Anda di halaman 1dari 8

Kegawat daruratan pada keracunan karbon monoksida

(CO)

Mahasiswa :

OLEH :

1. Nita Damayanti (2114201119 )


2. Samsul ( 21142011220
3. Yogi wibowo (2114201118)

Kelas Transfer
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2022

1. pengertian

Keracunan karbon monoksida adalah kondisi ketika seseorang mengalami


keracunan akibat terlalu banyak menghirup karbon monoksida. Gas beracun yang
sering terinhalasi ada karbonmonoksida. Disamping sejumlah zat inhalasi dari uap
yang berlebihan ada banyak peningkatan jumlah orang yang menderita akibat
keracunan karbonmonoksida sehubungan dengan kesalahan pemakaian gas di rumah (
skeet, muriel, 1993)

Karbon monoksida (CO) sendiri merupakan gas beracun yang tidak berwarna,
tidak berbau, tidak mengiritasi kulit dan mata, tetapi sangat berbahaya untuk
kesehatan. Gas ini dihasilkan dari pembakaran gas, minyak, petrol, bahan bakar padat,
atau kayu. CO dalam udara dapat dihirup dan diserap dengan mudah ke dalam paru-
paru. Dibandingkan oksigen, CO lebih mudah berikatan dengan hemoglobin di dalam
sel darah merah sehingga menyebabkan jaringan tubuh menjadi kekurangan oksigen.

2. tanda dan gejala keracunan karbon monoksida / manifestasi klinis

Gejala-gejala yang umum dari keracunan CO sering kali mirip dengan penyakit lain,
seperti:

 sakit kepala,

 mual,

 pusing,

 kesulitan berkonsentrasi,

 penurunan tingkat kesadaran,

 nyeri pada dada,

 sesak napas, serta

 mata buram.
Tandan gejala saturasi darah oleh karbon monoksida adalah sbb:

 Konsentreasi co kurang dari 20 % tidak ada gejala

 Konsentrasi co dalam darah 20% gajala nafas menjadi sesak

 Konsentrasi co dalam darah 30 % gejala sakit kepala, lemas, mual, nadi dan
pernafasan meningkat

 Konsentrasi co dalam darah 30 sampe 40 % gejala sakit kepala berat,


kebingungan hilang daya ingat, lmeah, hilang daya koordinasi gerakan

 Konsentrasi co dalam darah 40-50% gejala kebingunan, makin meningkat dan


setengah sadar

 Konsentrasi co dalam darah 60-70% gejala tidak sadar, kehilangan daya


mengontrol feses dan urine

 Konsentrasi co dalam darah 70-80% gejala koma, nadi menjadi tidak teratur ,
hingga kematian karna kegagalan pernapasan

Gejala lainnya termasuk rasa kantuk, pingsan, dan koma. Jika seseorang mengalami
keracunan karbon monoksida akut, kemungkinan akan terjadi kerusakan otak
permanen atau bahkan dapat berujung pada kematian.

Kematian yang terjadi akibat keracunan CO biasanya tidak disadari, sebab pasien
dapat sewaktu-waktu meninggal saat tidur atau mabuk tanpa gejala apa pun.

Karbon monoksida diproduksi saat bahan bakar tidak terbakar dengan sempurna. Sumber emisi
karbon monoksida utamanya berasal dari:

 tungku pembakaran,

 asap kendaraan bermotor,

 kompor kayu,

 pemanas yang menggunakan kerosene, serta

 gas yang bocor.

Berbagai peralatan dan mesin pembakaran bahan bakar dapat menghasilkan karbon monoksida.
Jumlah karbon monoksida yang dihasilkan oleh sumber-sumber ini biasanya tidak perlu
dikhawatirkan.
Namun, jika digunakan di ruang tertutup atau tertutup sebagian, misalnya saat Anda memanggang
arang di dalam ruangan, CO dapat meningkat ke taraf yang berbahaya.

Tubuh Anda lebih mudah menyerap karbon dioksida dibanding oksigen, terlebih saat kadar
karbon dioksida di udara sangat tinggi. Hal ini dapat mempercepat terjadinya keracunan karbon
monoksida.

Dikutip dari Mayo Clinic, paparan karbon monoksida dapat menjadi bahaya untuk kelompok
berikut ini.

 Janin. Sel darah janin menyerap karbon monoksida lebih mudah daripada sel darah orang
dewasa. Hal ini membuat janin lebih rentan terhadap risiko keracunan karbon monoksida.

 Anak-anak. Anak-anak keci lebih sering daripada orang dewasa, yang membuat mereka lebih
rentan keracunan karbon monoksida.

 Lansia. Orang lanjut usia yang mengalami keracunan karbon monoksida lebih rentan
mengalami kerusakan otak.

 Pengidap penyakit kronis. Pengidap penyakit jantung, anemia, dan masalah pernapasan juga
cenderung sakit jika terpapar atau keracunan CO.

Pencegahan Keracunan Karbon Monoksida

Untuk mencegah keracunan karbon monoksida, lakukanlah beberapa upaya pencegahan berikut
ini:

 Hindari berada di dalam mobil tidak bergerak yang tertutup rapat dengan mesin menyala.
 Jangan membakar atau memanggang apa pun di dalam ruangan tertutup.
 Jangan menyalakan mesin mobil di dalam garasi untuk waktu yang lama meski pintu
garasi terbuka.
 Hindari berenang atau berada dekat jet ski atau kapal dengan mesin yang menyala.
 Hindari duduk dalam waktu lama dekat alat pemanas yang menggunakan bahan bakar
gas, minyak tanah, atau kayu bakar.
 Pasang ventilasi yang cukup pada ruangan, terutama ketika ada alat seperti water heater.
 Pasang alat pendeteksi karbon monoksida di area yang rentan terjadi kebocoran karbon
monoksida.
 Lakukan pemeriksaan pada semua alat pemanas atau yang menggunakan bahan bakar
secara berkala, untuk memastikan semua alat tersebut dalam kondisi baik.
 Letakkan dan pasang generator portabel atau genset di luar rumah, atau di ruangan yang
memiliki ventilasi cukup dan jauh dari rumah.
3. penanganan ( pengobatan ) keracunan karbon monoksida

Pemberian oksigen 100% dilanjutkan sampai pasien tidak menujukan gejala dan tanda
keracunan kadar hbCO turun di bawah 10 %. pasien yang mengalami gangguan jantung dan
paruh sebaiknya kadar hbCO dibawah 2%. lamanya durasi pemberian oksigen berdasarkan
waktu paruh HBCO dengan pemberian oksigen 1005 yaitu 30-90 menit.

Pertimbangkan segera untuk merujuk pasien ke unit terapi oksigen hiperbarik jika kadar
HBCO diatas 40 % atau adanya ganggun kardiovaskuler dan neurologis. Apabila pasien tidak
membaik dalam 4 jam setelah pemberian oksigen dengan tekanan normobark, sebaiknya
dikirim ke unit hiperbarik. Edema serebri memerlukan monitoring tekana intra cranial dan
tekanan darah yang ketat. Elevasi kepala, pemberian manitor, dan pemberian hiperventilasi
sampai kadar PCO2 mencapai 28-30 mmhg, dapat dilakukan bila tidak tersedia alat dan
tenaga untuk memonitor TIK. Pada umumnya asidosis akan membaik dengan pemberian
terapi oksigen.

pengobatan yang dilakukan dilakukan berdasarkan gejala, seberapa parah kondisi, dan
status kesehatan pengidap. Berikut ini beberapa langkah pengobatan yang umum dilakukan:

a) Terapi oksigen standar

Terapi oksigen standar dilakukan saat seseorang terpapar karbon monoksida tingkat tinggi, atau
memiliki gejala yang menunjukkan keracunan. Pasien akan diberi oksigen 100 persen melalui masker.
Menghirup oksigen pekat memungkinkan tubuh mengganti karboksihemoglobin dengan cepat.

b). Terapi oksigen hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) membanjiri tubuh dengan oksigen murni, membantunya
mengatasi kekurangan oksigen yang disebabkan oleh keracunan. Prosedur ini direkomendasikan jika
paparan karbon monoksida diduga memicu terjadinya kerusakan saraf.

Pengobatan Keracunan Karbon Monoksida

Keracunan karbon monoksida akan ditangani dengan pemberian terapi oksigen. Tujuannya adalah
untuk membantu meningkatkan kadar oksigen ke organ dan jaringan tubuh. Dalam terapi oksigen,
pasien akan diberikan oksigen melalui masker oksigen, atau dengan ventilator jika pasien tidak dapat
bernapas sendiri. Terapi ini bisa dilakukan hingga kadar carboxyhemoglobin di dalam turun hingga di
bawah 10%.

Sementara bagi pasien yang sedang hamil, pasien yang didiagnosis menderita keracunan karbon
monoksida parah, pasien yang diduga mengalami kerusakan saraf, atau pasien dengan iskemia jantung,
dokter akan memberikan terapi oksigen hiperbarik (TOHB). TOHB merupakan terapi yang dilakukan
dalam suatu kamar (chamber) yang diisi dengan 100% oksigen dengan tekanan lebih tinggi daripada
tekanan di ruangan biasa. TOHB berguna untuk mencegah kerusakan jaringan jantung dan otak.

Komplikasi Keracunan Karbon Monoksida

Sekitar 10–15% penderita keracunan karbon monoksida bisa mengalami komplikasi jangka
panjang. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi meliputi:

 Kerusakan otak
Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan penglihatan atau pendengaran, gangguan
memori dan konsentrasi, serta memicu penyakit Parkinson.
 Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner membuat pembuluh darah koroner tersumbat dan dapat
mengakibatkan serangan jantung.
 Gangguan pada janin
Keracunan karbon monoksida pada ibu hamil dapat berakibat ke janin yang
dikandungnya, misalnya bayi lahir dengan berat badan rendah, keguguran, atau
bahkan meninggal di dalam rahim.

4. patofisiologi

Akibat afinitas CO terhadap Hb lebih besar dari oksigen,, akibatnya kadar oksigen yang
dibawa oleh hemoglobin dalam darah berkurang, sehingga kadar oksigen dalam jaringan pun
berkurang. Namun keracunan CO bukan hanya terbatas pada keadaan hipoksia. Tetapi juga
perpengaruh pada organ tergt lainnya, seperti jantung dan paru. Keracunan pada organ terget
semata mata bukan karena ikatan CO dengan hemoglobin, tetapi dengan mioglobin, sitokrom,
oksidase atau sitokrom p450.

Inaktivasi sitokrom oksidase merupakan salah satu bagian awal dari keracunan CO pada otak
yang menghasilkan iskemia pada kerusakan perfusi endotel. Selama masa pemulihan dari fase
awal keracunan CO, leukosit ditarik untuk melekat pada pembuluh darah kecil otak, yang rusak.
Penarikan leukosit ini akan dihubungkan denga perunahan endotel yang bermula dari
disfungdional dari sitokrom oksidase, yang dimediasi oleh nitric oxcidebebas. CO menggantikan
nitric oxide trombosit menjadi peroxynitrites yang lebih kuat dari inaktivator sitokrom oksidase.
Seperti diketahui nitirc oxode berpengaruh terhadap kerusakan endotel. Setelah leukosit
menempel pada endotel yang rusak, mereka melepaskan protease yg mengubahxanthine
dehidrogenase menjadi xanthine axidase, sebuah enzim yang menginduksi pembentukan oksigen
radikal bebas. Hasil terakhir ini adalah peroksidase lemak dari otak. Selain itu neuronal akibat
keracunan CO karena pengingkatan glutamat yang merupakan asam amino aktifator. Glutamat
dapat berkaitan pada n-methyl- d-aspartate( NMDA), reseptor yang menyebabkan pelepasan
kalsium intraseluler yang menyebabkan kematin sel tersebut.

Afinitas CO 60 kali lebih besar daipada oksigen pada mioglobin. Penelitian pada hewan
menunjukan kombinasi dari COHB dengan mioglobin pada jantung mengakibatkan kadar oksigen
berkurang dan hal ini menimbulkan preteminal disaritmia. Penelitian pada sukarelawan
menunjukan hal yang sama seperti pada penelitian pda hewan percobaan . keracunan CO dapat
menimbulakn hipotensi. Hal ini disebabkan CO merupakan neural messenger yg mengaktifkan
guanilat siklase, sehingga terjadi relaksasi otot polos pembuluh darah yang menimbulkan
vasodilatasi. Hal ini dapat mengakibatkan gejala sinkpop atau, hilangnya kesadaran yang menjadi
tanda serius pada keracunan CO.

5. Pemeriksaan penujang

a) Pemeriksaan darah lengkap, glukosa, ureum, kreatinin, elektrolit, Analisa gas Darah dengan
kadar COHB, ekg 12 lead
b) Pemeriksaan ro thorax sesuai kondisi pasien pada cidera inhalasi yang berat, aspirasi paru,
bronkopneumonia, dan edema paru
c) Bisa dilanjutkan dengan ct kepala kntras, atau MRI jika diperlukan

6. Diagnosa

a) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara
tidak normal
b) Resiko pola nafas tidak efektif berhungan dengan efek langsung toksisitas CO proses
inflamasi
c) Koping individu tidak efektif berhungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam
keterampilan koping menangani masalah pribadi

7. Algoritma
DAFTAR PUSTAKA

Skeet, Mauriel.1993.Tindakan Paramedis terhadap Kegawatan dan Pertolongan


Pertama.EGC:Jakarta

Arief, dkk (2000).Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2.Medika


Aesculapius:Jakarta.

Rasat, Sjofjan. 1991.Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Djambatan:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai