PENDAHULUAN
1
Laporan dapartemen tenaga kerja dan transmigrasi (Depnakertrans 2010)
menyebutkan terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 105.846 kasus pada 2003.
hal ini menyebabkan kerugian ekonomis Rp. 190 miliar dari kehilangan jam kerja.
Manajemen bencana pada gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi
pengelola gedung. Salah satu manajemen bencana kebakaran dan gempa bumi dan
bencana alam lainnya pada gedung adalah penentuan jalur evakuasi penyelamatan
keluar dari gedung guna mengurangi risiko terhadap bencana. Jalur Evakuasi
adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke area yang aman (Titik
Kumpul). Dalam sebuah proyek konstruksi, jalur evakuasi sangatlah penting
untuk mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila di dalam sebuah
proyek terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (Rian jaya safety 2016)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik fakor
alam maupun faktor non alam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologi. (Suratman Woro Suprojo, 2012) Sedangkan menurut A.Coling (2010)
keadaan darurat adalah segala situasi yang memerlukan respon dengan segera
dikarenakan bencana yang tidak dapat diduga yang dapat menyebabkan kerugian
yang besar dan kerusakan lainnya.
Dengan adanya jalur evakuasi di Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara
tentu sangat penting untuk para pegawai dan semua orang yang berada di
lingkungan kantor tersebut jika terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, gempa
bumi, angin kencang dan sebagainya dapat membantu dan memudahkan proses
penyelamatan diri menuju tempat aman dalam titik kumpul melalui tanda-tanda
petunjuk yang telah di tempelkan untuk jalur evakuasi atau pengunaan alat
pemadam kebakaran berupa (APAR) dan alat pembantu lainnya yang dapat
membantu terhindar dari bahaya sewaktu-waktu tanpa di ketahui. Dan dengan
memperhatikan tanda petunjuk jaluar evakuasi serta pengendalain bahaya berupa
kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api ringan itu dapat mencegah dan
meminimalisir kerugian harta benda dokumen kantor, asset, dan korban jiwa dari
pegawai kantor. Jalur evakuasi dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja
2
pegawai dan mendapatkan tempat kerja yang aman, nyaman dan sehat untuk
pencapian kerja yang optial.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tentang jalur evakuasi di Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi utara. Serta pentingnya jalur evakuasi oleh karena
itu penulis akan membahas lebih lanjut mengenai Gambaran Jalur Evakuasi Di
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi utara.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran jalur evakuasi di Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara.
2. Untuk menggambarkan jalur evakuasi yang sudah di pasang panah sampai
menuju titik kumpul di 7 Gedung besar.
1.3 Sistematika Laporan
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan serta
sistematika penulisan
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari isi hasil laporan
magang yaitu jalur evakuasi dan rekomendasi yang di
berikan kepada Dinas Kesehatan, staf yang ada, dan kepada
fakultas .
3
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
4
2.1.1 Visi dan Misi
A. Visi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara:
Masyarakat Sulawesi Utara Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan
B. Misi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara:
Untuk mencapai masyarakat Sulawesi Utara sehat yang mandiri dan
berkeadilan ditempuh melalui misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
5
f. Penyelenggaraan urusan di bidang pelayanan kesehatan
g. Penyelenggaraan urusan di bidang sumber daya kesehatan, farmasi dan
alat kesehatan
h. Pelaporan pelaksanaan tugas kepada gubernur melalui Sekretaris Daerah
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
2. Sekretariat
a) Tugas
Penyelenggaraan pelayanan administrasi umum, kepegawaian dan
hukum, perencanaan dan keuangan serta tugas lain yang diberikan oleh
pimpinan.
b) Fungsi
a. Pengoordinasian, sinkronisasi dan integrasi pelayanan administrasi
b. Penyusunan perencanaan operasional dan pelaporan kegiatan
c. Penyelenggaraan urusan kepegawaian dan hukum
d. Penyelenggaraan urusan perencanaan dan keuangan
e. Penyelenggaraan urusan umum
f. Pelaporan pelaksanaan fungsi kepada pimpinan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.
3. Bidang Kesehatan Masyarakat
a) Tugas
Melaksanakan urusan bidang kesehatan keluarga dan gizi, promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olahraga.
b) Fungsi
a. Penyelenggaraan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a) Tugas
Melaksanakan urusan di bidang pencegahan pengendalian penyakit
menular dan krisis kesehatan, pencegahan pengendalian penyakit tidak
6
menular dan kesehatan jiwa, surveilans dan imunisasi, serta tugas lain
yang diberikan oleh pimpinan.
b) Fungsi
a. Pembinaan pencegahan dan pengendalian penyakit menular
b. Pembinaan kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan
c. Pembinaan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
d. Pembinaan imunisasi
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.
5. Bidang Pelayanan Kesehatan
a) Tugas
Melaksanakan urusan di bidang pelayanan kesehatan primer dan
kesehatan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan dan jaminan
kesehatan masyarakat serta tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
b) Fungsi
a. Pemberian pelayanan administrasi dilingkungannya
b. Penyusunan rencana dan pelaporan kegiatan
c. Pengoordinasian, pembagian dan pengaturan pelaksanaan tugas
d. Penyelenggaraan urusan bimbingan dan pengendalian upaya
pelayanan kesehatan primer dan rujukan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.
6. Bidang Sumber Daya Kesehatan, Farmasi dan Alat Kesehatan
a) Tugas
Melaksanakan urusan di bidang farmasi, alat kesehatan dan pangan, dan
sumber daya manusia serta tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
b) Fungsi
a. Pelayanan penerbit rekomendasi/pertimbangan teknis perizinan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan Penyalur Alat
Kesehatan (PAK)
b. Pelaksanaan pengawasan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang
dan pak cabang
c. Pelaksanaan pengawasan makanan dan minuman
7
d. Pelaksanaan pengadaan obat, vaksin, bahan medik pakai buffer stok
provinsi
e. Pemenuhan dan pemerataan SDM kesehatan UKM dan UKP
Daerah Provinsi
f. Peningkatan kompetensi SDM kesehatan untuk UKM dan UKP
Daerah Provinsi
2.1.1.5 Sistem Manajemen
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 2 manajemen, yakni:
1. Manajemen Administrasi
Semua tentang administrasi dari segi berkas-berkas, dokumen, SK, buku
panduan yang ada dilaksanakan oleh bagian Sekretariat di Dinas
Kesehatan Provinsi.
2. Manajemen Keuangan
Semua termasuk laporan-laporan keuangan baik itu APBD, APBN, diatur
dan dikelola sesuai mekanisme yang ada, diatur oleh Kepala Dinas dan
dilaksanakan oleh bagian Sekretariat dalam menjalankan tugas sesuai Sub
bagian yang ada.
8
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, dan olahraga sesuai peraturan perundang-undangan; dan
b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Berdasarkan struktur organisasi Kemenkes, Direktorat Kesehatan
Lingkungan terbagi atas 4 (empat) subdit, yaitu:
1. Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar
2. Penyehatan Udara, Tanah, dan Kawasan
3. Pengawasan dan Perlindungan Higiene dan Sanitasi Pangan
4. Pengamanan Limbah dan Radiologi
Sedangkan berdasarkan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, terbagi atas
4 (empat) subdit, yaitu:
1. Subdit Okupasi dan Surveilans
2. Subdit Kapasitas
3. Subdit Lingkungan Kerja
4. Subdit Olahraga
2.3.1 Tugas dan Fungsi Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan
Olahraga
Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan oprasional,bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantawan, evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
.
2.3.2 Progam Kesehatan Kerja dan Olahraga
1. Pembinaan Kesehatan Kerja : Formal dan Informal (GP2SP & POA UKK)
2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Pekerja berupa pelayanan sarana,
sasaran, (TKI, Pekerja Perempuan, Nelayan)
3. Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 Meliputi K3 Rumah Sakit, K3
FKTP, K3 Perkantoran
5. Pembinana SDM dan Profesi kesehatan kerja dalam lini kerja Dokter,
perawat, jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja)
9
6. Pembinaan kesehatan olahraga masyarakat semua lapisan masyarakat
(anak sekolah, perkerja, jamaah haji, dan ibu hamil)
7. Pembinaan kesehatan olahraga prestasi.
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
5. Membantu membuat mading dan menepel 12 indikator keluarga
sehat.
B. Kegiatan Khusus
1. Mengambil struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi organisasi
Dinkes dan menerima materi dari DPL tentang cara kerja dinkes dari
kementerian sampai kemasyarakat dan di kumpulkan di dinas
kesehatan dan di kirimkan hasil keseluruhan kembali pada
kementerian.
2. Melakukan observasi dan wawancara serta melakukan penempelan
stiker petunjuk jalur evakuasi di setiap gedung yang ada.
3. Melakukan diskusi dan bimbingan dengan dosen pembimbing
lapangan mengenai laporan magang dalam jalur evakuasi.
3.1.2 Pelaksanan Kegiatan Magang
WAKTU KEGIATAN
-Mengikuti APEL pagi
-Bertemu dengan KASE.YANKES perkenalan diri
dan menjelaskan kegiatan magang yang akan
dijalankan.
-dokter dan staf memberikan kuliah umum atau
informasi program berupa PISPK,k3 di tempat kerja
Minggu ke-1 ,pembagian daerah untuk di input data puskesmas
yang ada di beberapa provinsi,dan informasi
akreditasi puskesmas.
- melakukan pengamatan atau observai untuk
melihat masaah yang ada di lingkungan perkantoran.
-membantu pengambilan obat-obat di kemas dalam
dus yang ada di gudang obat bidang farmasi untuk di
salurkan di puskesmas minahasa.
-Membatu staf untuk mengecek surat yang masuk
dan diberi tanda surat yang akan di tanda-tangani
oleh kepala dinas dan gubernur sulut.
12
-mengikuti olahraga gym yang ada di bekom
sekaligus melihat kegiatan pegawai yang
memanfaatkan dan selalu mengunakan tempat
olahraga.
13
-mengambil vidieo jalur evakuasi di 7 gedung dan di
setiap ruangan.
-foto bersama dengan seluruh staf di bidang
kesehatan lingkungan,kesehatan kerja dan olahraga.
14
3.2 Landasan Teori
3.2.1 Pengertian Jalur Evakuasi
Menurut Permenkes RI Tahun 2016 Sarana jalur evakuasi (exit) merupakan
bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang dipisahkan dari tempat lainnya dalam
bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan untuk menyediakan lintasan jalan
yang diproteksi menuju eksit pelepasan.
Pengertian secara lebih sederhana berupa,Jalur evakuasi adalah jalur yang
ditujukan untuk membuat orang agar dapat menyikapi saat terjadi bencana dan
tidak berhamburan saat terjadi bencana dan panik saat terjadi bencana melainkan
dapat memposisikan apa yang akan mereka lakukan dengan melihat arah panah
maupun tanda lain demi menekan jumlah korban yang disebabkan oleh kepanikan
saat terjadi bencana. seperti gunung meletus, banjir maupun gempa bumi.(hyogo
frame work for action Tahun 20012)
Menjadi dasar dan standart rambu jalur evakuasi adalah undang-undang no 28
tahun 2012 tentang bangunan gedung. Adapun kriteria atau syarat rambu jalur
evakuasi yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Jalur evakuasi harus menuju langsung ke ruangan yang terbuka dan aman
yang di beri penanda yang jelas dan mudah di lihat
2. Jalur evakuasi harus di berikan penerangan yang bagus
3. Jalur evakuasi harus terhindar dari barang atau benda yang bisa
membahayakan orang untuk melewatinya
4. Harus bersih di jalur evakuasi sehinga tidak menghalangi gerak, dan juga
dapat di kunci
5. Jika dalam keadaan panik pintu darurat mudah untuk di buka dengan
searah jalur evakuasi yang menuju titik kumpul
6. Pintu darurat harus di lengkapi dengan pintu otomatis
7. Pintu darurat harus di bedakan dengan bangunan lainnya dengan cara
mengecat dengan warna yang mencolok
15
3.2.2 Langka-Langka Pembuatan Jalur Evakuasi
Langka-langka untuk mebuat yaitu dari bahan acrylic atau foam dengan ukuran
yang kira-kira 30 x 12 cm. Untuk penandanya bisa menggunakan stiker yang
warnanya mencolok seperti stiker fospor. Langaka-lagka yang harus di
perhatikan:
16
4) Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari
sumber utama.
5) Arah menuju pintu keluar(exit) harus dipasang petunjuk yang jelas.
6) Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.
17
3.2.5 Standar Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja perkantoran adalah upaya mencegah terjadi cidera yang
banyak terjadi pada karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Cidera
yang banyak terjadi disebabkan oleh terpeleset, tersandung, dan jatuh (slip, trip
and fall).
3.2.5.1 Persyaratan Keselamatan Kerja Perkantoran
1. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan Ruang Perkantoran Lantai bebas
dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang yang menyebabkan
kecelakan dan cidera pada karyawan.
2. Desain Alat dan Tempat Kerja
a. Penyusunan dan penempatan lemari cabinet tidak mengganggu
aktifitas lalu lalang pergerakan karyawan,
b. Penyusunan dan pengisian failing cabinet yang berat berada di
bagian bawah.
3. Penempatan dan Penggunaan Alat Perkantoran Dalam pengelolaan benda
tajam, sedapat mungkin bebas dari benda tajam, serta siku-siku lemari
meja maupun benda lainnya yang menyebabkan karyawan cidera.
4. Pengelolaan listrik dan sumber api, terbebas dari penyebab elektrikal
syok.
18
6. Bahaya jatuh dapat dicegah melalui tanggaan kantor yang baik, cairan
tumpah harus segera dibersihkan dan potongan benda yang terlepas dan
pecahan kaca harus segera diambil.
7. Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera mengganti ubin
rusak dan karpet usang.
8. Lemari arsip bisa menjadi penyebab utama kecelakaan dan harus
digunakan dengan benar.
9. Kenakan pelindung jari untuk menghindar pemotongan kertas.
10. Hindarkan kebiasaan yang tidak aman termasuk:
a. menyimpan pensil dengan ujung runcingnya ke atas;
b. menempatkan gunting atau pisau dengan ujung runcing kearah
pengguna;
c. menggunakan pemotong kertas tanpa penjaga yang tepat, dan
d. menempatkan objek kaca di meja atau tepi meja.
11. Menggunakan listrik dengan aman.
19
d. pengendalian kondisi darurat atau bencana;
e. simulasi kondisi darurat atau bencana; dan
f. mengatasi dampak yang berkaitan dengan kejadian setelah
bencana.
3.2.5.4 Pengendalian kondisi darurat atau bencana
Simulasi kondisi darurat berdasarkan penilaian analisa risiko kerentanan
bencana antara lain meliputi simulasi pada kebakaran, ancaman bom, gempa
bumi, banjir, darurat air, darurat listrik, dan gangguan keamanan.
Pimpinan Kantor dan/atau Pengelola Gedung harus memiliki rencana dan
prosedur untuk mencegah dan melakukan tindakan dalam keadaan darurat.
Rencana keadaan darurat memuat hal-hal berikut:
a. Jasa dan personil yang bertanggung jawab untuk setiap kejadian darurat
b. Tindakan aksi untuk keadaan darurat yang berbeda-beda
c. Data dan informasi tentang bahan-bahan berbahaya
d. Langkah yang harus dilakukan bila terjadi kecelakaan
e. Rencana pelatihan darurat
Pengelola gedung harus mempunyai personil yang bertanggung jawab dalam
pencegahan, pengendalian dan penanganan keadaan darurat, memiliki
pengetahuan dan kompetensi dalam bersiaga dan bertindak.
Waktu merupakan hal yang sangat penting dalam keadaan darurat.
Semakin cepat reaksi/tanggapan, maka semakin besar kesempatan untuk
memperbaiki dan menghindari potensi kerusakan. Ada tiga komponen utama yang
menentukan tanggap darurat dapat dilaksanakan dengan cepat, yaitu:
a. Alokasi sumber daya yang diperlukan pada tempat dan waktu yang tepat.
b. Melaksanakan sistem pemantauan efektif yang memberikan peringatan dini
bila terjadi suatu kejadian darurat.
c. Melaksanakan uji coba keadaan darurat secara realistik, artinya uji coba
dilaksanakan tanpa pemberitahuan.
3.2.5.5 Tindakan Awal Dalam Rencana Tanggap Darurat
a. Merencanakan suatu titik kumpul (Assembly Point) yang merupakan
suatu Denah Evakuasi yang menunjukkan kemana pekerja berkumpul
bila terjadi kondisi darurat dan diperintahkan untuk evakuasi.
20
b. Mengadakan simulasi kebakaran dan bencana yang melibatkan dinas
kebakaran setempat dan kalau perlu dengan mengikutsertakan dinas
atau instansi terkait lainnya.
c. Menyiapkan sirene-sirene dan alaram tanda bahaya.
d. Menyiapkan rambu-rambu arah ke tempat titik kumpul, lokasi tabung
pemadam kebakaran dan lain-lain.
e. Menyiapkan prosedur tanggap darurat.
Dasar penetapan kesiagaan dan tanggap darurat mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk
komitmen perusahaan dalam memberikan perlindungan kepada seluruh
karyawan dan lingkungan kerjanya, diantaranya:
a. Kantor harus mempunyai prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keadaan pada
saat kejadian yang sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala
tersebut dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi kerja, dan
untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan
dengan instansi terkait yang berwenang
b. Komponen utama yang menentukan tanggap darurat dapat dilaksanakan
dengan cepat, yaitu:
1) Alokasi sumber daya yang diperlukan pada tempat dan waktu yang
tepat;
2) Melaksanakan sistem pemantauan efektif yang memberikan
peringatan dini bila terjadi suatu kejadian darurat; dan
3) Melaksanakan uji coba keadaan darurat secara realistik, artinya uji
coba dilaksanakan tanpa pemberitahuan.
c. Pengelola diwajibkan melaporkan tiap kejadian kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja yang dipimpinnya kepada pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri.
Tata cara pelaporan dan pemeriksaan oleh karyawan yang dimaksud
diatur dengan perundang-undangan.
d. Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden,
perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi:
21
1) Penyediaan fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapat
pertolongan medik.
2) Proses perawatan lanjutan.
22
3.2.5.7 Ketentuan bagi masing-masing sarana penyelamatan kebakaran gedung.
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
1) Pemilihan APAR harus sesuai karakter kebakaran
a. APAR untuk proteksi bahaya kelas A harus dipilih dari jenis yang secara
khusus terdaftar dan terlabelisasi untuk penggunaan pada kebakaran kelas A.
Kebakaran kelas A yaitu kebakaran yang disebabkan terbakarnya bahan
padat kecuali logam, seperti kertas, kain, karet, dan plastik. APAR jenis
cairan (air) dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A.
b. APAR untuk proteksi bahaya kelas B harus dipilih dari jenis yang secara
khusus terdaftar dan terlabelisasi untuk penggunaan pada kebakaran kelas B.
Kebakaran kelas B yaitu kebakaran yang disebabkan bahan cair atau gas
yang mudah terbakar, seperti minyak, alkohol, dan solven. APAR jenis
Aqueous Film Forming Foam (AFFF) dapat digunakan untuk memadamkan
kebakaran kelas A dan B.
c. APAR untuk proteksi bahaya kelas C harus dipilih dari jenis yang secara
khusus terdaftar dan terlabelisasi untuk penggunaan pada kebakaran kelas C.
Kebakaran kelas C yaitu kebakaran yang disebabkan instalasi listrik
bertegangan. APAR jenis serbuk kimia atau dry chemical powder efektif
untuk memadamkan kebakaran kelas C, selain itu juga dapat digunakan
untuk memadamkan kebakaran kelas A dan kelas B
2) Jumlah minimum kebutuhan APAR untuk memproteksi bangunan
gedung mengikuti Peraturan yang berlaku.
3) Persyaratan:
a) Ditempatkan ditempat yang mudah terlihat, dijangkau dan mudah
diambil (tidak diikat, dikunci atau digembok).
b) Setiap jarak 15 m dengan tinggi pemasangan maksimum 125 cm.
c) Memperhatikan jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan
klasifikasi beban api.
d) Dilakukan pemeriksaan kondisi dan masa pakai secara berkala
minimal 2 (dua) kali setahun.
23
b. Tangga Darurat
Setiap tangga darurat tertutup pada bangunan 5 (lima) lantai atau lebih,
harus dapat melayani semua lantai mulai dari lantai bawah, kecuali ruang bawah
tanah (basement)
sampai lantai teratas harus dibuat tanpa bukaan (opening) kecuali pintu masuk
tunggal pada tiap lantai dan pintu keluar pada lantai yang berhubungan langsung
dengan jalan, pekarangan atau tempat terbuka dengan ketentuan:
1) Setiap bangunan gedung yang bertingkat lebih dari 3 lantai, harus
mempunyai tangga darurat/penyelamatan minimal 2 (dua) buah dengan
jarak maksimum 45 m (bila dalam gedung terdapat sprinkler, maka jarak
maksimal bisa 67,5 m).
2) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu tahan api,
minimum 2 (dua) jam, dengan arah pembukaan ke tangga dan dapat
menutup secara otomatis, dilengkapi dengan kipas (fan) untuk memberi
tekanan positif. Pintu harus dilengkapi dengan lampu dan petunjuk
KELUAR atau EXIT yang menyala saat listrik/PLN mati. Lampu exit
dipasok dari bateri UPS terpusat.
3) Tangga darurat/penyelamatan yang terletak di dalam bangunan harus
dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan bebas asap,
pencapaian mudah, serta jarak pencapaian maksimum 45 m dan minimum
9 m.
4) Lebar tangga darurat/penyelamatan minimum 1,20m.
5) Tangga darurat/penyelamatan tidak boleh berbentuk tangga melingkar
vertikal.
6) Peletakan pintu keluar (exit) pada lantai dasar langsung ke arah luar
halaman.
7) Dilarang menggunakan tangga melingkar (tangga spiral) sebagai tangga
darurat.
8) Tangga darurat dan bordes harus memiliki lebar minimal 1,20 m dan tidak
boleh menjepit ke arah bawah.
24
9) Tangga darurat harus dilengkapi pegangan (hand rail) yang kuat setinggi
1,10 m dan mempunyai lebar injakan anak tangga minimal 28 cm dan
tinggi maksimal anak tangga 20 cm.
10) Tangga darurat terbuka yang terletak diluar bangunan harus berjarak
minimal 1 m dari bukaan dinding yang berdekatan dengan tangga
kebakaran tersebut.
11) Jarak pencapaian ke tangga darurat dari setiap titik dalam ruang efektif,
maksimal 25 m apabila tidak dilengkapi dengan spinkler dan maksimal 40
m apabila dilengkapi dengan spinkler.
12) Ketentuan lebih lanjut tentang tangga darurat diatur dalam/penyelamatan
mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur dalam standar teknis.
c. Pintu Darurat
Pintu darurat kebakaran harus didesain mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka. Beberapa ketentuan yang perlu
dipenuhi oleh pintu kebakaran, di antaranya adalah:
1) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih dari 3 (tiga) lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 (dua) buah.
2) Lebar pintu darurat minimum 100 cm, membuka ke arah tangga penyelamatan,
kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
3) Jarak pintu darurat maksimum dalam radius/jarak capai 25 meter dari setiap
titik posisi orang dalam satu blok bangunan gedung.
4) Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 (dua) jam.
5) Pintu harus dilengkapi dengan: minimal 3 (tiga) engsel, alat penutup pintu
otomatis (door closer), tuas/tungkai pembuka pintu (panic bar), tanda
peringatan: “PINTU DARURAT-TUTUP KEMBALI”, dan kaca tahan api
(maksimal 1 m2) diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.
6) Pintu harus dicat dengan warna merah.
7) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
Untuk mewujudkan keselamatan penghuni bangunan gedung dari
kebakaran, dalam MKKG juga meliputi sistem peringatan bahaya/sistem alarm
pada gedung dan sistem proteksi kebakaran.
25
a. Sistem Peringatan berupa Sistem Alaram pada Gedung Setiap bangunan gedung
harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan sistem alarm pada bangunan
yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan dini pada bangunan berkaitan
dengan bahaya kebakaran, gempa dan lain-lain. Sistem ini dapat diintegrasikan
dengan sistem lainnya pada gedung seperti sistem instalasi lift, pressure fan
untuk tangga darurat. Persyaratan peringatan bahaya atau sistim alarm gedung
perkantoran memiliki:
1) Detektor panas (heat detector);
2) Detektor asap;
3) Detektor nyala api;
4) Detektor gas; dan/atau
5) Detektor getaran gempa.
Penempatan dan pemasangan detektor tersebut mengacu pada Peraturan yang
berlaku.
b. Sistem proteksi kebakaran
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah
sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Sistem proteksi terhadap kebakaran terdiri atas:
1) instalasi pompa pemadam kebakaran
2) instalasi pemipaan sprinkler, box hidran, dan lain-lain
Keadaan daurat dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
1) Keadaan Darurat Tingkat I (Tier I)
Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset), yang secara normal
dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik dengan
menggunakan prosedur yang telah diperisapkan, tanpa perlu adanya
regu bantuan yang dikonsinyir.
2) Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II)
26
Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II) adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua pekerja yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang
tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur
minyak/gas dan lain¬lain, yang mengancam nyawa manusia atau
lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak bahaya atas
karyawan / daerah / masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari
industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.
3) Keadaan Darurat Tingkat III (Tier III)
Keadaan Darurat Tingkat III (Tier III) adalah keadaan darurat berupa
malapetaka/ bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan
Tier II, dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional.
3. Evakuasi
a. Persyaratan
1) Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu
kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
2) Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari
bahaya api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus
diatur.
sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat, menjangkau pintu
keluar (exit).
3) Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan mempunyai
lebar untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m.
4) Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung
dari sumber utama.
5) Arah menuju pintu keluar(exit) harus dipasang petunjuk yang jelas.
6) Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.
b. Tata cara
1) Pelaksanaannya sesuai SOP
2) Mengikuti instruksi komando
27
3) Tidak membawa barang-barang
4) Keluar melalui pintu darurat dan menuju titik kumpul (assembly point)
5) Lakukan simulasi evakuasi kedaruratan secara periodik
28
aktivitas pembangunan yang mempengaruhi ekosistem dan ekologi didaerah
penyangga.
Dampak tidak memiliki jaur evakuasi di Dinas Kesehatan Provinsi yaitu:
1. Pada saat bencana jika tidak memiliki jalur evakuasi sebagian besar
berlarian menyelamatkan diri tanpa arah atau pedoman yang baik penghuni
bangunan yang ada di bagian tengah maupun di bagian belakang ruangan
kerja semuanya berlarian menuju jalan keluar tanpa memperhatikan jalur
yang di tempuh dan titik kumpul yang aman,hal ini juga dapat meimbulkan
korban karena tidak munggunakan tanda jalur evakuasi yang benar.
2. Tidak memiliki titik kumpul dan penentuan titik kumpul yang aman dari
benda yang akan tertipa seperti pohon tubang, tiang listrik dan sebagainya
itu akan membuat kebingungan para pegawai saat terjadi bencana maka staf
akan berlarian ke tempat lain yang diagap aman sehingga semua staf
terpencar dan membuat kepala ruangan cemas apakah staf lain selamat atau
tidak saat terjadi bencana seperti kebakaran, serta akan menyulitkan kepala
ruangan untuk memastikan semua karyawan atau staf semuanya aman bisa
keluar dan berada di titik kumpul lewat penghitungan angota staf yang
lengkap.
3. Kuranya pengetahuan tentang jalur evakuasi di lokasi kantor sehingga dapat
menimbulkan korban yang terperangkap atau tertipa benda saat bencana
khusnya kebakaran karena banguan kantor lebih rentan terjadi kebakaran.
4. Tidak menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) atau sejenisnya yang
dapat membantu mematikan api yang menyala pada benda atau banguan
yang ada sehinga menyebabkan kebakaran yang tidak dapat di amankan.
5. Tidak menyediakan kotak obat atau kotak P3K dalam kegiatan pencegahan
saat terjadi kecelakaan ringan serti terkena percikan api atau tertimapa benda
saat gempa bumi sehinga staf mengalami luka dan infeksi sehinga tidak
dapat bekerja dengan baik.
6. Saat terjadi bencana akan merugikan pihak kantor melalui aset, dan program
tidak berjalan baik.
7. Dokumen-dokumen berharga yang ada di kantor hilang terbakar atau
tertimpa reruntuhan dan rusak.
29
8. Pegawai dan semua pihak yang terkena bencana akan mengalami kerugian
waktu kerja dan tidak mendapatkan produktifitas kerja yang optimal.
9. Dan semua program kantor atau kegiatan kantor akan terhambat jika terjadi
bencanan.
30
dikantor/gedung tersebut itu akan membantu mengetahui pintu keluar yang
dekat dengan halaman luas dalam hal ini mengetahui titik kumpul pada
saat terjadi kejadian darurat.
3. Pada saat bencana dengan memiliki jalur evakuasi dapat mengetahui pintu
keluar dan titik kupul para staf yang berada di ruangan paling belakang
atau di tengah berlari tidak akan bertabrakan jika mencari jalan keluar
yang benar karena suda ada petunjuk.
4. Komponen yang paling penting adalah titik kupul,dengan adanya
penentuan titik kumpul terlebih dahulu yang sudah diketahui itu akan
membantu terhindar dari api atau benda jatu. titik kumpul ini berfungsi
melihat orang atau staf pekerja apakah semuanya bisa keluar dari dalam
gedung dengan cara kepala bidang atau orang yang mengetahui jelas data
staf yang ada di gedung tersebut semuanya aman dan suda berada di titik
kumpul agar tidak ada korban jiwa.
5. Menabah pengetahuan pada semua pihak kantor tentang pentingnya jalur
evakuasi di lokasi kantor sehingga dapat meminimalisir adanya korban
yang terperangkap atau tertipa benda saat bencana khusnya kebakaran
karena banguan kantor lebih rentan terjadi kebakaran.
6. Penyediakan alat pemadam api ringan (APAR) atau sejenisnya yang dapat
membantu mematikan api yang menyala pada benda atau banguan yang
ada.
7. Penyediakan kotak obat atau kotak P3K dalam kegiatan pencegahan saat
terjadi kecelakaan ringan seperti terkena percikan api atau tertimpa benda
saat gempa bumi dapat mengobati staf saat mengalami luka dan tidak
infeksi.
8. Manfaat jalur evakuasi untuk meminimalisirkan pihak internal khsusnya
kantor tersebut dalam menghadapi bencana agar tidak mengalami kerugian
9. Untuk Dokumen-dokumen berharga yang ada di kantor akan dapat
terselamatkan pada saat bencana terjadi berupa kebakaran atau gempa
bumi dan bencana lainnya karena sudah melakukan manajemen takap
darurat terlebih dahulu melalui penyediaan informasi jalur evakuasi.
31
Menurut Hermashinta (2012) terdapat manfaat dari adanya safety signs
diantaranya:
32
Bardasarkan obsevasi dan wawancara dengan pegawai dan kepalah bidang
yang ada di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, maka didapati
kantor tersebut tidak memiliki jalur evakuasi. dan di Dinas kesehatan terdapat 8
(delapan) gedung tetapi diantara delapan gedung tersebut ada satu gedung yang
sudah ada jalur evakuasi yaitu gedung Laboratorium Sulut atau Balai penunjang
pelayanan kesehatan dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara menurut penjelasan
dari pegawai yang ada mereka hanya memprioritaskan satu gedung saja yaitu
gedung laboratorium dikarenakan gedung tersebut paling rentan terjadi tangkap
darurat seperti kebakaran karena berkaitan dengan unsur kimia yang ada di
laboratorium.
Gedung yang belum memiliki jalur evakuasi yaitu:
1. Gedung Bidang kesehatan Masyarakat
2. Gedung Pengendalian Penyakit Menular Dan Tidak Menular (P2P)
3. Gedung B atau UPTD (unit pelaksana teknis dinas) Balai pelayanan
kesehatan dan kegawatdaruratan terpadu.
4. Gedung A Sekertariat dan ruang rapat Kadis
5. Gedung Balai kesehatan olahraga masyarakat (BKOM)
6. Gedung H UPK (unit pelayanan kesehatan)
7. Gedung G Sekertariat
Dari ketujuh gedung tersebut, memiliki kendala untuk pengadaan jalur
evakuasi dikareanakan belum ada kesadaran dari pihak atasan untuk bekerja sama
denga semua pihak yang ada dikantor tersebut dan belum diadakan pengalokasian
dana untuk membuat program khusus kantor yang akan dikordinir oleh bidang
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan olahraga, dalam pembuatan jalur
evakuasi hal ini perlu dibuat untuk meminimalisir ancaman bahaya dikantor
tersebut, dan adanya peluang untuk meningkatkan kesadaran untuk mengetahui
pentingnya jalur evakuasi. dikarenakan Dinas kesehatan provinsi sulawesi utara
ini belum mempunyai jalaur evakuasi hal tersebut akan merugikan semua
ruanglingkup yang ada di kantor tersebut ketika terjadi bencana.
Setelah di lakukan observasi ternyata di tujuh gedung tersebut tidak memiliki
jaluar evakuasi, alat pemadam api ringan (APAR), Kotak obat pertolongan
pertama pada kecelakan (P3K), alaram saat bahaya, sprinkler untuk pemadam api
33
otomais,dan titik kumpul. Maka dari itu penulis membuat jalur evakuasi disemua
titik yang ada di setiap masing-masing gedung, dan membuat peta lokasi atau
dena di setiap gedung yang sudah dubuat sama persis dengan tata ruang dan pintu
keluar disetiap ruangan agar mudah di lihat dan dimengerti, telah diberikan tanda
panah jalur evakuasi sampai pada titik kumpul serta dalam peta lokasi dibuat
penempatan atau posisi-posisi dan jumlah setiap lantai dan ruangan dalam bentuk
stiker saat meletakan alat pemadam api ringan (APAR), kotak obat saat
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), alaram saat bahaya, dan sprinkler
alat otomatis pemadam api dan media informasi atau alat lainya sebagainya belum
di tempelkan.
Pada saat membuat dan penempelan stiker jalur evakuasi adanya dukungan
dari semua pihak baik dari semua staf dan kepala bidnag yang ada di tujuh gedung
tersebut karena mereka berpendapat pada saat diwawancarai jalur evakuasi ini
sangat baik dan penting terutama di semua area kantor jika terjadi kebakaran atau
tangkap darurat lainya semua pihak dapat mengetahui jalur aman untuk
menyelamatkan diri. dan adanya peluang dalam meningkatkan kesadaran dari
semua pihak dalam meningkatkan program tambahan dibidang kesehatan
lingkung, kesehtan kerja, dan olahraga lebih khusus bidang kesehatan kerja yang
ada dikantor sebagai wadah untuk menjalankan program jalur evakuasi
dikarenakan memang belum pernah dibuat jalur evakuasi kecuali di gedung
laboraterium.
3.3.1 Urayan kegiatan penempelan stiker jalur evakuasi Dan Landasan Teori
Berdasarkan teori yang di bahas dalam laporan magang ini yaitu jalur evakuasi
dibuat berkaitan serta sebagai dasar kegiatan magang, yang dilaksanakan terdapat
permasalahan di dinas tersebut tidak ada jalur evakuasi maka dari itu dibuat
percontohan jalur evakuasi, melalui penempelan stiker panah jalur evakuasi, alat
pemadam api ringan, kotak obat P3K, dan dibawah ini akan dibahas pengertian
gambar stiker dalam sumber (badan meteologi dan klimatologi dan geifisiologi.
2012) dan dinas pekerjaan umum perumahan dan energi sumber daya mineral
2015) tersebut berupa:
34
1. Exit Tanpa Panah
Exit tanpa panah adalah petunjuk arah keluar untuk kegunaan dalam
situasi darurat penting yang di taruh diatas pintu keluar dan, memberikan
informasi posisi pintu arah keluar pada saat terjadi kebakaran petunjuk ini
berwarna hijau tua dan putih agar saat kebakaran dan ruangan gelap,
warna ini akan tetap keliahatan apalagi memakai lampu emergency exit
tanda panah itu lebih akan membantu dalam penyelamatan keluar dan alat
itu sering di gunakan pada gedung-gedung besar bertingkat seperti
perkantoran, apartemen, hotel, dan perusahaan. yang di gunakan dalam
penempelan stiker jalur evakuasi di dinas kesehehatan provinsi ini berupa:
(gambar 1)
35
tidak berfungsi.dan secara umum panah ini juga sama dengan petujuk
yang diatas.
(gambar 3)
36
5. Petunjuk tempat kotak P3K
Kota P3K adalah singkatan dari pertolongan pertama pada kecelakaan dan
sesuai namanya tujuan dari pengadaan kotak P3K ini sebagai langkah
pertama mengantisipasi cedera dan kondisi gawat darurat serta sarana
yang harus disediakan di tiap ruangan. Pada saat observasi di setiap
gedung atau ruangan belum disediakan kotak P3K maka dari itu ditempel
gambar kota P3K di tembok ruangan yang posisnya pas pada saat tersedia
kotak P3K dan pengambilan obat didalanya. dan diharapkan dinas
kesehatan bisa menyediakannya pada posisi yang sudah di ataur.
(gambar 5)
37
(gambar 6)
38
3.4 Pemecahan Masalah
Jalur Evakuasi merupakan salah satu bentuk kegiatan tahap pencegahan meminimalisir
kerugian dan korban jiwa saat terjadi tangkap darurat berupa bencana kebakaran gempa
bumi, kebakaran, angina kencang, dan sebagainya guna merubah perilaku dan
menambah kesadaran dikantor tersebut bahwa jalur evakuasi penting untuk
menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. serta meningkatkan derajat kesehatan di
semua pihak didalam kantor tersebut. Dengan penjelasan atau pendeskripsian jalur
evakuasi diatas, masih ada masalah yang belum dapat di atasi Oleh karena itu, perlu
adanya strategi-strategi untuk meningkatkan pelaksanaan jalur evakuasi di Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Salah satu analisis yang dipakai untuk mendapatkan strategi-strategi peningkatan
pelaksanaan Jalur Evakuasi adalah analisis SWOT. SWOT merupakan akronim dari
Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Dalam penyusunan perencanaan perlu
diketahui secara jelas berbagai faktor penopang maupun faktor penghambat yang
diperkiraan terjadi apabila rencana tersebut dilaksanakan (Azwar, 2010). Menurut
Jeffrey P. Harrison dalam Essentials of Strategic Planning in Healthcare (2010),
analisis SWOT adalah pemeriksaan terhadap kekuatan dan kelemahan internal
organisasi, peluangnya untuk pertumbuhan dan perbaikan, serta ancaman yang dihadapi
lingkungan eksternal untuk kelangsungan hidup organisasi tersebut. Awalnya analisis
SWOT digunakan oleh industri-industri lain, namun penggunaanya semakin meningkat
dalam perawatan kesehatan.
Strenghths (kekuatan)
1. Pada saat dilakukan observasi, penulis melalukan pembuatan jalur evakuasi di 7
(tujuh) gedung yang ada di Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara dengan cara
melakukan penempelan stiker jalur evakuasi,stiker Apar,dan kotak P3k.
2. Adanya dukungan dari semua staf dan kepala bidang yang ada dalam pembuatan
39
jalur evakuasi di Dians kesehatan provinsi Sulawesi utara.
Weaknesses (kelemahan)
Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara belum mepunyai jalur evakuasi, dan hal
tersebut akan merugikan semua ruang lingkup yang ada di Dinas kesehatan
provinsi Sulawesi utara, ketika akan terjadi bencana.
Opportunities (peluang)
1. Adanya peluang dalam meningkatkan kesadaran dari semua ruang lingkup
khususnya bidang kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan olahraga serta
memegang tugas yaitu kesehatan kerja sebagai wadah untuk membuat program
tambahan di dinas kesehatan provinsi sulut, dan mengetahui pentingnya jalur
evakuasi dalam meminimalisir saat terjadi bencana.
2. Jalur evakuasi dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja pegawai dan
mendapatkan tempat kerja yang aman, nyaman dan sehat untuk pencapian kerja
yang optial.
Threats (ancaman)
Pembuatan jaluar evakuasi tidak dimasukan kedalam program tabahan kantor atau
di bidang Kesjaor,dikarenakan tidak mempunyai alokasi dana untuk jalaur
evakuasi dan tidak ada tenagah ahli dibidang pembuatan jalaur evakuasi.
40
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
1. Telah dilakukan obsevasi dan wawancara dengan pegawai dan kepalah bidang
yang ada di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, maka dapat
digambarkan lokasi kantor tersebut tidak memiliki jalur evakuasi. Dan belum
ada perencanaan untuk membuat jalur evakuasi dan memasukan jalur evakuasi
sebagai program tambahan di Dinas kesehatan karena dalam Peraturan
Menteri kesehatan RI Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standart Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Perkantoran harus memiliki jalur evakuasi.
41
4.2 Rekomendasi
42
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Dasar-Dasar Kesehatan Bencana (2005) Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Unuversitas Sam Ratulangi Manado
Harrison, JP. 2010. Strategic Planning and SWOT Analysis. Health Administration Press.
10 Februari 2018. https://www.ache.org > Harrison_Chapter5
Hermasinta. (2012, Juli 15). Rambu-rambu keselamatan. Diambil kembali dari safety
sign: www.wordpress.com
ILO. (2013, Juli 6). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sarana untuk Produktivitas.
International Labour Organization..
Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 54 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Tipe A
Provinsi Sulawesi Utara
Suratman Woro Suprojo 2012, Prosiding pengindraan jauh dan system informasi
geografi. Pengertian bencan
43
LAMPIRAN
44
DAFTAR HADIR DAN CATATAN HARIAN DI TEMPAT MAGANG
45
DAFTAR HADIR DAN CATATAN HARIAN DI TEMPAT MAGANG
(lanjutan)
47
DOKUMENTASI KEGIATAN
48
Gambar 1. Mengikuti Apel Pagi bersama ASN Dinkes Prov. Sulut
49
Gambar 3. Membantu menghias madding dan menempel 12 indikator keluarga
sehat
50
Gambar 5. Melakukan Peregangan di Tempat Kerja
51
Gambar 7. Melakukan Bimbingan dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
52
Gambar 8. Bersama kepala seksi dan Staf Kerja Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja, dan Olahraga
53
54
55
Gambar 9. peta jalur evakuasi
56
Gambar 10. dukungan dan bantuan dari seamua ruang lingkup dinas kesehatan
dalam penempelan stiker jalur evakuasi
57
RIWAYAT HIDUP
58