Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Karbon monoksida

Pengertian Karbon monoksida Karbon monoksida adalah/ Karbon monoksida yaitu/


Karbon monoksida merupakan/ yang dimaksud Karbon monoksida/ arti Karbon
monoksida/ definisi Karbon monoksida.

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Secara alami gas CO yang dihasilkan dan masuk atmosfer lebih sedikit dibanding
dengan yang dihasilkan manusia. Dari kegiatan manusia, CO diproduksi dari proses
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan yang mengandung karbon. Reaksi-reaksi
yang menghasilkan gas karbon monoksida antara lain sebagai berikut.
a. Reaksi pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa-senyawa karbon
lainnya.
2C + O2 +2CO
b. Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon yang terjadi pada tanur pembakar.
2CO2 + C + 2CO
c. Reaksi penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi.
2CO2 + 2CO + O2
Di atmosfer, gas karbon monoksida (CO) ditemukan dalam jumlah sedikit, yaitu sekitar
0,1 ppm. Namun, di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat, konsentrasi gas
CO dapat mencapai 10-15 ppm. Gas CO yang tertiup dapat bereaksi dengan
hemoglobin pada sel darah merah sehingga menghalangi pengangkutan oksigen yang
sangat dibutuhkan tubuh. Hal ini disebabkan hemoglobin lebih mudah mengikat CO bila
dibanding O2. Reaksi antara CO dan hemoglobin menghasilkan karboksihemoglobin
(COHb). Akibatnya, fungsi Hb sebagai alat pengangkut oksigen terganggu sehingga
tubuh kekurangan oksigen. Efek yang ditimbulkan, di antaranya adalah pusing, sakit
kepala, rasa mual, ketidaksadaran (pingsan), kerusakan otak, dan kematian.
Itulah yang dimaksud karbon monoksida, sekarang anda sudah tahu kan apa yang
dimasud karbon monoksida itu.
http://www.temukanpengertian.com/2015/05/pengertian-karbon-monoksida.html?m=0
Keracunan yang Disebabkan Gas Karbon Monoksida

10 Juni 2005 | 09:00 WIB (Umum)

Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak mengiritasi
dan tidak berbau.Gas ini dihasilkan melalui pembakaran gas, minyak, petrol, bahan bakar
padat atau kayu. Terbentuknya gas CO berasal dari kebakaran, tungku, pemanas, oven dan mesin
Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan pada darah. Batas pemaparan
karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA (Occupational Safety and Health
Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8 jam/hari kerja.Kadar yang dianggap langsung
berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%).Paparan dari 1000 ppm
(0,1%) selama beberapa menit dapat menyebabkan 50 % kejenuhan dari karboksi hemoglobin
dan dapat berakibat fatal. Banyak pembakaran yang menggunakan bahan bakar seperti alat
pemanas dengan menggunakan kerosen (minyak tanah), gas, kayu dan charcoal yaitu kompor,
pemanas air,alat pembuangan hasil pembakaran dan lain - lain yang dapat menghasilkan karbon
monoksida. Pada daerah yang macet tingkat bahayanya cukup tinggi terhadap kasus keracunan.
Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya dan biasanya disebut dengan "silent
killer". Asap rokok juga mengandung gas karbon monoksida, pada orang dewasa yang tidak
merokok biasanya terbentuk karboksi hemoglobin tidak lebih dari 1 % tetapi pada perokok yang
berat biasanya lebih tinggi yaitu 5 - 10 %. Pada wanita hamil yang merokok, kemungkinan dapat
membahayakan janinnya. Sering kita mendengar terjadi kematian didalam mobil dan ini
disebabkan ventilasi yang kurang baik sehingga pembuangan asap yang bocor masuk kedalam
mobil dan perlahan - lahan terhirup oleh orang yang berada didalam mobil tersebut. Bahaya
karbon monoksida dapat juga terjadi di dalam garasi yang tertutup kira - kira 10 menit. untuk
mencegah terjadinya keracunan, maka semua pintu dan jendela garasi harus terbuka bila mesin
mobil sedang dihidupkan.

Gejala gejala Keracunan


Keracunan karbon monoksida sukar didiagnosa karena gejalanya mirip dengan sakit flu yaitu
didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, lelah, lesi pada kulit, berkeringat banyak,pyrexia,
pernapasan meningkat, mental dullness dan konfusion, gangguan penglihatan, konvulsi,
hipotensi, takikardia, myocardinal, ischamea. Kemungkinan dapat terjadi kematian akibat sukar
bernafas dan udem paru - paru. Kematian terhadap kasus keracunan karbon monoksida
disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular hypoxia). Sel darah merah
tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda
untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap
karbon monoksida dari pada oksigen. Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan
cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan terbentuk dengan
hemoglobin (Hb) dalam darah dan akan terbentuk karboksi haemoglobin sehingga oksigen tidak
dapat terbawa. ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari
oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas selular lainnya yaitu dengan mengganggu
fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Gejala - gejala
klinis dari dari saturasi darah oleh karbon monoksida dapat dilihat pada tabel berikut.

Konsentrasi CO dalam
Gejala Gejala
darah
Kurang dari 20% Tidak ada gejala
20% Nafas menjadi sesak
30% Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernapasan meningkat sedikit
Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang
30% - 40%
daya koordinasi gerakan
40% - 50% Kebingungan makin meningkat, setengah sadar
60% - 70% Tidak sadar, kehilangan daya mengkontrol faeces dan urin
Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan
70% - 80%
pernapasan

Pertolongan pertama
Bila terjadi keracunan karbon monoksida, maka untuk pertolongan pertama adalah menjauhkan
korban dari sumber karbon monoksida dan memberikan oksigen murni. Korban harus
diistirahatkan dan diusahakan tenang. Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya
kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang. (Dra. Yuniar
Marpaung)

http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/76/Keracunan-yang-Disebabkan-Gas-Karbon-
Monoksida.html

Bahaya gas karbon monoksida bagi manusia dan Tips pencegahan


keracunan

admin December 6, 2012 Kesehatan 3 Comments 36,262 Views


Gas karbon monoksida

Karbon monoksida adalah gas yang terdiri dari satu atom karbon (C) dan satu atom oksigen (O).
Gas ini tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak mengiritasi. Namun karbon
monoksida ini mudah terbakar dan sangat beracun apabila terhirup oleh manusia dan memasuki
sistem peredaran darah. Karbon monoksida terjadi akibat proses pembakaran yang tidak
sempurna akibat kurangnya oksigen. Hal ini bisa terjadi pada kendaraan bermotor, alat pemanas,

tungku kayu, bahkan asap rokok.

Bahaya gas karbon monoksida

Gas karbon monoksida (CO) yang masuk dalam sistem peredaran darah akan menggantikan
posisi oksigen dalam berikatan dengan hemoglobin (Hb) dalam darah. Gas CO akhirnya mudah
masuk ke dalam jantung, otak dan organ vital penunjang kehidupan manusia lainnya. Gas ini
sifatnya sangat beracun bagi tubu manusia, sehingga akibatnya bisa fatal. Ikatan CO dan Hb
dalam darah akan membentuk karboksi haemoglobin. Ini menyebabkan dua hal:

1. Oksigen akan kalah bersaing dengan karbon monoksida sehingga kadar oksigen dalam darah
manusia akan menurun drastis. Seperti yang kita tahu, oksigen diperlukan dalam proses
metabolisme tubuh sel, jaringan dan organ dalam tubuh manusia. Dengan keberadaan CO di
dalam darah, maka akan menghambat metabolisme tubuh manusia.
2. Gas CO akan menghambat terjadinya proses respirasi atau oksidasi sitokrom. Hal ini akan
mengakibatkan pembentukan energi tidak maksimal. Karbon monoksida akan berikatan
langsung dengan sel otot jantung dan sel tulang. Akibatnya terjadi keracunan CO pada sel
tersebut dan merembet pada sistem saraf manusia.

Jika seseorang mengalami paparan CO 1.000 ppm selama beberapa menit akan menimbulkan
kejenuhan karboksi haemoglobin. Orang tersebut akan bekurang kesadarannya atau pingsan.
Sedangkan jika ditambah beberapa menit lagi maka dapat mengakibatkan kematian.

Gejala keracunan gas karbon monoksida

Paparan karbon monoksida dalam jumlah besar akan menimbulkan gejala seperti keracunan,
yakni sakit kepala, rasa mual dan muntah. Gejala ini akan bertambah dengan rasa lelah,
mengeluarkan keringat cukup banyak, pola pernafasan menjadi cepat dan pendek, adanya rasa
gugup dan berkurangnya fungsi penglihatan. Puncak dari gejala ini adalah berkurangnya
kesadaran bahkan hingga pingsan yang sebelumnya ditandai dengan sakit dada yang sangat
mendadak. Jika terjadi nyeri dada, maka CO sudah berada di jantung. Banyak kasus kematian
akibat keracunan karbon monoksida ini terjadi karena kesulitan bernafas dan edema paru yang
disebabkan adanya kekurangan oksigen pada level sel, dimana sel tidak mendapatkan cukup
oksigen dari darah karena justru mengikat gas CO.

Pertolongan pertama pada korban keracunan karbon monoksida

Jika ada seseorang yang mengalami keracunan karbon monoksida, maka pertolongan pertama
yang bisa dilakukan adalah membawa korban ke tempat terbuka, bisa diusahakan yang terbuka
dan hijau dan jauh dari sumber karbon monoksida. Longgarkan pakaian korban supaya lebih
mudah bernafas. Jika memiliki oksigen murni, bisa diberikan kepada korban sebagai pertolongan
untuk dihidurp. Pastikan korban keracunan masih bernafas dengan menyentuh hidung, denyut
jantung dan nadi. Setelah korban siuman, pastikan dalam keadaan tenang karena jika korban
terlalu banyak bergerak maka kebutuhan oksigen akan meningkat dan ia akan pingsan kembali.
Setelah itu segera bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Tips pencegahan keracunan karbon monoksida

Setelah sebelumnya kita telah membahas mengenai bahaya karbon monoksida (CO) bagi
manusia, maka sekarang kita akan membahas tentang pihak yang beresiko keracunan karbon
monoksida dan tips pencegahannya. Salah satu pekerjaan yang paling beresiko tinggi keracunan
karbon monoksida adalah pemadam kebakaran. Pemadam kebakaran selalu berhubungan dengan
asap dan pembakaran yang pada umumnya tidak sempurna. Selain itu ada pula tukang cat yang
menggunakan cat dengan bahan dasar metilin klorida dapat teracuni oleh zat tersebut karena
dapat berubah menjadi CO dalam peradaran darah. Perokok adalah termasuk dari sekian banyak
orang yang sangat beresiko terpapar karbon monoksida. Asap pembakaran tembakau pada
umumnya tidak sempurna sehingga banyak mengandung CO.

Tips mencegah keracunan karbon monoksida

Memang sangat sulit untuk mencegah secara penuh masuknya karbon monoksida dalam tubuh.
Hal ini dikarenakan sifat gas CO ini yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak menyebabkan
gejala apa-apa pada paru-paru pada awalnya. Namun sebenarnya gas CO bisa diminimalisir,
supaya tidak terjadi keracunan pada orang di sekitar kita. Yakni caranya adalah dengan
memeriksa secara berkala semua saluran yang berhubungan dengan pembakaran dimana
ventilasi harus menghadap keluar rumah dan tidak tersumbat. Saluran ini seperti mesin pemanas
air, genset dan lain-lain. Selain itu, untuk anda yang memiliki mobil, anda harus memeriksa
sistem AC mobil anda dan mewaspadai kemungkinan kebocoran. Hindari juga menyalakan
mobil di dalam garasi yang tertutup rapat.

Sekilas tentang kematian akibat keracunan karbon monoksida


Kematian yang terjadi akibat keracunan gas CO adalah semacam kematian yang tidak disadari.
Gejala keracunan karbon monoksida juga dianggap menyenangkan karena korban merasa
rileks dan berhalusinasi, mirip seperti penggunaan narkoba. Korban keracunan ini sangat jarang
bisa menyelamatkan diri dari kondisi yang penuh dengan gas CO. Bahkan kematian yang
diakibatkan oleh keracunan gas CO dianggap sebagai mati indah karena gejala-gejalanya yang
seperti disebut diatas. Seperti yang pernah disebutkan dalam artikel sebelumnya, gas CO adalah
kompetitor dari Hemoglobin Oksida (HbO) yang mengikat oksigen. Saat gas CO dihirup
berlebihan, maka gas tersebut akan terikat kuat dengan hemoglobin dan menghalangi ikatan
hemoglobin dengan oksigen. Inilah awal dari keracunan karbon monoksida.

Jika karbon monoksida menghalangi sel ikatan hemoglobin dan oksigen, maka oksigen tidak bisa
masuk dalam darah. Akibatnya sel tubuh tidak mendapatkan oksigen. Sel otak adalah sel tubuh
yang akan berhenti bekerja jika tidak mendapat oksigen dalam delapan menit. Akibat dari
berhentinya otak adalah berhentinya beberapa organ tubuh disamping karena ketiadaan oksigen.
Hal inilah yang disebut dengan keracunan karbon monoksida. Otak yang perlahan-lahan berhenti
bekerja akan menimbulkan efek seperti rileks dan berhalusinasi. Inilah sebabnya banyak yang
tidak bisa selamat dari keracunan karbon monoksida. (iwan)

http://ridwanaz.com/kesehatan/bahaya-gas-karbon-monoksida-bagi-manusia/

http://ridwanaz.com/kesehatan/bahaya-gas-karbon-monoksida-bagi-manusia/
arbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-pari akan ikut peredaran darah dan

akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena

gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah (hemoglobin) :

Hemoglobin + CO > COHb (Karboksihemoglobin)

Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada ikatan

oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah

menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.

https://putraprabu.wordpress.com/2008/12/29/dampak-karbon-monoksida-co-terhadap-kesehatan/

Pengertian, Penyebab, dan Gejala Sick Building Syndrome

Istilah sindrom gedung sakit (Sick Building Syndrome) pertama dikenalkan oleh para ahli di
negara Skandinavia di awal tahun 1980-an. Istilah SBS dikenal juga dengan TBS (Tight Building
Syndrome) atau Nonspecific Building-Related Symptoms (BRS), karena sindrom ini umumnya
dijumpai dalam ruangan gedung-gedung pencakar langit (Dickerson and Zenz, 1988).

Menurut Sunu (2001), polutan udara dapat menjadi sumber penyakit virus, bakteri dan beberapa
jenis cacing. Dampak yang diakibatkan oleh polutan udara yang buruk dapat mengakibatkan
seseorang menjadi alergi yang selanjutnya menjadi pintu masuk bagi bakteri yang dapat
berpotensi terjadinya infeksi. Gangguan-gangguan tidak spesifik tetapi khas yang diderita
individu atau manusia selama berada di dalam gedung tertentu dikenal dengan istilah Sick
Building Syndrome (SBS).

Berdasarkan penelitian NIOSH pada kurun waktu tahun 1978 s/d 1988, diperoleh hasil adanya
karakteristik kualitas udara yang buruk pada gedung-gedung. Selanjutnya EPA mendefinisikan
syndrome gedung sakit merupakan istilah untuk menguraikan situasi dimana penghuni gedung
atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akut dan efek timbul saat berada dalam
bangunan, tetapi tidak ada penyebab yang spesifik.

Istilah Sick Building Syndrome (SBS) menurut Aditama (2002), mempunyai maksud yaitu:
1. Kumpulan gejala (sindroma) yang dikeluhkan seseorang atau sekelompok orang meliputi
perasaan-perasaan tidak spesifik yang mengganggu kesehatan berkaitan dengan kondisi gedung
tertentu, dan
2. Kondisi gedung tertentu berkaitan dengan keluhan atau gangguan kesehatan tidak spesifik yang
dialami penghuninya, sehingga dikatakan gedung yang sakit.

Menurut Hedge (2003), SBS merupakan kategori penyakit umum yang berkaitan dengan
beberapa aspek fisik sebuah gedung dan selalu berhubungan dengan sistem ventilasi. Sementara
menurut Soemirat, SBS merupakan gejala-gejala gangguan kesehatan, umumnya berkaitan
dengan saluran pernafasan. Sekumpulan gejala ini dihadapi oleh orang yang bekerja di gedung
atau di rumah yang ventilasinya tidak direncanakan dengan baik. Kita mengenal salah satu
peraturan yang mengatur kondisi kualitas udara ini, terkait dengan kualitas udara rumah sakit,
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang kesehatan
lingkungan rumah sakit.

Gejala Sick Building Syndrome


Menurut Achmadi, seseorang dinyatakan menderita Sick Building Syndrome jika memiliki
keluhan sekumpulan gejala seperti lesu, hidung tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala,
mata gatal-gatal, mata pedih, mata kering, pilek-pilek, mata tegang, pegal-pegal, sakit leher atau
punggung, dalam kurun waktu bersamaan. Untuk menegakkan Sick Building Syndrome maka
berbagai keluhan tersebut harus dirasakan oleh sekitar 20% 50% pengguna suatu gedung, dan
keluhan-keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu.

Sementara menurut EPA (1998), pada umumnya gejala dan gangguan Sick Building Syndrome
berupa penyakit yang tidak spesifik, tetapi menunjukkan pada standar tertentu, misal berapa kali
seseorang dalam jangka waktu tertentu menderita gangguan saluran pernafasan. Keluhan itu
hanya dirasakan pada saat bekerja di gedung dan menghilang secara wajar pada akhir minggu
atau hari libur, keluhan tersebut lebih sering dan lebih bermasalah pada individu yang mengalami
perasaan stress, kurang diperhatikan dan kurang mampu dalam mengubah situasi pekerjaannya.
Keluhan Sick Building Syndrome, antara lain sakit kepala, iritasi mata, iritasi hidung, iritasi
tenggorokan, batuk kering, kulit kering atau iritasi kulit, kepala pusing, sukar berkonsentrasi,
cepat lelah atau letih dan sensitif terhadap bau dengan gej ala yang tidak dikenali dan
kebanyakan keluhan akan hilang setelah meninggalkan gedung.

Beberapa keluhan atau gejala Sick Building Syndrome menurut Aditama (2002), terbagi dalam
tujuh kategori antara lain:

1. Iritasi selaput lendir, seperti iritasi mata, pedih, merah dan berair
2. Iritasi hidung, seperti iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, bersin, batuk kering
3. Gangguan neurotoksik (gangguan saraf/gangguan kesehatan secara umum), seperti sakit kepala,
lemah, capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi
4. Gangguan paru dan pernafasan, seperti batuk, nafas bunyi, sesak nafas, rasa berat di dada
5. Gangguan kulit, seperti kulit kering, kulit gatal
6. Gangguan saluran cerna, seperti diare
7. Gangguan lain seperti gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, dll.

Penyebab Sick Building Syndrome


Berbagai bahan pencemar (kontaminan) yang terdapat di lingkungan udara dalam gedung
(indoor air environment) dapat menimbulkan gangguan melalui empat mekanisme utama, yaitu
Menurut Aditama (2002),:

1. Gangguan sistem kekebalan tubuh (imunologik)


2. Terjadinya infeksi
3. Bahan pencemar yang bersifat racun (toksik)
4. Bahan pencemar yang mengiritasi dan menimbulkan gangguan kesehatan

Biasanya sulit menemukan penyebab tunggal dari Sick Building Syndrom atau SBS. Menurut
Depkes RI (1990), gangguan sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi.
Konsumsi zat gizi yang baik akan memperbaiki status gizi, sehingga meningkatkan ketahanan
fisik dan meningkatkan produktivitas kerja, di samping membantu mengurangi infeksi.

Menurut London Hazards Centre, penyebab utama Sick Building Syndrome adalah bahan kimia
yang digunakan manusia, jamur pada sirkulasi udara serta faktor fisik seperti kelembaban, suhu
dan aliran udara dalam ruangan, sehingga semakin lama orang tinggal dalam sebuah gedung
yang tidak memenuhi syarat akan mudah menderita Sick Building Syndrome.

Sedangkan penyebab Sick Building Syndrome menurut EPA (1998), sebagai berikut :

1. Ventilasi Tidak Cukup: Standar ventilasi pada sebuah gedung yaitu kira-kira 15 kaki berbentuk
kubus sehingga udara luar dapat masuk dan menyegarkan penghuni di dalamnya tidak semata-
mata untuk melemahkan dan memindahkan bau. Dengan ventilasi yang tidak cukup, maka
proses pengaturan suhu tidak secara efektif mendistribusikan udara pada penghuni ruangan
sehingga menjadi faktor pemicu timbulnya SBS.
2. Zat Pencemar Kimia Bersumber Dari Dalam Ruangan: Polusi udara dalam ruangan bersumber
dari dalam ruangan itu sendiri, seperti bahan pembersih karpet, mesin foto kopi, tembakau dan
termasuk formaldehid.
3. Zat Pencemar Kimia Bersumber Dari Luar Gedung: Udara luar yang masuk pada suatu
bangunan bisa merupakan suatu sumber polusi udara dalam gedung, seperti pengotor dari
kendaraan bermotor, pipa ledeng lubang angin dan semua bentuk partikel baik padat maupun
cair yang dapat masuk melalui lubang angin atau jendela dekat sumber polutan. Bahan-bahan
polutan yang mungkin ada dalam ruangan dapat berupa gas karbon monoksida, nitrogen
dioksida dan berbagai bahan organik lainnya bersumber dari luar gedung. Karbon monoksida
dapat timbal pada berbagai proses pembakaran, seperti pemanas ruangan. Gas CO juga dapat
masuk ke dalam ruangan melalui asap mobil dan kendaraan lain yang lalu lalang di luar suatu
gedung. Kadar CO yang tinggi akan berakibat buruk pada jantung dan otak. Nitrogen oksida juga
dapat keluar pada proses memasak dengan kompor gas. Gas ini dapat menimbulkan kerusakan
di saluran nafas di dalam paru.
4. Zat Pencemar Biologi: Bakteri, virus dan jamur adalah jenis pencemar biologi yang berkumpul di
dalam pipa saluran udara dan alat pelembab udara serta berasal dari alat pembersih karpet.
Mikroorganisme yang berasal dari dalam ruangan misalnya bakteri dan jamur.

http://www.indonesian-publichealth.com/sick-building-syndrome/
Sick Building Syndrome

Rabu, Maret 19th, 2014

Oleh: dr. Raymos Parlindungan Hutapea, MKK

Sejak tahun 1970-an, pekerja kantor di seluruh dunia telah sering mengeluhkan iritasi membran mukosa, kelelahan, dan
sakit kepala ketika bekerja di gedung-gedung spesifik, dengan gejala perbaikan dalam beberapa menit sampai satu jam setelah
meninggalkan gedung.(1) Keadaan ini kemudian dikenal dengan nama Sick building syndrome (SBS). Kedokteran okupasi pada
tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan kerja yang berhubungan dengan polusi
udara, indoor air quality (IAQ) dan buruknya ventilasi gedung perkantoran.

Sick building syndrome adalah suatu keadaan yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran, perdagangan,
dan rumah tinggal memberikan dampak penyakit dan merupakan kumpulan gejala yang dialami oleh pekerja dalam gedung
perkantoran berhubungan dengan lamanya berada di dalam gedung serta kualitas udara.

Beberapa gejala yang tampak yang dapat dijadikan indikasi terdapat SBS adalah :

1. Sakit kepala, iritasi mata, badan cepat letih, perut terasa kembung, hidung berair, tenggorokan
gatal, kesulitan berkonsentrasi, kulit terasa kering serta batuk kering yang tidak kunjung
sembuh.
2. Penyebab keluhan tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti
3. Setelah penghuni gedung meninggalkan gedung, keluhan tersebut biasanya tidak lagi dirasakan.
Beberapa gejala Sick Building Syndrome

Penyebab dari SBS antara lain, kualitas udara dalam ruangan yang tercemar oleh radikal bebas
(bahan kimiawi) yang berasal dari dalam maupun dari luar ruangan. Misalnya, pencemaran oleh
mikroba ataupun disebabkan karena ventilasi udara yg kurang baik. Penyebab lainnya adalah
polutan yg biasa mencemari ruangan, misalnya asap rokok, ozon yg berasal dari mesin fotocopy
dan printer; volatile organics compounds yg berasal dari karpet, perabotan cat, bahan pembersih,
debu, gas CO, dll.

Dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan oleh SBS adalah keluhan saluran pernapasan,
seperti, pneumonia, penyakit pada paru-paru dan penyakit kronis lainnya seperti gagal ginjal,
gangguan sistem reproduksi, sistem syaraf, dan jantung.

Penatalaksanaan terbaik adalah pencegahan dan atau menghilangkan sumber kontaminasi


penyebab SBS. Pekerja dianjurkan menghindari gedung yang dapat menimbulkan keluhan
meskipun sulit dilakukan. Menghilangkan sumber polutan, memperbaiki laju ventilasi dan
distribusi udara, membuka jendela sebelum menggunakan pendingin, menjaga kebersihan udara
dalam gedung, pendidikan dan komunikasi terhadap pekerja merupakan beberapa cara mengatasi
SBS.

Berikut ini beberapa tips untuk mencegah timbulnya SBS :

1. Keluar gedung saat istirahat untuk menghirup udara segar


2. Tempatkan mesin fotokopi di ruangan dengan ventilasi yang baik
3. Buat ruangan khusus untuk merokok dan buat jalur ventilasi untuk asap buangannya sedemikian
sehingga tidak tercampur dengan sirkulasi udara lainnya.
4. Bukalah jendela secara berkala untuk membantu proses pertukaran udara dalam dan udara luar
.
5. Menjaga suhu dan kelembaban ruangan dalam batas dimana kontaminan biologis sulit bertahan
hidup. (suhu 70oF dan kelembaban 40%-60%)
6. Laporkan bila ada gejala-gejala SBS.

http://prodiaohi.co.id/sick-building-syndrome-3
Langkah-Langkah Mencegah "Sindrom Bangunan Sakit"
Kompas.com - 04/05/2011, 16:29 WIB

KOMPAS.com - Anda seorang pekerja kantoran, pernah mengalami sindrom bangunan sakit
(sick building syndrome atau SBS)? Kalau dibiarkan SBS akan menyumbang indikasi penyakit
legionellesis dengan gejalanya seperti pusing, iritasi pada mata dan hidung, gamang, lelah, dan
sesak nafas.

Seorang yang terkena SBS dan terjangkit penyakit Legionellesis akan mengakibatkan
produktifitas kerjanya menurun. Nah, tak mau hal ini menimpa Anda atau karyawan Anda,
informasi berikut ini patut disimak.

Menurut peneliti Litbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Faisal Yatim, SBS adalah
sebuah situasi dimana para penghuni gedung mengalami permasalahan kesehatan dan
ketidaknyamanan karena banyaknya waktu yang dihabiskan dalam bangunan. SBS terjadi terkait
dengan pengaturan introduksi udara luar, pemilihan material yang rendah VOCs dan
pemeliharaan kebersihan saluran ventilasi udara.

Bayangkan bila 80 persen waktu Anda di dalam ruangan, dengan penggunaan pendingin ruang
bisa sampai 64 persen, sementara ventilasi atau pertukaran udara tidak lancar. Bisa ditebak, akan
mengakibatkan kontaminasi udara ruang dengan material berbahaya dari mesin fotokopi, perabot
dan panel kayu. Sumber polutan lainnya yang bisa mengakibatkan SBS dari asap rokok, emisi
material, partikel dan mikroba, bio effulent (ekskresi dan respirasi manusia seperti CO2, bau),
dan asap kendaraan

Upaya pencegahannya, dengan melihat sumber-sumber polutan terlebih dahulu.

Sumber polutan asap rokok

Seperti diketahui, rokok mengandung nikotin dan zat-zat berbahaya bagi tubuh baik perokok
aktif maupun perokok pasif. Karena itu, gedung-gedung perkantoran wajib memberlakukan
aturan dilarang merokok dalam gedung. Ini termuat dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun
2003 dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta no 88 tahun 2010.

Sumber polutan emisi material

Tahukah Anda bahwa bahan-bahan pembuat material dalam gedung bisa menjadi sumber
polutan dan mengandung VOCs. VOCs atau Volatile Organic Compound adalah senyawa
organik yang tidak menguap, terkait dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni yang berada di
dalam gedung. Sebaiknya, Anda menghindari penggunaan kayu komposit, cat, coating, perekat
atau karpet yang mengandung kadar Vocs formaldehida tinggi karena membahayakan kesehatan.
Atau pilihlah material finishing dan furnishing yang sudah memalui sertifikasi kandungan atau
emisi material.
Sumber polutan partikel dan mikroba

Menurut penelitian, ternyata jumlah mikroba di dalam ruang hampir setengah dari total
kontaminasi udara. Mikroba dan polutan partikel bisa muncul salah satunya dari buruknya
pemeliharaan dan perawatan kebersihan sistem pendingin dan menara pendingin.

Cara pencegahannya, pertama, lewat pembersihan sistem pendingin udara secara rutin. Hal ini
dilakukan untuk menghindari akumulasi debu yang tebal dan mencegah berkembangnya
mikrobia.

Kedua, isolasi ruangan yang menghasilkan polutan udara (ruang foto kopi, percetakan, dapur,
janitor) dengan memasang exhaust system dan mencegah masuknya polutan udara tersebut ke
return air gedung. Ketiga, memasang sistem pencegah polutan (keset) di pintu masuk reguler.
Keempat nyalakan kipas AC sekitar satu jam sebelum orang memasuki ruangan atau gedung
untuk menghindari konsentrasi puncak partikel dalam beberapa menit pertama. (Natalia Ririh)

http://properti.kompas.com/read/2011/05/04/1629014/langkah-
langkah.mencegah.quotsindrom.bangunan.sakitquot

Anda mungkin juga menyukai