Anda di halaman 1dari 39

KEPUTUSAN DIREKTUR

RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN


TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA KONSTRUKSI
NOMOR : / / / 2017

DIREKTUR RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

Menimbang : bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan di RSUD dr.


Fauziah Bireuen yang optimal perlu ditetapkan panduan kesehatan
dan keselamatan kerja konstruksi.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
4. Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Permenakertrans No. PER.01/MEN/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi
Bangunan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DI RSUD dr.
FAUZIAH BIREUEN
KEDUA : Memberlakukan Panduan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Konstruksi di RSUD dr. Fauziah Bireuen
sebagaimana lampiran surat keputusan ini.
KETIGA : Panduan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi
dikaji ulang minimal setiap 3 (tiga) tahun sekali dan
apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan sesuai
dengan perkembangan yang ada.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila
kemudian hari ditemukan adanya kekeliruan akan
diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : BIREUEN
PADA TANGGAL :
DIREKTUR RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

dr. MUKHTAR, MARS


Pembina Tk I, NIP. 19661122 20003 1002
KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal


maka RSUD dr. Fauziah Bireuen menyusun panduan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Konstruksi. Diperlukan optimalisasi sumber daya dan saran yang tersedia yang
salah satu diantaranya adalah disusunnya Buku Panduan K3 Konstruksi.
Buku panduan K3 Konstruksi ini merupakan panduan daam pelaksanaan
konstruksi di RSUD dr. Fauziah Bireuen. Untuk penyempurnaan panduan ini
diharapkan kritik dan saran semua pihak yang berguna bagi perbaikannya.
Semoga buku panduan ini dapat mewujudkan lingkungan di RSUD dr.
Fauziah Bireuen yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

DITETAPKAN DI : BIREUEN
PADA TANGGAL : 2017
DIREKTUR RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

dr. MUKHTAR, MARS


Pembina Tk I, NIP. 19661122 20003 1002
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul................................................................................................................ i
SK Direktur ................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 1
C. Landasan Hukum .............................................................................. 1
BAB II DEFINISI ................................................................................................. 3
BAB III RUANG LINGKUP ................................................................................. 4
BAB IV TATA LAKSANA ................................................................................... 5
A. Perencanaan ...................................................................................... 5
B. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR) ..... 5
C. Safety Induction ................................................................................ 5
D. Safety Meeting .................................................................................. 6
E. Inspeksi K3 ....................................................................................... 6
F. Safety Panel ...................................................................................... 6
G. Safety Talk ........................................................................................ 7
H. Safety Review .................................................................................... 7
I. Surat Ijin Bekerja .............................................................................. 8
J. Surat Peringatan K3 (SPK3) ............................................................. 9
K. Sanksi-Sanksi .................................................................................... 9
L. Pelatihan K3...................................................................................... 9
M. Pengendalian Kecelakaan ............................................................... 10
N. Pengendalian Tanggap Darurat ....................................................... 14
BAB V DOKUMENTASI ......................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya pengembangan pembangunan di RSUD dr. Fauziah Bireuen untuk
menjadi jaringan layanan kesehatan yang terdepan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
untuk melaksanakan pembangunan tersebut diharapkan memenuhi standart konstruksi yang
berlaku, agar dapat mendapatkan mendukung program-program pemerintah dalam bentuk
perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Standar Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini terdiri dari pedoman dan
program kerja K3 yang merupakan persyaratan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi
yang aman dan nyaman. Keberhasilan penerapan standar K3 ini terletak pada kemauan dan
komitmen yang tinggi dari manajemen proyek dan seluruh team yang terlibat dalam
penyelesaian proyek.

B. Tujuan
Tujuan standar pelaksanaan K3 ini adalah :
1. Untuk digunakan sebagai acuan standar dalam penerapan K3 di lingkungan RSUD dr.
Fauziah Bireuen
2. Memberikan perlindungan kepada setiap orang yang berada di area proyek dari risiko
kecelakaan dan sakit akibat kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, rapi, bersih dan sehat.
4. Mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Dibentuknya Tim P2K3 proyek yang diketuai oleh Ketua K3
2. Dibentuknya Tim Tanggap Darurat.
3. Menyediakan sarana dan prasarana K3.
4. Menyediakan Alat Pelindung Diri bagi seluruh pekerja.
5. Mendistribusikan Panduan K3/Buku Saku K3.

C. Landasan Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3. Permenakertrans No. PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Konstruksi Bangunan.
4. Pemasangan Bendera RI, Bendera K-3 dan Bendera Perusahaan
Bendera dipasang di dalam pagar, bila dilihat dari luar pagar posisi sebelah kanan
Bendera RI dan di sebelah kiri adalah Bendera K3. Bendera RI harus dipasang lebih
tinggi dari Bendera K3.

Dilihat dari luar Pagar

Lambang atau Gambar pada Bendera K3.


Arti & makna Bendera K3
Palang Hijau : Bebas dari Kecelakaan dan Penyakit Akibat kerja
Roda Gigi : Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani
Warna Putih : Bersih/suci
Warna Hijau : Selamat, sehat dan sejahtera
Jumlah Gigi Sebelas : 11 Bab dalam Undang-undang Keselamatan Kerja
Nomor 01 Tahun 1970
BAB II
DEFINISI

1. K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


2. Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan ataupun disengaja
dimana seseorang atau sekelompok orang atau benda mengadakan aksi atau reaksi yang
menyebabkan kerugian (luka-luka, patah tulang bahkan kematian).
3. Kecelakaan Ringan (Minor Injury / First Aid) adalah kecelakaan yang dialami korban
tetapi tidak mengganggu aktifitas pekerja tersebut untuk melanjutkan pekerjaan.
4. Kecelakaan Berat (Major Injury) adalah kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban
yang harus dirawat di rumah sakit lebih dari 2 x 24 jam.
5. Kecelakaan Fatal adalah kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban meninggal pada
saat kejadian atau dirawat lebih dari 30 hari sejak kecelakaan terjadi.
6. Safety Induction adalah penjelasan kepada seluruh pekerja baru yang memasuki area
proyek dan bagi pekerja yang akan melakukan pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi
baik itu dari Kontraktor maupun dari pihak Subkontraktor.
7. Safety Patrol adalah patroli rutin yang dilakukan oleh Team Safety untuk memonitor
keadaan/kondisi lapangan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pekerjaan serta
melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan.
8. Safety Meeting adalah pertemuan atau rapat untuk membahas kondisi dan permasalahan di
lapangan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
9. Safety Talk adalah Pertemuan atau rapat tentang topik yang berhubungan dengan K3 di
tempat kerja.yang bertujuan untuk mengingatkan karyawan/pekerja tentang potensi bahaya
yang ada di tempat kerja dan membantu karyawan untuk mengenali dan mengendalikan
bahaya tersebut.
10. SafetySupervisor adalah Seseorang yang berwenang melakukan kegiatan, inspeksi,
penilaian terhadap suatu kegiatan dari sisi keselamatan,dan kesehatan kerja.
11. Safety Officer adalah Seseorang yang berwenang melakukan kegiatan, inspeksi, penilaian
terhadap suatu kegiatan dari sisi keselamatan,dan kesehatan kerja,menerima laporan dari
safety supervisor dan meneruskan ke safety coordinator.
12. Safety coordinator adalah Seseorang yang berwenang melakukan kegiatan, inspeksi,
penilaian terhadap suatu kegiatan dari sisi keselamatan,dan kesehatan kerja serta
mereview hasil laporan safety officer,serta memberi solusi terhadap permasalahan yang
ada.
BAB III
RUANG LINGKUP

Lingkup penerapan standar K3 berlaku untuk :


1. Seluruh proyek-proyek RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Semua kegiatan renovasi, restorasi, penambahan yang dilaksanakan di lingkungan RSUD
dr. Fauziah Bireuen.
2. Setiap karyawan dan tenaga kerja dalam lingkungan proyek RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Setiap karyawan dan tenaga kerja dalam perencanaan K3, Identifikasi bahaya, penilaian
dan inspeksi K3, pelaksanaan pembangunan dari awal sampai dengan selesai.
3. Setiap orang lain, tamu/pengunjung yang berada dalam lingkungan proyek RSUD dr.
Fauziah Bireuen.
4. Setiap peralatan atau material yang digunakan di lingkungan proyek RSUD dr. Fauziah
Bireuen.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Perencanaan K3
1. Sebelum pekerjaan fisik proyek dimulai, proyek harus terlebih dahulu membuat
Perencanaan K3, termasuk denah proyek lengkap dengan jalan keluar dan masuk
proyek, posisi fasilitas K3 yang ada di proyek dan jalur evakuasi.
2. Pemasangan bendera & pembentukan P2K3.
3. Informasi penting antara lain :
- Peraturan K3 di daerah / kawasan setempat (bila ada).
- Nomor telepon pejabat yang berwenang di proyek.
- Alamat & nomor telepon Rumah Sakit rujukan.
- Alamat & nomor telepon Kantor Polisi terdekat.
- Alamat & nomor telepon Kantor SAR.
- Alamat & nomor telepon Dinas Pemadam Kebakaran terdekat.
4. Kelengkapan perencanaan K3, juga harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang
ditentukan dalam peraturan pemerintah seperti :
5. Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Jamsostek (setempat)
6. Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Depnakertrans (setempat)
7. Surat pemberitahuan keberadaan proyek pada institusi-institusi terkait yang diperlukan
seperti Kelurahan, Kecamatan, Babinsa, Polsek, dll.

B. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR)


1. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR) adalah mengidentifikasi
atau mengenali suatu tindakan atau kegiatan pekerjaan yang akan atau sedang
dilakukan, yang berisiko terjadinya kecelakaan dan diupayakan tindakan
pencegahannya untuk menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan kerja.
2. Pelaksanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko sesuai dengan
standar K3 sebagaimana dalam Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Risiko.

C. Safety Induction
Safety Induction memberikan penjelasan tentang keadaan/kondisi lapangan dan pekerjaan
yang akan dilakukan, tata tertib dan peraturan K3 yang berlaku di proyek yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua pekerja yang berada di area proyek.
D. Safety Meeting
1. Safety meeting ini dilaksanakan sesuai jadwal, minimal 2 kali dalam 1 bulan.
2. Safety meeting dihadiri oleh Project Manager, Site Manager, seluruh Kepala Bagian,
Subkontraktor & Mandor.( Semua Yang berkecimpung dalam kegiatan proyek )
3. Safety meeting dapat dilaksanakan dengan cara digabung dengan rapat koordinasi
pelaksanaan lapangan, dengan materi yang dibahas tercatat jelas dalam Risalah Rapat ;
seperti :
4. Hasil evaluasi K3.
5. Laporan kecelakaan yang terjadi serta langkah-langkah perbaikannya.
6. Masalah-masalah yang mungkin akan terjadi dan tindakan pencegahannya.

E. Inspeksi K3
1. Inspeksi K3 adalah inspeksi yang dilakukan 1 minggu sekali oleh Rumah Sakit, MK,
PM/SM & K3 proyek untuk memeriksa dan memastikan bahwa Kontraktor &
Subkontraktor melaksanakan K3 secara konsisten.
2. Yang diperiksa saat inspeksi K3 adalah sesuai dengan standar K3, sebagaimana
checklist yang tercantum pada laporan inspeksi.
3. Tanggungjawab pencatatan dari penyimpangan K3 selama inspeksi dilakukan oleh
Safety Officer (dicatat dan dijelaskan pada Form Laporan Ketidaksesuaian) dan Safety
Officer bertanggungjawab untuk mendistribusikan laporan ketidaksesuaian tersebut
kepada pihak-pihak yang harus menindaklanjuti.
4. Pelaksanaan perbaikan yang dilakukan oleh pihak terkait dimonitor langsung oleh
Safety Officer.

F. Safety Patrol
1. Bila ditemukan keadaan yang berbahaya, maka Safety Supervisor/Officer harus
segera/langsung memberikan perintah secara lisan di tempat untuk menghentikan
pekerjaan. Bilamana potensi bahaya yang bisa langsung diatasi/diperbaiki dalam waktu
yang sangat singkat, maka Safety Supervisor/Officer harus menunggu dan mengawasi
perbaikan tersebut sampai selesai untuk kemudian mengijinkan pekerjaan dilanjutkan.
Namun bilamana perbaikan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, maka Safety
Supervisor/Officer setelah memberikan perintah lisan pekerjaan dihentikan, selanjutnya
meneruskan dengan proses pembuatan laporan ketidaksesuaian (Form Laporan
Ketidaksesuaian). Tanggungjawab pencatatan dari penyimpangan K3 selama safety
patrol dilakukan oleh Safety Supervisor/Officer (dicatat dan dijelaskan pada Form
Laporan Ketidaksesuaian) dan Safety Supervisor/Officer bertanggungjawab untuk
mendistribusikan Laporan Ketidaksesuaian tersebut kepada pihak-pihak yang harus
menindaklanjuti.
2. Bila ditemukan pekerjaan berbahaya yang dilakukan tanpa Surat Ijin Bekerja yang
berlaku, maka Safety Supervisor/Officer dapat menghentikan pekerjaan tersebut, dan
selanjutnya meneruskan dengan proses pembuatan Laporan Ketidaksesuaian dan bila
perlu berikut Surat Peringatan K3.
G. Safety Talk
1. Setiap proyek wajib melaksanakan Safety Talk.
2. Safety talk ini ditujukan kepada para pekerja dan personil yang berada di area kerja. Inti
dari safety talk ini memberikan pengarahan tentang pelaksanaan K3 dan bertujuan agar
tenaga kerja dapat bekerja dengan selamat. Safety talk dihadiri oleh :
3. Perwakilan dari Rumah Sakit & MK.
4. Project Manager & Site Manager.
5. Seluruh karyawan Staff Kontraktor & Subkontraktor.
6. Seluruh Mandor & pekerja yang terlibat aktivitas proyek.
7. Pengarahan ini dilakukan pada pagi hari sebelum pekerjaan dimulai (± selama 15
menit).
8. Materi yang disampaikan antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Kondisi area kerja & potensi bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukan serta
tindakan pencegahannya.
c. Kondisi-kondisi hari itu yang perlu diperhatikan (misalnya hujan, licin, lintasan-
lintasan yang harus dihindari, dll).
9. Jangan berbuat sesuatu yang dapat merugikan/mencelakakan diri sendiri maupun orang
lain.
10. Menjaga kebersihan lingkungan kerja.
11. Tata tertib dan peraturan yang berlaku harus diperhatikan dan dipatuhi oleh semua
pekerja yang ada di lingkungan proyek.
12. Safety talk dilaksanakan minimal satu kali dalam satu minggu selama masa proyek
berlangsung.

H. Safety Review
1. Safety review dilakukan 1 bulan sekali.
2. Anggota safety review adalah PM, Team K3, Rumah Sakit/MK dan pihak lain yang
dianggap perlu.
3. Segala temuan pelanggaran atau saran perbaikan dibahas pada saat safety review dan
segera ditindaklanjuti paling lambat 1 minggu terhitung setelah diadakan safety review.
4. Mengevaluasi apakah sarana K3 di lapangan sesuai dengan standar.

I. Surat Ijin Bekerja


1. Untuk pekerjaan yang telah diidentifikasi sebagai pekerjaan berisiko tinggi, bekerja
dihari libur atau bekerja diluar jam kerja yang ditentukan (lembur, dimana pengawasan
sudah tidak ada atau minim, atau sudah tidak ada Safety Supervisor yang bertugas),
maka untuk bekerja dengan kondisi/situasi tersebut hanya dapat dilakukan setelah Team
K3 memberikan Surat Ijin Bekerja.
2. Jenis-jenis pekerjaan yang dimaksud mengandung risiko tinggi kecelakaan dan harus
mempunyai Surat Ijin Bekerja antara lain adalah :
- Pemasangan dan pembongkaran Tower Crane dan Passenger Hoist.
- Pemasangan dan pembongkaran scaffolding dalam jumlah banyak dan tinggi.
- Pemasangan dan pembongkaran safety net.
- Pembongkaran bangunan.
- Pekerjaan galian.
- Pekerjaan las.
- Pengoperasian Gondola.
- Pekerjaan diatas permukaan air / didalam air.
- Bekerja pada hari libur/lembur.
- Bekerja di ruang tertutup.
- Bekerja di ketinggian atau pekerjaan yang berpotensi bahaya jatuh.
- Surat Ijin Bekerja yang dikeluarkan harus jelas dan tegas menyatakan mulai dan
berakhirnya Surat Ijin Bekerja.
3. Setiap lembar Surat Ijin Bekerja hanya berlaku untuk 1 (satu) hari kerja dan diterbitkan
harus pada hari yang sama dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
4. Penangggung jawab lapangan, bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan pekerjaan
yang sedang berlangsung dan Site Manager, Supervisor dan Safety Officer wajib ikut
memonitor setiap kegiatan pekerjaan tersebut.
5. Setiap Mandor/Subkontraktor/Internal perusahaan yang tidak mentaati ketentuan Surat
Ijin Bekerja harus diberikan Surat Peringatan.
J. Surat Peringatan K3 (SPK3)
1. Surat Peringatan K3 (SPK3) adalah surat peringatan yang diterbitkan oleh Safety Officer
yang ditujukan kepada Subkontraktor, mandor maupun kepada internal proyek
(Kontraktor) karena ditemukan adanya penyimpangan dari ketentuan penerapan K3.
2. Jika Subkontraktor & Mandor masih melakukan pelanggaran dengan masalah yang
sama (kasus terulang), maka SPK3 Kedua harus dikeluarkan dengan memberitahukan
sanksi yang akan diberlakukan bila masalah yang sama terjadi lagi.

K. Sanksi-Sanksi
1. Staf, Pekerja & Orang lain (Tamu) dalam Proyek
a. Bagi yang tidak mematuhi Standar/Prosedur K3 maka Team K3 akan menegur
langsung kepada yang bersangkutan, apabila yang bersangkutan tidak mematuhi
maka Team K3 bersama Security berhak untuk mengeluarkan orang tersebut tanpa
persetujuan PM/SM, dan PM/SM hanya menerima laporan saja.
b. Safety Officer berwenang menindak tegas setiap pelanggar-pelanggar K3 sesuai
peraturan K3 internal proyek.
2. Peralatan, Listrik Kerja, Air Kerja, Jaring Keselamatan, dan lain-lain
Apabila ada ketidaksesuaian terhadap standar/prosedur K3 di lapangan, maka Safety
Officer mengusulkan kepada PM untuk melaksanakan sesuai dengan standar/prosedur
K3. Safety Officer wajib membuat laporan bulanan yang memuat juga apakah PM
melaksanakan instruksi K3 tersebut atau tidak, laporan ini diberikan kepada K3 Pusat,
dan K3 Pusat diharapkan mengambil tindakan apabila PM tidak melaksanakan instruksi
K3 lapangan.

L. Pelatihan K3
Pelatihan K3 proyek meliputi :
1. Pencegahan Kebakaran
P2K3 wajib mengadakan pelatihan pemadaman api kepada para pekerja (Staf &
pekerja) pada awal proyek dan/atau dalam kurun waktu minimal 6 bulan sekali.
Pemakaian alat bantu kerja Safety Officer wajib memberi pelatihan kepada para
pekerja mengenai pengoperasian alat-alat seperti :
a. Bar Bender & Bar Cutter Machine.
b. Mesin Gurinda & bor listrik, cutting wheel, dan lain-lain.
c. Penanganan botol bertekanan.
d. Signalman Tower Crane.
e. Pemasangan scaffolding.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Safety Officer wajib mengadakan pelatihan penggunaan alat pengaman kepada seluruh
pekerja, seperti :
a. Penggunaan safety belt / safety harness.
b. Penggunaan helm pengaman, dam lain-lain.
3. Emergency dan evakuasi
Team P2K3 proyek boleh mengajukan pelatihan tindakan emergency kepada Rumah
Sakit/MK. Hal ini untuk mengukur kesiapan Team apabila suatu insiden benar-benar
terjadi di lapangan.

M. Pengendalian Kecelakaan
1. Flow Chart
Diagram Alir PIC Uraian
Terjadi Kecelakaan Safety 1. Laporan kejadian kepada
Safety Officer.
2. Penanggulangan kecelakaan
untuk korban luka ringan :
Akibat ?
− korban ditanggulangi
dengan P3K.
Safety 3. Laporan kejadian ke
Luka Ringan Luka Berat Meninggal Administrasi / GA.
4. Penanggulangan kecelakaan
untuk korban luka berat &
(1) (3) (3)
meninggal dunia :
Laporan ke Laporan Laporan − hubungi Koordinator
Adm/ Safety kejadian ke kejadian ke Keamanan untuk
Officer Safety Officer Safety Officer
tindakan pengamanan
awal.
(2) (4) (4) GA − amankan TKP.
Pengobatan/ Hubungi
Koordinator
Hubungi
Koordinator
− khusus untuk korban
P3K Keamanan Keamanan meninggal dunia
hubungi R.S. &
pastikan dulu R.S. yang
Selesai (5) (5)
Hubungi Keluarga/ Hubungi Keluarga/
akan dituju situasinya
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Safety “aman”.
Korban Korban Security 5. Hubungi keluarga
(jika Safety − hubungi
tidak ada Penanggungjawab
(6) (6) ditempat) korban yaitu : Atasan,
Bawa Korban ke RS Bawa Korban ke RS Mandor, Subkon, dst.
− minta
Penanggungjawab
menghubungi keluarga.
(7)
Hasil
Selesai Terjadi
Perlu Perawatan
Pemeriksaan ? Kecelakaan
Safety
(10) 6. Bawa korban ke Rumah
(8) Pengurusan surat-surat: Sakit
Perawatan - Laporan ke Polisi A. Luka Berat
Meninggal - Visum − dibawa ke R.S. rujukan
- Pengambilan
Jenazah atau R.S. yang terdekat.
- Surat Jalan − bawa surat pengantar /
(9) jaminan dan fotocopy
Laporan
Asuransi
KTP korban jika ke
dan Klaim R.S. rujukan.
(11) (13)
Bawa Pengurusan ke
− bawa uang jaminan jika
Jenazah Disnaker dan BPJSSafety ke R.S. bukan rujukan.
B. Korban Meninggal
− korban dibawa ke R.S.
(12) (14) dengan aman atau
Rekaman Data Penyelesaian setelah situasi aman.
Kecelakaan Akhir − bawa surat
pengantar/register
(Form Jamsostek &
Selesai Safety fotocopy KTP korban).
GA 7. Hasil pemeriksaan medis
GA pada korban luka berat
GA − tunggu sampai ada hasil
pemeriksaan untuk
memastikan kondisi
GA korban.
− jika kondisi korban
kemungkinan untuk
hidup lebih
besar/dirawat, teruskan
Diagram Alir PIC Uraian
ke langkah 8.
− jika kondisi korban
kemungkinan hidup
lebih kecil/ meninggal,
teruskan ke langkah 10.
Koordinasi 8. Perawatan
Keamanan − serah terima
& tanggungjawab
penanggung perawatan korban
jawab kepada
korban penanggungjawab
korban (Atasan korban,
Subkon).
− buatkan laporan
kecelakaan, investigasi
& penyelesaian korban
kecelakaan,
koordinasikan dengan
GA.
Safety 9. Laporan Asuransi & Claim
− buat laporan kronologis
kecelakaan (form
Depnaker).
− pengurusan ke
Depnaker.
− informasi kecelakaan
secara lisan dulu ke
Depnaker.
GA − pengisian form-form
Jamsostek &
pengurusan Claim.
10. Pengurusan surat-surat
− buat laporan Polisi
(Polsek TKP)
− minta visum & surat
keterangan dari R.S.
− minta surat
pengambilan &
membawa jenazah dari
Polisi (Polsek TKP).
11. Bawa jenazah
− jenazah dikembalikan
ke keluarga dengan
membawa surat jalan
dengan pengawalan dari
penanggungjawab /
keluarga.
12. Rekaman Data kecelakaan
− foto dan dokumentasi.
13. Pengurusan ke Depnaker &
Jamsostek
− laporkan kronologis
kejadian (form
Depnaker).
− isi formulir laporan.
14. Penyelesaian Akhir
− laporan ke Depnaker &
Jamsostek.
− penyerahan santunan ke
Ahli Waris.
2. Laporan Kecelakaan, Investigasi dan Penyelesaian
a. Setiap kecelakaan, baik kecelakaan ringan sampai dengan kecelakaan fatal, Safety
Officer harus membuat laporan secara lengkap (Form Laporan Kecelakaan, Investigasi
& Penyelesaian).
b. Bilamana terjadi kecelakaan fatal atau korban meninggal, maka :
- Safety Officer atau Safety Supervisor harus segera memberitahu/melapor kepada
Project Manager, Rumah Sakit/MK dan Safety Coordinator paling lambat 1 jam
setelah kecelakaan terjadi.
- Project Manager bersama Safety Officer harus segera mengadakan investigasi
kecelakaan dan membuat laporan paling lambat 1 hari setelah kecelakaan terjadi
(Form Laporan Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaian).
- Project Manager bertanggung jawab melaporkan kecelakaan secara lisan kepada
Direktur dan Safety Coordinator paling lambat 1 jam setelah kecelakaan terjadi.
- Safety Coordinator harus melaporkan kepada Ketua P2K3 Pusat mengenai
kronologi kecelakaan & tindakan pencegahannya, agar kecelakaan yang serupa
tidak terulang kembali.
c. Penyelesaian atas korban kecelakaan harus dituntaskan secepatnya dan harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku, untuk menjamin tidak ada lagi tuntutan/masalah
dikemudian hari.
3. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
a. Di proyek minimal harus tersedia fasilitas P3K seperti :
- 1 (satu) personil yang memahami prosedur/cara-cara melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
- Kotak obat P3K lengkap dengan isinya.
- Tandu.
- Dan lain-lain.
b. Khusus untuk proyek besar dan berisiko tinggi, maka fasilitas P3K harus ditingkatkan.
Fasilitas P3K tambahan tersebut disesuaikan dengan kondisi proyek.
N. Pengendalian Tanggap Darurat

1. Pengendalian Keadaan Darurat


a. Jenis keadaan darurat meliputi: kebakaran, huru-hara, dan bencana alam
Penanganan khusus untuk mengatasi situasi tersebut sesuai yang tercantum dalam
Prosedur Pengendalian Tanggap Darurat.
b. Dalam keadaan darurat, komando lapangan dilakukan oleh Safety Officer di bawah
kendali Project Manager.
c. Tindakan-tindakan cepat harus segera dilakukan sesuai dengan situasinya, yaitu antara
lain :
- Melakukan pengamanan tingkat awal.
- Melakukan proses evakuasi.
- Meminta bantuan cepat (misal Polisi, Pemadam Kebakaran, SAR dan rumah sakit).
2. Penanggulangan Api
Berhati-hatilah dengan api karena sekali menyambar dapat menimbulkan bahaya
yang dapat mengancam nyawa manusia dan lingkungan sekitarnya. Sebagian besar
kebakaran disebabkan oleh kecerobohan dan kelalaian manusia. APAR harus diperiksa
dalam jangka waktu tertentu agar tidak terjadi kerusakan. Untuk menghindari adanya
bahaya api, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Jangan membawa api ke tempat yang ada tanda ”AWAS API”
- Setiap bekerja menggunakan api harus membawa Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
- Menyediakan APAR di tempat-tempat yang diperlukan sesuai dengan jenis apinya.
- Memasang rambu/peringatan.
- Jangan memindahkan alat pemadam api tanpa persetujuan dari pihak yang berwenang,
serta adakan pengecekan rutin terhadap alat pemadam api.
- Menghindari adanya tumpahan minyak di lokasi kerja.
- Apabila terjadi kebakaran, lakukan langkah-langkah sesuai prosedur yang ada.
a. Jenis Pemadam Kebakaran :
1) Pemadam Api Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)
Jenis ini dapat dipakai untuk memadamkan api yang disebabkan oleh :
− Kelas A : Kayu, Kain, Kertas.
− Kelas B : Gas dan Cair
− Kelas C : Listrik
− Kelas D : Logam
2) Pemadam Api CO2
− Kelas B : Gas dan Cair
− Kelas C : Listrik
b. Penyediaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
1) Tempat penyimpanan bahan mudah terbakar.
2) Ruang Genset.
3) Area kantor dan sekitarnya.
4) Pos Security.
5) Setiap dilakukan pekerjaan pengelasan (kerja panas).
6) Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
c. Faktor-faktor penyebab kebakaran :
1) Merokok.
2) Gesekan.
3) Benda logam terpukul benda logam lain.
4) Sampah-sampah kering yang kena panas matahari.
5) Pembakaran sampah yang sembarang.
6) Udara yang explosive (mudah meledak).
7) Kebakaran disebabkan oleh alat-alat kerja yang menggunakan listrik/api.
d. Pencegahan Kebakaran:
1) Usahakan di semua tempat bersih dan teratur.
2) Simpanlah bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang aman.
3) Pakailah tempat penyimpanan yang aman.
4) Pergunakan penghubung listrik yang baik.
5) Jangan lengah apabila memerlukan api.
6) Pasanglah APAR di tempat penyimpanan bahan mudah terbakar.
7) Periksa bekas api (bekas pembakaran).
8) Pasanglah alat deteksi ditempat yang mungkin terjadi kebakaran.
9) Tempatkan alat pemadam api sesuai luas dan kondisi setempat.
10) Pastikan bahwa alat pemadam api tersedia dalam kondisi siap pakai.
11) Yakin, Anda dapat menggunakan alat pemadam api yang tersedia dengan cepat
dan tepat.
3. Jenis Pekerjaan Berbahaya
a. Pekerjaan Galian / Pengurugan
Pekerjaan galian yang sudah mencapai lebar & kedalaman 1 meter sudah
membahayakan tenaga kerja dan orang lain yang berada di sekitarnya, maka harus
dibuatkan tutup atau pagar pengaman yang kuat dan aman untuk mencegah adanya
bahaya jatuh dari ketinggian. Adanya bahaya longsor dan ambruknya pinggir galian
menambah kemungkinan bahaya yang ada. Untuk jalan naik dan turunnya tenaga kerja
ke tempat kerjanya harus dibuatkan tangga yang memadai dan aman.
Metode penggalian adalah sebagai berikut :
- Sebelum pekerjaan galian dilaksanakan, harus diperiksa terlebih dahulu apakah ada
jaringan listrik, gas, dll.
- Harus dibuatkan tutup atau pagar pengaman yang kuat & aman untuk mencegah
adanya bahaya jatuh, atau dibuatkan tanda atau peringatan yang bisa
memberitahukan adanya bahaya pada orang-orang yang ada di sekitarnya.
- Lubang galian harus dipasang proteksi & rambu peringatan untuk menghindari
pekerja terperosok di dalam lubang dan pada malam hari harus diberi lampu
penerangan yang memadai.
- Untuk jalan naik & turun pekerja ke tempat kerjanya harus dibuatkan tangga yang
memadai & aman bagi pekerja.
- Pemberian sirkulasi udara pada penggalian dalam/bawah tanah.
- Pengamanan pinggiran galian dari bahaya longsor dengan cara pemasangan patok
kayu atau turap sesuai dengan kondisi tanah.
- Jangan menyeberangi lubang hanya dengan memakai papan kayu, gunakan jembatan
yang semestinya & aman saat menyeberangi lubang.
- Jangan menumpuk tanah di pinggir lubang galian.
- Jangan bekerja atau beristirahat didalam lubang galian di saat hujan.
- Jangan melakukan penggalian didekat scaffolding/perancah yang terpasang karena
dapat menyebabkan scaffolding/perancah tersebut runtuh.
- Galian dengan pinggir yang tegak lurus/curam bisa terjadi adanya bahaya longsor
- Jika galian tidak bisa diberi penguatan atau turap, galian harus dibuat landai/tidak
curam dan sudah diperhitungkan tidak akan terjadi longsor. Kemiringan galian
disesuaikan dengan kondisi tanah dan aturan yang ada.
- Dari pinggir galian 2 meter harus tidak ada beban yang berat dan tanah bekas galian
ditaruh jauh dari galian, karena bisa terjadi longsor.
b. Pekerjaan pada ketinggian
Bekerja di ketinggian risiko bahaya yang ada semakin tinggi. Karena itu diperlukan
metode-metode pekerjaan sebagai berikut :
1) Di bawah pekerjaan harus dipasang safety net serta harus dibuatkan pelataran kerja
yang memadai dan aman.
2) Tenaga kerja harus memakai safety belt sebagai alat pelindung dirinya karena
kemungkinan adanya bahaya jatuh bisa saja terjadi.
3) Diluar perancah kerja yang menghadap keluar gedung harus dipasang safety net untuk
mengamankan adanya kemungkinan benda jatuh jangan sampai mengenai tenaga kerja
yang berada dibawahnya. Pinggiran lantai harus diproteksi dengan pemasangan
scaffolding yang lebih tinggi dari lantai yang dikerjakan.
4) Lubang-lubang lantai harus ditutup atau dipagar yang kuat untuk mencegah adanya
bahaya jatuh dari ketinggian. Kalau membuka tutup lantai segera pasang pengaman
atau paling tidak pasang rambu/papan peringatan. Kalau perlu dijaga. kalau tidak, akan
berbahaya pada tenaga kerja lain yang tidak tahu bahwa tutup dibuka.
5) Tangga, catwalk, jembatan sementara harus dibuatkan yang memadai dan aman yang
dilengkapi dengan pagar pengaman (pegangan tangan).
6) Pemasangan rangkaian scaffolding sekeliling bangunan yang tinggi harus mengikuti
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
− Base
Buatlah landasan yang cukup kuat (papan kayu sebagai tambahan bagi base plate
pada semua scaffolding (perancah) yang didirikan di atas tanah yang lunak.
− Level. Digunakan untuk mengimbangi permukaan tanah yang tidak rata.
− Cross brace. Pasanglah semua cross brace sesuai aturannya, jangan menginjak
cross brace pada waktu bekerja.
− Wall connector
Pasanglah dan telitilah wall connector diantara kerangka dan scaffolding pada
setiap kepanjangan 8 meter dan ketinggian 9 meter.
− Walking frame/catwalk
Gunakanlah walking frame atau catwalk sedikitnya pada setiap lapisan kelima,
hindari penggunaan balok kayu.
− Corner. Sambunglah kedua kerangka pada setiap sudut dengan pipa & klem baja.
− Arm lock. Digunakan untuk extra proteksi keselamatan.
− Tinggi scaffolding jangan melebihi 55 meter, tapi dapat dipasang sampai
ketinggian 100 meter.
c. Pekerjaan di Ruang Terbatas/Tertutup
Hal-hal yang harus diperhatikan bekerja di ruang terbatas/tertutup :
1) Mintalah surat ijin kerja untuk bekerja di ruangan tertutup.
2) Sebelum memasuki ruang tertutup cek kadar oksigen, gas beracun dan gas yang mudah
terbakar.
3) Usahakan aliran udara segar masuk kedalam ruangan tertutup, jangan menggunakan
oksigen murni bisa terbakar.
4) Penerangan harus memadai agar pekerja dapat bekerja lebih nyaman.
5) Gunakan APD yang sesuai seperti helm pengaman, sabuk pengaman, sepatu
pengaman, sarung tangan dan masker yang sesuai.
6) Jika merasa sakit saat bekerja di ruang tertutup, segera keluar dan melaporkan ke
Pengawas Lapangan.
7) Harus ada seseorang yang siaga memonitor & mengamati keadaan pekerja di dalam
ruang tertutup.
8) Jika menemukan pekerja jatuh didalam ruang tertutup, jangan segera masuk untuk
menolong karena bisa menjadi korban selanjutnya, laporkan kepada Pengawas
sebelum penyelamatan dilaksanakan.
9) Jika mencoba untuk membantu pekerja yang terluka didalam ruangan tertutup jangan
tergesa-gesa, bawa korban keluar dari ruang tertutup.
Contoh ruang terbatas/tertutup seperti : lubang galian, septictank, tangki, saluran
pembuangan, pengolah limbah, dll.
Bahaya ruang terbatas/tertutup :
1) Kekurangan oksigen yang menyebabkan berkurangnya kemampuan bekerja.
2) Kelebihan oksigen yang menyebabkan bahan-bahan mudah terbakar.
3) Kebanjiran di ruang tertutup.
4) Kebisingan bertambah keras karena akustik didalam ruang tertutup.
d. Pekerjaan Diatas Air
Untuk menjaga kemungkinan adanya bahaya jatuh ke air & tenggelam, pekerja yang
bekerja diatas air harus memakai pelampung/baju pengaman atau alat-alat lainnya.
e. Pekerjaan di daerah Lalu Lintas
Pengendalian lalu lintas di daerah kerja sangat penting untuk melindungi para pekerja.
Lakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Ambil perhatian pengendara untuk mengikuti arah yang dituju.
2) Ingatkan pengendara dengan keadaan di depan.
3) Kurangi kecepatan kendaraan.
4) Arahkan pengendara untuk perlahan-lahan di sekitar lokasi pekerjaan.
Untuk mengingatkan pengendara dapat dilakukan dengan :
1) Beri aba-aba dengan bendera.
2) Gunakan rambu-rambu untuk melambatkan kendaraan.
3) Pakai rompi dengan warna mencolok serta reflektif diwaktu malam.
4) Malam hari gunakan penerangan di lokasi pekerjaan agar pekerja terlihat dari jauh.
Cara mengarahkan lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan :
2) Gunakan pemisah jalur.
3) Setelah lalu lintas menyempit arahkan ke jalur lain.
f. Pekerjaan panas/pengelasan
Pekerjaan pengelasan/pemotongan adalah pekerjaan yang menggunakan api sehingga salah
satu unsur terjadinya kebakaran sangatlah terpenuhi dan pekerjaan ini mempunyai risiko
paling besar dalam terjadinya kebakaran. Disamping itu ada risiko kecelakaan lain yang
disebabkan oleh pekerjaan ini diantaranya : kebutaan, tersengat listrik, terpotong anggota
badan dll.
Tindakan pencegahan :
1) Apabila memang sangat diperlukan pekerjaan panas/api pasanglah seng/media tahan api
untuk proteksi terhadap benda-benda yang ada disekitar pekerjaan tersebut. (Tidak boleh
ada lubang/celah).
2) Tempat ardenya harus dekat dari tempat pengelasan.
3) Hindarkanlah barang-barang yang mudah terbakar di daerah sekitarnya.
4) Sediakan APAR dilokasi pekerjaan diatas
5) Sebelum mulai bekerja, Safety Officer/Safety Supervisor memeriksa APD dan tempat
yang akan dikerjakan, apakah telah memenuhi syarat-syarat tersebut di atas.
6) Welder harus mengecek kembali adanya kemungkinan kebakaran sebelum meninggalkan
lokasi kerjanya minimal 15 menit.
Risiko dari pekerjaan panas paling terbesar adalah terjadinya kebakaran, karena
pekerjaan tersebut paling dominan menggunakan api. Sedangkan terjadinya kebakaran
mempunyai 3 unsur penyebabnya, yang disebut dengan Segitiga Api yaitu :
1. Bahan bakar misal gas, kayu, kertas dll
2. Sumber api
3. Udara (Oksigen/O2)
Untuk menghindari terjadinya api, salah satu unsur di atas harus ditiadakan.
g. Pekerjaan Instalasi Listrik
Pekerjaan instalasi listrik mempunyai risiko kecelakaan fatal karena bisa menyebabkan
kematian. Untuk itu diperlukan metode-metode pencegahan terjadinya kecelakaan ini :
1. Setiap sambungan kabel harus diisolasi/diberi conector
2. Kabel tidak diperbolehkan lewat genangan air harus dilewatkan atas
3. Kabel-kabel temporary harus rapi dan aman, tidak mengganggu aktivitas para pekerja.
4. Dalam mempergunakan alat, jangan pegang kabelnya tetapi peganglah alatnya
5. Lihat kondisi dalam box panel apakah terjadi pengepongan.
2. Pemakaian Alat-Alat Kerja
a. Pemakaian Alat – Alat Kecil & Sedang
1) Alat Kerja Manual / Genggam
a) Pegangan pada peralatan genggam tidak licin, harus bersih.
b) Pegangan harus kuat.
c) Alat yang pegangannya rusak tidak boleh digunakan.
d) Gunakan APD yang sesuai.
e) Pada saat menyimpan, sisi yang tajam tidak boleh menghadap keatas.
2) Alat Kerja Listrik
a) Gunakan APD yang sesuai.
b) Pastikan peralatan di ground dan isolasi.
c) Gunakan GFI (Ground Fault Interupter) untuk daerah yang lembab/basah.
d) Jauhkan kabel dari sumber panas, oli dan benda tajam.
e) Matikan alat pada saat tidak digunakan dan pada saat perawatan.
f) Jangan mengenakan pakaian yang longgar karena bisa terlilit oleh bagian yang
berputar.
g) Jangan mengoperasikan alat secara mendadak.
h) Alat yang rusak diberi label.
i) Jangan membawa alat dengan cara menggantung pada kabelnya.
3) Alat Kerja Pneumatic (Menggunakan tekanan angin)
a) Gunakan APD yang sesuai
b) Sambungan selang harus dalam kondisi baik menggunakan klem.
c) Putuskan hubungan selang jika sedang mengganti asesoris.
d) Jauhkan kabel dari sumber panas, oli dan benda tajam.
e) Dilarang memutus hubungan dengan mencabut selang angin dengan hentakan.
4) Alat Kerja yang menggunakan Bahan Bakar Minyak
a) Periksa bahan bakar sebelum alat dioperasikan.
b) Dilarang merokok selama pengisian bahan bakar, sumber-sumber nyala lain atau
alat yang ada didekatnya seperti pengelasan harus dihentikan selama proses
pengisian.
c) Pasang rambu ”AWAS API”.
b. Pemakaian Alat – Alat Berat
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum alat berat dioperasikan adalah :
− Pengujian dan pemeriksaan oleh Petugas yang kompeten.
− Safety Device harus berfungsi sebagaimana mestinya.
− Usahakan untuk mengetahui kapasitas peralatan dan gunakan sesuai kapasitas yang
diijinkan.
− Jangan mengoperasikan peralatan diluar penggunaannya.
− Hanya Operator khusus yang diijinkan mengoperasikan alat tersebut.
1) Tower Crane
− Sebelum dioperasikan, Tower Crane harus diperiksa dan diuji oleh pihak yang
berwenang dan memenuhi aspek legal.
− Pengoperasian Tower Crane harus dilakukan oleh Operator yang sudah ahli pada
bidangnya dan harus memiliki SIO (Surat Ijin Operator).
− Tower Crane hanya diperuntukkan mengangkat material.
− Komunikasi antara Operator TC dengan Rigger harus dengan HT (Handy Talky).
− Operator harus melakukan pemeriksaan Safety Device dan menjamin harus
berfungsi sebagaimana mestinya.
a) Pengecekan Tower Crane Sebelum Erection (Sebelum dikirim ke lokasi)
(1) Pembersihan karat & pengecatan unit Tower Crane.
(2) Pengecekan :
- Motor trolley.
- Motor hoist.
- Motor slewing.
- Pengencangan baut slewing ring.
(3) Pengecekan seling (wire rope) :
- Hoist wire rope.
- Trolly wire rope.
(4) Pengecekan bearing-bearing :
- Roll wire rope.
- Kereta trolley.
(5) Pengecekan panel-panel & kabel :
- Kabel-kabel kearah panel.
- Kabel-kabel kearah motor.
- Kabel-kabel kearah Generator.
- Kabel-kabel grounding.
(6) Pengecekan panel :
- Magnetic contactor.
- Kabel-kabel dalam panel.
(7) Pengecekan limit switch :
- Limit switch beban.
- Limit switch trolly.
(8) Pengecekan power pack :
- Oil (Turalik 43).
- Motor.
- Selang (hose).
- Filter.
(9) Pengecekan sistem pengaman otomatis / Safety Device.
2) Pondasi
a) Tentukan letak pondasi supaya sewaktu pemasangan dan pembongkaran tidak ada
kesulitan, serta dapat menjangkau bangunan yang dikerjakan.
b) Untuk pondasi, cek dulu keadaan tanahnya apakah diperlukan pemancangan atau bor
pile agar ada kekuatan khususnya pada pondasi TC.
c) Agar posisi angkur tidak miring maka digunakan Theodolite 2 (dua) buah dari dua
arah.
d) Untuk pemasangan TC ditentukan setelah beton kering atau sudah cukup umur.
3) Pemasangan Tower Crane / Erection
a) Lengkapi Surat Ijin Bekerja (SIB).
b) Periksa posisi TC yang akan didirikan untuk menentukan letak Crane bantu yang akan
digunakan untuk erection.
c) Persiapkan angkur TC sebanyak 4 buah dan baut, mur , pen untuk TC.
d) Menyiapkan alat-alat yang akan dipakai :
- Palu besar & kecil
- Sabuk pengaman (Safety Harnes)
- Chain block & handle wire rope winch.
- Helmet, safety shoes & sarung tangan.
- Tool Kit.
- HT (untuk komunikasi)
- Tambang, dll.
e) Untuk erection yang pertama dipasang :
- Base mast (untuk type C 4513 tidak ada)
- Theleskop
- Cat-Walk (Slewing)
- Cat-Head (Cerucut)
- Counter Jib
- Jib Boom
- Pagar pengaman & kabin
- Ballast (Batu pemberat)
f) Pemasangan penangkal petir dan lampu pengaman. Sistem instalasi penangkal petir ini
dimerger maksimum 5 Ω.
g) Pemasangan kabel dari Generator ke panel utama.
(1) Pemasangan kabel-kabel untuk panel-panel serta motor dan limit switch.
(2) Pemasangan Wire Rope (Seling)
- Hoist Wire Rope
- Trolley Wire Rope
h) Setelah erection, dipasang kabel penangkal petir, lampu rotary & lampu penerangan
untuk kerja malam
4) Menambah Section (Jack Up)
a) Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan :
- Cylinder Hydraulic, periksa oli Hydraulic.
- Pompa Hydraulic (Power Page)
- Palu besar & kecil
- Section
- Pen dan lock pen untuk section
b) Pengetesan power page dan cylinder hidroulic
c) Penambahan section maximum sebatas free standing yang diizinkan (18 m).
5) Pemasangan Sabuk Tower Crane (Fitting The Anchorage)
a) Pemasangan sabuk setelah TC berada diatas batas free standing.
b) Pemasangan sabuk TC dipasang di kolom bangunan atau di balok.
c) Setelah pemasangan sabuk selesai, selanjutnya dilakukan penambahan section (jack
up) sampai batas tertentu.

6) Pengecekan peralatan Tower Crane sebelum dioperasikan


Pengecekan Tower Crane sebelum dioperasikan sangatlah perlu dan wajib dilakukan,
sehingga ketika kita mengoperasikan Tower Crane, kondisi-kondisi yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan dapat terhindarkan. Dibawah ini beberapa hal yang perlu dilakukan
dalam pengecekan Tower Crane :
a) Ada pemeriksaan dan pengujian dari pihak yang berwenang (Ahli K3 /
DISNAKERTRANS).
b) Tower Crane harus dilengkapi dengan sertifikat alat.
c) Harus ada Surat Ijin Operasi Tower Crane dari instansi terkait.
d) Operator harus memiliki sertifikat & SIO.
e) Baut-baut Mast dalam keadaan terikat kuat begitu juga dengan ikatan penguatan ke
bangunan.
f) Sling dalam keadaan tergulung baik tidak ada yang cacat
g) Sling yang rusak jangan dipakai karena menyebabkan serabut baja mudah putus,
terjepit terlipat. Segera dipotong agar orang lain yang tidak tahu tidak sempat
memakai. Ukur diameter seling, apakah terjadi berkurangnya diameter.
h) Pastikan bahwa Wire Rope yang akan dipakai dalam kondisi baik begitu juga dengan
pengikatannya. Wire Rope yang cacat atau terlihat akan putus jangan dipakai.
i) Rem bisa bekerja dengan baik.
j) Motor Trolley bisa berfungsi dengan baik.
k) Limit Switch dan Limit Beban bisa berfungsi dengan baik.
l) Signalman dan tukang pengikat beban berkemampuan dan dalam kondisi baik.
m) Inspeksi berkala harus dilakukan & didokumentasikan.
7) Passenger Hoist
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum Passenger Hoist dioperasikan, adalah :
a) Sebelum dioperasikan, Passenger Hoist harus diperiksa dan diuji oleh pihak yang
berwenang (Ahli K3 / Disnakertrans).
b) Passenger Hoist harus dilengkapi sertifikat alat.
c) Operator harus memiliki sertifikat & SIO.
d) Passenger Hoist berhenti harus pada lantai yang ada jembatannya.
e) Rem otomatis harus bisa menghentikan pesawat dalam keadaan emergency.
f) Limit Switch harus bisa bekerja sesuai dengan yang telah ditentukan.
g) Section Passenger Hoist harus dilengkapi dengan arde/grounding.
h) Jalur lintasan harus bebas dari rintangan dan gangguan lain.
i) Kabel tidak ada yang terbuka dan hasil mergernya bagus.
j) Pengamanan areal untuk masuk dan keluar dari pesawat tidak terganggu.
k) Inspeksi berkala harus dilakukan & hasilnya didokumentasikan.
l) Kerangka Passenger Hoist di tempat pemberhentian harus dipagar dan dilengkapi
rambu-rambu.
8) Genset
a) Pengoperasian Genset harus memenuhi aspek legal.
b) Pengoperasian Genset dilakukan oleh teknisi/Operator yang sudah ahli dibidangnya.
c) Pada sisi luar ruang Genset harus tersedia Alat Pemadam Api Ringan.
d) Lantai ruang Genset tidak boleh tergenang air atau oli.
e) Harus ada sirkulasi udara pada ruang genset.
f) Genset harus dilengkapi grounding maksimal 5 Ω.
g) Panel induk harus dilengkapi ELBC (Eart Leak Circuit Breaker).
3. Alat – Alat Kerja Bantu
a. Tangga
1) Tangga harus disediakan di proyek.
2) Periksa anak tangga sebelum digunakan dan pastikan tangga dalam kondisi baik.
3) Tangga yang rusak/patah tidak boleh digunakan dan segera harus diperbaiki.
4) Tangga didudukkan pada landasan yang kuat serta pastikan agar tangga tidak
bergeser apabila dinaiki, apabila perlu ada seseorang yang memegang tangga agar
tidak tergelincir atau roboh.
5) Tangga yang digunakan untuk pekerjaan listrik harus terbuat dari bahan yang tidak
penghantar arus listrik.
6) Jangan menyambung tangga secara sembarangan apabila hendak memperpanjang,
sambungan harus lebih kuat dibanding daerah yang tidak disambung.
7) Tangga jangan dipasang pada tempat yang bergerak.
8) Kemiringan tangga harus dibuat nyaman, jangan terlalu miring.
9) Tangga yang diletakkan pada pintu atau jalan harus dilindungi dengan barikade.
10) Pada saat naik atau turun tangga harus menghadap tangga, serta tidak diperbolehkan
membawa barang sehingga tangan dapat berpegang pada tangga.
11) Sepatu atau alas kaki harus bebas dari lumpur, oli atau bahan lainnya yang dapat
menyebabkan terpeleset.
12) Dilarang berdiri tegak pada tempat berpijak tertinggi dari tangga pijakan.
b. Scaffolding
1) Gunakan papan/kayu yang kuat sebagai landasan scaffolding, pasang Adjustable Jack
Base serta pakukan/ikatkan Jack Base pada landasan scaffolding.
2) Gunakan joint pin yang masih standar dan pastikan joint pin sudah terpasang dengan
benar.
3) Bracing harus terpasang & terkunci dengan baik, dan pada pemasangan scaffolding
yang tinggi harus dibantu dengan menggunakan pipa besi.
4) Spesifikasi dan kekuatan bracket yang dipasang harus seimbang dengan beban.
5) Setiap bracket yang digunakan mendirikan scaffolding harus dipasang landasan yang
6) kuat dan dudukan scaffolding harus pada posisi yang tepat serta diberi penyangga agar
scaffolding tidak bergeser.
7) Platform harus dipasang pada dudukan yang kuat dan diikat.
d. Peralatan Penunjang
1) Panel Listrik
Panel listrik harus terpasang dengan baik pada tempat yang telah direncanakan dan
terikat dengan kuat pada tiangnya. Dilindungi dari panas matahari dan air hujan.
Lantai di bawahnya tidak tergenang air. Ikatan kabel input dan output kuat dan baik
dan diardekan. Tidak dipasang di pinggiran yang berbahaya. Penanganan panel hanya
oleh tenaga kerja yang telah ditugaskan.
2) Penangkal Petir
Untuk mencegah adanya kemungkinan terkena sambaran petir (teraliri arus listrik dari
awan yang akan kembali ke tanah) di proyek harus dipasang penangkal petir. Dan
begitu ada bangunan lain atau peralatan yang ketinggiannya sudah melebihi bangunan
sebelumnya yang sudah dipasangi alat penangkal petir maka bangunan baru tersebut
harus dipasangi alat penangkal petir baru. Alat penangkal petir adalah alat yang bisa
menyalurkan aliran listrik dari awan ketanah, sehingga tidak merusak bangunan yang
telah dipasangi. Alat penangkal petir bisa melindungi bangunan lain di sekitarnya
dengan jangkauan 60 derajat dari ujungnya. Dalam pemasangan penangkal petir
besarnya tahanan (Resistans) pembumian maksimum adalah 5 Ω.
e. LOTO (LOG OUT TAG OUT)
1) LOTO merupakan kepanjangan dari Lock Out Tag Out.
LOTO (Lock Out Tag Out) dalam bahasa Indonesia artinya penggembokkan dan
pelabelan, adalah suatu prosedur untuk mengunci atau mengisolasi sumber energi
suatu sistem atau alat, bisa energi listrik, mekanik, kinetik, tekanan angin dan
sebagainya sehingga kita bisa bekerja/memperbaiki sistem/alat tersebut lebih aman.
2) Tujuan penerapan LOTO adalah untuk mencegah timbulnya energi yang tiba-tiba dan
tidak diharapkan (karena salah pengoperasian atau dihidupkan sebelum waktunya) dari
mesin, peralatan listrik dan fasilitas proses produksi yang sedang diperbaiki,
dioperasikan atau dilakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan
peralatan atau proses tersebut, yang dapat mencederai seseorang atau merusak
peralatan.
3) Untuk melakukan LOTO bisa menggunakan kunci gembok biasa dan diberi kertas
label, di kertas label tersebut biasanya terdapat tulisan keterangan nama orang yang
punya gembok, identitas dari alat tersebut dan catatan tentang pekerjaan atau perbaikan
apa yang sedang dilakukan.
Jika LOTO dipasang saat pekerjaan maintenance melakukan perbaikan mesin, maka
berfungsi untuk menjaga mesin tersebut tidak hidup atau start up selama melakukan
pekerjaan.
4) LOTO dapat berfungsi sebagai pengisolasi energi dan mengendalikan mesin atau
peralatan serta membantu melindungi pekerja dalam memperbaiki alat, melindungi
peralatan itu sendiri, dan melindungi pekerja lain yang terpengaruh.
5) Waktu penggunaan LOTO :
a) Ketika service atau pemeliharaan sedang dilakukan pada mesin atau sekitar mesin,
dimana cidera dapat terjadi akibat startup mesin yang tidak terduga atau lepasnya
energi yang masih tersimpan.
b) Ketika mesin atau peralatan baru sedang diinstall.
c) Ketika pengaman atau alat keselamatan lainnya harus dipindahkan.
d) Ketika pekerja harus meletakkan sebagian atau seluruh tubuhnya di mesin atau
peralatan dimana hal itu dapat terjepit oleh mesin yang bergerak.
6) Macam macam LOTO
Ada beberapa macam alat pengunci pada peralatan LOTO, disesuaikan jenis alat atau
mesin yang dikuncinya antara lain :
a) Untuk valve steam, pneumatik, air bertekanan dll.
b) Untuk peralatan elektrik
c) Untuk tabung gas atau tabung silinder
d) Untuk selang pneumatic
e) Situasi yang tidak memerlukan LOTO :
- Jika pekerjaan tersebut rutinitas dan dipastikan semua energi yang tersimpan
dan berpotensi membahayakan sudah dikendalikan.
- Jika pekerjaan yang berhubungan dengan peralatan listrik, dimana saklar atau
breaker sumber energi langsung dijaga atau diawasi secara khusus oleh pekerja
yang melakukan perbaikan.
- Jika pekerjaan menyangkut sistem transmisi gas, steam, atau produk BBM
lainnya dimana prosesnya tidak boleh terputus, dan memakai peralatan khusus
yang secara terbukti dan efektif dapat melindungi pekerja dan orang lain
disekitarnya.
7) Energi yang dapat dikendalikan oleh LOTO :
Energi cenderung bergerak atau berpotensi bergerak pada mesin atau peralatan. Baik
energinya sudah dimatikan, energi tetap selalu ada pada peralatan yang dialiri energi.
Energi digolongkan dari 2 jenis yaitu :
a) Energi kinetik yaitu energi yang membuat benda bergerak.
Contoh energi kinetik yaitu shaft yang berputar turun.
b) Energi potensial yaitu gaya yang tersimpan pada benda yang tidak bergerak akibat
gaya gravitasi.
Contoh : Energi potensial pada barang tumpukan. Barang tumpukan terdapat
beban yang tidak bergerak, namun mempunyai tekanan ke bawah yang tersimpan
menjadi energi potensial akibat gravitasi.
8) Instruksi Kerja Pemasangan LOTO :
a) Persiapan mematikan mesin atau peralatan. Untuk mesin yang dikendalikan
dengan sistem otomatis (program komputer) maka harus dimatikan secara manual
sebagai tanda untuk mengkomunikasikan bahaya pada Operator atau orang yang
dapat mengoperasikan mesin dari tempat lain.
b) Beritahukan dan peringatkan pekerja yang terpengaruh atau berhubungan dengan
mesin & peralatan tersebut.
c) Matikan Peralatan.
d) Lakukan isolasi pada sumber energi.
e) Pasang Lock Out Tag Out.
f) Lepaskan atau buang energi yang tersisa jika ada.
g) Verifikasi kembali bahwa energi telah dimatikan.
h) Instruksi Kerja Pelepasan LOTO :
- Pindahkan peralatan kerja dan pengaman.
- Periksa pekerja yang terpengaruh.
- Lepas LOTO.
- Beritahukan pekerja yang terpengaruh.
- Hidupkan energi.
- Mesin/peralatan yang diperbaiki atau dirawat dapat digunakan kembali.
f. Kebersihan
Kebersihan proyek adalah cerminan dari diri kita, sebab dari sinilah penilaian hasil kerja
kita terlihat. Kebersihan adalah merupakan salah satu syarat mutu pelaksanaan proyek,
maka dari kebersihan harus dilaksanakan secara terus menerus. Pekerja di lapangan harus
terlibat langsung dalam pelaksanaan kebersihan. Pemeriksaan kebersihan dilakukan oleh
Safety Officer dan siapa saja dengan menginformasikan kepada pelaksana kebersihan
mengenai area yang tidak bersih untuk ditindaklanjuti.
1) Penanganan Sampah
Ketentuan Umum
a) Inspeksi kebersihan dilakukan setiap saat selama masa konstruksi oleh Team
Safety.
b) Scope pekerjaan :
(1) Material yang masih dipakai
- Mengumpulkan dan menyusun kayu & triplek di area yang ditentukan.
- Mengumpulkan dan menyusun batu bata, pasir, split, semen dan sejenisnya
di area yang ditentukan.
- Mengumpulkan & menyusun scaffolding dan sejenisnya di area yang
ditentukan.
- Mengumpulkan & menyusun material lainnya di area yang ditentukan.
(2) Material tak terpakai
- Mengumpulkan potongan-potongan kayu, triplek, bekas paku pada tempat
sementara yang disediakan
- Mengumpulkan sisa adukan, potongan-potongan bata, celcon, bataco, hebel
& sejenisnya dan puing-puing lainnya pada tempat sementara yang
disediakan.
(3) Yang dimaksud area yang ditentukan adalah area yang tempatnya ditentukan
oleh Pelaksana yang bersangkutan berkoordinasi dengan Safety Officer.
(4) Yang dimaksud sampah adalah semua material yang sudah tidak dapat dipakai
dan keberadaannya mengganggu aktivitas dan kebersihan di area kerja.
(5) Surat Peringatan diberikan oleh Safety Officer kepada Pelaksana kebersihan
dengan ketentuan sebagai berikut :
− Instruksi ditujukan kepada Pelaksana kebersihan apabila di lapangan
ditemukan sampah berserakan.
− Surat Peringatan I dan seterusnya ditujukan kepada Pelaksana kebersihan
apabila tidak mengindahkan instruksi yang diberikan.
(6) Pelaksana kebersihan wajib menyediakan prasarana atau tempat kebersihan
sebagai berikut :
− Tempat pengumpulan material tak terpakai pada tiap lantai.
− Fasilitas penurunan material tak terpakai.
− Tempat pengumpulan material tak terpakai di tempat yang dapat dijangkau
oleh truk untuk dibuang keluar lokasi proyek.
(7) Truk sampah hanya diijinkan mengambil sampah ditempat penampungan yang
telah disediakan untuk dibuang keluar, apabila truk sampah mengambil di
tempat lain maka Pelaksana kebersihan harus mengawasi sampai truk sampah
tersebut selesai mengangkut sampah pada area tersebut.
(8) Pelaksana kebersihan yang membuat surat jalan keluar dan minta persetujuan
Safety Officer.
2) Penanganan Bersama dan Periodik
Penanganan sampah ini dilakukan secara bersama-sama 1 kali seminggu dengan
mengerahkan seluruh pekerja dengan dikoordinir oleh Safety Officer/Supervisor.
Pekerjaan pembersihan ini meliputi mengumpulkan dan memisahkan sampah, material,
alat yang terpakai dan yang tidak terpakai pada area terdekat yang ditentukan & pada
penampungan sementara.
3) Penanganan terus menerus tiap hari
a. Setelah bekisting dibongkar, pekerja Mandor harus memisahkan, merapikan dan
mengumpulkan scaffolding & acessoriesnya, potongan kayu dan triplek yang
terpakai dan tidak terpakai, selanjutnya mengumpulkan material yang tidak terpakai
ke tempat penampungan di setiap lantai.
b. Material sisa pekerjaan finishing harus dikumpulkan oleh pekerja yang bersangkutan
setiap hari pada tempat terdekat, dengan cara memisahkan material yang terpakai dan
material tidak terpakai, selanjutnya mengangkut material yang tidak terpakai ke
tempat penampungan di setiap lantai.
4) Pelaku Pembersihan Sampah di Proyek
Petugas Kebersihan melaksanakan pembersihan sampah sebagai berikut :
a. Sampah Dalam Bangunan
− Semua pembuangan sampah dari tempat penampungan masing-masing lantai/area
ke tempat penampungan di proyek untuk dibawa keluar lokasi proyek.
− Bekas-bekas paku, potongan kawat beton/bendrat, potongan kayu/triplek dan
lainnya pada lantai yang sudah dicor.
− Sampah kertas bekas, plastik bekas bungkus makanan dan minuman.
− Tumpukan sampah atau material lain yang tidak terpakai yang dikumpulkan oleh
mandor yang mengerjakan pekerjaan yang menyebabkan adanya sampah tersebut.
− Genangan air.
b. Sampah Lingkungan dan Luar Bangunan
− Bekas tanah atau kotoran lainnya pada jalan sementara dan jalan umum yang
dilalui kendaraan proyek.
− Sampah atau kotoran-kotoran lain pada saluran sekitar proyek.
− Daun, plastik, kertas, bungkus makanan & minuman, potongan kayu/triplek yang
bertebaran diluar bangunan.
5) Pekerja Mandor
Melaksanakan pembersihan sampah sebagai berikut :
a. Sisa cor-coran dari Site ke lokasi penampungan.
b. Sampah bendrat, serbuk gergaji, potongan kayu/triplek, bekas paku dan lainnya pada
area yang akan dilaksanakan pengecoran.
c. Semua sampah puing bekas bobokan bangunan lama, perubahan pekerjaan atau akibat
kesalahan kerja dari area sampah tersebut ke tempat penampungan masingmasing
lantai atau area.
d. Scaffolding dan acessoriesnya yang masih terpakai dan yang tidak terpakai pada saat
pekerjaan bekisting masih berjalan.
e. Potongan kayu/triplek yang masih terpakai.
f. Pengumpulan sampah sisa-sisa adukan atau material lain yang tidak terpakai.

g. Standarisasi
1. Pos Satpam
Setiap proyek harus menyediakan Pos Satpam yang berfungsi memonitor keluar
masuknya para pekerja, kendaraan, material proyek dan menjaga keamanan proyek.
Untuk itu diperlukan buku tamu yang mencatat keluar-masuk tamu/pengunjung,
material, pekerja dan kendaraan. Untuk menjaga keamanan maka petugas keamanan
harus secara rutin melakukan patroli didalam proyek. Untuk jumlah tenaga keamanan
tergantung dengan besar-kecilnya proyek. Pos Satpam disediakan di setiap pintu
keluarmasuk proyek.
2. Pagar proyek
Pagar proyek selalu dipasang terlebih dahulu sebelum pekerjaan yang ada di proyek
dimulai. Pagar proyek didirikan dengan tujuan :
a. Menjaga keamanan dan ketertiban proyek.
b. Agar keluar-masuk ke lokasi proyek hanya dapat melalui pintu yang disediakan.
c. Proyek terlihat rapi dari luar.
3. Jaring Pengaman
Pada proyek bangunan gedung bertingkat, untuk mencegah adanya debu, sampah/puing
yang berterbangan dan lain-lain maka akan disediakan/dipasang jaring pengaman (blue
net) untuk memproteksi adanya benda jatuh dari atas.
4. Bedeng Pekerja
Agar pekerja tidak sembarangan tidur di lokasi proyek maka akan disediakan bedeng
pekerja yang berada diluar area proyek. Ukuran bedeng pekerja disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja yang tidur di bedeng pekerja.
5. Tempat lbadah
Di dalam lokasi proyek harus disediakan tempat ibadah yang dilengkapi dengan tempat
untuk ambil air/wudlu.
6. Tempat Istirahat
Tempat istirahat tenaga kerja harus disediakan untuk tempat tenaga kerja pada waktu
beristirahat. Tempat istirahat ini berada didalam area proyek. Di tempat istirahat ini juga
bisa dipampangkan macam-macam peraturan atau informasi terkini yang berkaitan
dengan K3.
7. Toilet dan Kamar Mandi
Toilet dan kamar mandi harus disediakan secukupnya agar tenaga kerja tidak buang air
besar/ kecil dan mandi di sembarangan tempat.
8. Kantin
Untuk menjaga lingkungan proyek tetap bersih, maka kantin/warung makan yang
disediakan untuk tempat makan & minum pekerja, harus selalu bersih. Penjual harus
bertanggungjawab atas kebersihan di lingkungan warung tersebut.
h. Alat Pelindung Diri
Setiap tenaga kerja diharuskan memakai Alat Pelindung Diri kalau memasuki areal kerja,
sebagai pengaman dari adanya kemungkinan bahaya yang akan terjadi. Pemakaian Alat
Pelindung Diri disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan. Alat Pelindung Diri
yang harus dipakai meliputi :
1. Helm
Helm harus dipakai pada pekerjaan konstruksi/struktur dan ada kemungkinan adanya
benda jatuh, diharapkan bisa menahan benda-benda jatuh yang relatif kecil dan
mencegah adanya benturan kepala dengan benda keras.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja digunakan untuk melindungi & mencegah risiko luka dibagian kaki yang
diakibatkan oleh benturan, tertindih beban, tertusuk benda tajam, terkena cairan bahan
kimia. Sepatu safety harus selalu digunakan saat bekerja untuk melindungi kaki dari
luka. Sepatu kerja dari Kulit, yang dilapis pelat baja untuk mencegah tusukan benda
tajam pada kaki dan pelindung dari himpitan beban berat pada ujung kaki. Sepatu ini
biasanya dipakai oleh Staff. Sepatu kerja dari Karet, untuk mencegah tusukan benda
tajam pada kaki dan pelindung dari himpitan beban berat pada ujung kaki. Sepatu ini
bisa dipakai ditempat kerja yang berair.
3. Safety Belt
Untuk pelaksanaan kerja pada suatu tempat yang tinggi dan sudah diperkirakan ada
bahaya jatuh, tenaga kerja diharuskan memakai Safety Belt.
4. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari kemungkinan terkena benda tajam atau yang akan
mencederai, pekerja harus memakai sarung tangan.
5. Kaca Mata Pengaman
Untuk melindungi mata dari sinar yang menyakitkan, debu atau benda-benda lain yang
mengganggu mata, pekerja harus dilengkapi dengan memakai kaca mata pengaman.
6. Masker
Untuk melindungi pernapasan dari kemungkinan terhisapnya debu, serbuk-serbuk
halus dan gas yang akan mengganggu pernapasan pekerja, maka pekerja harus
dilengkapi dengan alat pelindung pernapasan atau masker.
7. Sumbat Telinga / Ear Plug
Untuk melindungi telinga dari suara-suara keras/bising yang sudah melebihi nilai
ambang batas yang diijinkan, pekerja kerja harus dilengkapi dengan sumbat telinga.
8. Baju Kerja
Untuk melindungi badan atau kulit dari kemungkinan yang akan mengganggu, pekerja
diharuskan memakai baju kerja.
BAB V
DOKUMENTASI

1. Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap pengidentifikasian dari pekerjaan konstruksi


akan diperlukan sistem yang sesuai dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan dengan
mengisi form yang dilakukan oleh safety officer pihak ketiga lalu dilaporkan kepada
Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Komite K3 RSUD dr. Fauziah Bireuen.
2. Untuk memperoleh gambaran penerapan pelaksanaan prosedur K3 secara keseluruhan di
proyek, maka Safety Officer masing-masing proyek harus membuat Laporan Bulanan.
3. Laporan bulanan dikirim kepada Safety Coordinator dan Management Representative
(MR).
4. Pada akhir proyek Safety Officer harus membuat laporan rekapitulasi :
a. Jumlah kecelakaan kerja.
b. Jumlah jam kerja yang hilang akibat kecelakaan.
c. Penerapan standar K3 di proyeknya.

DITETAPKAN DI : BIREUEN
PADA TANGGAL :
DIREKTUR RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

dr.MUKHTAR, MARS
Pembina Tk I, NIP. 19661122 20003 1002

Anda mungkin juga menyukai