Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PENGELOLAAN PRASARANA

RS AVICENNA DARI ASPEK K3

RUMAH SAKIT UMUM AVICENNA


Jl.Laksamana Malahayati / Kuala Raja No.1 Lhok Awee
Telp:0644 – 22884 Hp. 0852 6016 9555
Email: rs_avicena@yahoo.com
BIREUEN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga Buku Panduan Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek K3 Rumah Sakit
Avicenna ini dapat tersusun.
Buku Panduan Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek K3 Rumah Sakit
Avicenna ini disusun dengan tujuan untuk menjadi panduan bagi sumber daya manusia Rumah
Sakit untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan kendalan sistem
utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Avicenna.
Sangat disadari bahwa Buku Panduan Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek K3
Rumah Sakit Avicenna ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan
secara berkala untuk mendukung visi Rumah Sakit Avicenna.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun
Buku Panduan Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek K3 Rumah Sakit Avicenna ini
dapat tersusun.

Bireuen, 10 Mei 2018


Panitia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja RS Avicenna

Ns. Saifullah, S. Kep

i
TIM PENYUSUN

PANDUAN PENGELOLAAN PRASARANA RUMAH SAKIT DARI ASPEK K3


RUMAH SAKIT AVICENNA

Ketua : Jelita Sari, Amd. EM


Sekretaris : Zatalini Molisa
Anggota :
1. Muzakir
2. Aulia Indra

ii
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ............................................................................................................... i


2. Tim Penyusun ................................................................................................................. ii
3. Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
4. PANDUAN PENGELOLAAN PRASARANA RUMAH SAKIT DARI ASPEK K3
RUMAH SAKIT AVICENNA
BAB I. Pendahuluan ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 2
Pengertian ................................................................................................. 2
BAB II. Ruang Lingkup .......................................................................................... 5
BAB III. Kebijakan ................................................................................................. 5
BAB IV. Tata Laksana ............................................................................................. 7
BAB V. Dokumentasi ............................................................................................. 18

iii
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AVICENNA
NOMOR : 511/SK-AVC/2018

TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN PRASARANA RUMAH SAKIT DARI ASPEK K3


RUMAH SAKIT AVICENNA

DIREKTUR RUMAH SAKIT AVICENNA,

Menimbang : a. bahwa prasarana / sistem utilitas mencakup distribusi listrik, air,


ventilasi dan aliran udara, gas medis, pipa air, pemanasan, limbah, dan
sistem komunikasi dan data;
b. bahwa prasarana / sistem utilitas merupakan sistem pendukung
pelayanan kesehatan sehingga harus dikelola dengan aman untuk
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b, perlu menetapkan Panduan Pengelolaan Prasarana Rumah
Sakit dari aspek K3 Rumah Sakit Avicenna dengan Keputusan
Direktur Rumah Sakit Avicenna.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004


tertanggal 15 Oktober 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tertanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tertanggal 26 November
2001 tentang Pengelolaan Bahan berbahaya dan Beracun;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tertanggal 17 Oktober
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 /
MENKES / PER / III / 2008 tertanggal 12 Maret 2008 tentang
Rekam Medis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370
/ MENKES / SK / XII / 2007 tertanggal 27 Maret 2007 tentang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432
/ MENKES / SK / IV / 2007 tertanggal 10 April 2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014
/ MENKES / SK / XI / 2008 tertanggal 03 November 2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410
/ MENKES / SK / III / 2010 tertanggal 25 Maret 2010 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1014 / MENKES / SK / XI / 2008 Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087
/ MENKES / SK / VIII / 2010 tertanggal 10 Agustus 2010 tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
14. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04 / I / 2790 / 11 tertanggal 1 Januari 2012 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
15. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan,
Depkes, 2001;
16. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes,
2008;
17. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2015.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AVICENNA


TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN PRASARANA RUMAH
SAKIT DARI ASPEK K3.
Kesatu : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bireuen
Pada Tanggal 10 Mei 2018
Direktur Rumah Sakit Umum Avicenna,

dr. Armiya
PANDUAN PENGELOLAAN PRASARANA RUMAH SAKIT
DARI ASPEK K3 RUMAH SAKIT AVICENNA

BAB I

I. PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) di Rumah Sakit Avicenna semakin tinggi karena sumber daya manusia
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan keselamatan dan kesehatan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Avicenna yang belum memenuhi standar
dan masih dalam tahap pembenahan ke arah standar.

Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers's Health) diharapkan


dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari kesehatan kerja (Occupational
Health), maka tidak hanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan, tapi
juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja. Sebagaimana
disebutkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal 13
Oktober 2009 tentang Kesehatan, Bab XII mengenai Kesehatan Kerja, meliputi pasal 164 sampai
166. Rumah Sakit Avicenna adalah suatu tempat kerja dengan kondisi seperti tersebut diatas
sehingga harus menerapkan upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah
Sakit Avicenna merupakan suatu industri jasa yang padat karya, padat pakar, padat
modal dan padat teknologi, sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sangat tinggi, oleh karena itu upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) sudah menjadi suatu keharusan.

Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu,


Rumah Sakit Avicenna harus menjadi patient & provider safety (hospital safety)
sehingga mampu melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari berbagai potensi bahaya di
Rumah Sakit Avicenna. Untuk menunjang hal tersebut, Rumah Sakit Avicenna harus
melaksanakan dan mengembangkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit Avicenna (K3RS) seperti yang tercantum dalam Buku Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Avicenna dan terdapat dalam
Pedoman Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. Dalam Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) terdapat 8 (delapan) standar K3. Salah satunya adalah standar
pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek K3. Oleh karena itu, Rumah Sakit Avicenna
dituntut untuk melaksanakan Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
1
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh.

LATAR BELAKANG
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk memastikan kehandalan prasarana atau sistem
utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. Aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada sistim utilitas mencakup strategi-strategi untuk pengawasan pemeliharaan utilitas
yang memastikan komponen-komponen sistem kunci, seperti listrik, air, lift, limbah, ventilasi,
dan gas medis dan lain lain diperiksa, dipelihara, dan diperbaiki secara berkala. Pengelolaan
prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien
akan memberi dampak aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
Pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek K3 bertujuan menciptakan lingkungan kerja
yang aman dengan memastikan kehandalan prasarana atau sistem utilitas dan meminimalisasi
risiko yang mungkin terjadi. Dengan demikian pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek K3
dapat menghasilkan sistem utilitas berjalan efektif dan mengurangi potensi risiko yang timbul.

PENGERTIAN
1. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung.

2. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di Rumah
Sakit.

4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

2
5. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SDM Rumah Sakit adalah
semua tenaga yang bekerja di Rumah Sakit baik tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.

6. Manajemen risiko (risk management) K3RS adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara
komperhensif di lingkungan Rumah Sakit.

7. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja.

8. Penyakit Terkait Kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dengan
faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya.

9. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) adalah sutau kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

10. Hazard (bahaya) adalah sesuatu/sumber yang berpotensi menimbulkan cidera/kerugian


(manusia, proses, properti, dan lingkungan). Faktor internal yang menjadikan konsekuensi,
Konsekuensi = Hazard x Exposure
Exposure = Kosentrasi x Lama Pemaparan
Tidak akan menjadi risiko jika tidak ada pemaparan.

11. Risiko (risk) adalah kesempatan untuk terjadinya cidera/kerugian dari suatu bahaya, atau
kombinasi dari kemungkinan dan akibat risiko.
Mempunyai 2 dimensi / parameter yaitu probabiliti dan konsekuensi
Risiko = Probabiliti x Konsekuensi
Risiko = Probabiliti x Hazard x Konsentrasi x Lama
Kompenen risiko meliputi :
a. Variasi individu yang berhubungan dengan kerentanan
b. Jumlah manusia yang terpapar
c. Frekuensi pemaparan
d. Derajat risiko individu
e. Kemungkinan pengendalian bahaya
f. Aspek finansial
g. Pendapat masyarakat

3
h. Tanggung jawab sosial

12. Analisis risiko (risk analysis) : kegiatan analisis suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan (probability) dan tingkat keparahan dari akibat (consequences) suatu
risiko.
13. Penilaian risiko ( risk assesment) : penilaian suatu risiko dengan cara membandingkannya
terhadap tingkat atau karena risiko yang telah ditetapkan.

14. Incident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident.

15. Accident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia,
kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan.

16. Risiko tinggi merupakan keadaan tingggi. Risiko dalam kategori ini dianggap tidak dapat
diterima (unacceptable). Untuk itu kegiatan pekerjaan harus dihentikan, pembenahan
perekayasaan perlu dilakukan dan risiko harus diturunkan.

17. Risiko sedang merupakan keadaan serius. Risiko dalam kategori mendesak dan perlu
perhatian secepatnya dilakukan tindakan pencegahan sehingga nilai resiko diturun.

18. Risiko rendah merupakan keadaan tidak terlalu serius. Risiko ini dapat diterima, namun
demikian langkah tindakan pencegahan tanpa penghentian pekerjaan perlu dilakukan.

19. Corporate risk adalah keajadian yanag akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan
organisasi.

20. Non Clinical (physical) risk adalah bahaya potensial akibat lingkungan.

21. Clinical risk adalah bahaya potensial akibat pelayanan klinis.

22. Finansial risk adalah risiko finansial yanag secara negatif akan berdampak pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.

23. Prasarana atau sistem utilitas Rumah Sakit adalah sistem dan peralatan yang mendukung
pelayanan mendasar perawatan kesehatan yang aman.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek K3 meliputi :


1. Penggunaan listrik;
2. Penggunaan air;
3. Penggunaan ventilasi dan aliran udara;
4. Penggunaan genset;
5. Penggunaan lift;
6. Penggunaan gas medis;
7. Penggunaan jaringan komunikasi dan data;
8. Penggunaan mekanikal dan elektrikal; dan
9. Penggunaan instalasi pengelolaan air limbah.

5
BAB III
KEBIJAKAN

1. Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu tujuh hari dalam
seminggu secara terus menerus.
2. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas yang mencakup :
jaringan listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medik, perpipaan, uap panas, limbah,
sistem komunikasi dan data, dan memetakan pendistribusiannya dan melakukan update
secara berkala.
3. Pemeriksaan dan pemeliharaan serta perbaikan semua komponen utilitas yang ada di
daftar inventaris.
4. Jadwal pemeriksaan, testing, pemeliharaan semua sistem utilitas berdasar kriteria seperti
rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko dan pengalaman rumah sakit.
5. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman darurat
secara keseluruhan atau sebagian.
6. Komponen listrik yang digunakan rumah sakit sesuai dengan standar dan peraturan
perundang- undangan.
7. Rumah Sakit mengumpulkan data hasil monitoring program manajemen sistem
utiliti/pendukung.
- Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit
untuk peningkatan atau penggantian sistem utiliti/pendukung.
- Pemantauan sistem yang esensial/penting membantu rumah sakit mencegah
terjadinya masalah dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat
keputusan dalam perbaikan sistem dan dalam merencanakan peningkatan atau
penggantian sistem utiliti/pendukung. Data hasil monitoring didokumentasikan.
8. Bidang Prasarana dan Fasilitas Rumah Sakit dalam Panitia K3RS melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan prasarana dan fasilitas rumah sakit dan membuat laporan ke Ketua
Panitia K3RS sebagai laporan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit.

6
BAB IV
TATA LAKSANA

1. Air minum dan listrik yang tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber
reguler atau alternatif, untuk memenuhi kebutuhan utama asuhan pasien.
2. Rumah Sakit memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni rumah sakit dari
kejadian terganggunya, terkontaminasi atau kegagalan sistem pengadaan air minum dan
listrik.
3. Rumah Sakit melakukan uji coba sistem emergensi dari air minum dan listrik secara teratur
sesuai dengan sistem dan hasilnya didokumentasikan.
Untuk menghadapi keadaan emergensi tersebut, rumah sakit :
- Mengidentifikasi peralatan, sistem dan tempat yang potensial menimbulkan risiko
tertinggi terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, mengidentifikasi area yang
memerlukan pencahayaan, pendinginan, alat pendukung hidup / life support, dan air
bersih untuk membersihkan dan mensterilkan perbekalan).
- Melakukan asesmen dan meminimalisasi risiko dari kegagalan sistem pendukung di
tempat-tempat tersebut.
- Merencanakan sumber darurat listrik dan air bersih untuk tempat tersebut dan
kebutuhannya.
- Melakukan uji coba ketersediaan dan keandalan sumber darurat listrik dan air.
- Mendokumentasikan hasil uji coba.
- Memastikan bahwa pengujian sumber alternatif air dan listrik dilakukan setidaknya setiap
6 bulan atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan perundangan di daerah,
rekomendasi produsen, atau kondisi dari sumber listrik dan air.
Kondisi sumber listrik dan air yang mengharuskan peningkatan frekuensi pengujian
meliputi :
• Perbaikan berulang dari sistem air.
• Seringnya kontaminasi terhadap sumber air.
• Jaringan listrik yang tidak bisa diandalkan dan
• Padamnya listrik yang tak terduga dan berulang.
4. Rumah Sakit melakukan identifikasi sistem listrik, limbah, ventilasi, gas medis dan sistem
kunci lainnya secara teratur diperiksa, dipelihara, dan bila perlu ditingkatkan untuk
menghindari bahaya.
5. Rumah Sakit mempunyai proses sistem pemeriksaan yang teratur dan melakukan
pencegahan dan pemeliharaan lainnya. Selama uji coba, perhatian ditujukan pada komponen
kritis (sebagai contoh, switches dan relays) dari sistem tersebut.

7
6. Sumber listrik emergensi dan cadangan diuji coba dalam lingkungan yang direncanakan dan
mensimulasikan beban aktual yang dibutuhkan. Peningkatan dilakukan sesuai kebutuhan,
misalnya penambahan pelayanan listrik di area yang punya peralatan baru.
7. Petugas atau otoritas yang ditetapkan memonitor mutu air secara teratur.
- Pelaksanaan monitoring mutu air bersih paling sedikit setiap 1 tahun sekali. Untuk
pemeriksaan kimia minimal setiap 6 bulan sekali atau lebih sering tergantung ketentuan
peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan
masalah mutu air. Hasil pemeriksaan didokumentasikan.
- Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 bulan atau lebih sering tergantung peraturan
perundang- undangan, kondisi air limbah, dan hasil pemeriksaan air limbah terakhir.
Hasil pemeriksaan didokumentasikan.
- Pemeriksaan mutu air (biologis/biological air ) yang digunakan untuk dialisis ginjal
setiap bulan, untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin. (bila ada)
- Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan.
- Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan melakukan perbaikan bila diperlukan.
- Pemantauan dapat dilakukan oleh staf yang ditunjuk oleh rumah sakit, seperti staf dari
laboratorium klinis atau oleh otoritas kesehatan masyarakat atau pemilik air dari luar
rumah sakit yang dinilai kompeten untuk menjalankan pemeriksaan ini.
8. Rumah Sakit mengumpulkan data hasil monitoring program manajemen sistem
utiliti/pendukung.
- Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit
untuk peningkatan atau penggantian sistem utiliti/pendukung.
- Pemantauan sistem yang esensial/penting membantu rumah sakit mencegah terjadinya
masalah dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan dalam
perbaikan sistem dan dalam merencanakan peningkatan atau penggantian sistem
utiliti/pendukung. Data hasil monitoring didokumentasikan.
9. Bidang Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit dari Aspek K3 dalam Panitia K3RS melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek K3 dan
membuat laporan ke Ketua Panitia K3RS sebagai laporan rekomendasi kepada Direktur
rumah sakit.

8
BAB V
DOKUMENTASI

Semua langkah pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek K3 yang meliputi keamanan
penggunaan listrik, air, ventilasi, genset, gas medis, jaringan komunikasi dan data, mekanikal
dan elektrikal, serta instalasi pengelolaan limbah berprinsip untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman dengan memastikan kehandalan sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang
mungkin terjadi. Untuk itu diharapkan peranan dari manajemen rumah sakit, Panitia K3RS, dan
seluruh sumber daya manusia rumah sakit.

Diketahui Bireuen, 10 Mei 2018


Direktur Rumah Sakit Avicenna, Ketua Panitia K3,

dr. Armiya Ns. Saifullah, S. Kep

Anda mungkin juga menyukai