Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN

DIREKTUR RSUD dr. SOEROTO NGAWI


NOMOR :

TENTANG

PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI RSUD


dr. SOEROTO NGAWI

DIREKTUR RSUD dr. SOEROTO NGAWI

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di RSUD


dr. Soeroto Ngawi maka diperlukan adanya Buku Panduan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Konstruksi RSUD dr.
Soeroto Ngawi;
b. Bahwa pemberlakuan Panduan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Konstruksi RSUD dr. Soeroto Ngawi seperti yang
dimaksud pada butit a konsideran menimbang, perlu
ditetapkan dengan keputusan
Direktur.
Mengingat : 1. Undang- undang Republik Indonesia Nomor : 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang Nomor : 18 Tahun 1999 tentang Jasa
3. Konstruksi
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun 1980
tentang Bangunan. Undang – undang Republik Indonesia
Nomor : 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Republik
Indonesia Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
5.
Daerah, Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 36
6. Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009
7. tentang Rumah Sakit;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
8. Lingkungan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Keesehatan Republik Indonesia Nomor :
432/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Manajemen
9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008
tanggal 30 Desember 2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan
dan Perawatan Bangunan Gedung.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
755/Kemenkes/Per/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite
11. Medis di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 48 Tahun 2016 tentang
12. Standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor : 11 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Mencabut Keputusan Direktur Nomor : 445/9460/303/2015


tanggal 7 September 2012 tentang Panduan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Konstruksi.
KEDUA : Memberlakukan Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Konstruksi sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.
KETIGA : Panduan ini digunakan sebagai acuan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Konstruksi.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
PANDUAN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI

RSUD dr. SOEROTO NGAWI

RSUD dr. SOEROTO NGAWI

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I DEFINISI

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III TATA LAKSANA

BAB IV DOKUMENTASI

LAMPIRAN I
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerjaan
konstruksi bangunan adalah :

a) Pekerjaan penyusunan detail enginering design (DED) yang dilakukan oleh pihak ke
III yaitu penyedia jasa konsultasi.
b) Pekerjaan pengawasan pada fase pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh pihak ke
III yaitu penyedia jasa konsultasi.
c) Pekerjaan konstruksi bangunan yang berlokasi di lingkungan RSUD dr Soeroto
Ngawi dan dilakukan oleh pegawai RSUD dr. Soeroto Ngawi.
d) Pekerjaan konstruksi bangunan yang berlokasi di lingkungan RSUD dr Soeroto
Ngawi dan dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi (pihak ke III).

Pelaksana konstruksi yang akan melaksanakan kegiatan konstruksi di lingkungan


RSUD dr. Soeroto Ngawi harus mematuhi Panduan K3 Pekerjaan Konstruksi Bangunan.

BAB III

TATA LAKSANA

Pihak ke III selaku penyedia jasa konstruksi yang diutamakan adalah penyedia jasa
yang memiliki Sistem Manajemen Mutu atau telah memiliki sertifikat ISO dan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) atau telah memiliki sertifikat
OHSASS yang masih berlaku.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai


berikut :

2.1 PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

1) Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan di lingkungan RSUD dr.
Soerot Ngawi wajib dilaporkan kepada Direktur dan Pejabat yang ditunjuknya.
2) Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harusb diusahakan pencegahan atau
dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.
3) Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan
kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.
4) Unit keselamatan dan kesehatan kerja meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap :
kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada
kecelakaan atau usaha-usaha penyelamatan.
5) Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.

2.2 TEMPAT KERJA DAN ALAT-ALAT KERJA

1) Tempat kerja harus dibatasi dengan memberi pagar penutup dengan bahan triplek atau
seng gelombang.
2) Khusus untuk pekerjaan pemeliharaan di dalam gedung yang sudah operasional,
pembatasan area kerja dengan menggunakan kain penutup.
3) Di setiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan keluar masuk
dengan aman.
4) Sarana untuuk keperluan keluar masuk tempat kerja dibedakan untuk keperluan lalu
lalang kendaraan proyek dengan pekerja.
5) Tempat kerja harus dilengkapi dengan papan petunjuk dan peringatan bagi pekerja
saat masuk dan keluar tempat kerja, contoh:
a. “JALUR MASUK PEKERJA / TAMU PROYEK”
b. “HATI-HATI KELUAR / MASUK KENDARAAN PROYEK”
c. “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS”
6) Orang yang tidak berkepentingan, dilarang memasuki tempat kerja, akan lebih baik
bila seluruh pekerja menggunakan ID Card (tanda pengenal).
7) Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang
bekerja atau seiring dilalui, harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8) Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat
mengurangi bahaya debu, uap, dan bahaya lainnya.
9) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan perancah,
alat-alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan
atau dijatuhkan ke bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan.
10) Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka,
atap-atap atau panggung yang dapat dimasuk, sisi-sisi tangga terbuka, semua galian-
galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup
pengaman yang kuat.
11) Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan Nilai Ambang
Batas (NAB) yang berlaku.
12) Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang yang disebabkan
oleh runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat alat bangunan yang tidak
stabil.

2.3 ALAT PELINDUNG DIRI

1) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan sifat
pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja harus disediakan dalam
jumlah yang cukup.
2) APD sebagaimana dimaksud meliputi:
a) Pelindung kepala;
b) Pelindung mata dan muka;
c) Pelindung telingga;
d) Pelindung pernapasan beserta pelengkapnya;
e) Pelindung tangan; dan/atau
f) Pelindung kaki

Selain APD di atas, termasuk APD :

a) Pakaian pelindung;
b) Alat pelindung jatuh perorangan, dan/atau
c) Pelampung

3) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri ini, harus selalu memenuhi syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditentukan
4) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri harus digunakan sesuai dengan kegunaannya
oleh setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
5) Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja diwajibkan menggunakan
alat-alat penyelamat dan pelindung diri ini
6) Pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-
rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja, contoh ;
a) “SELURUH PEKERJA WAJIB MENGGUNAKAN APD”, atau
b) “GUNAKAN APD SEBELUM BEKERJA”.
7) Memasang dalam tempat kerja semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

2.4 DAERAH TERBATAS

1) Tempat kerja yang di dalamnya terdapat area untuk kegiatan terbatas, misalnya
khusus area pekerjaan kayu atau pembesian, harus dibatasi dengan memberi pagar
penutup dengan bahan triplek atau seng gelombang dan menggunakan pita pembatas.
2) Pengusaha atau pengurus wajib memasang rambu-rambu mengenai daerah terbatas,
contoh antara lain:
a. “AREA KERJA TERBATAS”,
b. “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS”.

2.5 EVAKUASI KENDARAAN

1) Tempat kerja harus dilengkapi denah evakuasi yang menerangkan jalur evakuasi dan
lokasi tempat berkumpul utama / area evakuasi (center point) apabila terjadi keadaan
darurat..
2) Denah evakuasi ditempatkan di pintu masuk tempat kerja, sehingga seluruh pekeja
dapat mengetahui jalur evakuasi sebelum bekerja.
3) Pada area tempat diberi petunjuk arah yang memudahkan pekerja menuju area
evakuasi.

2.6 DARURAT P3K

1) Tempat kerja harus dilengkapi dengan fasilitas P3K.


2) Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud, meliputi :
a. Ruang P3K;
b. Kotak P3K dan isi;
c. Alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat
kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
3) Alat pelindung diri merupakan peralatan yang disesuaikan dengan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam keadaan darurat.
4) Peralatan khusus berupa alat untuk pembahasan tubuh cepat (shower) dan
pembilasan/pencucian mata.
5) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K, dalam hal :
a. Mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih;
b. Mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya
tinggi.
6) Persyaratan ruang P3K; meliputi :
a. Lokasi ruang P3K :
1. Dekat dengan toilet/kamar mandi;
2. Dekat dengan jalan keluar;
3. Mudah dijangkau dari area kerja dan
4. Dekat dengan tempat parkir kendaraan.
b. Mempunyai luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur pasien dan
masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta penempatan fasilitas
P3K lainnya;
c. Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar untuk
memindahkan korban;
d. Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dengan mudah dilihat;
e. Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan:
1. Wastafel dengan air mengalir;
2. Kertas tisue/lap;
3. Usungan/tandu;
4. Bidai/spalk;
5. Kotak P3K dan isi;
6. Tempat tidur dengan bantal dan selimut;
7. Tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu dan/atau kursi roda;
8. Sabun dan sikat;
9. Pakaian bersih untuk penolong;
10. Tempat sampah; dan
11. Kursi tunggu bila diperlukan.
7) Kotak P3K harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna hijau;
b. Isi kotak P3K sebagaimna tercantum dalam lampiran panduan ini dan tidak boleh
diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat
kerja;
c. Penempatan kotak P3K:
1) Pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas,
cukup cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan;
2) Disesuaikan dengan jumlah bekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini;
3) Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh;
4) Dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka
masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah
pekerja/buruh.
8) Alat evakuasi dan alat transportasi, meliputi :
a. Tandu atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang aman atau
rujukan; dan
b. Mobil ambulance atau kendaraan yang dapat digunakan untuk pengangkutan
korban.

2.7 PEKERJAAN PEMBONGKARAN

1) Rencana pekerjaan pengangkutan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum pekerjaan


pembongkaran dimulai.
2) Semua instansi, listrik, gas, air, dan uap harus dimatikan, kecuali apabila diperlukan
sepanjang tidak membahayakan.
3) Semua bagian-bagian kaca, bagian-bagian yang lepas, bagian-bagian yang mencuat
harus disingkirkan sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai.
4) Pekerjaan pembongkaran harus dilakukan tingkat demi dimulai dari atap dan
seterusnya ke bawah.
5) Tindakan-tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan bahaya
rubuhnya bangunan.
6) Alat mekanik untuk pembongkaran harus direncanakan dibuat dan digunakan
sedemikian rupa sehingga terjamin keselamtan operatornya.
7) Sewaktu alat mekanik untuk pembongkaran digunakan, terlebih dahulu harus
ditetapkan daerah berbahaya dimana tenaga kerja dilarang berada.
8) Dalam hal tenaga kerja atau orang lain mungkin tertimpa bahaya yang disebabkan
oleh kejatuhan bahan atau benda dari tempat kerja yang lebih tinggi, harus dilengkapi
dengan penadah yang kuat atau daerah berbahaya tersebut harus dipagar.
9) Dinding-dinding tidak boleh dirubuhkan kecuali lantai dapat menahan tekanan yang
diakibatkan oleh runtuhnya dinding tersebut.
10) Tenaga kerja harus dilindungi terhadap debu dan pecahan-pecahan yang
berhamburan.
11) Apabila tenaga kerja sedang membongkar lantai harus tersedia papan yang kuat yang
ditumpu tersendiri bebas dari lantai yang sedang dibongkar.
12) Tenaga kerja dilarang melakukan pekerjaan di daerah bawah lantai yang sedang
dibongkar dan daerah tersebut harus dipagar.
13) Konstruksi baja harus dibongkar bagian demi bagian sedemikian rupa sehingga
terjamin kestabilan konstruksi tersebut agar tidak membahayakan sewaktu dilepas.
14) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agar tenaga kerja dan orang-
orang lain tidak kejatuhan bahan-bahan atau benda-benda dari atas sewaktu cerobong-
cerobong yang tinggi dirubuhkan.
15) Pengusaha atau pengurus wajib memasang rambu-rambu di area pembongkaran selain
pemasangan pita pembatas juga memasang rambu petunjuk, contoh :
a. “AWAS HATI-HATI !, BANGUNAN RAWAN ROBOH”
b. “JANGAN BERADA DIBAWAH BANGUNAN RAWAN ROBOH”

2.8 PEKERJAAN GALIAN

1) Setiap pekerjaan, harus dilakukan sedemikian rupa sehingga terjamin tidak adanya
bahaya terhadap setiap orang yang disebabkan oleh kejatuhan tanah, batu atau bahan-
bahan lainnya yang terdapat di pinggir atai di dekat pekerjaan galian.
2) Pinggir-pinggir dan dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi pengaman
penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan orang yang bekerja di dalam
lubang atau parit.
3) Setiap tenaga kerja yang bekerja dalam lubang galian harus dijamin pula
keselamatannya dari bahaya lain selain tersebut di atas.
4) Pengusaha atau pengurus wajib memasang rambu-rambu di area galian selain
pemasangan pita pembatas juga memasang rambu petunjuk, contoh :
a. “AWAS HATI-HATI !, ADA GALIAN PONDASI”.
b. “AWAS HATI-HATI ! ADA GALIAN KABEL”.

Anda mungkin juga menyukai