Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala berkat, rahmat,
penyertaan dan tuntunan Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya.
Adapun makalah ini berisi tentang Alkali Delution Test.
Dalam mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini, penulis mendapatkan beberapa
hambatan berupa waktu, hambatan pengetahuan dan informasi yang dimiliki penulis, dan
lain-lain. Akan tetapi, dengan dukungan dan doa dari banyak pihak, maka penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Abstrak ......................................................................................................................................3
Makalah berjudul Uji Alkali Dilusi (Alkali Dilution Test) ini membahas mengenai Uji
Alkali Dilusi sebagai pemeriksaan penunjang untuk menguji adanya racun Karbon
Monoksida (CO). Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan
Uji Alkali Dilusi dalam menguji racun Karbon Monoksida (CO).
Karbon Monoksida sendiri adalah racun yang yang berbentuk gas. CO sendiri
mempunyai afinitas 300 kali dari pada oksigen. Sebagai akibat perubahan Hb menjadi
karboksi Hb, kemampuan mengangkut oksigen berkurang sehingga menimbulkan hipoksi.
Diagnosis adanya keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesa adanya
kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar belakang
Toksikologi adalah ilmmu yang mempelajari khasiat racun, sifat, sumer, gejala-gejala dan
pengobatan saat keracunan, serta kelainan-kelainan yang didapat pada korban yang telah
meninggal. Sedangkan racun didefinisikan sebagai zat yang bekerja pada tubuh baik
secara kimiawi maupun fisiologik yang dalam dosis toksik dapat menyebabkan gangguan
kesehatan atau mengakibatkan kematian
Salah satu racun yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah berbentuk
gas. Ada beberapa gas yang tergolong racun bagi manusia yang berasal dari sisa
pembakaran, contohnya adalah gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida, sulfur
oksida, dll.
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas tak berwarna dan tak berbau, dengan
afinitas terhadap hemoglobin 300 kali daripada oksigen, sebagai akibat perubahan
hemoglobin terhadap karboksi-hemoglobin, kemampuan mengangkut oksigen dari darah
arteri berkurang sehingga menimbulkan hipoksi. Juga ada bukti bahwa karbon monoksida
mempunyai efek toksik langsung terhadap miokardium.
Diagnosis adanya keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesa
adanya kontak dan diteumkannya gejala keracunan CO. Pada korban mati selama atua
tidak lama setelah keracunan CO, perubahan post-mortem yang utama adalah
ditemukannya lebam mayat berwarna merah muda terang (cherry red). Selain itu juga
darah, jaringan, dan viscera seperti otak, jantung dan paru-paru juga berwarna merah
terang. Warna tersebut tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Kadang-
kadang dapat ditemukan tanda asfiksia dan hyperemia viscera.
1. Mengetahui bahaya CO, dosis toksik, yang dapat menyebabkan kematian dan
manifestasi klinis
2. Mengetahui cara kerja Uji Dilusi Alkali (Alkali Dilution Test) untuk pemeriksaan
penunjang forensic guna mengidentifikasi keracunan CO
3. Memberikan info kepada masyarakat luas tentang dampak keracunan CO
BAB II
PEMBAHASAN
Alkali dilution test atau uji dilusi alkali secara harafiah berarti uji pengenceran
alkali. Uji dilusi alkali merupakan satu dari tiga metode pemeriksaan karbon
monoksida (CO). Selain uji dilusi alkali, untuk memeriksa keberadaan zat CO dapat
dilakukan uji formalin (Eachlolz-Liebmann) ataupun uji palladium chloride.
Pada bidang pemeriksaan forensik, uji dilusi alkali sering digunakan untuk
memeriksa ada atau tidaknya kandungan CO dalam darah. CO lebih mudah mengikat
Hb daripada O2. Saat CO berikatan dengan Hb, terbentuklah COHb yang resisten
terhadap alkali sehingga menghambat pembentukan hematin alkali dalam darah.
Reaksi inilah yang menjadi prinsip dasar uji dilusi alkali. Uji dilusi alkali dilakukan
dengan membandingkan darah sampel dengan darah normal (darah kontrol). Darah
kontrol diharapkan bukan berasal dari darah fetus karena darah fetus juga bersifat
resisten terhadap alkali.
2.2 Definisi CO
Karbon monoksida ( CO ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari material yang berbahan
dasar karbon seperti kayu, batubara, bahan bakar minyak dan zat-zat organik lainnya.
2.3 Epidemiologi
Gas CO adalah penyebab utama dari kematian akibat keracunan di Amerika Serikat
dan lebih dari separo penyebab keracunan fatal lainnya diseluruh dunia. Terhitung
sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun di unit gawat darurat di Amerika Serikat
yang berhubungan dengan kasus intoksikasi gas CO dengan angka kematian sekitar
500-600 pertahun yang terjadi pada tahun 1990an.
Sekitar 25.000 kasus keracunan gas CO pertahun dilaporkan terjadi di Inggris.
Dengan angka kematian sekitar 50 orang pertahun dan 200 orang menderita cacat
berat akibat keracunan gas CO.
Di singapura kasus intoksikasi gas CO termasuk jarang. Di Rumah Sakit Tan
Tock Seng Singapura pernah dilaporkan 12 kasus intoksikasi gas CO dalam 4 tahun
(1993-2003). Di Indonesia belum didapatkan data berupa kasus keracunan gas CO
yang terjadi pertahun dilaporkan
2.4 Patofisiologi
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu
kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia.
Hipoksia jaringan terjadi karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Proses
pembakaran menyerap banyak oksigen, dimana di dalam ruangan sempit seseorang
akan menghirup udara dengan konsentrasi oksigen yang rendah sekitar 10-13%.
Penurunan fraksi oksigen yang diinsipirasi (FIO2) akan menyebabkan hipoksia.
Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas
transportasi oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di
tingkat seluler. Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh,
organ yang paling terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah
besar, seperti otak dan jantung.
Beberapa literature menyatakan bahwa hipoksida ensefalopati yang terjadi
akibat dari keracunan CO adalah karena injuri reperfusi dimana peroksidasi lipid dan
pembentukan radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan mordibitas.
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh
gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang
menyebabkan anemia relative karena CO mengikat hemoglobin 230-270 kali lebih
kuat daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis.
CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan
menurun.
CO mengikat myoglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobin
yang menyebabkan depresi miokard da hipotensi yang menyebabkan hipoksia
jaringan. Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCo yang menyebabkan
kegagal nrespirasi ditingkat seluler.
CO mengikat cytochromes c dan P450 yang mempunyai daya ikat lebih lemah
dari oksigen yang diduga menyebabkan deficit neuropsikiatris. Beberapa penelitian
mengindikasikan bila CO dapat menyebabkan peroksidasi lipid otak dan perubahan
inflamasi di otak yang dimediasi oleh leukosit. Proses tersebut dapat dihambat
dengan terapi hiperbarik oksigen. Pada intoksikasi berat, pasien menunjukan
gangguan sistem saraf pusat termasuk demyelisasi substansia alba. Hal ini
menyebabkan edema dan nekrosis foka.
Penelitian terakhir menunjukan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide
dari platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada
konsentrasi 100 pm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri.
CO dieleminasi diparu-paru. Waktu paruh dari CO pada temperature ruangan
adalah 3-4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi 30 –
90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan oksigen
100% dapat menurunkan waktu paruh sampai 15-23 menit.
B. Cara Kerja
Uji dilusi alkali dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut.
1. Isi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml aquades.
2. Tambahkan 5 tetes darah sampel pada tabung reaksi I dan 5 tetes darah kontrol
pada tabung reaksi II.
3. Tambahkan beberapa tetes NaOH 10% pada masing-masing tabung reaksi hingga
darah kontrol berubah warna menjadi merah kecoklatan.
C. Hasil Uji
Bila tabung reaksi I yang berisi darah sampel tidak berubah sementara tabung
reaksi II berubah warna menjadi merah kecoklatan, maka hasil uji adalah positif
mengandung CO. Umumnya kandungan CO lebih dari 30% saturasi sehingga
menghambat pembentukan hematin alkali (yang berwarna merah kecoklatan). Apabila
tabung reaksi I ikut berubah warna seperti pada tabung reaksi II, maka hasil uji adalah
negatif mengandung CO.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka kematian karena kerucunan gas CO sangat tinggi di dunia. Hal ini
dikarenakan CO mengikat hemoglobin 230-270 kali lebih kuat daripada oksigen.
Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis. CO yang terikat
hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan menurun. Hal
terburuk yang dapat terjadi yaitu sampai pada kematian. Pada bidang pemeriksaan
forensik, uji dilusi alkali sering digunakan untuk memeriksa ada atau tidaknya
kandungan CO dalam darah.
3.2 Saran
Bagi pasien yang terkena paparan CO yang banyak sebaiknya memberikan terapi
oksigen dengan masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi diperlukan
pada pasien dengan penurunan kesadaran dan untuk proteksi jalan nafas.
Daftar Pustaka
MODUL TRAUMA
Ruang 5