Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Permenkes RI Tahun 2016 Sarana jalur evakuasi (exit) merupakan
bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang dipisahkan dari tempat lainnya dalam
bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan untuk menyediakan lintasan jalan
yang diproteksi menuju eksit pelepasan. Hal ini juka di perkuat oleh Undang-
undang no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Peraturan Pemerintah No.
36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung menyatakan bahwa Jalur Evakuasi
tertuang pada “Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah
deret sederhana, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem
peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi yang
dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan gedung untuk melakukan
evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman apabila terjadi bencana atau
keadaan darurat”.
K3 Perkantoran adalah Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyaki akibat kerja.( direktorat kesehatan kerja dan olahraga Kementerian
kesehatan RI 2010). Menurut Moekijat (2015) kantor merupakan setiap tempat
yang biasanya dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan tata usaha, dengan
nama apapun juga tempat tersebut mungkin diberikan. Sedangkan menurut
Atmosudirjo (2012) kantor adalah unit organisasi yang terdiri dari tempat, staf
personel dan operasi ketatausahaan guna membantu pimpinan.Setiap kegiatan
melakukan pekerjaan seseorang yang terlibat dengan pekerjaan yang dimaksud
tidak akan lepas dengan kemungkinan kecelakaan ataupun pengaruh yang
berdampak pada kesehatan itu sendiri. Kecelakaan adalah kejadian yang tak
terduga dan yang tak di harapkan yang menyebabkan kerugian material ataupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat untuk itu dalam
pencegahanya dibuat jalur evakuasi.

1
Laporan dapartemen tenaga kerja dan transmigrasi (Depnakertrans 2010)
menyebutkan terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 105.846 kasus pada 2003.
hal ini menyebabkan kerugian ekonomis Rp. 190 miliar dari kehilangan jam kerja.
Manajemen bencana pada gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi
pengelola gedung. Salah satu manajemen bencana kebakaran dan gempa bumi dan
bencana alam lainnya pada gedung adalah penentuan jalur evakuasi penyelamatan
keluar dari gedung guna mengurangi risiko terhadap bencana. Jalur Evakuasi
adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke area yang aman (Titik
Kumpul). Dalam sebuah proyek konstruksi, jalur evakuasi sangatlah penting
untuk mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila di dalam sebuah
proyek terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (Rian jaya safety 2016)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik fakor
alam maupun faktor non alam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologi. (Suratman Woro Suprojo, 2012) Sedangkan menurut A.Coling (2010)
keadaan darurat adalah segala situasi yang memerlukan respon dengan segera
dikarenakan bencana yang tidak dapat diduga yang dapat menyebabkan kerugian
yang besar dan kerusakan lainnya.
Dengan adanya jalur evakuasi di Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara
tentu sangat penting untuk para pegawai dan semua orang yang berada di
lingkungan kantor tersebut jika terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, gempa
bumi, angin kencang dan sebagainya dapat membantu dan memudahkan proses
penyelamatan diri menuju tempat aman dalam titik kumpul melalui tanda-tanda
petunjuk yang telah di tempelkan untuk jalur evakuasi atau pengunaan alat
pemadam kebakaran berupa (APAR) dan alat pembantu lainnya yang dapat
membantu terhindar dari bahaya sewaktu-waktu tanpa di ketahui. Dan dengan
memperhatikan tanda petunjuk jaluar evakuasi serta pengendalain bahaya berupa
kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api ringan itu dapat mencegah dan
meminimalisir kerugian harta benda dokumen kantor, asset, dan korban jiwa dari
pegawai kantor. Jalur evakuasi dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja

2
pegawai dan mendapatkan tempat kerja yang aman, nyaman dan sehat untuk
pencapian kerja yang optial.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tentang jalur evakuasi di Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi utara. Serta pentingnya jalur evakuasi oleh karena
itu penulis akan membahas lebih lanjut mengenai Gambaran Jalur Evakuasi Di
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi utara.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran jalur evakuasi di Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara.
2. Untuk menggambarkan jalur evakuasi yang sudah di pasang panah sampai
menuju titik kumpul di 7 Gedung besar.
1.3 Sistematika Laporan

BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan serta
sistematika penulisan

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG


Pada bagian ini memuat segala sesuatu yang berhubungan
dengan Lokasi Magang dan tugas pokok yang ada di tempat
magang terdiri dari Sub bab.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan hasil kegiatan magang yang dilakukan
dan tentang judul yang diambil berdasarkan waktu kegiatan
magang dan landasan teori.

BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari isi hasil laporan
magang yaitu jalur evakuasi dan rekomendasi yang di
berikan kepada Dinas Kesehatan, staf yang ada, dan kepada
fakultas .
3
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

2.1 Profil Organisasi


Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Utara Tipe A untuk mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas
Daerah Provinsi dengan beban kerja yang besar. Berikut adalah kedudukan,
susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 54 Tahun
2016.
A. Kedudukan
a. Dinas Kesehatan Daerah Provinsi merupakan unsur pelaksana Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi.
b. Dinas Kesehatan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh Kepala Dinas Daerah provinsi yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah Provinsi
B. Tugas
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi mempunyai tugas membantu Gubernur
melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah Provinsi.
C. Fungsi
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya, dan
d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.

4
2.1.1 Visi dan Misi
A. Visi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara:
Masyarakat Sulawesi Utara Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan
B. Misi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara:
Untuk mencapai masyarakat Sulawesi Utara sehat yang mandiri dan
berkeadilan ditempuh melalui misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

2.1.2 Struktur Organisasi


Struktur Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara seperti yang ada terlampir,
sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat
3. Bidang Kesehatan Masyarakat
4. Bidang pencegahan dan Pengendalian Penyakit
5. Bidang Pelayanan Kesehatan
6. Bidang Sumber Daya, Farmasi dan Alat Kesehatan

2.1.3 Tugas dan Fungsi


1. Kepala Dinas
Tugas:
a. Perumusan kebijakan teknis
b. Penyususnan perencanaan, pengoordinasian, pembinaan dan pengendalian
pelaksanaan tugas
c. Penyelenggaraan urusan administrasi kesekretariatan
d. Penyelenggaraan urusan di bidang kesehatan masyarakat
e. Penyelenggaraan urusan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit

5
f. Penyelenggaraan urusan di bidang pelayanan kesehatan
g. Penyelenggaraan urusan di bidang sumber daya kesehatan, farmasi dan
alat kesehatan
h. Pelaporan pelaksanaan tugas kepada gubernur melalui Sekretaris Daerah
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
2. Sekretariat
a) Tugas
Penyelenggaraan pelayanan administrasi umum, kepegawaian dan
hukum, perencanaan dan keuangan serta tugas lain yang diberikan oleh
pimpinan.
b) Fungsi
a. Pengoordinasian, sinkronisasi dan integrasi pelayanan administrasi
b. Penyusunan perencanaan operasional dan pelaporan kegiatan
c. Penyelenggaraan urusan kepegawaian dan hukum
d. Penyelenggaraan urusan perencanaan dan keuangan
e. Penyelenggaraan urusan umum
f. Pelaporan pelaksanaan fungsi kepada pimpinan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.
3. Bidang Kesehatan Masyarakat
a) Tugas
Melaksanakan urusan bidang kesehatan keluarga dan gizi, promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olahraga.
b) Fungsi
a. Penyelenggaraan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a) Tugas
Melaksanakan urusan di bidang pencegahan pengendalian penyakit
menular dan krisis kesehatan, pencegahan pengendalian penyakit tidak

6
menular dan kesehatan jiwa, surveilans dan imunisasi, serta tugas lain
yang diberikan oleh pimpinan.
b) Fungsi
a. Pembinaan pencegahan dan pengendalian penyakit menular
b. Pembinaan kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan
c. Pembinaan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
d. Pembinaan imunisasi
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.
5. Bidang Pelayanan Kesehatan
a) Tugas
Melaksanakan urusan di bidang pelayanan kesehatan primer dan
kesehatan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan dan jaminan
kesehatan masyarakat serta tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
b) Fungsi
a. Pemberian pelayanan administrasi dilingkungannya
b. Penyusunan rencana dan pelaporan kegiatan
c. Pengoordinasian, pembagian dan pengaturan pelaksanaan tugas
d. Penyelenggaraan urusan bimbingan dan pengendalian upaya
pelayanan kesehatan primer dan rujukan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.
6. Bidang Sumber Daya Kesehatan, Farmasi dan Alat Kesehatan
a) Tugas
Melaksanakan urusan di bidang farmasi, alat kesehatan dan pangan, dan
sumber daya manusia serta tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
b) Fungsi
a. Pelayanan penerbit rekomendasi/pertimbangan teknis perizinan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan Penyalur Alat
Kesehatan (PAK)
b. Pelaksanaan pengawasan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang
dan pak cabang
c. Pelaksanaan pengawasan makanan dan minuman

7
d. Pelaksanaan pengadaan obat, vaksin, bahan medik pakai buffer stok
provinsi
e. Pemenuhan dan pemerataan SDM kesehatan UKM dan UKP
Daerah Provinsi
f. Peningkatan kompetensi SDM kesehatan untuk UKM dan UKP
Daerah Provinsi
2.1.1.5 Sistem Manajemen
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 2 manajemen, yakni:
1. Manajemen Administrasi
Semua tentang administrasi dari segi berkas-berkas, dokumen, SK, buku
panduan yang ada dilaksanakan oleh bagian Sekretariat di Dinas
Kesehatan Provinsi.
2. Manajemen Keuangan
Semua termasuk laporan-laporan keuangan baik itu APBD, APBN, diatur
dan dikelola sesuai mekanisme yang ada, diatur oleh Kepala Dinas dan
dilaksanakan oleh bagian Sekretariat dalam menjalankan tugas sesuai Sub
bagian yang ada.

2.2 Analisis Situasi Umum


2.2.1 Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 54 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Kesehatan Provinsi Tipe A Provinsi Sulawesi Utara, Bidang Kesehatan
Lingkungan berganti menjadi Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan
Olahraga. Dimana Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga berada
dalam Bidang Kesehatan Masyarakat.

2.3 Analisis situasi khusus


Tugas seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, kriteria, pemberian bimbingan teknis, supervisi serta

8
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, dan olahraga sesuai peraturan perundang-undangan; dan
b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Berdasarkan struktur organisasi Kemenkes, Direktorat Kesehatan
Lingkungan terbagi atas 4 (empat) subdit, yaitu:
1. Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar
2. Penyehatan Udara, Tanah, dan Kawasan
3. Pengawasan dan Perlindungan Higiene dan Sanitasi Pangan
4. Pengamanan Limbah dan Radiologi
Sedangkan berdasarkan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, terbagi atas
4 (empat) subdit, yaitu:
1. Subdit Okupasi dan Surveilans
2. Subdit Kapasitas
3. Subdit Lingkungan Kerja
4. Subdit Olahraga

2.3.1 Tugas dan Fungsi Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan
Olahraga
Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan oprasional,bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantawan, evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
.
2.3.2 Progam Kesehatan Kerja dan Olahraga
1. Pembinaan Kesehatan Kerja : Formal dan Informal (GP2SP & POA UKK)
2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Pekerja berupa pelayanan sarana,
sasaran, (TKI, Pekerja Perempuan, Nelayan)
3. Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 Meliputi K3 Rumah Sakit, K3
FKTP, K3 Perkantoran
5. Pembinana SDM dan Profesi kesehatan kerja dalam lini kerja Dokter,
perawat, jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja)

9
6. Pembinaan kesehatan olahraga masyarakat semua lapisan masyarakat
(anak sekolah, perkerja, jamaah haji, dan ibu hamil)
7. Pembinaan kesehatan olahraga prestasi.

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Aktivitas Magang


3.1.1 Kegiatan Magang
Kegiatan magang dilakukan di Di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
terlebih khusus penulias ditempatkan di bidang kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga. Dimulai pada tanggal 24 Januari 2018 sampai dengan tanggal
19 Febuari 2018 yang sesuai dengan program magang yaitu minimal 3(tiga)
minggu penuh atau setara dengan 18 hari kerja. kegiatan magang dilaksanakan
setiap hari Senin-Jumat dan dimulai pukul 08.00-17.00 WITA. Berikut ini
merupakan aktivitas magang yang dilakukan:
A. Kegiatan magang
Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memasukan permohonan surat izin untuk bisa di terima
melaksanakan aktivitas magang di Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi utara.
2. Melaporkan kepada Kasubag Umum untuk kegiatan magang akan
dimulai, dan penempatan mahasiswa magang di ruangan kerja yang
diatur khususnya penulis yang pertama di bidang YANKES
(pelayanan kesehatan) bagain seksi Pelayanan kesehatan primer dan
kesehatan tradisional kemudian di pindahkan ke ruangan bidang
KESMAS (kesehatan masyarakat) bagian seksi Kesehatan
lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga karena sebelumnya tidak
sesuai dengan peminatan dari penulis yaitu K3 (kesehatan
keselamatan kerja).
3. Melaporkan kepada kepala seksi kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja, dan olahraga. Dan pengenalan seputar unit kerja yang di
tempati serta cara kerja di dinkes khususnya bidang tersebut yang
penulis tempati.
4. Konsultasi dengan pegawai lainnya dan menentukan DPL (dosen
pembimbing lapangan)

11
5. Membantu membuat mading dan menepel 12 indikator keluarga
sehat.
B. Kegiatan Khusus
1. Mengambil struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi organisasi
Dinkes dan menerima materi dari DPL tentang cara kerja dinkes dari
kementerian sampai kemasyarakat dan di kumpulkan di dinas
kesehatan dan di kirimkan hasil keseluruhan kembali pada
kementerian.
2. Melakukan observasi dan wawancara serta melakukan penempelan
stiker petunjuk jalur evakuasi di setiap gedung yang ada.
3. Melakukan diskusi dan bimbingan dengan dosen pembimbing
lapangan mengenai laporan magang dalam jalur evakuasi.
3.1.2 Pelaksanan Kegiatan Magang

WAKTU KEGIATAN
-Mengikuti APEL pagi
-Bertemu dengan KASE.YANKES perkenalan diri
dan menjelaskan kegiatan magang yang akan
dijalankan.
-dokter dan staf memberikan kuliah umum atau
informasi program berupa PISPK,k3 di tempat kerja
Minggu ke-1 ,pembagian daerah untuk di input data puskesmas
yang ada di beberapa provinsi,dan informasi
akreditasi puskesmas.
- melakukan pengamatan atau observai untuk
melihat masaah yang ada di lingkungan perkantoran.
-membantu pengambilan obat-obat di kemas dalam
dus yang ada di gudang obat bidang farmasi untuk di
salurkan di puskesmas minahasa.
-Membatu staf untuk mengecek surat yang masuk
dan diberi tanda surat yang akan di tanda-tangani
oleh kepala dinas dan gubernur sulut.

12
-mengikuti olahraga gym yang ada di bekom
sekaligus melihat kegiatan pegawai yang
memanfaatkan dan selalu mengunakan tempat
olahraga.

-Mengikuti APEL pagi.


Minggu ke-2 -mempelajari kuesioner PROKESGA dalam aplikasi
keluarga sehat.
-mencari referensi yang ada di lemari buku kantor
-menganalisis masalah k3 yang ada
-mengadap kepada KASUBAGUMUM disampaikan
akan di pindahkan sesuai dengan bidang minat
mahasiswa diruangan bidang dinkes yang ada.
-perkenalan bidang kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga,
-bimbingan dari semua staf dan kepala seksi tetang
tugas pokok dan fungsi di bidang kesmas.
-membawa surat di bagain umum untuk diberi
nomor surat dan cap.
- membantu ibu oltje mengambil makanan pesanan
untuk makan bersama di ruangan.
-menghias mading dan menempel 12 indikator
keluarga sehat.
-Mengikuti APEL pagi
-mengetik tabel indikator pencapaian kegiatan stbm
Minggu ke-3 -berkumpul bersama semua staf membagi cokolate
dalam hari valentine.
-melakukan Dokumentasi disetiap gedung sampai
didalam ruangan.
-membuat peta atau dena lokasi gedung
-menempel stiker panah jalur evakuasi di 7 gedung
di setiap ruangan.

13
-mengambil vidieo jalur evakuasi di 7 gedung dan di
setiap ruangan.
-foto bersama dengan seluruh staf di bidang
kesehatan lingkungan,kesehatan kerja dan olahraga.

14
3.2 Landasan Teori
3.2.1 Pengertian Jalur Evakuasi
Menurut Permenkes RI Tahun 2016 Sarana jalur evakuasi (exit) merupakan
bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang dipisahkan dari tempat lainnya dalam
bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan untuk menyediakan lintasan jalan
yang diproteksi menuju eksit pelepasan.
Pengertian secara lebih sederhana berupa,Jalur evakuasi adalah jalur yang
ditujukan untuk membuat orang agar dapat menyikapi saat terjadi bencana dan
tidak berhamburan saat terjadi bencana dan panik saat terjadi bencana melainkan
dapat memposisikan apa yang akan mereka lakukan dengan melihat arah panah
maupun tanda lain demi menekan jumlah korban yang disebabkan oleh kepanikan
saat terjadi bencana. seperti gunung meletus, banjir maupun gempa bumi.(hyogo
frame work for action Tahun 20012)
Menjadi dasar dan standart rambu jalur evakuasi adalah undang-undang no 28
tahun 2012 tentang bangunan gedung. Adapun kriteria atau syarat rambu jalur
evakuasi yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Jalur evakuasi harus menuju langsung ke ruangan yang terbuka dan aman
yang di beri penanda yang jelas dan mudah di lihat
2. Jalur evakuasi harus di berikan penerangan yang bagus
3. Jalur evakuasi harus terhindar dari barang atau benda yang bisa
membahayakan orang untuk melewatinya
4. Harus bersih di jalur evakuasi sehinga tidak menghalangi gerak, dan juga
dapat di kunci
5. Jika dalam keadaan panik pintu darurat mudah untuk di buka dengan
searah jalur evakuasi yang menuju titik kumpul
6. Pintu darurat harus di lengkapi dengan pintu otomatis
7. Pintu darurat harus di bedakan dengan bangunan lainnya dengan cara
mengecat dengan warna yang mencolok

15
3.2.2 Langka-Langka Pembuatan Jalur Evakuasi

Langka-langka untuk mebuat yaitu dari bahan acrylic atau foam dengan ukuran
yang kira-kira 30 x 12 cm. Untuk penandanya bisa menggunakan stiker yang
warnanya mencolok seperti stiker fospor. Langaka-lagka yang harus di
perhatikan:

1. Menentukan faktor ruangan atau gedung yang akan di buatkan jalur


evakuasi.
2. Tentukan berapa titik dan dimana saja akan di pasang jalur evakuasi.
3. Lalu tentukanlah dimana kira-kira akan di pasang titik berkumpul dan
berapa titik berkumpul yang akan sediakan.
4. mencetak logo jalur evakuasi lalu berapa buah arah kanan dan berapa buah
untuk arah kiri, lalu di tempelkan stiker tersebut kepada acrylic, Karena
acrylic dalam ukuran ½ atau ¼ cukup untuk membuat jalur evakuasi kira
– kira sampai 10 buah dan 1 untuk tempat berkumpul.
5. Untuk teknik pemotongan acrylic bisa menggunakan gerinda, gergaji besi
atau kater khusus, untuk mendapat potongan yang sempurna bisa
melakukan pemotongan denga cutting laser karena itu lebih rapih dan bisa
juga memodifikasi bentuknya supaya sudut – sudut nya tidak tajam jika
tajam itu bisa mencerdai orang lain.

3.2.3 Persyaratan Jalur Evakuasi


Persyaratan Jalur Evakuasi menurut PERMENKES RI NO 48 TAHUN 2016
yaitu:
1) Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu
kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
2) Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari
bahaya api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus diatur
sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat, menjangkau pintu
keluar (exit).
3) Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan mempunyai
lebar untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m.

16
4) Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari
sumber utama.
5) Arah menuju pintu keluar(exit) harus dipasang petunjuk yang jelas.
6) Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.

3.2.4 Standar Jalur Evakuasi


Standar dan Peraturan Keselamatan Evakuasi Kebakaran:
Indonesia telah memiliki standar nasional (SNI) terkait keselamatan
evakuasi, yakni SNI 03-1746- 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung (disingkat SNI Sarana Jalan Keluar). SNI
tersebut sudah cukup lama dan belum diperbaharui hingga kini. SNI Sarana Jalan
Keluar ini mengacu salah satu chapter, yakni Mean of Egress, dari NFPA 101 Life
Safety Code edisi 1997. Istilah mean of egress pada NFPA 101 diterjemahkan
menjadi Sarana Jalan Keluar dalam SNI. Butir-butir ketentuan dalam SNI Sarana
Jalan Keluar tersebut, setelah dilengkapi ketentuan persyaratan basis kinerja yang
merujuk Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2000, dituangkan
dalam peraturan kebakaran terbaru, yakni Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 26/PRT/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan (selanjutnya disingkat Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum 26/2008).
Aturan basis kinerja yang mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 10 tersebut merujuk pada ketentuan basis kinerja (performance-
based) pada Building Code Australia dan New Zealand edisi
1996. Aturan preskriptif pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 26/2008
merujuk SNI Sarana Jalan Keluar yang mengacu NFPA 101 dengan digunakan
dua istilah yang dapat membingungkan, yakni sarana penyelamatan dan juga
Sarana Jalan Keluar. pada penelitian Sujatmiko et. al (2012, 2014) dan Sujatmiko
(2016) disampaikan bahwa keselamatan evakuasi masih menjadi perlu
diperhatikan pada sejumlah bangunan.

17
3.2.5 Standar Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja perkantoran adalah upaya mencegah terjadi cidera yang
banyak terjadi pada karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Cidera
yang banyak terjadi disebabkan oleh terpeleset, tersandung, dan jatuh (slip, trip
and fall).
3.2.5.1 Persyaratan Keselamatan Kerja Perkantoran
1. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan Ruang Perkantoran Lantai bebas
dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang yang menyebabkan
kecelakan dan cidera pada karyawan.
2. Desain Alat dan Tempat Kerja
a. Penyusunan dan penempatan lemari cabinet tidak mengganggu
aktifitas lalu lalang pergerakan karyawan,
b. Penyusunan dan pengisian failing cabinet yang berat berada di
bagian bawah.
3. Penempatan dan Penggunaan Alat Perkantoran Dalam pengelolaan benda
tajam, sedapat mungkin bebas dari benda tajam, serta siku-siku lemari
meja maupun benda lainnya yang menyebabkan karyawan cidera.
4. Pengelolaan listrik dan sumber api, terbebas dari penyebab elektrikal
syok.

3.2.5.2 Prosedur Kerja yang Aman di Kantor


1. Berlari di kantor harus dilarang.
2. Permukaan lantai harus yang tidak licin atau yang menyebabkan pekerja
terpleset/tergelincir.
3. Semua yang berjalan di lorong kantor dan di tangga diatur berada sebelah
kiri.
4. Karyawan yang membawa tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat
harus menggunakan troli dan tidak boleh naik melalui tangga tapi
menggunakan lift barang bila tersedia.
5. Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang, berkumpul,
dan segala aktivitas yang dapat menghambat lalu lalang.

18
6. Bahaya jatuh dapat dicegah melalui tanggaan kantor yang baik, cairan
tumpah harus segera dibersihkan dan potongan benda yang terlepas dan
pecahan kaca harus segera diambil.
7. Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera mengganti ubin
rusak dan karpet usang.
8. Lemari arsip bisa menjadi penyebab utama kecelakaan dan harus
digunakan dengan benar.
9. Kenakan pelindung jari untuk menghindar pemotongan kertas.
10. Hindarkan kebiasaan yang tidak aman termasuk:
a. menyimpan pensil dengan ujung runcingnya ke atas;
b. menempatkan gunting atau pisau dengan ujung runcing kearah
pengguna;
c. menggunakan pemotong kertas tanpa penjaga yang tepat, dan
d. menempatkan objek kaca di meja atau tepi meja.
11. Menggunakan listrik dengan aman.

3.2.5.3 Kewaspadaan Bencana Perkantoran


1. kebakaran;
2. gempa;
3. bahaya biologi;
4. huru-hara;
5. banjir; dan
6. ancaman bom.
Setiap kantor perlu melaksanakan kewaspadaan dengan melakukan kegiatan:
1. Manajemen Tanggap Darurat Gedung
Manajemen tanggap darurat gedung bertujuan untuk meminimalkan
dampak terjadinya kejadian yang dapat menimbulkan kerugian fisik, material,
jiwa, bagi karyawan dan pengunjung perkantoran Manajemen tanggap darurat
gedung meliputi:
a. identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana (form terlampir);
b. penilaian analisa risiko kondisi darurat atau bencana;
c. pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana;

19
d. pengendalian kondisi darurat atau bencana;
e. simulasi kondisi darurat atau bencana; dan
f. mengatasi dampak yang berkaitan dengan kejadian setelah
bencana.
3.2.5.4 Pengendalian kondisi darurat atau bencana
Simulasi kondisi darurat berdasarkan penilaian analisa risiko kerentanan
bencana antara lain meliputi simulasi pada kebakaran, ancaman bom, gempa
bumi, banjir, darurat air, darurat listrik, dan gangguan keamanan.
Pimpinan Kantor dan/atau Pengelola Gedung harus memiliki rencana dan
prosedur untuk mencegah dan melakukan tindakan dalam keadaan darurat.
Rencana keadaan darurat memuat hal-hal berikut:
a. Jasa dan personil yang bertanggung jawab untuk setiap kejadian darurat
b. Tindakan aksi untuk keadaan darurat yang berbeda-beda
c. Data dan informasi tentang bahan-bahan berbahaya
d. Langkah yang harus dilakukan bila terjadi kecelakaan
e. Rencana pelatihan darurat
Pengelola gedung harus mempunyai personil yang bertanggung jawab dalam
pencegahan, pengendalian dan penanganan keadaan darurat, memiliki
pengetahuan dan kompetensi dalam bersiaga dan bertindak.
Waktu merupakan hal yang sangat penting dalam keadaan darurat.
Semakin cepat reaksi/tanggapan, maka semakin besar kesempatan untuk
memperbaiki dan menghindari potensi kerusakan. Ada tiga komponen utama yang
menentukan tanggap darurat dapat dilaksanakan dengan cepat, yaitu:
a. Alokasi sumber daya yang diperlukan pada tempat dan waktu yang tepat.
b. Melaksanakan sistem pemantauan efektif yang memberikan peringatan dini
bila terjadi suatu kejadian darurat.
c. Melaksanakan uji coba keadaan darurat secara realistik, artinya uji coba
dilaksanakan tanpa pemberitahuan.
3.2.5.5 Tindakan Awal Dalam Rencana Tanggap Darurat
a. Merencanakan suatu titik kumpul (Assembly Point) yang merupakan
suatu Denah Evakuasi yang menunjukkan kemana pekerja berkumpul
bila terjadi kondisi darurat dan diperintahkan untuk evakuasi.

20
b. Mengadakan simulasi kebakaran dan bencana yang melibatkan dinas
kebakaran setempat dan kalau perlu dengan mengikutsertakan dinas
atau instansi terkait lainnya.
c. Menyiapkan sirene-sirene dan alaram tanda bahaya.
d. Menyiapkan rambu-rambu arah ke tempat titik kumpul, lokasi tabung
pemadam kebakaran dan lain-lain.
e. Menyiapkan prosedur tanggap darurat.
Dasar penetapan kesiagaan dan tanggap darurat mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk
komitmen perusahaan dalam memberikan perlindungan kepada seluruh
karyawan dan lingkungan kerjanya, diantaranya:
a. Kantor harus mempunyai prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keadaan pada
saat kejadian yang sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala
tersebut dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi kerja, dan
untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan
dengan instansi terkait yang berwenang
b. Komponen utama yang menentukan tanggap darurat dapat dilaksanakan
dengan cepat, yaitu:
1) Alokasi sumber daya yang diperlukan pada tempat dan waktu yang
tepat;
2) Melaksanakan sistem pemantauan efektif yang memberikan
peringatan dini bila terjadi suatu kejadian darurat; dan
3) Melaksanakan uji coba keadaan darurat secara realistik, artinya uji
coba dilaksanakan tanpa pemberitahuan.
c. Pengelola diwajibkan melaporkan tiap kejadian kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja yang dipimpinnya kepada pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri.
Tata cara pelaporan dan pemeriksaan oleh karyawan yang dimaksud
diatur dengan perundang-undangan.
d. Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden,
perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi:

21
1) Penyediaan fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapat
pertolongan medik.
2) Proses perawatan lanjutan.

3.2.5.6 Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung


Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG) adalah bagian dari
manajemen gedung untuk mewujudkan keselamatan penghuni bangunan gedung
dari kebakaran dengan mengupayakan kesiapan instalasi proteksi kebakaran agar
kinerjanya selalu baik dan siap pakai.
Adapun pendukung dari MKKG tersebut adalah Proteksi Kebakaran, yakni harus
didukung dengan peralatan sistem perlindungan/pengamanan bangunan gedung
dari kebakaran
yang di pasang pada bangunan gedung seperti:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat untuk memadamkan
kebakaran yang mencakup alat pemadam api ringan. APAR adalah alat
yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api
pada mula terjadi kebakaran.
b. Alat Pemadam Api Berat (APAB) yang menggunakan roda.
c. Sistem Alarm Kebakaran adalah suatu alat untuk memberitahukan
kebakaran tingkat awal yang mencakup alarm kebakaran manual dan/atau
alarm kebakaran otomatis.
d. Hydrant halaman adalah hydrant yang berada di luar bangunan gedung.
e. Sistem Sprinkler Otomatis adalah instalasi pemadam kebakaran yang
dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila
alat tersebut terkena panas pada temperatur tertentu. Persyaratan sistim ini
mengacu pada ketentuan Peraturan yang berlaku.
f. Sistem Pengendalian Asap adalah sistem alami atau mekanis yang
berfungsi untuk mengeluarkan asap dari bangunan gedung sampai batas
aman pada saat kebakaran terjadi. Persyaratan sistem ini mengacu pada
ketentuan peraturan yang berlaku.

22
3.2.5.7 Ketentuan bagi masing-masing sarana penyelamatan kebakaran gedung.
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
1) Pemilihan APAR harus sesuai karakter kebakaran
a. APAR untuk proteksi bahaya kelas A harus dipilih dari jenis yang secara
khusus terdaftar dan terlabelisasi untuk penggunaan pada kebakaran kelas A.
Kebakaran kelas A yaitu kebakaran yang disebabkan terbakarnya bahan
padat kecuali logam, seperti kertas, kain, karet, dan plastik. APAR jenis
cairan (air) dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A.
b. APAR untuk proteksi bahaya kelas B harus dipilih dari jenis yang secara
khusus terdaftar dan terlabelisasi untuk penggunaan pada kebakaran kelas B.
Kebakaran kelas B yaitu kebakaran yang disebabkan bahan cair atau gas
yang mudah terbakar, seperti minyak, alkohol, dan solven. APAR jenis
Aqueous Film Forming Foam (AFFF) dapat digunakan untuk memadamkan
kebakaran kelas A dan B.
c. APAR untuk proteksi bahaya kelas C harus dipilih dari jenis yang secara
khusus terdaftar dan terlabelisasi untuk penggunaan pada kebakaran kelas C.
Kebakaran kelas C yaitu kebakaran yang disebabkan instalasi listrik
bertegangan. APAR jenis serbuk kimia atau dry chemical powder efektif
untuk memadamkan kebakaran kelas C, selain itu juga dapat digunakan
untuk memadamkan kebakaran kelas A dan kelas B
2) Jumlah minimum kebutuhan APAR untuk memproteksi bangunan
gedung mengikuti Peraturan yang berlaku.
3) Persyaratan:
a) Ditempatkan ditempat yang mudah terlihat, dijangkau dan mudah
diambil (tidak diikat, dikunci atau digembok).
b) Setiap jarak 15 m dengan tinggi pemasangan maksimum 125 cm.
c) Memperhatikan jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan
klasifikasi beban api.
d) Dilakukan pemeriksaan kondisi dan masa pakai secara berkala
minimal 2 (dua) kali setahun.

23
b. Tangga Darurat
Setiap tangga darurat tertutup pada bangunan 5 (lima) lantai atau lebih,
harus dapat melayani semua lantai mulai dari lantai bawah, kecuali ruang bawah
tanah (basement)
sampai lantai teratas harus dibuat tanpa bukaan (opening) kecuali pintu masuk
tunggal pada tiap lantai dan pintu keluar pada lantai yang berhubungan langsung
dengan jalan, pekarangan atau tempat terbuka dengan ketentuan:
1) Setiap bangunan gedung yang bertingkat lebih dari 3 lantai, harus
mempunyai tangga darurat/penyelamatan minimal 2 (dua) buah dengan
jarak maksimum 45 m (bila dalam gedung terdapat sprinkler, maka jarak
maksimal bisa 67,5 m).
2) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu tahan api,
minimum 2 (dua) jam, dengan arah pembukaan ke tangga dan dapat
menutup secara otomatis, dilengkapi dengan kipas (fan) untuk memberi
tekanan positif. Pintu harus dilengkapi dengan lampu dan petunjuk
KELUAR atau EXIT yang menyala saat listrik/PLN mati. Lampu exit
dipasok dari bateri UPS terpusat.
3) Tangga darurat/penyelamatan yang terletak di dalam bangunan harus
dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan bebas asap,
pencapaian mudah, serta jarak pencapaian maksimum 45 m dan minimum
9 m.
4) Lebar tangga darurat/penyelamatan minimum 1,20m.
5) Tangga darurat/penyelamatan tidak boleh berbentuk tangga melingkar
vertikal.
6) Peletakan pintu keluar (exit) pada lantai dasar langsung ke arah luar
halaman.
7) Dilarang menggunakan tangga melingkar (tangga spiral) sebagai tangga
darurat.
8) Tangga darurat dan bordes harus memiliki lebar minimal 1,20 m dan tidak
boleh menjepit ke arah bawah.

24
9) Tangga darurat harus dilengkapi pegangan (hand rail) yang kuat setinggi
1,10 m dan mempunyai lebar injakan anak tangga minimal 28 cm dan
tinggi maksimal anak tangga 20 cm.
10) Tangga darurat terbuka yang terletak diluar bangunan harus berjarak
minimal 1 m dari bukaan dinding yang berdekatan dengan tangga
kebakaran tersebut.
11) Jarak pencapaian ke tangga darurat dari setiap titik dalam ruang efektif,
maksimal 25 m apabila tidak dilengkapi dengan spinkler dan maksimal 40
m apabila dilengkapi dengan spinkler.
12) Ketentuan lebih lanjut tentang tangga darurat diatur dalam/penyelamatan
mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur dalam standar teknis.
c. Pintu Darurat
Pintu darurat kebakaran harus didesain mampu berayun dari posisi
manapun hingga mencapai posisi terbuka. Beberapa ketentuan yang perlu
dipenuhi oleh pintu kebakaran, di antaranya adalah:
1) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih dari 3 (tiga) lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 (dua) buah.
2) Lebar pintu darurat minimum 100 cm, membuka ke arah tangga penyelamatan,
kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
3) Jarak pintu darurat maksimum dalam radius/jarak capai 25 meter dari setiap
titik posisi orang dalam satu blok bangunan gedung.
4) Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 (dua) jam.
5) Pintu harus dilengkapi dengan: minimal 3 (tiga) engsel, alat penutup pintu
otomatis (door closer), tuas/tungkai pembuka pintu (panic bar), tanda
peringatan: “PINTU DARURAT-TUTUP KEMBALI”, dan kaca tahan api
(maksimal 1 m2) diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.
6) Pintu harus dicat dengan warna merah.
7) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
Untuk mewujudkan keselamatan penghuni bangunan gedung dari
kebakaran, dalam MKKG juga meliputi sistem peringatan bahaya/sistem alarm
pada gedung dan sistem proteksi kebakaran.

25
a. Sistem Peringatan berupa Sistem Alaram pada Gedung Setiap bangunan gedung
harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan sistem alarm pada bangunan
yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan dini pada bangunan berkaitan
dengan bahaya kebakaran, gempa dan lain-lain. Sistem ini dapat diintegrasikan
dengan sistem lainnya pada gedung seperti sistem instalasi lift, pressure fan
untuk tangga darurat. Persyaratan peringatan bahaya atau sistim alarm gedung
perkantoran memiliki:
1) Detektor panas (heat detector);
2) Detektor asap;
3) Detektor nyala api;
4) Detektor gas; dan/atau
5) Detektor getaran gempa.
Penempatan dan pemasangan detektor tersebut mengacu pada Peraturan yang
berlaku.
b. Sistem proteksi kebakaran
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah
sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Sistem proteksi terhadap kebakaran terdiri atas:
1) instalasi pompa pemadam kebakaran
2) instalasi pemipaan sprinkler, box hidran, dan lain-lain
Keadaan daurat dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
1) Keadaan Darurat Tingkat I (Tier I)
Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset), yang secara normal
dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik dengan
menggunakan prosedur yang telah diperisapkan, tanpa perlu adanya
regu bantuan yang dikonsinyir.
2) Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II)

26
Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II) adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua pekerja yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang
tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur
minyak/gas dan lain¬lain, yang mengancam nyawa manusia atau
lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan dampak bahaya atas
karyawan / daerah / masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari
industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.
3) Keadaan Darurat Tingkat III (Tier III)
Keadaan Darurat Tingkat III (Tier III) adalah keadaan darurat berupa
malapetaka/ bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan
Tier II, dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional.

3. Evakuasi
a. Persyaratan
1) Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu
kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
2) Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari
bahaya api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus
diatur.
sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat, menjangkau pintu
keluar (exit).
3) Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan mempunyai
lebar untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m.
4) Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung
dari sumber utama.
5) Arah menuju pintu keluar(exit) harus dipasang petunjuk yang jelas.
6) Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.
b. Tata cara
1) Pelaksanaannya sesuai SOP
2) Mengikuti instruksi komando

27
3) Tidak membawa barang-barang
4) Keluar melalui pintu darurat dan menuju titik kumpul (assembly point)
5) Lakukan simulasi evakuasi kedaruratan secara periodik

4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan(P3K)


a. Semua kantor harus memiliki karyawan yang terlatih P3K dan mempunyai
sertifikat P3K yang bertaraf nasional.
b. Fasilitas P3K harus di tempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
c. Tempat kerja yang besar harus mempunyai Pusat P3K

3.2.6 Dampak Tidak Memiliki Jalur Evakuasi


Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesia
(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode
tahun 2005 hingga 2015 lebihdari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan
bencana hidrometeorologi dan hanya sekitar 22% (3.810) merupakan bencana
geologi Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa kejadian bencana
banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang sering terjadi adalah
gempabumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis
kelompok yang relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan
oleh factor geologis tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian
bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologis. Meskipun demikian,
bencana geologis, khususnya gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak
menimbulkan dampak yang cukup besar baik dari sisi korban dan kerugian
ekonomi.
Pengaruh perubahan iklim juga ikut memberikan kontribusi dalam peningkatan
kejadian bencana hidrometeorologi. Dengan frekuensi kejadian yang banyak,
kelompok bencana ini juga memberikan dampak yang sangat besar terutama pada
sektor ekonomi dan lingkungan, baik dampak langsung kejadian bencana maupun
dampak tidak langsung. Aktivitas manusia juga ikut memperburuk kondisi
lingkungan, seperti perambahan hutan untuk perkebunan dan permukiman atau

28
aktivitas pembangunan yang mempengaruhi ekosistem dan ekologi didaerah
penyangga.
Dampak tidak memiliki jaur evakuasi di Dinas Kesehatan Provinsi yaitu:
1. Pada saat bencana jika tidak memiliki jalur evakuasi sebagian besar
berlarian menyelamatkan diri tanpa arah atau pedoman yang baik penghuni
bangunan yang ada di bagian tengah maupun di bagian belakang ruangan
kerja semuanya berlarian menuju jalan keluar tanpa memperhatikan jalur
yang di tempuh dan titik kumpul yang aman,hal ini juga dapat meimbulkan
korban karena tidak munggunakan tanda jalur evakuasi yang benar.
2. Tidak memiliki titik kumpul dan penentuan titik kumpul yang aman dari
benda yang akan tertipa seperti pohon tubang, tiang listrik dan sebagainya
itu akan membuat kebingungan para pegawai saat terjadi bencana maka staf
akan berlarian ke tempat lain yang diagap aman sehingga semua staf
terpencar dan membuat kepala ruangan cemas apakah staf lain selamat atau
tidak saat terjadi bencana seperti kebakaran, serta akan menyulitkan kepala
ruangan untuk memastikan semua karyawan atau staf semuanya aman bisa
keluar dan berada di titik kumpul lewat penghitungan angota staf yang
lengkap.
3. Kuranya pengetahuan tentang jalur evakuasi di lokasi kantor sehingga dapat
menimbulkan korban yang terperangkap atau tertipa benda saat bencana
khusnya kebakaran karena banguan kantor lebih rentan terjadi kebakaran.
4. Tidak menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) atau sejenisnya yang
dapat membantu mematikan api yang menyala pada benda atau banguan
yang ada sehinga menyebabkan kebakaran yang tidak dapat di amankan.
5. Tidak menyediakan kotak obat atau kotak P3K dalam kegiatan pencegahan
saat terjadi kecelakaan ringan serti terkena percikan api atau tertimapa benda
saat gempa bumi sehinga staf mengalami luka dan infeksi sehinga tidak
dapat bekerja dengan baik.
6. Saat terjadi bencana akan merugikan pihak kantor melalui aset, dan program
tidak berjalan baik.
7. Dokumen-dokumen berharga yang ada di kantor hilang terbakar atau
tertimpa reruntuhan dan rusak.

29
8. Pegawai dan semua pihak yang terkena bencana akan mengalami kerugian
waktu kerja dan tidak mendapatkan produktifitas kerja yang optimal.
9. Dan semua program kantor atau kegiatan kantor akan terhambat jika terjadi
bencanan.

3.2.3 Manfaat Jalur Evakuasi di Perkantoran


Pekerja atau pegawai merupakan salah satu penentu dan ujung tombak
kehidupan suatu organisasi. Kualitas sumber daya manusia dapat
menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi. Mengingat pentingnya
peran sumber daya manusia dalam dunia kerja, maka manajemen sumber
daya manusia perlu diperhatikan. Perhatian yang diberikan salah satunya
adalah perihal keselamatan pekerja ketika menjalankan tugas serta
kewajibannya di tempat kerja.
Dengan melakukan pencegahan terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja, pihak kantor akan dapat mengurangi biaya yang harus
ditanggung akibat kecelakaan kerja, selain itu perhatian lebih yang
diberikan akan memberikan kemungkinan meningkatnya produktivitas
kerja (Chaniago, 2013). Adapun (Munandar, Astuti, & Hakam, 2014)
menyatakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Hal ini semakin
menguatkan bahwa sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kinerja
serta produktivitas kerja pegawai, faktor kesehatan dan keselamatan kerja
dan mengetahui pentingnya jalur evakuasi dan harus dibuat dan di
terapkan untuk menjadi salah satu poin yang perlu menjadi bahan
pertimbangan.
Manfaat Jalur Evakuasi di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara yaitu:
1. Melakukan upaya untuk melokalisir dampak agar tidak terjadi kerugian
dan menelan korban saat bencana terjadi.
2. Dengan adanya peta jalur evakusi pegawai yang berada di lokasi atau
ruangan akan mengetahui cakupan luas ruangan dan pintu yang terdapat
pada gedung tersebut apalagi saat pekerja baru ditempatkan

30
dikantor/gedung tersebut itu akan membantu mengetahui pintu keluar yang
dekat dengan halaman luas dalam hal ini mengetahui titik kumpul pada
saat terjadi kejadian darurat.
3. Pada saat bencana dengan memiliki jalur evakuasi dapat mengetahui pintu
keluar dan titik kupul para staf yang berada di ruangan paling belakang
atau di tengah berlari tidak akan bertabrakan jika mencari jalan keluar
yang benar karena suda ada petunjuk.
4. Komponen yang paling penting adalah titik kupul,dengan adanya
penentuan titik kumpul terlebih dahulu yang sudah diketahui itu akan
membantu terhindar dari api atau benda jatu. titik kumpul ini berfungsi
melihat orang atau staf pekerja apakah semuanya bisa keluar dari dalam
gedung dengan cara kepala bidang atau orang yang mengetahui jelas data
staf yang ada di gedung tersebut semuanya aman dan suda berada di titik
kumpul agar tidak ada korban jiwa.
5. Menabah pengetahuan pada semua pihak kantor tentang pentingnya jalur
evakuasi di lokasi kantor sehingga dapat meminimalisir adanya korban
yang terperangkap atau tertipa benda saat bencana khusnya kebakaran
karena banguan kantor lebih rentan terjadi kebakaran.
6. Penyediakan alat pemadam api ringan (APAR) atau sejenisnya yang dapat
membantu mematikan api yang menyala pada benda atau banguan yang
ada.
7. Penyediakan kotak obat atau kotak P3K dalam kegiatan pencegahan saat
terjadi kecelakaan ringan seperti terkena percikan api atau tertimpa benda
saat gempa bumi dapat mengobati staf saat mengalami luka dan tidak
infeksi.
8. Manfaat jalur evakuasi untuk meminimalisirkan pihak internal khsusnya
kantor tersebut dalam menghadapi bencana agar tidak mengalami kerugian
9. Untuk Dokumen-dokumen berharga yang ada di kantor akan dapat
terselamatkan pada saat bencana terjadi berupa kebakaran atau gempa
bumi dan bencana lainnya karena sudah melakukan manajemen takap
darurat terlebih dahulu melalui penyediaan informasi jalur evakuasi.

31
Menurut Hermashinta (2012) terdapat manfaat dari adanya safety signs
diantaranya:

1. Menarik perhatian terhadap adanya kesehatan dan keselamatan kerja

2. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat

3. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.

4. Mengingatkan karyawan dimana harus menggunakan peralatan


perlindungan diri

5. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.

6. Memberikan peringatan terhadap beberapa tindakan yang tidak


diperbolehkan.

3.3 Identifikasi Masalah


Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan Dinas
Kesehatan Tipe A untuk mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Daerah Provinsi
dengan beban kerja yang besar, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor
54 Tahun 2016. Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara adalah wadah tempat
pengumpulan data-data kesehatan dari semua instansi disemua dinas kesehatan
yang ada di provinsi Sulawesi utara, dan banyak aparatur sipil Negara (ASN)
yang bekerja maka dari itu perlu adanya jalur evakuasi untuk meminimalisir
dampak terjadi bencana.
Untuk mengatasi masalah yang akan terjadi pada saat tangkap darurat
harus diadakan jalur evakuasi. Jalur evakuasi adalah jalur yang ditujukan untuk
membuat orang agar dapat menyikapi saat terjadi bencana dan tidak berhamburan
saat terjadi bencana atau panik saat terjadi bencana melainkan dapat
memposisikan apa yang akan mereka lakukan dengan melihat arah panah maupun
tanda lain demi menekan jumlah korban yang disebabkan oleh kepanikan saat
terjadi bencana. seperti gunung meletus, banjir, maupun gempa bumi dan bencana
lainya yang mengancam dan merugikan.

32
Bardasarkan obsevasi dan wawancara dengan pegawai dan kepalah bidang
yang ada di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, maka didapati
kantor tersebut tidak memiliki jalur evakuasi. dan di Dinas kesehatan terdapat 8
(delapan) gedung tetapi diantara delapan gedung tersebut ada satu gedung yang
sudah ada jalur evakuasi yaitu gedung Laboratorium Sulut atau Balai penunjang
pelayanan kesehatan dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara menurut penjelasan
dari pegawai yang ada mereka hanya memprioritaskan satu gedung saja yaitu
gedung laboratorium dikarenakan gedung tersebut paling rentan terjadi tangkap
darurat seperti kebakaran karena berkaitan dengan unsur kimia yang ada di
laboratorium.
Gedung yang belum memiliki jalur evakuasi yaitu:
1. Gedung Bidang kesehatan Masyarakat
2. Gedung Pengendalian Penyakit Menular Dan Tidak Menular (P2P)
3. Gedung B atau UPTD (unit pelaksana teknis dinas) Balai pelayanan
kesehatan dan kegawatdaruratan terpadu.
4. Gedung A Sekertariat dan ruang rapat Kadis
5. Gedung Balai kesehatan olahraga masyarakat (BKOM)
6. Gedung H UPK (unit pelayanan kesehatan)
7. Gedung G Sekertariat
Dari ketujuh gedung tersebut, memiliki kendala untuk pengadaan jalur
evakuasi dikareanakan belum ada kesadaran dari pihak atasan untuk bekerja sama
denga semua pihak yang ada dikantor tersebut dan belum diadakan pengalokasian
dana untuk membuat program khusus kantor yang akan dikordinir oleh bidang
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan olahraga, dalam pembuatan jalur
evakuasi hal ini perlu dibuat untuk meminimalisir ancaman bahaya dikantor
tersebut, dan adanya peluang untuk meningkatkan kesadaran untuk mengetahui
pentingnya jalur evakuasi. dikarenakan Dinas kesehatan provinsi sulawesi utara
ini belum mempunyai jalaur evakuasi hal tersebut akan merugikan semua
ruanglingkup yang ada di kantor tersebut ketika terjadi bencana.
Setelah di lakukan observasi ternyata di tujuh gedung tersebut tidak memiliki
jaluar evakuasi, alat pemadam api ringan (APAR), Kotak obat pertolongan
pertama pada kecelakan (P3K), alaram saat bahaya, sprinkler untuk pemadam api

33
otomais,dan titik kumpul. Maka dari itu penulis membuat jalur evakuasi disemua
titik yang ada di setiap masing-masing gedung, dan membuat peta lokasi atau
dena di setiap gedung yang sudah dubuat sama persis dengan tata ruang dan pintu
keluar disetiap ruangan agar mudah di lihat dan dimengerti, telah diberikan tanda
panah jalur evakuasi sampai pada titik kumpul serta dalam peta lokasi dibuat
penempatan atau posisi-posisi dan jumlah setiap lantai dan ruangan dalam bentuk
stiker saat meletakan alat pemadam api ringan (APAR), kotak obat saat
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), alaram saat bahaya, dan sprinkler
alat otomatis pemadam api dan media informasi atau alat lainya sebagainya belum
di tempelkan.
Pada saat membuat dan penempelan stiker jalur evakuasi adanya dukungan
dari semua pihak baik dari semua staf dan kepala bidnag yang ada di tujuh gedung
tersebut karena mereka berpendapat pada saat diwawancarai jalur evakuasi ini
sangat baik dan penting terutama di semua area kantor jika terjadi kebakaran atau
tangkap darurat lainya semua pihak dapat mengetahui jalur aman untuk
menyelamatkan diri. dan adanya peluang dalam meningkatkan kesadaran dari
semua pihak dalam meningkatkan program tambahan dibidang kesehatan
lingkung, kesehtan kerja, dan olahraga lebih khusus bidang kesehatan kerja yang
ada dikantor sebagai wadah untuk menjalankan program jalur evakuasi
dikarenakan memang belum pernah dibuat jalur evakuasi kecuali di gedung
laboraterium.

3.3.1 Urayan kegiatan penempelan stiker jalur evakuasi Dan Landasan Teori
Berdasarkan teori yang di bahas dalam laporan magang ini yaitu jalur evakuasi
dibuat berkaitan serta sebagai dasar kegiatan magang, yang dilaksanakan terdapat
permasalahan di dinas tersebut tidak ada jalur evakuasi maka dari itu dibuat
percontohan jalur evakuasi, melalui penempelan stiker panah jalur evakuasi, alat
pemadam api ringan, kotak obat P3K, dan dibawah ini akan dibahas pengertian
gambar stiker dalam sumber (badan meteologi dan klimatologi dan geifisiologi.
2012) dan dinas pekerjaan umum perumahan dan energi sumber daya mineral
2015) tersebut berupa:

34
1. Exit Tanpa Panah
Exit tanpa panah adalah petunjuk arah keluar untuk kegunaan dalam
situasi darurat penting yang di taruh diatas pintu keluar dan, memberikan
informasi posisi pintu arah keluar pada saat terjadi kebakaran petunjuk ini
berwarna hijau tua dan putih agar saat kebakaran dan ruangan gelap,
warna ini akan tetap keliahatan apalagi memakai lampu emergency exit
tanda panah itu lebih akan membantu dalam penyelamatan keluar dan alat
itu sering di gunakan pada gedung-gedung besar bertingkat seperti
perkantoran, apartemen, hotel, dan perusahaan. yang di gunakan dalam
penempelan stiker jalur evakuasi di dinas kesehehatan provinsi ini berupa:
(gambar 1)

2. Panah Jalur Evakuasi Kiri Dan Kanan


Panah petunjuk kiri dan kanan secara umum hampir sama dengan petunjuk
exit tanpa panah yang membedakan fungsinya di tempel ditembok-tembok
koridor ruangan dan menyesuaikan pemasangan panah arah kiri atau
kanan untuk menuntun orang-orang sampai di pintu keluar pada saat listrik
padam dan bencana kebakaran dan gempa.
(gambar 2)

3. Petunjuk Panah Turun dan naik Tangga


Petunjuk ini menginformasikan kepada orang-orang yang di dalam
ruangan bahwah ada tangga darurat yang di sediakan jika life mati atau

35
tidak berfungsi.dan secara umum panah ini juga sama dengan petujuk
yang diatas.
(gambar 3)

4. Petunjuk tempat APER


APAR adalah alat pemadam api ringan yang digunakan untuk
memadamkan api kecil. Alat ini harus di tempatkan pada jarak 15m
disesuaikan dengan luas ruangan dan posisi pemasangan tingginya 125cm
di gantung dan mudah di ambil oleh semua orang dewasa, dan tidak boleh
dikunci pastikan itu selalu berfungsi atau tidak rusak. dan pada saat
observasi dan penempelan ada beberapa ruangan yang belum ada alat ini
dan saat penempelan sudah diterapkan dan dicarikan posisi yang aman
tempat pemadam api ringan di ruangan-ruangan dinas tersebut.
(gambar 4)

36
5. Petunjuk tempat kotak P3K
Kota P3K adalah singkatan dari pertolongan pertama pada kecelakaan dan
sesuai namanya tujuan dari pengadaan kotak P3K ini sebagai langkah
pertama mengantisipasi cedera dan kondisi gawat darurat serta sarana
yang harus disediakan di tiap ruangan. Pada saat observasi di setiap
gedung atau ruangan belum disediakan kotak P3K maka dari itu ditempel
gambar kota P3K di tembok ruangan yang posisnya pas pada saat tersedia
kotak P3K dan pengambilan obat didalanya. dan diharapkan dinas
kesehatan bisa menyediakannya pada posisi yang sudah di ataur.
(gambar 5)

6. Petunjuk titik kumpul


Titik kumpul adalah area terbuka di dekat pusat-pusat lingkungan
permukiman atau area kantor yang apabila terjadi bencana maka menjadi
titik pertemuan orang yang hendak di ungsikan ke tempat yang lebih
aman, yakni Tempat Evakuasi Sementara (TES). Titik kumpul sebagian
besar merupakan lapangan olahraga,sebagian kecil berupa area terbuka
yang memungkinkan berupa halaman depan gedung yang aman. hal ini
juga di terapkan petunjuk titik kumpul di Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara.

37
(gambar 6)

7. Petunjuk peta evakuasi


Peta jalur evakuasi ini dibuat untuk memberikan informasi kepada semua
orang yang ada di wilayah kerja dan ruangan tersebut untuk mengetahaui
cakupan keseluruhan dena ruangan khususnya pegawai tau tamu yang ada
di gedung tersebut. dan memberikan petunjuk saat terjadi bencana darurat
arah dan pintu yang aman dan cepat saat bencana dan sampai mendapat
pintu keluar atau titik kumpul yang aman. Di dinas kesehatan juga telah
dibuat peta atau dena jaluar evakuasi sesuai konsep tata ruang yang ada
dan dihalaman kantor harus ada alat pemadam api berupa hydrant halaman
untuk mematikan api yang dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran.
(gambar 7) ket. Sebagian peta gedung akan dilampirkan.

38
3.4 Pemecahan Masalah
Jalur Evakuasi merupakan salah satu bentuk kegiatan tahap pencegahan meminimalisir
kerugian dan korban jiwa saat terjadi tangkap darurat berupa bencana kebakaran gempa
bumi, kebakaran, angina kencang, dan sebagainya guna merubah perilaku dan
menambah kesadaran dikantor tersebut bahwa jalur evakuasi penting untuk
menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. serta meningkatkan derajat kesehatan di
semua pihak didalam kantor tersebut. Dengan penjelasan atau pendeskripsian jalur
evakuasi diatas, masih ada masalah yang belum dapat di atasi Oleh karena itu, perlu
adanya strategi-strategi untuk meningkatkan pelaksanaan jalur evakuasi di Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Salah satu analisis yang dipakai untuk mendapatkan strategi-strategi peningkatan
pelaksanaan Jalur Evakuasi adalah analisis SWOT. SWOT merupakan akronim dari
Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Dalam penyusunan perencanaan perlu
diketahui secara jelas berbagai faktor penopang maupun faktor penghambat yang
diperkiraan terjadi apabila rencana tersebut dilaksanakan (Azwar, 2010). Menurut
Jeffrey P. Harrison dalam Essentials of Strategic Planning in Healthcare (2010),
analisis SWOT adalah pemeriksaan terhadap kekuatan dan kelemahan internal
organisasi, peluangnya untuk pertumbuhan dan perbaikan, serta ancaman yang dihadapi
lingkungan eksternal untuk kelangsungan hidup organisasi tersebut. Awalnya analisis
SWOT digunakan oleh industri-industri lain, namun penggunaanya semakin meningkat
dalam perawatan kesehatan.
Strenghths (kekuatan)
1. Pada saat dilakukan observasi, penulis melalukan pembuatan jalur evakuasi di 7
(tujuh) gedung yang ada di Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara dengan cara
melakukan penempelan stiker jalur evakuasi,stiker Apar,dan kotak P3k.
2. Adanya dukungan dari semua staf dan kepala bidang yang ada dalam pembuatan
39
jalur evakuasi di Dians kesehatan provinsi Sulawesi utara.
Weaknesses (kelemahan)
Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara belum mepunyai jalur evakuasi, dan hal
tersebut akan merugikan semua ruang lingkup yang ada di Dinas kesehatan
provinsi Sulawesi utara, ketika akan terjadi bencana.
Opportunities (peluang)
1. Adanya peluang dalam meningkatkan kesadaran dari semua ruang lingkup
khususnya bidang kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan olahraga serta
memegang tugas yaitu kesehatan kerja sebagai wadah untuk membuat program
tambahan di dinas kesehatan provinsi sulut, dan mengetahui pentingnya jalur
evakuasi dalam meminimalisir saat terjadi bencana.
2. Jalur evakuasi dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja pegawai dan
mendapatkan tempat kerja yang aman, nyaman dan sehat untuk pencapian kerja
yang optial.
Threats (ancaman)
Pembuatan jaluar evakuasi tidak dimasukan kedalam program tabahan kantor atau
di bidang Kesjaor,dikarenakan tidak mempunyai alokasi dana untuk jalaur
evakuasi dan tidak ada tenagah ahli dibidang pembuatan jalaur evakuasi.

40
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan magang di Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi


Utara dapat disimpulkan bahwa:

1. Telah dilakukan obsevasi dan wawancara dengan pegawai dan kepalah bidang
yang ada di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, maka dapat
digambarkan lokasi kantor tersebut tidak memiliki jalur evakuasi. Dan belum
ada perencanaan untuk membuat jalur evakuasi dan memasukan jalur evakuasi
sebagai program tambahan di Dinas kesehatan karena dalam Peraturan
Menteri kesehatan RI Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standart Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Perkantoran harus memiliki jalur evakuasi.

2. Pemasangan jaluar evakuasi sudah dilakukan dengan melihat kondisi ruangan


di setiap gedung dan menentukan titik-titik yang akan di tempelkan pada
setiap ruangan, hal pertama yang dilakukan yaitu pemasangan stiker panah
jalur evakuasi, pemasangan stiker tempat pemadam api ringan APAR,
pemasangan stiker kotak obat untuk pertolongan pertama pada kecelakaan,
dan pembuatan peta atau dena yang sudah sesuai dengan bentuk ruangan yang
ada.

41
4.2 Rekomendasi

1. Bagi dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara


Perlu adanya peran aktif dari semua staf dan pimpinan kantor dalam
pembuatan program tanbahan untuk pengadaan jalur evakuasi, APAR, kotak
P3K, dan mengalokasikan dana untuk pembuatan jalur evakuasi yang
diwadahi oleh bidang kesehatan kerja, dan setelah dibuat jalur evakuasi
diharapkan dilakukan simulasi bencana agar semua ruanglingkup di dinas
tersebut memiliki kesadaran dan meningkatkan pengetahuan alur yang akan
dilalui dan mengetahui kegunaan jalur evakuasi.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dalam pelaksanaan kegiatan magang penulis merekomendasikan agar
sebaiknya fakultas bisa menerapkan jalur evakuasi. Dan kiranya dari fakulta
yang bisa menentukan tempat magang sesuai dengan bidang minat agar
mempermuda mahasiswa dalam penulisan laporan magang serta dalam
menetukan judul laporan magang dapat sesuai dengan bidang minat masing-
masing.

42
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Dasar-Dasar Kesehatan Bencana (2005) Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Unuversitas Sam Ratulangi Manado

Badan meteorologi dan klimatologi dan geofisika.2012.INATEWS

Chaniago, H. (2013). Manajemen Kantor Kontemporer. Bandung: Akbar Limas Perkasa.

Direktorat kesehatan kerja dan olahraga Kementerian kesehatan RI 2010).Tentang K3


Perkantotan

Depnakertrans 2010. Laporan dapartemen tenaga kerja dan transmigrasi

Fajar,2016 analisis SWOT untuk menentukan strategi kompetitif (online)

Harrison, JP. 2010. Strategic Planning and SWOT Analysis. Health Administration Press.
10 Februari 2018. https://www.ache.org > Harrison_Chapter5

Hermasinta. (2012, Juli 15). Rambu-rambu keselamatan. Diambil kembali dari safety
sign: www.wordpress.com

ILO. (2013, Juli 6). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sarana untuk Produktivitas.
International Labour Organization..

OSHA/ANSI. (2013). Safety Sign System. MIlford: Clarion.

Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 54 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Tipe A
Provinsi Sulawesi Utara

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standart Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja Perkantoran.

Sistem Informasi Geografis Kawasan Srategis Nasional Merapi.2015.Dinas Pekerjaan


Umumperumahan Dan Enegi Sumber Daya Mineral,Daera Istimewah
Yogyakarta.

Sumampouw OJ, Rumayar AA, Ratag BT.2018.Pedoman Magang Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.Manado FKM Unsrat.

Suratman Woro Suprojo 2012, Prosiding pengindraan jauh dan system informasi
geografi. Pengertian bencan

43
LAMPIRAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI


DINAS KESEHATAN DAERAH PROVINSI TIPE A PROVINSI
SULAWESI UTARA

44
DAFTAR HADIR DAN CATATAN HARIAN DI TEMPAT MAGANG

45
DAFTAR HADIR DAN CATATAN HARIAN DI TEMPAT MAGANG
(lanjutan)

LEMBAR PEMBIMBINGAN DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN (DPL)


46
LEMBAR PEMBIMBINGAN DOSEN PEMBIMBING MAGANG (DPM)

47
DOKUMENTASI KEGIATAN

48
Gambar 1. Mengikuti Apel Pagi bersama ASN Dinkes Prov. Sulut

Gambar 2. Observasi Program Kerja Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan


Kerja dan Olahraga

49
Gambar 3. Membantu menghias madding dan menempel 12 indikator keluarga
sehat

Gambar 4. Mengikuti Ibadah Mingguan bersama ASN Dinkes Prov. Sulut

50
Gambar 5. Melakukan Peregangan di Tempat Kerja

Gambar 6. Persiapan sebelum Melaksanakan Olahraga Pagi

51
Gambar 7. Melakukan Bimbingan dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)

52
Gambar 8. Bersama kepala seksi dan Staf Kerja Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Kerja, dan Olahraga

53
54
55
Gambar 9. peta jalur evakuasi

56
Gambar 10. dukungan dan bantuan dari seamua ruang lingkup dinas kesehatan
dalam penempelan stiker jalur evakuasi

57
RIWAYAT HIDUP

Nama : Inri Grieya Wungow


NIM : 14111101137
Tempat/Tanggal Lahir : Tomohon, 19 Februari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Ranotana weru lingkngan X
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Kewarganegaraan : WNI
Riwayat Pendidikan :
2001 – 2002 : TK Bayangkari Tondano
2002 – 2008 : SD Adeven Tondano
2008 – 2011 : SMP Kristen Kota kotamobagu
2011 – 2014 : SMA Negeri 1 Manado

58

Anda mungkin juga menyukai