Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan perubahan jaman yang semakin maju, sehingga tuntutan


kerja yang diinginkan oleh tempat kerja semakin meningkat. Dengan adanya
peningkatan tuntutan kerja maka perlu adanya upaya yang dilakukan yakni upaya
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat mendukung pekerja
agar bekerja dengan lebih mudah dan nyaman.

Adapun beberapa faktor lingkugan kerja yang tidak memenuhi syarat


keselamatan dan kesehatan kerja seperti pemakaian waktu kerja yang berlebih
ataupun beban kerja yang berlebih akan menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan
kerja adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan
lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat, namun kelelahan tersebut
dapat juga berisiko memberikan dampak buruk bila tidak ada penanganan secara
lanjut. Risiko dari kelelahan tersebut diantaranya adalah terjadi stres akibat kerja,
penyakit akibat kerja dan terjadi kecelakaan kecelakaan akibat kerja (Iii et al., 2016)

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintahan dan atau masyarakat yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan
penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya
mutu pelayanan prima dari rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber
daya manusia (Iii et al., 2016)

Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Jambi memiliki tenaga profesi perawat
sebanyak 224 yang tersebar di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Gawat Darurat, dan Instalasi Rehabilitasi Narkoba. Telah diketahui bahwa
Klasifikasi pasien gangguan jiwa secara garis besar dikelompokkan berdasarkan
kondisi psikis pasien dalam tingkat kegawatan gejalanya yaitu Kelompok gaduh
gelisah (Depressed Agresif), Kelompok emosional pasif (Semi Depressed) dan
Kelompok Co– operatif (Sumber : Suplemen PPDGJ-III, DepKes RI Direktorat
Kesehatan Jiwa) yang setiap kelompok memiliki tingkat pengawasan dan
keamanan yang berbeda-beda sehingga ditempatkan di ruang rawat inap sesuai
kelompoknya serta memiliki tugas dan tanggung jawab perawat yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara singkat peneliti dengan 9


perawat yang bertugas di ruang rawat inap gaduh gelisah (Depressed Agresif),
Kelompok emosional pasif (Semi Depressed) dan Kelompok Co– operatif
didapatkan hasil bahwa terdapat 8 perawat mengalami kelelahan dan hampir
seluruh perawat mengalami kecemasan kerja dengan gejala sering mengalami
ketegangan, cemas dalam melaksanakan tugas dan kadang sulit berkonsentrasi.
Kelelahan kerja yang dialami berupa mengantuk, menguap, ingin berbaring, rasa
tidak percaya diri, cenderung melupakan berbagai hal, kurang sabar, pusing, dan
merasa haus.

Berdasarkan hasil penelitian (Andini, Pratiwi, & Setyawan, 2017) mayoritas


perawat intensif (63,0%) mengalami kelelahan kerja dalam kategori sedang, 23,5%
mengalami kelelahan berat, dan 13,6% mengalami kelelahan ringan. Hasil
penelitian (Patmoko, Hardjanto, & Astuti, 2014) menunjukkan ada perbedaan yang
bermakna tingkat kelelahan kerja perawat antara shift pagi, sore, dan malam di
RSUI YAKSSI Gemolong. Penelitian serupa menunjukan terdapat perbedaan
tingkat kelelahan kerja pada shift pagi, sore dan malam pada perawat rawat inap di
RS PKU Aisyiyah Boyolali (Fatona, Tarwaka, & Werdani, 2015)

Berdasarkan hasil penelitian (Rifqi, Handajani, & As, 2011) pada


perancangan Rumah Penyembuhan dan Rehabilitasi Gangguan Jiwa pada ruang
inap Golongan Depressed dibutuhkan pengawasan dan keamanan yang maksimal
karena pasien masih berbahaya dan sangat berpotensi melakukan kekerasan,
bunuh diri, atau melarikan diri. Pada Ruang Inap Golongan Semi-depressed
dibutuhkan pengawasan yang lebih sedikit dibandingkan pada pasien Golongan
Depressed. Pasien pada golongan ini sudah tidak terlalu berbahaya tetapi masih
menbutuhkan pengawasan. Pasien sudah mulai membutuhkan privasi dan
interaksi. Pengamanan ditujukan untuk menghindari perselisihan akibat dari adanya
interaksi pasien. Pasien masih berpotensi melakukan kekerasan karena pasien
terkadang belum dapat mengontrol halusinasinya Pada Ruang Inap Co-Operative
dibutuhkan pengawasan minimal. Pasien sudah dapat mengontrol halusinasinya
dan kesadaran pasien sudah hampir pulih. Pengamanan hanya dilakukan pada
ruang privat/ ruang yang tidak terjangkau perawat/ penjaga.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui “Perbedaan Tingkat


Kelelahan Kerja Pada Perawat Antara Ruang Rawat Inap Depressed Agresif, Semi
Depressed dan Co-operatif di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov.Jambi Tahun 2018”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Perawat ruang rawat inap pasien memiliki tugas dan tanggung jawab
cukup berat yang membuat beban kerja perawat menjadi berat. Beban kerja
perawat yang berat di ruang rawat inap dapat menimbulkan kelelahan kerja
perawat. Kelelahan kerja perawat dapat menyebabkan rasa kantuk, kesulitan
konsentrasi dan kelelahan fisik seperti pusing yang dapat berdampak pada
pelayanan terhadap pasien. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian
besar perawat ruang rawat inap RSU Haji Surabaya memiliki beban kerja fisik
sedang dan mengalami kelelahan kerja tingkat sedang. Selain itu hasil
menunjukkan bahwa beban kerja fisik dan kelelahan kerja memiliki hubungan
searah dan kuat serta terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan
beban kerja fisik (maharja Kimia Farma Tbk Watudakon, 2015)

RSJD Prov. Jambi memiliki Klasifikasi pasien gangguan jiwa secara garis
besar berdasarkan kondisi psikis pasien dalam tingkat kegawatan gejalanya yaitu
Kelompok gaduh gelisah (Depressed Agresif), Kelompok emosional pasif (Semi
Depressed) dan Kelompok Co– operatif (Sumber : Suplemen PPDGJ-III, DepKes RI
Direktorat Kesehatan Jiwa) yang setiap kelompok memiliki tingkat pengawasan dan
keamanan yang berbeda-beda sehingga ditempatkan di ruang rawat inap sesuai
kelompoknya dan memiliki tingkat kelelahan kerja yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil penelitian (Andini et al., 2017) mayoritas perawat intensif


(63,0%) mengalami kelelahan kerja dalam kategori sedang, 23,5% mengalami
kelelahan berat, dan 13,6% mengalami kelelahan ringan. Hasil penelitian (Patmoko
et al., 2014) menunjukkan ada perbedaan yang bermakna tingkat kelelahan kerja
perawat antara shift pagi, sore, dan malam di RSUI YAKSSI Gemolong. Penelitian
serupa menunjukan terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja pada shift pagi,
sore dan malam pada perawat rawat inap di RS PKU Aisyiyah Boyolali (Fatona,
Tarwaka, & Werdani, 2015)

Dari permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui


“Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Perawat Antara Ruang Rawat Inap
Depressed Agresif, Semi Depressed dan Co-operatif di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Prov.Jambi Tahun 2018”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Perbedaan Tingkat Kelelahan


Kerja Pada Perawat Antara Ruang Rawat Inap Depressed Agresif, Semi
Depressed dan Co-operatif di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov.Jambi Tahun
2018”

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1. Mengetahui Tingkat Kelelahan Kerja Pada Perawat Antara Ruang


Rawat Inap Depressed Agresif, Semi Depressed dan Co-operatif di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov.Jambi Tahun 2018

1.3.2.2. Mengetahui gambaran “Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada


Perawat Antara Ruang Rawat Inap Depressed Agresif, Semi
Depressed dan Co-operatif di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov.Jambi
Tahun 2018”

1.3. KERANGKA TEORI

Pekerjaan sebagai perawat memiliki tuntutan kerja yang tinggi,


khususnya perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap. Perawat psikiatri
yang bekerja di bagian Instalasi rawat inap RSJD Prov. Jambi terbagi menjadi 3
golongan ruangan dan memiliki perbedaan karakteristik ruangan.

Ruang Rawat
Inap Depressed
Agresif
Faktor Yang Mempengaruhi
Kelelahan Kerja
Kelelahan
1. Faktor Individu Ruang Rawat
2. Faktor Organisasi Kerja Inap Semi
3. Faktor Lingkungan Kerja
Depressed
Perawat
Febriandini, et al (2016)

Ruang Rawat
Inap Co-operatif

Karakteristik Perawat

1. Tingkat Pendidikan
2. Status Perkawinan
3. Pengalaman Kerja
4. Kesadaran Diri
5. Sosioekonomi
6. Jenis Kelamin
7. Usia

Depkes RI (1997)
1.4. KERANGKA KONSEP

“Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Perawat Antara Ruang Rawat


Inap Depressed Agresif, Semi Depressed dan Co-operatif di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Prov.Jambi Tahun 2018”

Faktor Yang Mempengaruhi


Kelelahan Kerja KELELAHAN
1. Faktor Individu KERJA PERAWAT
2. Faktor Organisasi
3. Faktor Lingkungan Kerja RSJD PROVINSI
Febriandini, et al (2016) JAMBI
DAFTAR PUSTAKA

Andini, d., pratiwi, d., & setyawan, d. (2017). Gambaran tingkat kelelahan kerja
perawat di ruang perawatan intenif, 1–8.diakses pada aplikasi mendeley
desktop tanggal 20 oktober 2017
Fatona, l., tarwaka, & werdani, k. (2015). Perbeedaan tingkat kelelahan antara shift
pagi, sore dan malam pada perawat rawat inap di rs pku aisyiyah boyolali
naskah publikasi, 1–14. Diakses pada aplikasi mendeley desktop tanggal 20
oktober 2017
Iii, k., koesnadi, r. S. U. H., bondowoso, k., febriandini, e. A., ma, i., & hartanti, r. I.
(2016). Analisis faktor individu , faktor organisasi dan kelelahan kerja terhadap
stres kerja pada perawat ( studi di ruang rawat inap inpatient unit 3rd grade at
general hospitals dr . H koesnadi , bondowoso district ), 4(1), 175–180. Diakses
pada aplikasi mendeley desktop tanggal 20 oktober 2017
Maharja kimia farma tbk watudakon, r. P. (2015). Analisis tingkat kelelahan kerja
berdasarkan beban kerja fisik perawat di instalasi rawat inap rsu haji surabaya.
The indonesian journal of occupational safety and health, 4(1), 93–102.
Diakses pada aplikasi mendeley desktop tanggal 30 oktober 2017
Patmoko, b., hardjanto, d., & astuti, d. (2014). Perbedaan tingkat kelelahankerja
perawat antara shift pagi, sore dan malam di rsui yakssi gemolong. Diakses
pada aplikasi mendeley desktop tanggal 28 november 2017
Rifqi, a. A., handajani, r. P., & as, n. S. (2011). Elemen ruang dalam pada fasilitas
rawat inap pasien gangguan jiwa berdasarkan aspek keamanan. Diakses pada
aplikasi mendeley desktop tanggal 28 november 2017
10 PENELITIAN SEJENIS

No Judul Penelitian Kerangka Teori Variabel Desain Hasil


Penelitian penelitian
1 Perbedaan tingkat Penggunaan sumberdaya Variabel Metode Ada perbedaan yang
kelelahan kerja perawat secara optimal dalam bebas : observasional bermakna tingkat
perawat antara shift rangka meningkatkan pelayanan Shift pagi, analitik dengan kelelahan kerja perawat
pagi, sore dan malam kesehatan dituntut oleh sore dan pendekatan antara shift pagi, sore,
di rsui yakssi keperawatan sejak beberapa malam. cross sectional dan malam di RSUI
gemolong tahun yang lalu. Hal ini YAKSSI Gemolong
memberikan konsekuensi Variabel
Patmoko, bagus terhadap perpanjangan jam kerja Terikat:
Hardjanto, dr. perawat dan salah satunya adalah tingkat
Astuti, dwi (2014) dengan mempekerjakan perawat kelelahan
melampaui waktu yang telah kerja
ditetapkan dan atau
memberlakukan shift kerja.
2 Perbedaan tingkat Rumah Sakit merupakan sarana Variabel Metode Terdapat perbedaan
kelelahan antara shift pelayanan kesehatan yang bebas : observasional tingkat kelelahan kerja
pagi, sore dan malam beroperasi 24 jam. Tanggung Shift pagi, analitik dengan pada shift pagi, sore
pada perawat rawat jawab dan beban kerja perawat sore dan pendekatan dan malam pada
inap di rs pku aisyiyah yang perlu diperhatikan dengan malam. cross sectional perawat rawat inap di
boyolali pembagian shift kerja, yaitu shift RS PKU Aisyiyah
pagi, sore dan malam. Pembagian Variabel Boyolali.
Fatona, lusi shift ini dapat memberikan Terikat:
Tarwaka dampak negatif yang salah tingkat
Werdani, ke (2015) satunya adalah kelelahan kelelahan
kerja

3 Perbedaan tingkat Data International Labor Variabel Metode Terdapat perbedaan


kelelahan kerja pada Organitation (ILO) tahun (2010) Bebas : observasional tingkat kelelahan kerja
perawat shift kerja dalam Depnakertrans (2010) Shift pagi, analitik dengan pada shift pagi, sore
pagi, shift kerja sore Menunjukkan setiap tahunnya sore dan pendekatan dan malam pada
dan shift kerja malam lebih dari dua juta orang malam. cross sectional perawat rawat inap di
di ruangan rawat inap meninggal akibat kecelakaan dan RSU GMIM Bethesda
rsu gmim bethesda penyakit akibat kerja.Indonesia Variabel Tomohon
tomohon sebagai salah satu dari negara Terikat:
terbesar di Dunia, sangat tingkat
Angouw, toar a berkepentingan terhadap masalah kelelahan
Josephus, kesehatan dan keselamatan kerja kerja
Johan Engkeng,
sulaemana (2016)
4 Perbedaan tingkat Shift kerja adalah pengaturan jam Variabel Survei analitik Tingkat kelelahan
kelelahan perawat kerja oleh suatu tempat kerja Bebas : dengan perawat wanita shiſt
wanita untuk mengerjakan sesuatu yang Perawat pendekatan malam lebih tinggi
Biasanya dibagi atas kerja pagi, wanita. cross sectional daripada shiſt pagi.
Masyarakat, jurnal sore dan malam. Kelelahan kerja
kesehatan merupakan respon emosional dan Variabel
Mayasari, anita fisik Terikat:
Ilmu, jurusan Yang bersifat mengganggu atau tingkat
Masyarakat, merugikan yang terjadi pada saat kelelahan
kesehatan (2011) tuntutan tugas tidak sesuai kerja
dengan
Kapabilitas, sumber daya atau
keinginan pekerja
5 Perbedaan kelelahan Kelelahan Kerja adalah kombinasi Variabel Studi Tidak ada perbedaan
perawat ruang rawat dari kelelahan fisik, psikologis, Bebas : komparatif kelelahan perawat di
inap 2 shift/hari dan emosional. Perbedaan Ruang Rawat dengan ruang rawat inap 2
dengan 3 shift/hari di pengaturan jadwal pekerjaan Inap 2 pendekatan pergeseran/hari dengan
rs baladhika husada membuat setiap perawat memiliki Shift/hari Cross 3 pergeseran/hari di
dan rsd kalisat durasi yang berbeda saat dengan 3 sectional Rumah Sakit Baladika
kabupaten jember memberikan layanan. Perbedaan Shift/hari . Husada dan Rumah
ini memiliki berbagai efek pada Sakit Daerah Kalisat
Liarucha, ria aridya kondisi kelelahan Variabel Kabupaten Jember
Wijaya, dodi Terikat:
Rasni, hanny (2016) tingkat
kelelahan
kerja

6 Gambaran tingkat Perawat ruang perawatan intensif Variabel Penilitian ini Hasil penelitian
kelelahan kerja memiliki tugas dan tanggung Bebas : merupakan menunjukkan bahwa
perawat di ruang jawab cukup berat yang membuat Perawat di penelitian mayoritas responden
perawatan intensif beban kerja perawat menjadi Ruang kuantitatif (63,0%) mengalami
berat. Beban kerja perawat yang Perawatan descriptif kelelahan kerja dalam
Andini, dita berat di ruang perawatan intensif Intensif survey, kategori sedang, 23,5%
Pratiwi, dwisetyawan, dapat menimbulkan kelelahan dengan mengalami kelelahan
dody (2017 kerja perawat. Kelelahan kerja Variabel instrumen berat, dan 13,6%
perawat dapat menyebabkan rasa Terikat: penelitian mengalami kelelahan
kantuk, kesulitan konsentrasi dan tingkat berupa ringan.
kelelahan fisik seperti pusing yang kelelahan kuesioner
dapat berdampak pada pelayanan kerja subjective self
terhadap pasien rating test dari
industrial
fatigue
research
committee
Jepang.
7 Analisis tingkat Pekerjaan sebagai perawat Variabel Metode Hasil penelitian
kelelahan kerja memiliki tuntutan kerja yang Bebas : observasional menunjukkan bahwa
berdasarkan beban tinggi, khususnya perawat yang BEBAN deskriptif sebagian besar
kerja fisik perawat di bertugas di Instalasi Rawat Inap. KERJA FISIK dengan responden berumur 30
instalasi rawat inap Hal ini disebabkan di Instalasi PERAWAT rancang s.d 49 tahun, berjenis
rsu haji surabaya Rawat Inap dilakukan asuhan penelitian kelamin perempuan,
keperawatan 24 jam selama 7 Variabel cross memiliki masa kerja
Maharja kimia farma hari. Tuntutan kerja yang tinggi Terikat: sectional. selama lebih dari 5
tbk watudakon, rizky dapat menyebabkan kelelahan tingkat tahun, sudah menikah,
pt (2015) kerja. Kelelahan kerja merupakan kelelahan dan memiliki status gizi
suatu keadaan pelemahan kerja kategori normal, dan
kegiatan, motivasi, dan aktivitas memiliki asupan kalori
fisik. Apabila tidak dilakukan kategori kurang. Hasil
istirahat, kelelahan kerja akan penelitian juga
terakumulasi dan mempengaruhi menunjukkan bahwa
derajat kesehatan perawat. sebagian besar
Penelitian responden memiliki
beban kerja fisik
sedang dan mengalami
kelelahan kerja tingkat
sedang. Selain itu hasil
menunjukkan bahwa
beban kerja fisik dan
kelelahan kerja memiliki
hubungan searah dan
kuat serta terdapat
perbedaan tingkat
kelelahan kerja
berdasarkan beban
kerja fisik
8 Tingkat Kelelahan Kelelahan kerja perawat yang Variabel Penelitian ini Terdapat perbedaan
Perawat di Ruang tidak dapat diatasi akan Bebas : dengan antara Tingkat
ICU RSD Idaman menimbulkan berbagai Kelelahan rancangan kelelahan perawat di
Banjarbaru dan permasalahan kerja yang fatal Kerja Perawat penelitian ICU RSD Idaman
RSUD Ratu Zalecha dan mengakibatkan kecelakaan ICU komparatif Banjarbaru dengan
Martapura Hammad kerja sehingga rumah sakit wajib mayoritas ringan
mengetahui tingkat kinerja dan hal Variabel sedangkan RSUD Ratu
Hammad , Khairir yang dapat menimbulkan Terikat: Zalecha Martapura
Rizani , Rinne Agisti permasalahan dalam bekerja, tingkat dengan mayoritas
salah satunya kelelahan kerja kelelahan sedang dengan P Value
pada perawat kerja 0.015
9 Hubungan kelelahan Kelelahan merupakan masalah yang Variabel Jenis Penelitian Hubungan kelelahan kerja
kerja dan kepuasan harus mendapat perhatian. Semua Bebas : ini adalah survei dan kepuasan kerja
kerja dengan jenis pekerjaan baik formal dan Kelelahan analitik dengan dengan produktivitas
produktivitas kerja informal menimbulkan kelelahan Kerja dan rancangan cross kerja menunjukkan hasil
perawat di ruang rawat kerja. Kelelahan kerja akan Kepuasan sectional yang signifikan (p < 0,05)
inap rsu dr. Tengku menurunkan kinerja dan menambah Kerja Perawat
mansyur tanjungbalai kesalahan kerja. Menurunnya kinerja Inap
tahun 2010 sama artinya dengan menurunnya
Variabel
produktivitas kerja.
Terikat:
Hasibuan, Yusdarli
Produktivitas
2010
Kerja Perawat
10 Analisis Faktor yang Perawat merupakan kelompok Variabel Metode Hasil penelitian
Berhubungan dengan tenaga kesehatan yang berisiko Bebas : observasional menunjukkan 56%
Burnout pada Perawat mengalami burnout. Faktor-fakor Faktor deskriptif perawat di RS AH
Kesehatan Jiwa yang memengaruhi kejadian Burnout dengan Samarinda mengalami
burnoutpada perawat masih perlu rancang burnout, variabel jenis
Ramdan, Iwan . M diteliti lebih lanjut karena Variabel penelitian kelamin (p=0.000), status
Fadly, Oktavian Nursan karakteristik perawat dan lingkungan Terikat: cross kepegawaian (p=0.034),
2010 Burnout sectional.
kerjanya di setiap negara tidak sama. beban kerja, (p=0.022),
Perawat Jiwa dukungan keluarga
(p=0.000), dan
kepemimpinan (p=0.000)
berhubungan dengan
burnout, sedangkan umur
tidak berhubungan
dengan burnout(p=0.426).

Anda mungkin juga menyukai