Anda di halaman 1dari 9

PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH DERIVAT NITRO DAN AMINA


DARI BENZENE ATAU HOMOLOGNYA

OLEH :

Miftahul Jannah Sutanto

70200117046

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2020
A. Definisi dan NAB (Nilai Ambang Batas) Zat
Devirat nitro dan Amina yang berasal dari turunan benzene atau
homolgnya merupakan senyawa (benzene) yang memiliki sifat racun atau
kasinogenik., yaitu suatu zat yang dapat membentuk kanker dalam tubuh
manusia jika kadarnya dalam tubuh manusia berlebih. Nilai Ambang Batas
(NAB) pada devirat nitro dan amina dari benzene yaitu 0.5 ppm dan 1,6
mg/m3 (SNI) dalam rata-rata papparan 8 jam dan memiliki Short Term
Exposure Limit (STEL) atau PSD (Paparan Singkat yang dperkenanankan)
sebesar 2,5 ppm atau setara 7,98 mg/m³(Peraturan RI). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa benzene merupakan salah satu penyebab leukemia,
penyakit kanker darah yang telah banyak menyebabkan kematian. Turunan
senyawa yang berasal dari benzene atau homolognya salah satunya yaitu
nitro dan amina.
Nitro benzena diperoleh dengan nitrasi benzene. Nitro benzene
merupakan senyawa yang dibentuk dari reaksi antara asam nitrat (HNO3)
dan benzene dengan asam sulfat (H2SO4). Sebagai katalisator nitro
benzene merupaka larutan berwarna kuning yang bercun. Nitro benzene
digunakan untuk pembuatan anilinin dan bahan peledak (TNT=2,4,6-
trinitro toluene). Kegunaan dari nitrobenzene (C6H6-NO2) sebagai
pelarut, bahan baku pembuatan aniline, produk semir, pewangi pada
sabun, dsb.
Amina (NH2) merupakan turunan organik dari ammonia (NH3)
dimana satu atau lebih atom hydrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh
gugus alkali atau aril. Oleh karena itu, Amina memiliki sifat yang mirip
dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air. Amina dapat
diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier. Amina
diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung
pada atom nitrogen. Salah satu sifat dari Amina terutama yang berbobot
molekul rendah adalah aromanya yang tidak menyenangkan. Amina
volatile menguap secara cepat dan tercium seperti campuran ammonia dan
ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ yang
mengandung protein tinggi meghasilkan amina. Bagian dari aroma
tumbuhan yang mati, rumah penyimpanan daging, dan bagian pengolahan
limbah semuanya adalah amina.
Adapun sifat fisika Amina:
1. Suku-suku rendah berbentuk gas
2. Tak berwarna, berbau amoniak dan berbau ikan
3. Mudah larut dalam air
4. Amina lebih tinggi berbentuk cair/padat
5. Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM
Adapun kegunaan Amina sebagai katalisator; pelarut, abssorben gas,
pencepat vulkanisasi, membuat sabun dll (Dimetil Amina); suatu penarik
serangga (Trimetil Amina). Senyawa Amina memiliki kegunaan yang luas
dalam kehidupan yaitu dapat berguna sebagai pencegah korosif,
bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi, dan pengemulsi, misalnya
sebagai pelembut pakaian, anti iritasi pada sampo, dsb.

B. Cara Mengontaminasi Tubuh


Turunan benzene seperti derivat nitro dan amina memiliki
persamaan dalam mengontaminasi tubuh manusia atau pekerja yang terpajan.
Senyawa tersebut dapat masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru, jalur
gastrointestinal, dan lewat kulit. Jika individu terpapar zat tersebut di udara
dalam konsentrasi tinggi, kira-kira separuh kadarnya yang terabsorpsi, masuk
ke dalam paru-paru, kemudian masuk ke aliran darah. Melalui pembuluh
darah, kemudian disimpan di dalam sumsum tulang dan dalam jaringan
lemak. Kemudian dikonversi menjadi metabolit dalam hati dan sumsum
tulang. Efek bahaya paparan nitro dan amina dari benzena kemungkinan besar
disebabkan oleh metabolit ini. Sebagian besar metabolit senyawa tersebut
keluar dari tubuh manusia dalam bentuk urin, 48 jam setelah terpapar
(Ramon, 2007)
1. Absorbsi
Benzena yang masuk melalui inhalasi apabila tidak segera
dikeluarkan melalui ekspirasi, maka akan diabsorpsi ke dalam darah. Benzena
larut dalam cairan tubuh dalam konsentrasi sangat rendah dan secara cepat
dapat berakumulasi dalam jaringan lemak karena kelarutannya yang tinggi
dalam lemak. Uap benzena mudah diabsorpsi oleh darah, yang sebelumnya
diabsorpsi dengan baik oleh jaringan lemak. Absorbsi benzena kedalam
jaringan tubuh dapat melalui beberapa cara yaitu, pernapasan (inhalasi),
melalui kulit (dermal) dan melalui saluran pencernaan (gastrointestinal).
a. Inhalasi (Pernapasan)
Senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh dalam bentuk uap melalui
inhalasi, dan absorpsi terutama melalui paru-paru, jumlah yang diinhalasi
sekitar 40-50% dari keseluruhan jumlah senyawa nitro dan amina dan yang
masuk ke dalam tubuh. Senyawa nitro dan amina mudah diabsorpsi melalui
pernafasan, ketahanan paru-paru mengabsorpsi turunan benzene tersebut
mencapai lebih kurang 50% untuk beberapa jam pada paparan di antara 2-100
cm
b. Dermal (Kontak Kulit)
Diperkirakan dari studi in vitro yang dilakukan pada kulit manusia,
bahwa absorpsi gas benzena melalui kulit, lebih kecil dibandingkan dengan
total absorbsi, tetapi absorpsi dari gas benzena dapat merupakan rute paparan
yang signifikan. Ada penemuan yang menyatakan bahwa kontak melalui kulit
merupakan rute utama absorpsi benzena pada pekerja yang terpapar bensin
cair.
c. Gastrointestinal (Pencernaan)
Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan dapat
mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada manusia
masih kurang. Walaupun tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari
benzena pada larutan encer, diasumsikan bahwa absorpsi oral dari air adalah
hampir 100%.
d. Distribusi
Benzena terdistribusi ke seluruh tubuh melalui absorpsi dalam
darah, karena benzena adalah lipofilik, maka distribusi terbesar adalah dalam
jaringan lemak. Jaringan lemak, sumsum tulang, dan urin mengandung
benzena kira-kira 20 lebih banyak dari yang terdapat dalam darah. Kadar
benzena dalam otot dan organ 1-3 kali lebih banyak dibandingkan dalam
darah. Sel darah merah mengandung benzena dua kali lebih banyak dari
dalam plasma.
e. Metabolisme
Metabolic pathway dan interaksi biokimia di dalam tubuh melalui
serangkaian reaksi biokimia. Benzena dioksidasi pertama-tama di dalam hati
(liver) oleh cytochrome P-450-monooksigenase menjadi benzena oksida.
Setelah reaksi ini, beberapa metabolit sekunder terbentuk secara enzymatis
dan non enzymatis. Metabolit adalah bahan yang dihasilkan secara langsung
oleh reaksi biotransfusi. Setelah reaksi oksidasi ini, beberapa metabolit
sekunder akan terbentuk secara enzimatik dan non-enzimatik.
Biotransformasi benzena dalam tubuh berupa metabolit akhir yang utama
adalah fenol yang diekskresi lewat urin dalam bentuk terkonjugasi dengan
asam sulfat atau glukuronat Sejumlah kecil dimetabolisme menjadi kathekol,
hidrokuinon, karbon dioksida, dan asam mukonat.
f. Ekskresi
Eliminasi benzena dalam tubuh melalui eksresi dan ekhalasi,
benzena terutama dieksresikan di dalam urine sebagai metabolit khususnya
konjugasi phenol dan glucuronic dan sulphuric acid, dan ekhalasi ke udara
dalam bentuk yang tidak berubah, diabsorpsi, diekskresikan lewat urin
sesudah jam kerja. Untuk benzena yang tidak mengalami reaksi
metabolisme, proses berlangsung reversibel, dan benzena diekskresikan
melalui paru-paru.
C. Jenis-Jenis Penyakit yang ditimbulkan
Berdasarkan klasifikasi toksisitas, benzene dan turunannya seperti
nitro dan amina dapat merusak darah. Adapun jenis-jenis penyakit yang
ditimbulkan berkaitan dengan sel-sel darah akibat pajanan senyawa nitro dan
amina yaitu:
1. Anemia
Pada tingkat rendah, paparan benzena dapat menyebabkan pusing
atau mengantuk, detak jantung yang cepat, sakit kepala, tremor, dan
kebingungan. Pada tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan
ketidaksadaran atau bahkan kematian. Paparan jangka panjang dapat memiliki
konsekuensi kesehatan yang serius, terutama di sumsum tulang, atau melalui
hilangnya sel darah merah, yang dapat menyebabkan anemia. Hal ini dapat
mengganggu sistem kekebalan tubuh, dan membuat penderita rentan terhadap
penyakit lain. Adapun gejala yang ditimbulkan seperti: perasaan mengantuk,
pusing, sakit kepala, vertigo, dan kehilangan kesadaran.
2. Narcosis
Efek toksis pajanan benzene dapat dirasakan tubuh dalam jangka
waktu pendek dan panjang. Pada jangka pendek pajanan benzene akan
berefek pada permasalahan tenggorokan dan iritasi mata. Namun jika pejanan
jangka pendek tapi konsentrasi cukup tinggi pajanan benzene akan
mengakibatkan narcosis.
3. Leukimia
Pada pajanan jangka panjang efek kesehatan akibat toksisitas
senyawa nitro dan amina pada sumsum tulang yang bertugas dalam
pembuatan sel-sel darah sehingga dapat menyebabkan leucopenia, anemia
dan thrombositopenia serta pajanan senyawa nitro dan amina dalam waktu
lama dapat menimbulkan leukemia.
D. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat memicu timbulnya penyakit yang
disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzena yaitu:
1. Umur
Umur seseorang berpengaruh terhadap daya tahan tubuh terhadap
paparan toksik atau bahan kimia dari senyawa nitro dan amina dari
benzene. Hal ini berarti bahwa semakin tua umur pekerja maka semakin
rentan terpajan bahan kimia salah satunya senyawa nitro dan amina dari
benzene. Menurut ILO, pekerja yang berumur kurang dari 18 tahun
dianjurkan tidak bekerja dilingkungan yang terpajan senyawa nitro dan
amina dari benzene dikarenakan umur tersebut masih memiliki ketahanan
sumsum tulang efek toksik senyawa nitro dan amina dari benzene yang
rendah (Bestari, 2019)
2. Lama Kerja
Lama kerja mempengaruhi pajanan senyawa nitro dan amina dari
benzene dan dapat berisiko terpajan secara simultan
Meskipun dalam lingkungan kerja pajanan benzena rendah, dapat
mempengaruhi pajananbenzena pada tubuh manusia dalam masa yang
cukup lama. Lama kerja berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, menyatakan bahwa
waktu kerja dalam satu hari tidak lebih dari 8 jam atau 40 jam dalam satu
minggu (Bestari, 2019)
3. Merokok
Merokok adalah salah satu sumber dari pajanan . Pajanan senyawa
nitro dan amina dari benzene berasal dari asap rokok. Asap rokok adalah
sumber dari benzena di udara, terutama di ruangan memiliki kadar
benzena lebih tinggi jika seseorang merokok (WHO, 2010).
4. APD (Alat Pelindung Diri)
Pemakaian APD adalah salah satu untuk mencegah pemicu bahaya
bahan kimia salah satunya benzena yang masuk ke tubuh manusia.
Penggunaan APD ini digunakan untuk melindungi dan meminimalisir
pajanan benzena ke dalam tubuh saat bekerja, dimana benzena masuk ke
tubuh melalui kulit (Harrianto, 2010). Besarnya pajanan benzena yang
masuk ke tubuh manusia melalui kontak kulit dapat dipengaruhi dari
perilaku saat bekerja yaitu dengan menjaga personal hygiene dan
menggunakan APD (Khoir, 2017).
5. Kebiasaan Cuci Tangan
Pemakaian APD adalah salah satu untuk mencegah pemicu bahaya
bahan kimia salah satunya benzena yang masuk ke tubuh manusia.
Penggunaan APD ini digunakan untuk melindungi dan meminimalisir
pajanan benzena ke dalam tubuh saat bekerja, dimana benzena masuk ke
tubuh melalui kulit (Harrianto, 2010). Besarnya pajanan benzena yang
masuk ke tubuh manusia melalui kontak kulit dapat dipengaruhi dari
perilaku saat bekerja yaitu dengan menjaga personal hygiene dan
menggunakan APD (Khoir, 2017).
E. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1. Menyediakan, memakai dan merawat APD
2. Menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih
lanjut
4. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya (Organisasi perburuhan Internasional, 2008)
5. Five levels preventions pada penyakit akibat kerja (effendi 2009,
organisasi perburuhan internasional 2008):
a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja
yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual,
konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi,
hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap
bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung
diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga
(ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan
sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan
titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan
F. Referensi
Efendi F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika: 2009
Organisasi Perburuhan Internasional. Hidup Saya, Pekerjaan Saya, Pekerjaan
Aman. Jakarta: 2008
Bestari Erini Meilina, Sudarmaji, dkk. 2019. Sumber Benzena, Karakteristik dan
Kadar Hemoglobin Mekanik Bengkel Motor AHASS Kota Kediri. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol.11 No.4
Harrianto R. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Khoir, N F. 2017. Gambaran Praktek Kerja Aman terhadap Paparan Benzena
pada Pekerja Operator SPBU di Wilayah Ciputat Timur Tahun 2017.
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
World Health Organization
SNI (Stadar Nasional Indonesia) 19-0232-2005
Peraturan RI. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia No.Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor fisika
dan Kimi di tempat kerja 2011
Ramon Agus. 2007. Analisis Paparan Benzena Terhadap Profil Darah Pada
Pekerja Industri Pengolahan Minyak Bumi. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai