Anda di halaman 1dari 7

PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH SELENIUM ATAU


PERSENYAWAANNYA

OLEH
MIFTAHUL JANNAH SUTANTO
70200117046

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2020
A. Tinjauan Umum
Selenium (Se) merupakan unsur kimia yang bernomor atom 34,
memiliki 78.96 dan massa atom massa jenis 4.81 g/cm³, titik lebur 494 K,
titik didih 958 K. Selenium adalah trace mineral yang sangat penting bagi
kesehatan yang baik diperlukan hanya dalam jumlah kecil. Selenium
merupakan metalloid (elemen yang memiliki sifat antara logam dan non-
logam) yang berisfat toksik pada kadar tertentu (Budiyanto, 2014). Selenium
juga merupakan mineral pembawa emas (Deswandri, 2019). Manfaat
selenium bagi kesehatan apabila jumlahnya sesuai dengan yang ditolerir oleh
tubuh yaitu dapat menangkal radikal bebas, meningkatkan kekebalan tubuh,
dan mempertahankan elastisitas (Ghani, 2011).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 2005) NAB zat kimia
selenium di udara tempat kerja sebesar 0.2 mg/m³. Menurut WHO, orang
dewasa dianjurkan untuk mengonsumsi 55 mikrogram (mcg) selenium setiap
hari. Selenium berbau bawang putih dan dapat didapatkan bersama-sama
dengan Cu, Au, Ni dan Ag. Selenium di dapatkan antara lain dalam industri
gelas, kimi, plastik dan semikonduktor (News Medical, 2014). Manfaat
selenium digunakan pada industri kaca untuk mengawawarnakan kaca dan
untuk membuat kaca dan lapisan email gigi yang berwarna rubi serta
digunakan sebagai tinta fotografi dan sebagai bahan tambahan baja tahan
karat (Ghani, 2011).
Sumber utama selenium di alam adalah batuan seperti batuan yang
kaya karbon dan bahan organik seperti biji pirit kaya akan emas (Au),
tembaga (Cu), dan perak (Ag). Sumber utama selenium juga salah satunya
adalah batubara. Selenium merupakan salah satu produk buangan yang
dihasilkan dari batubara berupa abu ringan,, abu berat, dan kerak sisa
pembakaran yang mengandung logam berat seperti salah satunya selenium
yang sangat berbahaya apabila dibuang di lingkungan (Nggeboe, 2017).
Terlebih jika zat buangan tersebut terhirup oleh pekerja dan warga sekitar
penambangan batubara walaupun kandungan zat buangannya dalam
konsentrasi rendah, namun akan memberikan dampak signifikan jika dibuang
ke lingkungan dalam jumlah yang besar karena selenium tidak akan
didistribusikan oleh atmosfer dalam skala global sehingga satu sumber
pencemarannya akan mempengaruhi daerah tertentu. (Hartono, 2015).
Sumber selenium juga dapat berasal dari bensin dalam jumlah yang tinggi.
Selenium memiliki kemampuan untuk mengalami bioakumulasi
sehingga berpeluang mengancam kesehatan manusia. Selenium akan
memberikan akan memberikan efek kerusakan pada ginjal dan hati,
kerontokan rambut, dan kerusakan pada sistem syaraf pusat. Mati rasa pada
telapak tangan atau jari dan masalah dalam sirkulasi darah merupakan efek
kronis selenium pada manusia yang mengonsumsi air minum yang
mengandung selenium diatas level yang diizinkan (EPA, 2014).

B. Cara Mengontaminasi Tubuh


Selenium dapat mangontaminasi tubuh dengan masuk ke beberapa
jalur yang ada pada tubuh seperti jalur pencernaan (Gastrointestinal),
pernapasan (Inhalasi)
1. Pencernaan (Gastrointestinal)
Makanan merupakan jalur utama masuknya selenium dalam tubuh.
Apabila para pekerja yang terpapar dengan selenium namun tidak
menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) tentunya ketika
mengonsumsi sesuatu maka selenium tersebut akan ikut masuk kedalam
organ tubuh. Pada prosesn pencernaan, usus akan menyerap nutrisi dari
makanan maupun minuman yang kita konsumsi apabila selenium ikut
terserap dan masuk ke dalamdarah, kemudian diedarkan ke sel-sel tubuh
maka selenium tersebut dapat merusak protein yang berdampak pada
perkembangan jaringan yang tidak normal. Selain itu subtitusi selenium
akan juga dapat menghasilkan hydrogen selenide yang beracun bagi hati
(Budiyanto, 2014).
2. Inhalasi (Pernapasan)
Sumber utama selenium yaitu berada pada pecahan batuan yang
paling sering kita jumpai pada penambangan batu bara. Pecahan batu
terbut menghasilkan partikel debu di udara sehingga apabila pekerja dan
warga yang berada disekitar area tersebut menghirupnya tanpa adanya
APD (Alat Pelindung Diri) yang memadai maka selenium tersebut dapat
terhirup oleh pekerja sehingga menyebabkan keracunan (Hartati, 2019).
3. Kontak Kulit (Dermal)
Salah satu sumber selenium yaitu terdapat pada bensin, apabila
seorang pekerja yang terpapar dengan bensin hingga menyentuh kulit
tanpa adanya APD maka dapat menyebabkan terjadinya dermatitis
ataupun gangguan kulit lainnya. Hal ini merupakan absorbsi utama.

C. Jenis-Jenis Penyakit yang Ditimbulkan


Adapun jenis-jenis penyakit yang ditimbulkan oleh selenium yaitu:
1. Kerusakan Ginjal
Selenium yang masuk kedalam aliran darah dapat mempengaruhi
proses aktivitas ginjal, merubah warna urin sehingga menyebabkan
terjadinya gagal ginjal
2. Kerusakan Hati
Sama halnya dengan kerusakan ginjal, selenium juga dapat
merusak hati karena subtitusi selenium dapat menghasilkan hydrogen
selenide yang beracun bagi hati.
3. Kerusakan pada Sistem Syaraf Pusat
Selenium dapat merusak sistem syaraf pusat secara perlahan yang
ditandai dengan gejala-gejala seperti salah satunya mati rasa pada telapak
tangan.
4. Gangguan Reproduksi
Kadar selenium yang tinggi dapat menurunkan mortalitas sperma.
5. Masalah Perilaku
Selenium dapat merusak sistem syaraf yang akan berpengaruh ke
otak sehingga otak akan kehingalan kontrolnya seperti lekas
marah/mudah marah dan juga mudah lelah (kelelahan).
6. Dermatitis
D. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat memicu timbulnya penyakit yang
disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzena yaitu:
1. Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan yang berisiko untuk terpaparnya Selenium yaitu
pekerja tambang batubara, tambang emas, pekerja pada produksi bensin,
pekerja pembuatan kaca, pekerja yang memiliki hubungan dalam
menggunakan tinta fotografi dan sebagai bahan tambahan baja tahan
karat.
2. Usia
Umur seseorang berpengaruh terhadap daya tahan tubuh terhadap
paparan toksik atau bahan kimia dari selenium. Hal ini berarti bahwa
semakin tua umur pekerja maka semakin rentan terpajan bahan kimia
Menurut ILO, pekerja yang berumur kurang dari 18 tahun dianjurkan
tidak bekerja dilingkungan yang terpajan selenium dikarenakan umur
tersebut masih memiliki ketahanan yang lemah efek toksik selenium.
3. Masa Kerja
Lama kerja mempengaruhi pajanan selenium dan dapat berisiko
terpajan secara simultan. Meskipun dalam lingkungan kerja pajanan
selenium rendah, dapat mempengaruhi pajanan selenium pada tubuh
manusia dalam masa yang cukup lama. Lama kerja berdasarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja,
menyatakan bahwa waktu kerja dalam satu hari tidak lebih dari 8 jam atau
40 jam dalam satu minggu.
E. Gejala
Adapun gejala-gejala penyakit yang diakibatkan oleh selenium
ataupun persenyawaannya adalah sebagai berikut (Alo Dokter) :
1. Diare
2. Jari-jari melemah
3. Rambut rontok
4. Perubahan Pada Kuku
5. Iritasi
6. Ruam pada kulit
7. Mual dan muntah
8. Kelelahan yang tidak biasa

F. Pencegahan dan Pengendalian


Adapun pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi
terpaparnya selenium selama di tempat kerja yaitu:
1. Menyediakan, memakai dan merawat APD
2. Menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih
lanjut
4. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya (Organisasi perburuhan Internasional, 2008)
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
Five levels preventions pada penyakit akibat kerja (effendi 2009,
organisasi perburuhan internasional 2008):
a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja
yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual,
konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi,
hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap
bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung
diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga
(ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan
sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan
titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan

G. Referensi
Budiyanto, F 2014, ‘Siklus Selenium dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Laut’,
Oseana, vol.XXXIX, no.1, hh.55-63.
Deswandri, F, Fadhillah 2019, ‘Variasi Waktu Terhadap Penyerapan Merkuri (Hg) Oleh
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) (Studikasus: Air Danau Bekas PETI di
Jorong Jujutan, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok
Selatan’, Jurnal Bina Tambang, vol.4, no.4, hh.13-23
EPA 2014. Basic information about selenium in drinking water.
Efendi F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika: 2009
Ghani, B, Utomo 2011, ‘Selenium’, bilangapax.blogspot.com/2011/02/selenium.html
Hartati, S 2019. ‘Studi Budaya Kerang Hijau (Perna viridis L.) Berdasarkan Kandungan
Logam Berat (Pb, Cd, Hg dan Cu) di Perairan Kota Bandarlampung, tesis
universitas lampung.
Hartono, M R 2015, ‘Tinjauan Yuridis Tanggungjawab Pidana Pelaku Usaha Stock Pile
Batubara di Wilayah Hukum Muaro Jambi’. Legalitas, vol.VII, no.2, hh.99-124.
https://wahid-biyobe.blogspot.com/2012/11/toksisitas-selenium-dilihat-berdasarkan.html
Nggeboe, F, 2017, ‘Dampak Sosial Ekonomi Penambangan Batubara’. Universitas
Batang Hari Jambi.
News Medical 2014
organisasi perburuhan internasional 2008

Anda mungkin juga menyukai