Khusus untuk pekerjaan pemeliharaan di dalam gedung yang sudah operasional,
pembatasan area kerja dengan menggunakan kain penutup ataupun layar/kain terpal.
3) Di setiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan keluar masuk
dengan aman.
4) Sarana untuk keperluan keluar masuk tempat kerja dibedakan untuk keperluan lalu
lalang kendaraan proyek dengan pekerja.
5) Tempat kerja harus dilengkapi dengan papan petunjuk dan peringatan bagi pekerja saat
masuk dan keluar tempat kerja, contoh:
a. “JALUR MASUK PEKERJA / TAMU PROYEK”
b. “HATI-HATI KELUAR / MASUK KENDARAAN PROYEK”
c. “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS”
6) Orang yang tidak berkepentingan, dilarang memasuki tempat kerja, akan lebih baik bila
seluruh pekerja menggunakan ID Card (tanda pengenal).
7) Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang
bekerja atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8) Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat mengurangi
bahaya debu, uap, dan bahaya lainnya.
9) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan perancah, alat-
alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan atau
dijatuhkan ke bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.
10) Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-
atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga terbuka, semua galian-galian
dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman
yang kuat.
11) Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan Nilai Ambang
Batas (NAB) yang berlaku.
12) Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang yang disebabkan oleh
runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat alat bangunan yang tidak stabil.
1) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri jenisnya disesuaikan dengan sifat pekerjaan
yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja harus disediakan dalam jumlah yang
cukup.
2) APD sebagaimana dimaksud meliputi:
a) Pelindung kepala;
b) Pelindung mata dan muka;
c) Pelindung telinga;
d) Pelindung pernapasan beserta pelengkapannya;
e) Pelindung tangan; dan/atau
f) Pelindung kaki
a) Pakaian pelindung;
b) Alat pelindung jatuh perorangan, dan/atau
c) Pelampung
3) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri ini, harus selalu memenuhi syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditentukan
4) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri harus digunakan sesuai dengan kegunaannya
oleh setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
5) Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja diwajibkan menggunakan alat-
alat penyelamat dan pelindung diri ini
6) Pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-
rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja, contoh ;
a) “SELURUH PEKERJA WAJIB MENGGUNAKAN APD”, atau
b) “GUNAKAN APD SEBELUM BEKERJA”.
7) Memasang dalam tempat kerja semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
1) Tempat kerja yang di dalamnya terdapat area untuk kegiatan terbatas, misalnya khusus
area pekerjaan kayu atau pembesian, harus dibatasi dengan memberi pagar penutup
dengan bahan triplek atau seng gelombang dan menggunakan pita pembatas.
2) Pengusaha atau pengurus wajib memasang rambu-rambu mengenai daerah terbatas,
contoh antara lain:
a. “AREA KERJA TERBATAS”,
b. “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS”.
1) Tempat kerja harus dilengkapi denah evakuasi yang menerangkan jalur evakuasi dan
lokasi tempat berkumpul utama / area evakuasi (center point) apabila terjadi keadaan
darurat..
2) Denah evakuasi ditempatkan di pintu masuk tempat kerja, sehingga seluruh pekeja dapat
mengetahui jalur evakuasi sebelum bekerja.
3) Pada area tempat diberi petunjuk arah yang memudahkan pekerja menuju area evakuasi.
1) Setiap pekerjaan, harus dilakukan sedemikian rupa sehingga terjamin tidak adanya
bahaya terhadap setiap orang yang disebabkan oleh kejatuhan tanah, batu atau bahan-
bahan lainnya yang terdapat di pinggir atai di dekat pekerjaan galian.
2) Pinggir-pinggir dan dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi pengaman penunjang
yang kuat untuk menjamin keselamatan orang yang bekerja di dalam lubang atau parit.
3) Setiap tenaga kerja yang bekerja dalam lubang galian harus dijamin pula
keselamatannya dari bahaya lain selain tersebut di atas.
4) Pengusaha atau pengurus wajib memasang rambu-rambu di area galian selain
pemasangan pita pembatas juga memasang rambu petunjuk, contoh :
a. “AWAS HATI-HATI !, ADA GALIAN PONDASI”.
b. “AWAS HATI-HATI ! ADA GALIAN KABEL”.
c. “AWAS ! BAHAYA LONGSOR”
d. “SELAIN PETUGAS DILARANG BERADA DI SEKITAR LOKASI GALIAN”
e. “DILARANG MENARUH BENDA – BENDA DI ATAS GALIAN, ADA
PEKERJA DI BAWAH GALIAN”
1. PEKERJAAN MEMANCANG
a. Mesin pancang yang digunakan harus dipasang dan dirawat dengan baik sehingga
terjamin keselamatan dan pemakaiannya
b. Mesin pancang dan peralatan yang dipakai harus diperiksa dengan teliti secara berkala
dan tidak boleh digunakan kecuali sudah terjamin keamanannya
c. Tenaga kerja yang tidak bertugas menjalankan mesin pancang dilarang berada disekitar
mesin pancang yang sedang dijalankan.
d. Mesin pancang jenis terapung (floating pile drivers) yang digunakan harus dilengkapi
pengaman dan dijalankan sedemikian rupa sehingga stabil atau tidak tenggelam.
e. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan agar supaya pelat penahan
(sheet piling) tidak berayun atau berputar yang tidak terkendalikan oleh tekanan angin,
roboh oleh tekanan air atau tekanan lainnya
2. PEKERJAAN BETON
a. Pembangunan konstruksi beton harus direncanakan dan dihitung dengan teliti untuk
menjamin agar konstruksi dan penguatnya dapat memukul beban dan tekanan lainnya
sewaktu membangun tiap-tiap bagiannya.
b. Usaha pencegahan yang praktis harus dilakukan untuk menghindarkan terjadinya
kecelakaan tenaga kerja selama melakukan pekerjaan persiapan, dan pembangunan
konstruksi beton.
c. Pencegahan kecelakaan dimaksud, terutama adalah singgungan langsung kulit terhadap
semen .
d. Apabila terdapat kemungkinan bahaya runtuhnya batu atau tanah dari atas sisi
konstruksi bangunan dibawah tanah, maka konstruksi tersebut harus segera diperkuat.
e. Untuk mencegah bahaya kecelakaan, penyakit akibat kerja maupun keadaan yang tidak
nyaman, konstruksi di bawah tanah harus dilengkapi dengan ventilasi buatan yang
cukup.
f. Pada konstruksi bangunan dibawah tanah harus disediakan sarana penanggulangan
bahaya kebakaran
g. Untuk keperluan ketentuan ayat (f) di atas, harus disediakan alat pemberantas
kebakaran.
h. Di tempat kerja atau di tempat yang selalu harus disediakan penerangan yang cukup
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i. Penerangan darurat harus disediakan di tempat-tempat tersebut, sehingga tenaga kerja
dapat menyelamatkan diri dalam keadaan darurat
j. Tenaga kerja yang mengebor tanah harus dilindungi dari bahaya kejatuhan benda benda,
bahaya debu, uap, gas, kebisingan dan getaran.
k. Tenaga kerja dilarang masuk ke tempat dimana kadar debunya melebihi ketentuan nilai
ambang batas yang berlaku, kecuali apabila mereka memakai respirator.
3. PEKERJAAN PERANCAH
a. Perancah yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang tidak
dapat dilakukan denga aman oleh seseorang yang berdiri di atas konstruksi yang kuat
dan permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan denga naman
dengan mempergunakan tenaga.
b. Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan
denga naman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan.
c. Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter
d. Jalan-jalan sempit, Jalan-jalan landasan (runaway) harus dari bahan dan konstruksi
yang kuat, tidak rusak dan aman untuk tujuan pemakaiannya.
e. Perancah tiang kayu yang terdiri dari sejumlah tiang kayu dan papan-papan perancah
harus diberi palang pada semua sisinya.
f. Untuk perancah tiang kayu harus digunakan kayu lurus yang baik.
g. Perancah gantung harus terdiri dari angker pengaman, kabel-kabel baja penggantung
yang kuat dan sangkar gantung dengan lantai papan yang dilengkapi pagar
pengaman.
h. Keamanan perancah gantung harus diuji tiap hari sebelum digunakan.
i. Perancah gantung yang digerakan dengan mesin harus menggunakan kabel baja
j. Perancah tupang sudut (outrigger cantilever) atau perancah tupang siku (jib
scaffold), hanya boleh digunakan oleh tukang kayu, tukang cat, tukang listrik, dan
tukang-tukang lainnya yang sejenis, dan dilarang menggunakan panggung perancah
tersebut untuk keperluan menempatkan sejumlah bahan-bahan.
k. Tangga yang digunakan sebagai kaki perancah harus dengan konstruksi yang kuat
dan dengan letak yang sempurna. Perancah tangga hanya boleh digunakan untuk
pekerjaan ringan.
l. Dilarang menggunakan perancah jenis dongkrak tangga (ledder jack) untuk
pekerjaan pada permukaan yang tinggi.
m. Perancah kuda-kuda hanya boleh digunakan sewaktu bekerja pada permukaan
rendah dan jangka waktu pendek.
n. Perancah siku dengan penunjang (bracket scaffold) harus dijangkarkan ke dalam
dinding dan perhitungkan untuk dapat menahan muatan maksimum pada sisi luar
dari lantai peralatan.
o. Perancah persegi (square scaffold) harus dibuat secara teliti untuk menjamin
kestabilan perancah tersebut.
p. Perancah tupang jendela hanya boleh digunakan untuk pekerjaan – pekerjaan ringan
dengan jangka waktu pendek dan hanya untuk melalui jendela terbuka dimana
perancah jenis tersebut ditempatkan.
q. Tindakan pencegahan harus dilakukan agar dapat dihindarkan pembebanan lebih
terhadap lantai perancah yang digunakan untuk truck membuang sampah.
r. Perancah pada pipa logam harus terdiri dari kaki gelagar palang dan pipa
penghubung dengan ikatan yang kuat dan pemasangan pipa – pipa tersebut harus
kuat dan dilindungi terhadap karat dan cacat-cacat lainnya.
s. Perancah beroda yang dapat dipindah-pindahkan (mobile scaffold) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga perancah tidak memutar waktu dipakai.
t. Perancah kursi gantung dan alat-alat sejenisnya hanya digunakan sebagai perancah
dalam hal pengecualian yaitu apabila pekerjaan tidak dapat dilakukan secara aman
dengan menggunakan alat-alat lainnya.
u. Truck dengan perancah bak (serial basket truck) harus dibuat dan digunakan
sedemikian rupa sehingga tetap stabil dalam semua kedudukan dan semua Gerakan.
1. Apabila dalam pekerjaan konstruksi menggunakan bahan beracun dan berbahaya contoh
thiner, gas elpiji, gas O2, gas asetiline, tempat kerja harus menyediakan Gudang untuk
menempatkan B3.
2. Gudang B3 memiliki ventilasi yang baik B3 dan harus ditata sedemikian rupa, terpisah
antara bahan yang mudah terbakar dan mudah meledak,
3. Jumlah bahan-bahan yang mudah terbakar atau meledak tersebut tidak boleh melebihi
jumlah seperlunya yang akan diolah atau digunakan langsung.
4. Wajib menyediakan alat pemadam api ringan dan harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan
5. Pengusaha atau pengurus wajib memasang rambu-rambu di area Gudang dan lokasi
pekerjaan yang menggunakan B3 tersebut, contoh:
a. “AWAS BAHAN MUDAH TERBAKAR”
b. “ DILARANG MEROKOK”
c. “ AWAS BAHAN BERBAHAYA. DAPAT MENGAKIBATKAN IRITASI PADA
KULIT/MATA DAN SESAK NAFAS”
6. Tenaga kerja harus dilindungi terhadap bahaya singgungan langsung kulit dan bahaya-
bahaya singgung lainnya terhadap bahan pengawet kayu.
7. Kayu yang telah diawetkan dilarang dibakar di tempat kerja
8. Apabila bahan-bahan yang mudah terbakar digunakan untuk keperluan lantai
permukaan dinding dan pekerjaan-pekerjaan lainnya, harus dilakukan tindakan
pencegahan untuk menghindarkan adanya api terbuka, bunga api dan sumber-sumber
api lainnya yang dapat menyulut uap yang mudah terbakar yang timbul di tempat kerja
atau daerah sekitarnya.
2.11 PEKERJAAN LISTRIK
1. Pesawat pembangkit tenaga listrik, pesawat yang menyalurkan tenaga listrik atau
menggunakan tenaga listrik dan peralatan penyalur tenaga listrik lainnya. harus dipasang
dan dilindungi sedemikian rupa sehingga percikan api yang mungkin timbul tidak akan
menimbulkan kebakaran terhadap bahan-bahan yang mudah meledak dan terbakar.
2. Alat pembantu yang menyalurkan tenaga listrik ke pesawat yang menggunakannya
harus disusun, diatur dan dipasang dengan baik.
3. Dilarang menggunakan kawat atau kabel listrik yang tidak disalut di tempat yang
menimbulkan bahaya.
4. Pengamanan kawat atau kabel baik disalut maupun tidak, termasuk jarak antara kawat
atau kabel tersebut dengan dinding baik di luar maupun di dalam bangunan, tingginya
dari permukaan tanah dan jarak antara kawat atau kabel masing-masing harus cukup.
luas penampang kawat atau kabel tersebut harus sesuai dengan kekuatan arus listrik yang
mengalir di dalamnnya untuk mencegah timbulnya bahaya.
5. Kawat atau kabel listrik di atas tanah dan di luar bangunan harus dilengkapi dengan
penangkal petir yang baik dalam jumlah yang cukup.
6. Bagian-bagian pesawat, penyalur atau peralatan lainnya yang menggunakan arus listrik
harus terlindung dan yang menggunakan tegangan tinggi harus dilengkapi dengan
dengan tanda peringatan.
7. Daya tahan isolasi seluruh jaringan saluran listrik dan tiap bagiannya harus memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja.
8. Dalam penyaluran tenaga kerja listrik harus dipasang sejumlah sambungan pengaman
yang cukup dan dapat bekerja dengan baik.
1. ALAT-ALAT ANGKUT
a. Alat – alat angkut harus direncanakan dipasang, dilayani dan dipelihara sedemikian
rupa sehingga terjamin keselamatan dalam pemakaiannya.
b. Poros penggerak, mesin-mesin, kabel-kabel baja dan peralatan dari semua alat-alat
angkat harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kecelakaan karena
terjepit, muatan lebih, kerusakan mesin atau putusnya kabel baja pengangkat.
c. Setiap kran angkat harus dibuat dan dipelihara sedemikian rupa sehingga setelah
diperhitungkan besarnya, pengaruhnya, kondisinya, ragamnya muatan dan kekuatan,
perimbangan dari setiap bagian peralatan bantu yan terpasang, maka tegangan
maksimum yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan maksimum yang diijinkan dan
harus ada keseimbangan sehingga dapat berfungsi tanpa melalui batas-batas
pemuaian, pelenturan, getaran, puntiran dan tanpa terjadi kerusakan sebelum batas
waktunya.
d. Setiap kran angkat yang tidak direncanakan untuk mengangkut muatan kerja
maksimum yang diijinkan pada semua posisi yang dapat dicapai, harus mempunyai
petunjuk radius muatan dan petunjuk tersebut harus dipelihara agar selalu bekerja
dengan baik.
e. Derek (derricks) harus direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga
terrjamin kestabilannya waktu bekerja.
f. Kaki rangka yang berbentuk segitiga harus dari bahan yang memenuhi syarat dan
dibangun sedemikian rupa sehingga terjamin keamanannya waktu mengangkat beban
maksimum.
g. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk melarang orang memasuki daerah lintas
crane jalan (travelling crane) untuk menghindarkan kecelakaan karena terhimpit.
h. Pesawat-pesawat angkat monorel harus dilengkapi saklar pembatas untuk menjamin
agar perjalanan naik dan peralatan angkat (lifting device) harus berhenti di jarak yang
aman pada posisi atas.
i. Tiang derek (gin pales) harus dari bahan yang kuat dan harus dijangkarkan dan
diperkuat dengan kabel.
j. Semua bagian-bagian dari kerekan (winches) harus direncanakan dan dibuat dapat
menahan tekanan beban maksimum dengan aman dan tidak merusak kabel atau
tambang.
k. Penggunaan dongkrak harus pada posisi yang aman sehingga tidak memutar atau
pindah tempat.
l. Dongkrak harus dilengkapi dengan peralatan yang efektif untuk mencegah agar tidak
melebihi posisi maksimum (over travel)