DITETAPKAN DI : BIREUEN
PADA TANGGAL :
DIREKTUR RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
DITETAPKAN DI : BIREUEN
PADA TANGGAL : 2017
DIREKTUR RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
Halaman
Halaman Judul................................................................................................................ i
SK Direktur ................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 1
C. Landasan Hukum .............................................................................. 1
BAB II DEFINISI ................................................................................................. 3
BAB III RUANG LINGKUP ................................................................................. 4
BAB IV TATA LAKSANA ................................................................................... 5
A. Perencanaan ...................................................................................... 5
B. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR) ..... 5
C. Safety Induction ................................................................................ 5
D. Safety Meeting .................................................................................. 6
E. Inspeksi K3 ....................................................................................... 6
F. Safety Panel ...................................................................................... 6
G. Safety Talk ........................................................................................ 7
H. Safety Review .................................................................................... 7
I. Surat Ijin Bekerja .............................................................................. 8
J. Surat Peringatan K3 (SPK3) ............................................................. 9
K. Sanksi-Sanksi .................................................................................... 9
L. Pelatihan K3...................................................................................... 9
M. Pengendalian Kecelakaan ............................................................... 10
N. Pengendalian Tanggap Darurat ....................................................... 14
BAB V DOKUMENTASI ......................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya pengembangan pembangunan di RSUD dr. Fauziah Bireuen untuk
menjadi jaringan layanan kesehatan yang terdepan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
untuk melaksanakan pembangunan tersebut diharapkan memenuhi standart konstruksi yang
berlaku, agar dapat mendapatkan mendukung program-program pemerintah dalam bentuk
perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Standar Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini terdiri dari pedoman dan
program kerja K3 yang merupakan persyaratan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi
yang aman dan nyaman. Keberhasilan penerapan standar K3 ini terletak pada kemauan dan
komitmen yang tinggi dari manajemen proyek dan seluruh team yang terlibat dalam
penyelesaian proyek.
B. Tujuan
Tujuan standar pelaksanaan K3 ini adalah :
1. Untuk digunakan sebagai acuan standar dalam penerapan K3 di lingkungan RSUD dr.
Fauziah Bireuen
2. Memberikan perlindungan kepada setiap orang yang berada di area proyek dari risiko
kecelakaan dan sakit akibat kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, rapi, bersih dan sehat.
4. Mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Dibentuknya Tim P2K3 proyek yang diketuai oleh Ketua K3
2. Dibentuknya Tim Tanggap Darurat.
3. Menyediakan sarana dan prasarana K3.
4. Menyediakan Alat Pelindung Diri bagi seluruh pekerja.
5. Mendistribusikan Panduan K3/Buku Saku K3.
C. Landasan Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3. Permenakertrans No. PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Konstruksi Bangunan.
4. Pemasangan Bendera RI, Bendera K-3 dan Bendera Perusahaan
Bendera dipasang di dalam pagar, bila dilihat dari luar pagar posisi sebelah kanan
Bendera RI dan di sebelah kiri adalah Bendera K3. Bendera RI harus dipasang lebih
tinggi dari Bendera K3.
A. Perencanaan K3
1. Sebelum pekerjaan fisik proyek dimulai, proyek harus terlebih dahulu membuat
Perencanaan K3, termasuk denah proyek lengkap dengan jalan keluar dan masuk
proyek, posisi fasilitas K3 yang ada di proyek dan jalur evakuasi.
2. Pemasangan bendera & pembentukan P2K3.
3. Informasi penting antara lain :
- Peraturan K3 di daerah / kawasan setempat (bila ada).
- Nomor telepon pejabat yang berwenang di proyek.
- Alamat & nomor telepon Rumah Sakit rujukan.
- Alamat & nomor telepon Kantor Polisi terdekat.
- Alamat & nomor telepon Kantor SAR.
- Alamat & nomor telepon Dinas Pemadam Kebakaran terdekat.
4. Kelengkapan perencanaan K3, juga harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang
ditentukan dalam peraturan pemerintah seperti :
5. Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Jamsostek (setempat)
6. Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Depnakertrans (setempat)
7. Surat pemberitahuan keberadaan proyek pada institusi-institusi terkait yang diperlukan
seperti Kelurahan, Kecamatan, Babinsa, Polsek, dll.
C. Safety Induction
Safety Induction memberikan penjelasan tentang keadaan/kondisi lapangan dan pekerjaan
yang akan dilakukan, tata tertib dan peraturan K3 yang berlaku di proyek yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua pekerja yang berada di area proyek.
D. Safety Meeting
1. Safety meeting ini dilaksanakan sesuai jadwal, minimal 2 kali dalam 1 bulan.
2. Safety meeting dihadiri oleh Project Manager, Site Manager, seluruh Kepala Bagian,
Subkontraktor & Mandor.( Semua Yang berkecimpung dalam kegiatan proyek )
3. Safety meeting dapat dilaksanakan dengan cara digabung dengan rapat koordinasi
pelaksanaan lapangan, dengan materi yang dibahas tercatat jelas dalam Risalah Rapat ;
seperti :
4. Hasil evaluasi K3.
5. Laporan kecelakaan yang terjadi serta langkah-langkah perbaikannya.
6. Masalah-masalah yang mungkin akan terjadi dan tindakan pencegahannya.
E. Inspeksi K3
1. Inspeksi K3 adalah inspeksi yang dilakukan 1 minggu sekali oleh Rumah Sakit, MK,
PM/SM & K3 proyek untuk memeriksa dan memastikan bahwa Kontraktor &
Subkontraktor melaksanakan K3 secara konsisten.
2. Yang diperiksa saat inspeksi K3 adalah sesuai dengan standar K3, sebagaimana
checklist yang tercantum pada laporan inspeksi.
3. Tanggungjawab pencatatan dari penyimpangan K3 selama inspeksi dilakukan oleh
Safety Officer (dicatat dan dijelaskan pada Form Laporan Ketidaksesuaian) dan Safety
Officer bertanggungjawab untuk mendistribusikan laporan ketidaksesuaian tersebut
kepada pihak-pihak yang harus menindaklanjuti.
4. Pelaksanaan perbaikan yang dilakukan oleh pihak terkait dimonitor langsung oleh
Safety Officer.
F. Safety Patrol
1. Bila ditemukan keadaan yang berbahaya, maka Safety Supervisor/Officer harus
segera/langsung memberikan perintah secara lisan di tempat untuk menghentikan
pekerjaan. Bilamana potensi bahaya yang bisa langsung diatasi/diperbaiki dalam waktu
yang sangat singkat, maka Safety Supervisor/Officer harus menunggu dan mengawasi
perbaikan tersebut sampai selesai untuk kemudian mengijinkan pekerjaan dilanjutkan.
Namun bilamana perbaikan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, maka Safety
Supervisor/Officer setelah memberikan perintah lisan pekerjaan dihentikan, selanjutnya
meneruskan dengan proses pembuatan laporan ketidaksesuaian (Form Laporan
Ketidaksesuaian). Tanggungjawab pencatatan dari penyimpangan K3 selama safety
patrol dilakukan oleh Safety Supervisor/Officer (dicatat dan dijelaskan pada Form
Laporan Ketidaksesuaian) dan Safety Supervisor/Officer bertanggungjawab untuk
mendistribusikan Laporan Ketidaksesuaian tersebut kepada pihak-pihak yang harus
menindaklanjuti.
2. Bila ditemukan pekerjaan berbahaya yang dilakukan tanpa Surat Ijin Bekerja yang
berlaku, maka Safety Supervisor/Officer dapat menghentikan pekerjaan tersebut, dan
selanjutnya meneruskan dengan proses pembuatan Laporan Ketidaksesuaian dan bila
perlu berikut Surat Peringatan K3.
G. Safety Talk
1. Setiap proyek wajib melaksanakan Safety Talk.
2. Safety talk ini ditujukan kepada para pekerja dan personil yang berada di area kerja. Inti
dari safety talk ini memberikan pengarahan tentang pelaksanaan K3 dan bertujuan agar
tenaga kerja dapat bekerja dengan selamat. Safety talk dihadiri oleh :
3. Perwakilan dari Rumah Sakit & MK.
4. Project Manager & Site Manager.
5. Seluruh karyawan Staff Kontraktor & Subkontraktor.
6. Seluruh Mandor & pekerja yang terlibat aktivitas proyek.
7. Pengarahan ini dilakukan pada pagi hari sebelum pekerjaan dimulai (± selama 15
menit).
8. Materi yang disampaikan antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Kondisi area kerja & potensi bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukan serta
tindakan pencegahannya.
c. Kondisi-kondisi hari itu yang perlu diperhatikan (misalnya hujan, licin, lintasan-
lintasan yang harus dihindari, dll).
9. Jangan berbuat sesuatu yang dapat merugikan/mencelakakan diri sendiri maupun orang
lain.
10. Menjaga kebersihan lingkungan kerja.
11. Tata tertib dan peraturan yang berlaku harus diperhatikan dan dipatuhi oleh semua
pekerja yang ada di lingkungan proyek.
12. Safety talk dilaksanakan minimal satu kali dalam satu minggu selama masa proyek
berlangsung.
H. Safety Review
1. Safety review dilakukan 1 bulan sekali.
2. Anggota safety review adalah PM, Team K3, Rumah Sakit/MK dan pihak lain yang
dianggap perlu.
3. Segala temuan pelanggaran atau saran perbaikan dibahas pada saat safety review dan
segera ditindaklanjuti paling lambat 1 minggu terhitung setelah diadakan safety review.
4. Mengevaluasi apakah sarana K3 di lapangan sesuai dengan standar.
K. Sanksi-Sanksi
1. Staf, Pekerja & Orang lain (Tamu) dalam Proyek
a. Bagi yang tidak mematuhi Standar/Prosedur K3 maka Team K3 akan menegur
langsung kepada yang bersangkutan, apabila yang bersangkutan tidak mematuhi
maka Team K3 bersama Security berhak untuk mengeluarkan orang tersebut tanpa
persetujuan PM/SM, dan PM/SM hanya menerima laporan saja.
b. Safety Officer berwenang menindak tegas setiap pelanggar-pelanggar K3 sesuai
peraturan K3 internal proyek.
2. Peralatan, Listrik Kerja, Air Kerja, Jaring Keselamatan, dan lain-lain
Apabila ada ketidaksesuaian terhadap standar/prosedur K3 di lapangan, maka Safety
Officer mengusulkan kepada PM untuk melaksanakan sesuai dengan standar/prosedur
K3. Safety Officer wajib membuat laporan bulanan yang memuat juga apakah PM
melaksanakan instruksi K3 tersebut atau tidak, laporan ini diberikan kepada K3 Pusat,
dan K3 Pusat diharapkan mengambil tindakan apabila PM tidak melaksanakan instruksi
K3 lapangan.
L. Pelatihan K3
Pelatihan K3 proyek meliputi :
1. Pencegahan Kebakaran
P2K3 wajib mengadakan pelatihan pemadaman api kepada para pekerja (Staf &
pekerja) pada awal proyek dan/atau dalam kurun waktu minimal 6 bulan sekali.
Pemakaian alat bantu kerja Safety Officer wajib memberi pelatihan kepada para
pekerja mengenai pengoperasian alat-alat seperti :
a. Bar Bender & Bar Cutter Machine.
b. Mesin Gurinda & bor listrik, cutting wheel, dan lain-lain.
c. Penanganan botol bertekanan.
d. Signalman Tower Crane.
e. Pemasangan scaffolding.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Safety Officer wajib mengadakan pelatihan penggunaan alat pengaman kepada seluruh
pekerja, seperti :
a. Penggunaan safety belt / safety harness.
b. Penggunaan helm pengaman, dam lain-lain.
3. Emergency dan evakuasi
Team P2K3 proyek boleh mengajukan pelatihan tindakan emergency kepada Rumah
Sakit/MK. Hal ini untuk mengukur kesiapan Team apabila suatu insiden benar-benar
terjadi di lapangan.
M. Pengendalian Kecelakaan
1. Flow Chart
Diagram Alir PIC Uraian
Terjadi Kecelakaan Safety 1. Laporan kejadian kepada
Safety Officer.
2. Penanggulangan kecelakaan
untuk korban luka ringan :
Akibat ?
− korban ditanggulangi
dengan P3K.
Safety 3. Laporan kejadian ke
Luka Ringan Luka Berat Meninggal Administrasi / GA.
4. Penanggulangan kecelakaan
untuk korban luka berat &
(1) (3) (3)
meninggal dunia :
Laporan ke Laporan Laporan − hubungi Koordinator
Adm/ Safety kejadian ke kejadian ke Keamanan untuk
Officer Safety Officer Safety Officer
tindakan pengamanan
awal.
(2) (4) (4) GA − amankan TKP.
Pengobatan/ Hubungi
Koordinator
Hubungi
Koordinator
− khusus untuk korban
P3K Keamanan Keamanan meninggal dunia
hubungi R.S. &
pastikan dulu R.S. yang
Selesai (5) (5)
Hubungi Keluarga/ Hubungi Keluarga/
akan dituju situasinya
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Safety “aman”.
Korban Korban Security 5. Hubungi keluarga
(jika Safety − hubungi
tidak ada Penanggungjawab
(6) (6) ditempat) korban yaitu : Atasan,
Bawa Korban ke RS Bawa Korban ke RS Mandor, Subkon, dst.
− minta
Penanggungjawab
menghubungi keluarga.
(7)
Hasil
Selesai Terjadi
Perlu Perawatan
Pemeriksaan ? Kecelakaan
Safety
(10) 6. Bawa korban ke Rumah
(8) Pengurusan surat-surat: Sakit
Perawatan - Laporan ke Polisi A. Luka Berat
Meninggal - Visum − dibawa ke R.S. rujukan
- Pengambilan
Jenazah atau R.S. yang terdekat.
- Surat Jalan − bawa surat pengantar /
(9) jaminan dan fotocopy
Laporan
Asuransi
KTP korban jika ke
dan Klaim R.S. rujukan.
(11) (13)
Bawa Pengurusan ke
− bawa uang jaminan jika
Jenazah Disnaker dan BPJSSafety ke R.S. bukan rujukan.
B. Korban Meninggal
− korban dibawa ke R.S.
(12) (14) dengan aman atau
Rekaman Data Penyelesaian setelah situasi aman.
Kecelakaan Akhir − bawa surat
pengantar/register
(Form Jamsostek &
Selesai Safety fotocopy KTP korban).
GA 7. Hasil pemeriksaan medis
GA pada korban luka berat
GA − tunggu sampai ada hasil
pemeriksaan untuk
memastikan kondisi
GA korban.
− jika kondisi korban
kemungkinan untuk
hidup lebih
besar/dirawat, teruskan
Diagram Alir PIC Uraian
ke langkah 8.
− jika kondisi korban
kemungkinan hidup
lebih kecil/ meninggal,
teruskan ke langkah 10.
Koordinasi 8. Perawatan
Keamanan − serah terima
& tanggungjawab
penanggung perawatan korban
jawab kepada
korban penanggungjawab
korban (Atasan korban,
Subkon).
− buatkan laporan
kecelakaan, investigasi
& penyelesaian korban
kecelakaan,
koordinasikan dengan
GA.
Safety 9. Laporan Asuransi & Claim
− buat laporan kronologis
kecelakaan (form
Depnaker).
− pengurusan ke
Depnaker.
− informasi kecelakaan
secara lisan dulu ke
Depnaker.
GA − pengisian form-form
Jamsostek &
pengurusan Claim.
10. Pengurusan surat-surat
− buat laporan Polisi
(Polsek TKP)
− minta visum & surat
keterangan dari R.S.
− minta surat
pengambilan &
membawa jenazah dari
Polisi (Polsek TKP).
11. Bawa jenazah
− jenazah dikembalikan
ke keluarga dengan
membawa surat jalan
dengan pengawalan dari
penanggungjawab /
keluarga.
12. Rekaman Data kecelakaan
− foto dan dokumentasi.
13. Pengurusan ke Depnaker &
Jamsostek
− laporkan kronologis
kejadian (form
Depnaker).
− isi formulir laporan.
14. Penyelesaian Akhir
− laporan ke Depnaker &
Jamsostek.
− penyerahan santunan ke
Ahli Waris.
2. Laporan Kecelakaan, Investigasi dan Penyelesaian
a. Setiap kecelakaan, baik kecelakaan ringan sampai dengan kecelakaan fatal, Safety
Officer harus membuat laporan secara lengkap (Form Laporan Kecelakaan, Investigasi
& Penyelesaian).
b. Bilamana terjadi kecelakaan fatal atau korban meninggal, maka :
- Safety Officer atau Safety Supervisor harus segera memberitahu/melapor kepada
Project Manager, Rumah Sakit/MK dan Safety Coordinator paling lambat 1 jam
setelah kecelakaan terjadi.
- Project Manager bersama Safety Officer harus segera mengadakan investigasi
kecelakaan dan membuat laporan paling lambat 1 hari setelah kecelakaan terjadi
(Form Laporan Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaian).
- Project Manager bertanggung jawab melaporkan kecelakaan secara lisan kepada
Direktur dan Safety Coordinator paling lambat 1 jam setelah kecelakaan terjadi.
- Safety Coordinator harus melaporkan kepada Ketua P2K3 Pusat mengenai
kronologi kecelakaan & tindakan pencegahannya, agar kecelakaan yang serupa
tidak terulang kembali.
c. Penyelesaian atas korban kecelakaan harus dituntaskan secepatnya dan harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku, untuk menjamin tidak ada lagi tuntutan/masalah
dikemudian hari.
3. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
a. Di proyek minimal harus tersedia fasilitas P3K seperti :
- 1 (satu) personil yang memahami prosedur/cara-cara melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
- Kotak obat P3K lengkap dengan isinya.
- Tandu.
- Dan lain-lain.
b. Khusus untuk proyek besar dan berisiko tinggi, maka fasilitas P3K harus ditingkatkan.
Fasilitas P3K tambahan tersebut disesuaikan dengan kondisi proyek.
N. Pengendalian Tanggap Darurat
g. Standarisasi
1. Pos Satpam
Setiap proyek harus menyediakan Pos Satpam yang berfungsi memonitor keluar
masuknya para pekerja, kendaraan, material proyek dan menjaga keamanan proyek.
Untuk itu diperlukan buku tamu yang mencatat keluar-masuk tamu/pengunjung,
material, pekerja dan kendaraan. Untuk menjaga keamanan maka petugas keamanan
harus secara rutin melakukan patroli didalam proyek. Untuk jumlah tenaga keamanan
tergantung dengan besar-kecilnya proyek. Pos Satpam disediakan di setiap pintu
keluarmasuk proyek.
2. Pagar proyek
Pagar proyek selalu dipasang terlebih dahulu sebelum pekerjaan yang ada di proyek
dimulai. Pagar proyek didirikan dengan tujuan :
a. Menjaga keamanan dan ketertiban proyek.
b. Agar keluar-masuk ke lokasi proyek hanya dapat melalui pintu yang disediakan.
c. Proyek terlihat rapi dari luar.
3. Jaring Pengaman
Pada proyek bangunan gedung bertingkat, untuk mencegah adanya debu, sampah/puing
yang berterbangan dan lain-lain maka akan disediakan/dipasang jaring pengaman (blue
net) untuk memproteksi adanya benda jatuh dari atas.
4. Bedeng Pekerja
Agar pekerja tidak sembarangan tidur di lokasi proyek maka akan disediakan bedeng
pekerja yang berada diluar area proyek. Ukuran bedeng pekerja disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja yang tidur di bedeng pekerja.
5. Tempat lbadah
Di dalam lokasi proyek harus disediakan tempat ibadah yang dilengkapi dengan tempat
untuk ambil air/wudlu.
6. Tempat Istirahat
Tempat istirahat tenaga kerja harus disediakan untuk tempat tenaga kerja pada waktu
beristirahat. Tempat istirahat ini berada didalam area proyek. Di tempat istirahat ini juga
bisa dipampangkan macam-macam peraturan atau informasi terkini yang berkaitan
dengan K3.
7. Toilet dan Kamar Mandi
Toilet dan kamar mandi harus disediakan secukupnya agar tenaga kerja tidak buang air
besar/ kecil dan mandi di sembarangan tempat.
8. Kantin
Untuk menjaga lingkungan proyek tetap bersih, maka kantin/warung makan yang
disediakan untuk tempat makan & minum pekerja, harus selalu bersih. Penjual harus
bertanggungjawab atas kebersihan di lingkungan warung tersebut.
h. Alat Pelindung Diri
Setiap tenaga kerja diharuskan memakai Alat Pelindung Diri kalau memasuki areal kerja,
sebagai pengaman dari adanya kemungkinan bahaya yang akan terjadi. Pemakaian Alat
Pelindung Diri disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan. Alat Pelindung Diri
yang harus dipakai meliputi :
1. Helm
Helm harus dipakai pada pekerjaan konstruksi/struktur dan ada kemungkinan adanya
benda jatuh, diharapkan bisa menahan benda-benda jatuh yang relatif kecil dan
mencegah adanya benturan kepala dengan benda keras.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja digunakan untuk melindungi & mencegah risiko luka dibagian kaki yang
diakibatkan oleh benturan, tertindih beban, tertusuk benda tajam, terkena cairan bahan
kimia. Sepatu safety harus selalu digunakan saat bekerja untuk melindungi kaki dari
luka. Sepatu kerja dari Kulit, yang dilapis pelat baja untuk mencegah tusukan benda
tajam pada kaki dan pelindung dari himpitan beban berat pada ujung kaki. Sepatu ini
biasanya dipakai oleh Staff. Sepatu kerja dari Karet, untuk mencegah tusukan benda
tajam pada kaki dan pelindung dari himpitan beban berat pada ujung kaki. Sepatu ini
bisa dipakai ditempat kerja yang berair.
3. Safety Belt
Untuk pelaksanaan kerja pada suatu tempat yang tinggi dan sudah diperkirakan ada
bahaya jatuh, tenaga kerja diharuskan memakai Safety Belt.
4. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari kemungkinan terkena benda tajam atau yang akan
mencederai, pekerja harus memakai sarung tangan.
5. Kaca Mata Pengaman
Untuk melindungi mata dari sinar yang menyakitkan, debu atau benda-benda lain yang
mengganggu mata, pekerja harus dilengkapi dengan memakai kaca mata pengaman.
6. Masker
Untuk melindungi pernapasan dari kemungkinan terhisapnya debu, serbuk-serbuk
halus dan gas yang akan mengganggu pernapasan pekerja, maka pekerja harus
dilengkapi dengan alat pelindung pernapasan atau masker.
7. Sumbat Telinga / Ear Plug
Untuk melindungi telinga dari suara-suara keras/bising yang sudah melebihi nilai
ambang batas yang diijinkan, pekerja kerja harus dilengkapi dengan sumbat telinga.
8. Baju Kerja
Untuk melindungi badan atau kulit dari kemungkinan yang akan mengganggu, pekerja
diharuskan memakai baju kerja.
BAB V
DOKUMENTASI
DITETAPKAN DI : BIREUEN
PADA TANGGAL :
DIREKTUR RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
dr.MUKHTAR, MARS
Pembina Tk I, NIP. 19661122 20003 1002