Anda di halaman 1dari 34

TOKSISITAS

GAS
BERACUN

Oleh :
Amira Nadita Qurottun A
Definisi Toksikologi
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan system biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif
tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya
(exposed ) makhluk tadi.

Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari


zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang
penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta
efek yang ditimbulkannya. Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem
biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau
produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada
konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik.
Asas Umum Toksikologi
– Kondisi efek toksik zat kimia yang mengenai manusia
– Mekanisme efek toksik zat kimia yang mengenai manusia
– Wujud efek toksik zat kimia yang mengenai manusia
– Sifat efek toksik zat kimia yang mengenai manusia
Kondisi Efek Toksik
– Kondisi paparan zat kimia, meliputi :
a. Jalur paparan
b. Lama dan kekerapan paparan
c. Saat paparan
d. Dosis paparan
e. Paparan Akut atau kronis
Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melewati lima saluran,
yakni: (Idris, 1985)
1. Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal ini sangat
jarang terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung menggunakan
mulut atau makan dan minum di laboratorium.
2. Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline,
nitrobenzene, dan asam sianida.
3. Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan
dan saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus keracunan yang terjadi. SO2
(sulfur dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek setempat pada jalan pernapasan.
Sedangkan HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn akan segera masuk ke dalam darah dan
terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.
4. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
5. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985)
Kondisi Efek Toksik
– Kondisi Makhluk Hidup
a. Keadaan fisiologi (berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan
pengosongan lambung, kecepatan aliran darah, status gizi, kehamilan,
genetika, jenis kelamin)

a. Keadaan patologi (penyakit saluran pencernaan, kardiovaskuler, hati dan


ginjal)
Mekanisme Efek Toksik
1. Interaksi Secara Langsung (toksik intrasel), diawali dengan interaksi
langsung zat kimia atau metabolitnya dengan reseptornya. Co :
tetrasiklin, antimikroba golongan sulfa, radikal bebas, insektisida,
sianida, toksin botulismus
2. Toksisitas ekstrasel terjadi secara tidak langsung dengan mempengaruhi
lingkungan sel (oksigen, suplai zat makanan, suplai cairan) sasaran tetapi
dapat berpengaruh pada sel sasaran
Wujud Efek Toksik
Berupa perubahan :
1. Biokimiawi : Hambatan respirasi sel, gangguan pasok energi
2. Fungsional : Anoksia, pernafasan, Sistem syaraf, Hiper/hipotensi
3. Struktural : Degenerasi, Proliferasi, Inflamasi
Sifat Efek Toksik
– Reversible :
1. Bila jumlah zat toksik dalam tempat kerjanya atau reseptornya telah
habis, maka reseptor akan kembali seperti keadaan semula
2. Efek toksik yang diakibatkan akan cepat hilang atau kembali ke normal
3. Ketoksikan sangat tergantung pada dosis, kecepatan absorpsi, distribusi
dan eliminasi zat racun
Sifat Efek Toksik
– Irreversible
1. Kerusakan yang terjadi sifatnya permanen
2. Paparan berikutnya akan menimbulkan kerusakan yang sama sehingga
memungkinkan terjadinya akumulasi efek toksik
3. Paparan dengan takaran sangat kecil dalam jangka panjang akan
menimbulkan efek toksik yang sama efektifnya dengan yang ditimbulkan
oleh paparan dosis besar jangka pendek
Cara terjadinya, terdiri dari:
1. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuh diri tetapi hanya
untuk mencari perhatian saja.

2. Attempted Suicide
Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan kematian atau pasien
dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang dipakai.

3. Accidental poisoning
Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajaan.

4. Homicidal poisoning
Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.
Mulai waktu terjadi
Kondisi Paparan:
1. Keracunan kronik
Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelah pajanan. Gejala dapat timbul
secara akut setalah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative kecil ciri khasnya adalah zat
penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi
akumulasi. Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi
terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu, bulan, atau
tahun).
Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt. Kloroform,
karbon tetraklorida) dalam kadar rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit hati
(lever) setelah beberapa tahun. Uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam darah.

2. Keracunan akut
Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada
keracunan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung ) gejalanya seperti
sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi dan koma. Keracunan ini juga karena pengaruh sejumlah
dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek.
Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang
kesdaran atau kematian dalam waktu singkat.
Penggolongan Gas Beracun dan Berbahaya
- Gas-gas yang bersifat gas beracun adalah gas yang bereaksi dengan darah dan
dapat menyebabkan kematian.
- Sedangkan gas berbahaya adalah gas-gas pengotor yang menyebabkan
bahaya, baik terhadap kehidupan manusia maupun dapat menyebabkan
peledakan.
Yang tergolong dalam gas beracun adalah:
1. Karbondioksida (CO2)
2. Karbon Monoksida (CO)
3. Hidrogen Sulfida (H2S)
4. Sulfur Dioksida (SO2)
5. Nitrogen Oksida (NOX)
1. Karbondioksida (CO2)
• Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api.
• Jika dihirup dalam Co tinggi, terasa asam dan mengengat di hidung dan tenggorokan.
• Tidak begitu reaktif
• Tidak mudah terbakar
• Mudah Menyublim

Dalam konsentrasi rendah, karbon dioksida sebenarnya tidak beracun. Namun saat seseorang
berada dalam ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik, konsentrasi gas ini akan terus mengalami
peningkatan. Sistem pernapasan manusia secara terus menerus akan mengubah oksigen atau O2,
menjadi gas karbon dioksida.
Tanpa ada sirkulasi udara yang baik, peningkatan konsentrasi karbon dioksida berarti juga
penurunan kadar oksigen yang dibutuhkan oleh sistem pernapasan manusia. Kemampuan untuk
bertahan dengan kadar oksigen yang terus menipis pada masing-masing orang tidak selalu sama. Banyak
faktor yang berpengaruh, termasuk kondisi kesehatan dan fungsi paru-parunya. Dapat dikatakan paparan
yang terjadi bersifat paparan akut.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka
timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong
keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek
batuk.

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya
menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri,
keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul apabila
udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar
keras terutama saat mengeluarkan napas.

Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada
alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat sensitif
untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir
dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun. Pada keadaan tersebut di atas merupakan
tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah
sakit/minta pertolongan dokter yang terdekat.
Apabila gas ini dihirup pada konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan rasa asam di mulut
dan juga dapat menyengat hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di
membran mukosa dan saliva yang membentuk asam karbonat yang lemah. Hal seperti ini juga dapat
dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah minum air karbonat (misalnya : air soda).

Gejala keracunan akibat CO2 diantaranya yaitu sakit kepala yang berat, lemah, telinga
berbunyi (tinnitus), mual, kesadaran menurun, tekanan darah tinggi, dan pernapasan cepat.
2. Karbon Monoksida (CO)
• Gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
• Sangat mudah terbakar
• Paparan nya mengakibatkan keracunan system syaraf pusat dan jantung
• Memiliki efek buruk terhadap wanita hamil
 Gejala dari keracunan ringan meliputi sakit kepala dan mula-mual

Karbon monoksida (CO) sendiri adalah gas beracun, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mengiritasi kulit dan mata, namun sangat berbahaya dan sangat beracun. Gas ini dihasilkan
dari pembakaran gas, minyak, petrol, bahan bakar padat atau kayu, kebakaran pada tambang
bawah tanah dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. CO dalam udara dapat dihirup dan
diserap dengan mudah ke dalam paru-paru.

Dibandingkan oksigen, CO lebih mudah berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah
merah, menyebabkan jaringan tubuh menjadi kekurangan oksigen. Gas ini mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap haemoglobin darah, sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara
akan segera bersenyawa dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan meracuni tubuh
lewat darah
Jalur paparan karbon monoksida melalui inhalasi, dimana biasanya dalam kondisi yang baik pula dengan dapat
terpapar. Karbon monoksida berikatan dengan Hb dan ikatan COHb lebih kuat dibanding dengan ikatan Hb dengan
Oksigen yaitu HbO. Yang akan terjadi sel mati karena kekurangan oksigen. Sifat nya reversibel karena jika CO habis masih
akan terbentuk Hb yang dapat berikatan dengan oksigen.

CO diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara reversible, membentuk karboksi-
hemoglobin (COHb). Selebihnya mengikat diri dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskular lain

CO bukan merupakan racun yang kumulatif. Ikatan Hb dengan CO bersifat reversible dan setelah Hb dilepaskan
oleh CO, sel darah merah tidak mengalami kerusakan. Absorbsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara
lingkungan (ambient air), kadar COHb sebelum pemaparan (kadar COHb inisial), lamanya pemaparan, dan ventilasi paru.
Bila orang yang telah mengabsorbsi CO dipindahkan ke udara bersih dan berada dalam keadaan istirahat, maka kadar
COHb semula akan berkurang 50% dalam waktu 4,5 jam.

Dalam waktu 6-8 jam darahnya tidak mengandung COHb lagi. Inhalasi oksigen mempercepat ekskresi CO
sehingga dalam waktu 30 menit kadar COHb telah berkurang setengahnya dari kadar semula. Umummya kadar COHb
akan berkurang 50% bila penderita CO akut dipindahkan ke udara bersih dan selanjutnya sisa COHb akan berkurang 8-
10% setiap jamnya. Hal ini penting untuk dapat mengerti mengapa kadar COHb dalam darah korban rendah atau negatif
pada saat diperiksa, sedangkan korban menunjukkan gejala dan atau kelainan histopatologis yang lazim ditemukan pada
keracunan CO akut.
3. Hidrogen Sulfida (H2S)
• Gas tidak berwarna
• Beracun
• Mudah terbakar
• Dapat meledak
• Larut dalam hidrokarbon
• Korosif
• Berbau seperti telur busuk
 Gejala keracunan H2S dapat menimbulkan iritasi mata, kehilangan rasa penciuman, iritasi system
pernafasan, dan pingsan.

Gas ini merupakan hasil dekomposisi dari senyawa belerang, dapat larut dalam air atau
hidrokarbon. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat dari udara sehingga gas H2S akan
cenderung terkumpul di tempat / daerah yang rendah. H2S bersifat korosif sehingga dapat
mengakibatkan karat pada peralatan logam.

Merupakan gas yang sangat beracun dengan ambang batas (TLV-TWA) sebesar 10 ppm pada
waktu selama 8 jam terdedah (exposed) dan untuk waktu singkat (TLV-STEL) adalah 15 ppm.
Walaupun gas H2S mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini akan dapat
rusak akibat reaksi gas H2S terhadap saraf penciuman
Berikut adalah efek H2S pada kesehatan :

0,13 ppm : bau minimal


4,60 ppm : mudah terdeteksi, bau sedang
10 ppm : mulai iritasi mata
27 ppm : bau tidak enak, sangat kuat, dapat ditoleransi
100 ppm : batuk, iritasi mata, kehilangan sensasi bau setelah paparan 2 - 5 menit ( IDLH )
200 - 300 ppm : radang mata conjunctivitis, iritasi saluran napas, setelah 1 jam paparan
500 - 700 ppm : hilang kesadaran, henti napas, kematian dalam 30 - 60 menit
1000 - 2000 ppm : hilang kesadaran dengan segera, henti napas dan kematian dalam beberapa
menit.
Bahaya Kesehatan Gas H2S

Konsentrasi rendah
Bisa mengiritasi mata, hidung, tenggorokan dan sistem pernapasan ( seperti mata perih dan
terbakar, batuk, dan sesak napas). Orang penderita asma bisa menjadi tambah berat penyakitnya.
Efek ini bisa tidak secara langsung dan baru terasa beberapa jam atau hari kemudian. Pemaparan
berulang ataupun jangka panjang dapat menimbulkan gejala : mata merah, sakit kepala, fatigue,
mudah marah, susah tidur, gangguan pencernaan, dan penurunan berat badan.

Konsentrasi Sedang
Bisa menyebabkan iritasi mata dan pernapasan yang berat( batuk, susah bernapas, penumpukkan
cairan di paru), sakit kepala, pusing, mual, muntah, mudah marah.

Konsentrasi Tinggi
Paparan dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan syok, kejang, tidak bisa bernapas, tidak
sadar, koma, dan akhirnya kematian. Efek lethal tersebut bisa dalam beberapa hirupan ataupun
hanya dalam 1 hirupan.
Pencegahan Terhadap Paparan Gas H2S

Sebelum tenaga kerja memasuki daerah yang dicurigai mengandung H2S :


- Udara harus di tes dulu dengan alat monitor udara yaitu alat hidrogen sulfide detector atau multi gas
meter oleh tenaga kerja yang memiliki kualifikasi.
- Jika gas terdeteksi oleh alat detektor, maka daerah tersebut harus di ventilasi untuk menghilangkan gas
H2S yang ada.
- Jika gas tersebut tidak bisa dihilangkan , tenaga kerja yang memasuki area tersebut, harus memakai PPE
respirator.

Gas H2S merupakan gas yang sangat beracun dan lebih mematikan dibandingkan dengan
KarbonMonoksida (CO), dan hampir sama beracunnya dengan Hidro Sianida (HCN)
Pada umumnya, proses masuknya gas H2S kedalam tubuh manusia melalui sistem saluran
pernapasan, sedangkan paparan gas H2S yang terserap melalui kulit sangat kecil. Masuknya gas H2S melalui
saluran pernapasan diakibatkan ukuran partikel dari gas H2S yang kecil sehingga dapat dengan mudah
masuk kedalam saluran pernapasan dimana gas H2S dapat diserap kedalam darah.
Ketika seseorang bernapas, udara yang dihirup masuk ke dalam paru-paru melalui mulut dan
/hidung. Jika udara yang dihirup ini mengandung H2S pada konsentrasi kurang dari 100 ppm, bau telur
busuk sudah dapat dideteksi, sedangkan konsentrasi di atas 100 ppm dapat melemahkan saraf
penciuman kita, lalu kita akan kehilangan daya penciuman.
Tidak terciumnya bau untuk memperingati kita akan adanya gas ini, tanpa disadari H2S telah
terhirup ke dalam paru-paru dan secara cepat mengalir ke dalam aliran darah.Untuk melindungi dirinya
sendiri, badan kita secepat mungkin akan beroksidasi atau memecah-belahkan H2S menjadi senyawa yang
tidak berbahaya.
Tetapi jika seseorang menghirup H2S terlampau banyak hingga tubuhnya tidak dapat meng-oksidasi
seluruh gas ini, H2S akan merambat dan berkembang di dalam aliran darahnya dan pekerja tersebut akan
keracunan. Keracunan ini dapat melumpuhkan saraf pusat di dalam otak yang mengontrol otot paru-
paru sehingga mengakibatkan paru-paru kita berhenti bekerja. Tidak bekerjanya paru-paru seketika
menyebabkan seseorang menjadi sesak napas.
Keberadaan zat asam lemah di dalam paru-paru dapat menyerang pembuluh darah, sehingga cairan
dari pembuluh darah akan keluar dari pembuluh darah menuju ke dalam jaringan-
jaringan sekelilingnya dan dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada paru-paru. Sehingga dapat
menyebabkan kesulitan bernapas.
Sedangkan, efek fisik gas H2S pada tingkat rendah dapat menyebabkan terjadinya gejala-
gejala sebagai berikut :
1. Mata seperti terbakar.
2. Sakit kepala atau pusing.
3. Badan terasa lesu.
4. Hilangnya kemampuan indera penciuman.
5. Rasa kering pada hidung, tenggorokan dan dada.
6. Batuk-batuk.
7. Kulit terasa perih
Penanganan Keracunan H2S

1. Penanganan pertama adalah memindahkan korban dari daerah terkontaminasi ke tempat dengan
udara segar.
2. Dalam kasus yang berat, perlu dilakukan intubasi, untuk menjamin kelancaran airway.
3. Pasang IV line.
4. Periksa kantung baju korban, karena bila uang coin berubah warna, merupakan suatu diagnosis.
5. Di UGD pemberian high flow oxygen 100% merupakan hal yang terpenting.
6. Jika ada hipotensi bisa diberikan obat vaso pressor.
7. Jika ada sesak napas, bisa diberikan bronchodilator.
8. Koreksi asidosis berdasarkan pemeriksaan arterial blood gas dan serum laktat.
9. Ada persamaan dengan penanganan keracunan Cyanida, yaitu induced methemoglobinemia.
10. Berikan 10 ml 3% Sodium Nitrit dalam 2 - 4 menit ( dewasa).
11. Check kadar methemobloginemia dalam 30 menit.
12. Bisa dirawat di ICU.
13. Jika korban tidak berespon dengan pengobatan nitrit IV atau punya gangguan syaraf, maka harus
dipertimbangkan pengobatan Hyperbaric Oxygen Therapy ( HBO)
4. Sulfur Dioksida (SO2)
Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau, dan tidak berwarna.
Sulfur sendiri terdapat dalam hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah,
batu bara, dan bijih-bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga, seng, timbal, dan besi

Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa terbakar. Merupakan gas racun
yag terjadi apabila ada senyawa belerang yang terbakar. Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat
membantu pada mata, hidung dan tenggorokan.

Harga ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terdedah
yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm. SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut dan
kronis. dalam bentuk gas, SO2 dapat mengganggu sistem pernapasan pada paparan yang tinggi (waktu
singkat) dan mempengaruhi fungsi paru-paru. SO2 menimbulkan efek iritasi saluran
nafas yaitu berupa gejala batuk dan sesak nafas (asma).
Berikut mekanisme SO2 dalam menyebabkan timbulnya beberapa penyakit :
1. Batuk

Batuk adalah refleks fisiologis yang biasa terjadi pada saluran pernapasan. Batuk dapat ditimbulkan
oleh gas SO2 dari mekanisme berikut :

- SO2 terhirup masuk ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan rangsangan pada selaput
lendir pernapasan yang terletak di tenggorokan dan cabang-cabang tenggorokan.
- SO2 akan terakumulasi menimbulkan radang jalan pernapasan pada bronchitis dan pharingitis.
- Dalam beberapa waktu, akan terjadi penyumbatan jalan pernapasan pada bronchitis, dan pertusis oleh
lendir hasil iritasi dari gas SO2.
- Maka terjadilah pengeluaran napas secara tiba-tiba dengan kekuatan besar, otot dalam dinding perut dan
sekat rongga badan ditekan dengan tiba-tiba ke atas, sehingga angin yang dikeluarkan menggetarkan
selaput suara, maka terjadilah batuk.
2. Asma
Jika sulfur terhirup oleh manusia maka akan terjadi pengikatan SO2 di dalam paru-
paru yang akan menyebabkan batuk kemudian jika terlalu sering maka akan menyebabkan
asma.
Tahapan-tahapan terjadinya asma,
- SO2 masuk ke dalam saluran pernafasan (hidung-tenggorokan-bronkus-bronkeolus-
alveolus)
- kemudian mulai menimbulkan iritasi dan kenaikan sekresi mucus.
- Orang yang mempunyai pernapasan lemah sangat peka terhadap kandungan SO2 yang
tinggi diatmosfer.
- Dengan konsentrasi 500 ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia.
- Mulanya hanya timbul gejala batuk, namun batuk juga merupakan suatu penyakit yang
dapat menyebabkan gejala yang serius di dalam paru-paru. Apabila peyakit itu sudah
memuncak, akan timbul serangan batuk yang berulang-ulang.
- Hal ini akan menimbulkan penyumbatan saluran nafas yang lebih parah sehinggatarikan
napas panjang dan dalam, dengan disertai bunyi yang melengking. Dada akan terasa
sesak dan penderita akan sulit bernafas. Penyakit asma yang disebabkan oleh gas
beracun umumnya berpotensi kematian.
5. Nitrogen Oksida (NOX)

Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri
dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen
lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara.
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya
nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara
dalam jumlah lebih besar daripada nitrogen dioksida.

Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’, namun pada keadaan tekanan
tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang sangat beracun

Nitrogen dioksida merupakan polutan udara yang dihasilkan pada proses pembakaran. Pada
sangat konsentrasi tinggi, dimana mungkin hanya dialami pada kecelakaan industri yang fatal, paparan
NO2 dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru yang berat dan cepat.
Pada konsentrasi tinggi, saluran udara akan menyebabkan peradangan yang akut. Ditambah
lagi, penyebaran dalam waktu-singkat berpengaruh terhadap peningkatan resiko infeksi saluran
pernapasan.
Berikut adalah beberapa bahaya atau dampak paparan nitrogen oksida (NOx) pada manusia yaitu:
- Keracunan akut/infeksi saluran pernafasan
- Lemah, sesak nafas, batuk menimbulkan gangguan pada jaringan paru-paru
- Dapat menyebabkan asma

Perjalanan Toksin Udara Nitrogen Dioksida (NO2) Masuk dalam tubuh.

Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap pencemaran gas ini. Dalam konsentrasi
tinggi NO2 dapat membahayakan, umumnya dalam jangka waktu berada di tempat yang tidak terlindung
hanya menyebabkan batuk-batuk, kelelahan dan mual-mual ringan. NO2 merupakan uap yang iritan yang
menyerang selaput lendir pernapasan bagian atas.
Iritasi selaput lendir menimbulkan sakit pada kelopak mata (conjunctiva) (Saputra, 2009). Efek
lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membrane mukosa saluran pernapasan atas.
Konsentrasi uap NO2 yang tinggi dapat membahayakan, rasa sakit dan mencekik
(choking ), sewaktu-waktu terjadi refleks pernafasan dan kekejangankatup pangkal tenggorok
( glottis), pengerutan cabang paru-paru yang mendorong
terjadinya pingsan karena tidak bernafas. Kekejangan yang hebat atau edema pangkal
tenggorok dapat mengakibatkan kematian.

Jika keracunan tidak fatal, masa kesembuhannya biasanya lambat dan sering
mendapat komplikasi seperti kelemahan umum (asthenia), serangan asma,
bronkhitis kronis yang kadang-kadang menjalar febrosis paru-paru danemphysema (sel-sel
jaringan terisi udara) dan kerja jantung tidak teratur.

Apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi
korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit, terhadap alat pernafasan,
Efek lain (terhadap darah) kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan
darah.
Crekuensi pajanan NO2 konsentrasi tinggi dapat menurunkan fungsi paru-paru
khususnya pada anak-anak. Hal ini dapat menurunkan pertahanan terhadap penyakit paru-
paru, agen bronchocon strictive dan penyebab iritasi lainnya. NO2 juga meningkatkan resiko
untuk gangguan kelahiran, termasuk berat lahir rendah, prematuritas, gangguan
pertumbuhan intra-uterus, cacat lahir, dan kelahiran mati
Pencegahan

- Perawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.


- Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala
- Memasangfilter pada knalpot.
- Mengganti peralatan yang rusak.
- Memasangscruber pada cerobong asap.
- Memodifikasi pada proses pembakaran.
Penanggulangan usaha Preventif (sebelum pencemaran)

- Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan.


- Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (P4H) di sekolah dan masyarakat.
- Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi industri atau usaha
yang menghasilkan limbah.
- Tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
- Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC dan membatasi penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari
- Tidak merokok di dalam ruangan.
- Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
- Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.
- Ikut memelihara taman kota dan pohon pelindung.
- Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara sembarangan.
- Mengurangi penggunaan zat aerosol dalam penyemprotan ruang.
- Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC.
- Mendaur ulang freon dari mobil yang berAC.
- Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC.
- Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan Exhaust-fan.
Usaha kuratif (sesudah pencemaran)

- Bila terjadi korban keracunan, maka berikan pengobatan atau pernafasaan buatan.
- Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
- Menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaranlingkungan.
- Kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansi, untuk membersihkanlingkungan
dari polutan.
- Melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir sebagai tempat pabrik daur ulang
- Menggunakan penyaring pada cerobong kilang minyak atau pabrik yangmenghasilk
an asap penyebab pencemaran udara.

Anda mungkin juga menyukai