Daftar Isi.iii
Daftar Tabel....iv
Daftar Gambar....iv
Kata Pengantar.....v
Bab I Pendahuluan..1
I.1
Latar Belakang..1
I.2
Tujuan2
I.3
Manfaat..3
II.2
Sumber CO.4
II.3
II.4
Pathofisiologi.7
II.5
II.6
Sebab kematian12
II.7
II.8
II.9
Pemeriksaan TKP15
Daftar Tabel
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkatNya tugas referat kami yang berjudul Intoksikasi Karbon Monoksida sebagai
syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD dr. Soetomo
Surabaya dapat terselesaikan dengan baik.
Atas selesainya penyusunan referat ini, penyusun menyampaikan banyak
terima kasih kepada:
Dr.dr.Ahmad Yudianto, SpF, SH, M.Kes sebagai Kepala Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Dr. Hoediyanto, SpF (K) sebagai Ketua Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Prof. dr. H. Soedjari Soelichin, Sp.F(K) sebagai Guru Besar pada Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga .
Prof. Dr. Med. Dr. H. M. Soekry Erfan Kusuma, Sp.F(K), DFM sebagai
Guru Besar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Drs. Putu Sudjana, Apt., SH., selaku Dosen Pembimbing dan Pembuatan
Referat.
Seluruh dosen dan dokter PPDS I dan PPDS II Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSU D Dr.
Soetomo Surabaya atas ilmu yang telah diberikan kepada kami.
Rekan-rekan dan pihak-pihak yang telah memberikan
pinjaman
kepustakaan, dukungan, motivasi dan semangat sehingga referat ini dapat selesai
pada waktunya.
Demi kesempurnaan penyusunan referat selanjutnya, saran dan kritik
terhadap referat ini sangat kami harapkan. Semoga referat ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Surabaya, 14 Maret 2014
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Racun adalah suatu zat yang berasal dari alam maupun buatan yang bekerja
pada tubuh baik secara kimiawi dan faali yang dalam dosis toksik dapat
menyebabkan suatu penyakit dalam tubuh serta dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam tubuh manusia, racun dibagi menjadi yang
bekerja lokal, sistemik, dan lokal sekaligus sistemik. Racun yang bekerja lokal
dapat bersifat korosif, irritant, atau anestetik. Racun yang bekerja sistemik
biasanya mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem, contohnya barbiturat,
alkohol, digitalis, asam oksalat, dan karbon monoksida. Adapun racun yang
bekerja lokal maupun sistemik misalnya arsen, asam karbol, dan garam Plumbum.
Karbon monoksida (CO) adalah salah satu jenis gas yang berbahaya. Gas
ini tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan
terbakar dan sangat beracun. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna dari senyawa organik yang umumnya terjadi dalam mesin berbahan
bakar fosil seperti bensin dan batubara. Gas Karbon monoksida merupakan bahan
yang umum ditemui di industri. Gas ini merupakan hasil pembakaran tidak
sempurna dari kendaraan bermotor, alat pemanas, asap dari kereta api, pembakaran
gas, asap tembakau. Namun sumber yang paling umum berupa sisa pembakaran
mesin. Sumber alami lain gas CO adalah gunung berapi dan juga kebakaran hutan.
Di samping itu, dari kegiatan rumah tangga juga turut menyumbang produksi gas
CO dari kegiatan masak memasak. Hal lainnya yang sangat sering ditemukan di
masyarakat, yaitu kegiatan merokok.
Misdiagnosis tidak jarang terjadi karena gejala yang tidak khas dan banyak
manifestasi klinis yang timbul, sehingga diperlukan ketelitian yang tinggi dalam
menangani pasien dengan intoksikasi gas CO.
Dalam referat kami ini, kami hendak menjelaskan apa itu gas CO secara
umum. Mulai dari bagaimana strukturnya, bagaimana cara kerjanya, pencegahan,
dan cara penanganannya.
Tujuan
Adapun tujuan dari referat yang kami susun, yaitu:
1. Menjelaskan definisi gas karbon monoksida.
2. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala keracunan
3.
4.
5.
6.
gas
karbon
monoksida.
Menjelaskan patofisiologi keracunan karbonmonoksida
Menjelaskan bagaimana cara mendiagnosa intoksikasi CO.
Menjelaskan cara penanggulangan dan pertolongan intoksikasi CO.
Menjelaskan tanda-tanda seseorang yang meninggal karena
Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. (4) Keberadaan gas
CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia karena gas itu akan menggantikan
posisi oksigen yang berikatan dengan haemoglobin dalam darah. Afinitas CO yang 200-
250 kali lebih besar dari afinitas oksigen terhadap Hb dan karboksihemoglobin yang
terbentuk lebih stabil dibandingkan dengan oksihemoglobin. Seperti ilustrasi gambar
dibawah ini:
(4,5)
Sumber CO (4,5)
Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi
metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Walaupun
dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan
manusia.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber
buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini
berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan
sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan
minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO
(1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi
kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para
perokok dapat memajan dirinya sendiri dan asap rokok yang sedang dihisapnya.
Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah
tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO
yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus.
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya
ditemukan kadar CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam
4
hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan
bangunan disekitarnya. Pemajanan CO dari udara ambien dapat direfleksikan
dalam bentuk kadar karboksi-harmoglobin (HbCO) dalam darah yang berbentuk
dengan sangat pelahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya
keseimbangan antara kadar CO di udara dan HbCO dalam darah. Oleh karena itu
kadar CO didalam lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam
8 jam pengukuran sepanjang hari (moving 8 hour average concentration) adalah
lebih baik dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali
pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda dalam sehari. Perhitungan
tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons tubuh manusia terhadap
keracunan CO dari udara.
Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama
berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan tungku
masak. Kadar nya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut bekerja, tidak
memadai ventilasinya. Namun umumnya pemajanan yang berasal dari dalam
ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap
rokok.
Berbagai macam individu dapat terpapar oleh CO karena lingkungan
kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpapar oleh CO termasuk polisi lalu
lintas atau tukang parkir, pekerja bengkel mobil, petugas industri logam, industri
bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran.
Pemaparan CO dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu
mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan bermotor ditemukan
mencapai setinggi 600mg/m 3 udara dan didalam darah para pekerja bengkel
tersebut bisa mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar normal
(kadar normal sekitar 0,2-1%). Para petugas yang bekerja dijalan raya diketahui
mengandung HbCO dengan kadar 4-7,6 % (perokok) dan 1,4-3,8% (bukan
perokok) selama sehari bekerja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum
jarang yang melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di
Amerika Utara menunjukkan bahwa 45% dari masyarakat bukan perokok yang
terpajan oleh CO udara, didalam darahnya terkandung HbCO melampaui 1,5%.
Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses
metabolisme yang normal. Produksi CO didalam tubuh bisa sekitar 0,1+1% dari
total HbCO dalam darah.
Beberapa sumber di bawah ini menunjukkan konsentrasi CO:
1.
0.1 ppm
2.
0.5-5 ppm
3.
5-15 ppm
4.
100-200 ppm
5.
5,000 ppm
6.
7,000 ppm
pengubah katalitik
7.
30,000 ppm
Sedang dengan kadar COHb di atas 60% dalam darah cepat menimbulkan
kematian (parameter pencemar udara dan dampaknya terjadap kesehatan). (4,5)
II. 3
(13)
(4,5)
.
II. 4 Pathofisiologi
(16)
(7)
ensefalopati yang terjadi akibat dari keracunan CO adalah karena injuri reperfusi
dimana peroksidasi lipid dan pembentukan radikal bebas yang menyebabkan
mortalitas dan morbiditas. (8)
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan
oleh gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible,
yang menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobn 200-250 kali
lebih kuat daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala
klinis. CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk
jaringan menurun.
(7,8)
pada konsentrasi 100 ppm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema
serebri.(8)
CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur
ruangan adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh
menjadi 30 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm
dengan oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh samapai 15-23 menit.( 9)
Jadi asphyxia dengan kegagalan pernapasan atau sirkulasi merupakan
sebab kematian dari kematian karbon atau kombinasi dari kedua hal tersebut di
atas.
(10, 11)
(14)
Misdiagnosis sering terjadi karena beragamnya keluhan dan gejala pada pasien.
Gejala-gejala yang muncul sering mirip dengan gejala penyakit lain. Pada anamnesa
secara spesifik didapatkan riwayat paparan oleh gas CO. Gejala-gejala yang muncul
sering tidak sesuai dengan kadar HbCO dalam darah.
Gejala keracunan gas karbon monoksida didahului dengan sakit kepala,
mual, muntah, rasa lelah, berkeringat banyak, pyrexia, pernafasan meningkat,
confusion, gangguan penglihatan, kebingungan, hipotensi, takikardi, kehilangan
kesadaran dan sakit dada mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita
nyeri dada. (4,14)
Studi oleh Haldane dn Kilick mungkin memberikan penjelasan paling baik
dari efek keterpaparan karbon monoksida (CO). Gejalanya, pada saat muncul
biasanya bersifat progesif dan kira-kira sebanding dengan kadar CO darah. Pada
awalnya, tanda dan gelaja seringkali sulit dipisahkan. Pada kadar saturasi
karbolsihemoglobin 0-10%, umumnya tanpa gejala. Pada seseorang yang istirahat,
kadar CO dari 10 sampai 20% sering tidak bergejala, kecuali sakit kepala, akan
tetapi, jika diuji orang ini akan menunjukkan pelemahan dalam melakukan tugastugas kompleks. Haldane mengamati tidak ada efek nyeri pada kadar 18-23%.
Gelaja Kellick dapat diabaikan pada kadar di bawah 30%, meskipun demikian
kadar antara 30-35%, dia menunjukan sakit kepala disertai denyutan dan perasaaan
penuh di kepala.
(12).
(12).
(16)
Akibat / Efek
Dahi rasa tertekan, headache, sesak nafas dalam aktifitas
Kepala berdenyut, emosi tidak stabil, iritabilitas meningkat,
kelelahan, letargi (sering ditafsirkan sebagai bukan sebab
30-40
keracunan)
Severe headache, nausea, vomiting, dizziness, pandangan
40-50
50-60
60-70
70-80
>80
kabur
Confusion, ataxia, dyspneu
Syncope, takikardia, mulai koma
Derajat koma lebih dalam
Koma yang dalam
Kematian yang cepat karena respiratory arrest
Akan tetapi perlu diketahui untuk beberapa kasus, kadar COHb tidak
berkorelasi dengan tingkat keparahan gejala. Pada orang tua dan pada mereka yang
menderita penyakit berat seperti penyakit arteri koroner atau penyakit paru
obstruktif kronik, kadar COHb 20-30% sudah dapat bersifat fatal. Selain itu, pada
studi yang dilakukan terhadap binatang, tranfusi darah dengan kadar COHb yang
tinggi namun dengan kadar CO bebas yang minimal tidak menghasilkan gejala
klinis atau gejalanya minimal. Hal ini mengidikasikan bahwa adanya CO bebas
yang terlarut dalam plasma berperan penting dalam menimbulkan gejala pada
intoksikasi karbon monoksida.
10
Waktu pajanan
2-3 jam
Akibat / Efek
Mungkin terdapat headache
0,04
1-2 jam
2 - 3 jam
jam
2 jam
20 menit
2 jam
frontal
Headache frontal
Headache, oksipital
Headache, dizziness, nausea
Kolaps, mungkin tidak sadar
Headache, dizziness, nausea
Kolaps, tidak sadar, mungkin
5-10 menit
30 menit
1-2 menit
10-15 menit
mati
Headache, dizziness
Tidak sadar dan bahaya mati
Headache, dizziness
Tidak sadar dan bahaya mati
0,08
0,16
0,32
0,64
(12)
Kecelakaan
Penyebab utama dari kematian monoksida karena struktur kebakaran
dirumah atau gedung lain, penyebab terbesar kematian pada kebakaran rumah
tidak disebabkan karena terbakar tapi karena menghirup asap. Keadaan fatal ini
disebabkan karena keracunan CO, walaupun gas-gas lain seperti sianida,
11
(4,14)
Bunuh Diri
Di Maio dan Dana melaporkan tiga kasus kematian akibat menghirup
karbon monoksida dari gas kanlpot mobil ketika berada di luar ruangan.
Konsentrasi karboksihemoglobin korban berkisar dari 58% (pada karbon yang
sudah membusuk) samapai 81%. Seluruh korban ditemukan bergeletak dekat
dengan pipa knalpot mobil. Dua meninggal karena bunuh diri. Kasus ini
menggambarkan kenyataan bahwa meskipun di luar ruangan, kematian karena
menghirup karbon monoksida dapat terjadi jika seseorang dekat dengan sumber
karbon monoksida dalam jangka waktu yang lama.
c.
(4,14,12)
Pembunuhan
Kasus keracunan CO karena pembunuhan jarang terjadi namun
sebaiknya jangan diabaikan. Karena korban sebelumnya dapat dibuat tidak
sadar atau mabuk lalu dibunuh oleh ibu yang memberi gas pada anaknya dan
kemudian bunuh diri. Pola kematian pada kasus CO harus dievaluasi dengan
perhatian penuh karena tindakan bunuh diri dapat dianggap sebagai kematian
akibat kecelakaan atau kematian yang wajar.
(12)
(12)
Setiap orang harus dites apakah benar mengalami keracunan karbon monoksida untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
Penanganan akan meliputi:
1.
b.
c.
2.
Tindakan Umum
a.
b.
c.
d.
e.
f.
13
3.
Follow Up
a.
b.
(15)
1. Pastikan alat pembakar kayu, alat pemanas ruangan, perapian dan peralatan
bakar telah terpasang dengan benar. Disetel, dioperasikan dan diberi lubang
pembuangan dengan benar.
2. Yakinkan untuk membuka jendela untuk medapatkan ventilasi yang baik
3. Jangan memakai alat yang dinyalakan dengan gas di ruangan yang sempit
4. Jangan membakar arang di dalam rumah.
5. Miliki alat deteksi karbon monoksida di rumah Anda. Alat deteksi ini akan
mengeluarkan bunyi peringatan bila jumlah karbon monoksida di rumah
atau bangunan sampai melebihi tingkat yang aman.
6. Secara rutin periksa sistem pembuangan kendaraan anda setiap tahunnya,
kebocoran kecil bisa memicu gas karbonmonoksida masuk ke dalam mobil
7. Jangan menjalankan mobil di dalam garasi kendaraan yang sedang tertutup,
gas karbon monoksida bisa dengan cepat memenuhi ruangan
8. Jika beristirahat di dalam mobil, jangan menutup semua kaca dan pintu
dengan penyejuk udara masih menyala. Banyak kasus kematian di dalam
mobil karena keracunan gas karbonmonoksida
9. Periksa sistem AC mobil anda apakah ada kebocoran yang mungkin
terjadi (15)
II.9 Pemeriksaan TKP (16)
Salah satu kewajiban dokter ahli forensik atau ahli toksologi forensik
adalah melakukan pemeriksaan TKP pada kematian-kematian tidak wajar, karena
14
pemeriksaan TKP sangat membantu dalam penentuan proses lebih lanjut. Demikian
pula pada peristiwa keracunan gas karbon monoksida, dalam hal ini tugas seorang
dokter ahli adalah:
1.
2.
Transfusi darah
Infus glukosa untuk mengatasi koma atau pemberian infus i.v.500 ml
mannitol 20 % dalam waktu 15 menit diikuti dengan 500 ml dextrose 5
% selama kurang lebih 4 jam berikutnya untuk mengatasi cerebral
3.
odema.
Analgetika, antibiotika, antikonvulsi.
4.
5.
Membuat catatan tentang lingkungan di TKP, mencari informasi dari orangorang terdekat korban atau yang berada di sekitar TKP.
6.
7.
(16)
a. Pemeriksaan luar
15
Khas warna lebam mayat merah terang (cherry red) baik permukaan
tubuh, membran mukosa, kuku jari, namun warna ini tidak sama di seluruh
tubuh misal tubuh bagian depan, leher dan paha berwarna lebih terang
dibanding dengan yang lain. Warna cherry red ini khususnya terdapat di daerah
hipostasis post mortem dan menunjukkan kejernihan kadar COHb telah
melampaui 30%. Pada pemeriksaan warna cherry red ini dibutuhkan
pencahayaan yang baik karena tidak semua warna cherry red yang ditemukan
dalam pemeriksaan luar jenasah sebagai indikator pasti untuk menentukan
adanya keracunan gas karbon monoksida. Warna cherry red tidak akan
ditemukan pada jenasah yang diawetkan.
Pada keracunan gas karbon monoksida juga ditemukan pel epuhan kulit
pada area tertentu yang dikenal dengan pelepuhan barbiturat, misal pada betis,
pantat, sekitar pergelangan tangan dan lutut merupakan hasil edema kulit akibat
koma yang lama, dimana terdapat immobilitas total serta tidak adanya darah
vena yang kembali dari gerakan otot. Hal ini merupakan tanda spesifik pada
keracunan gas CO akan tetapi karena sebagian besar kematian karena gas CO
relatif cepat maka pelepuhan ini jarang terjadi.
Eritema dan vesikel / bula pada kulit dada, perut, luka, atau anggota
gerak badan, baik di tempat yang tertekan maupun yang tidak tertekan.
Kelainan tersebut disebabkan oleh hipoksia pada kapiler-kapiler bawah kulit.
(16)
16
Pemeriksaan dalam
Tidak ditemukan perdarahan di rongga pleura pada keracunan CO,
(16)
Post mortem tidak akan terjadi peruraian terhadap ikatan COHb yang telah terjadi.
17
masing-masing
tabung
reaksi
(setelah
homogen)
18
Pemeriksaan spectroscopy
Penentuan dengan melihat spectrum dari COHb
2. Analisa kuantitatif:
Gettler Freimuth
Sebenarnya merupakan penentuan dengan cara semikuantitatif.
Prinsip kerja:
- Darah + iPottasium ferrisida CO dibebaskan dari Hb
- CO + PdCL 2 + H 2O+ Pd+CO+HCL
- Ion Palladium (Pd) akan diendapkan pada kertas saring warna
hitam
- Dengan membandingkan intentitas warna hitam tersebut dengan
warna standar maka akan didapatkan konsentrasi COHbsecara
semikuantitatif
Spectrophotometry
Merupakan cara terbaik untuk melakukan analisa konsentrasi gas
karbon monoksida pada korban yang masih hidup. Dengan
mengunakan alat septrofotometer ditentukan perbandingan (rasio)
COHb terhadap oxy-Hb.
Chromatography
Cara mengukur kadar COHb udara ekspirasi. Walaupun kurang
akurat, akan sangat menolong di lapangan. Sering digunakan untuk
19
(16)
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan PA menunjukkan adanya area nekrotik dan perdarahan
mikrokospis di seluruh tubuh juga terjadi edema dan kongesti hebat pada
otak, hati, ginjal dan limpa.
BAB III
KESIMPULAN
1. Karbon monoksida merupakan suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa yang berbahaya bagi manusia.
2. Karbon monoksida merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari
senyawa karbon dan oksigen.
3. Jumlah CO yang diabsorbsi oleh tubuh tergantung pada ventilasi semenit,
durasi paparan dan konsentrasi relatif karbon monoksida di lingkungan.
Ikatan CO dengan hemoglobin menimbulkan terjadinya penurunan kapasitas
oksigen tergadap hemoglobin dan penurunan pengiriman oksigen ke sel
berdasarkan tiga mekanisme, yaitu berkaitabn dengan hemoglobin,
20
21
11. Asap atau jelaga yang terdapat dalam hidung ataupun mulut tidak
membuktikan bahwa orang tersebut meninggal akibat menghirup gas.
12. Api akan membuat sendi kontraksi. Tangan dan kaki akan tertekuk. Ini
adalah bentukan pugilist (boxer) dapat menimbulkan dugaan bahwa dia
berjuang sebelum kematiannya.
13. Janin sangat rendan dengan akumulasi meningkat dalam darah janin 1015% lebih tinggi dari darah ibu dan tingkat PaO 2 rendah. Ibu keracunan
akut tidak mematikan dapat menyebabkan kematian janin.
14. Pemeriksaan toksikologi dari kematian racun dapat dibagi menjadi langkahlangkah yaitu mendapatkan sejarah dari kasus dan spesimen yang cocok,
aktivitas analisis toksikologi, interpretasi hasil analisis.
15. Indikasi terapi hiperbarik oksigen ialah kehilangan kesadaran, kejang,
koma, perubahan status mental, gejala neurologik tidak berubah setelah
terapi oksigen beberapa jam, wanita hamil, iskemia jantung yang persisten,
umur > 50 tahun dan COHb > 25%.
16. Alasan utama penggunaan terapi hiperbarik, yaitu terjadi pengurangan
waktu paruh COHb dari 320 menit menjadi 80 menit dengan menggunakan
HbO dan menurun sampai 22 menit dengan HbO 100%, menginduksi
vasokonstriksi serebral sehingga terjadi penurunan tekanan intrakarnial dan
edema serebral. Terjadi peningkatan pelepasan CO darui sitokrom dan
mioglobin, HbO bisa mengurangi oksidatif injury yang timbul setelah
intoksikasi CO
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Louise W Kao, Kristine A Nanagas. Carbon Monoxide Poisoning.
EmergMedClin N Arn22 (2004) 985-1018.
2. Anonim. Kasus Bunuh diri salam mobil Son Ho Yung. Available at
http://www.chicmagz.com/read/2290/kasus-bunuh-diri-dalam-mobil-son-hoyoung
3. Anonim. Kematian 5 orang di Klinik Rawalumbu karena Keracunan Gas
Karbon Monoksida. Available at
http://news.detik.com/read/2014/02/17/161839/2499874/10/kematian-5orang-di-klinik-rawalumbu-karena-keracunan-gas-karbon-monoksida?
nd772204btr
4. Anonim karbon monoksida: wikipedia;
http://id.wikipedia.org/wiki/karbon_monoksida
5. Anonim. Karbon monoksida;wapedia:
http://wapedia.mobi/id/karbon_monoksida
6. Peter MC DeBlieux, VanDeVoort, John G Benitez, Halamka, Asim Tarabar.
7. Toxicity, Carbon Monoxide. 2006 [cited 2007 jan 02]. Availabel from
:URL:HYPERLINK http:/lwww.emedicine.com
8. Eugene N.Bruce, Margaret C- A multicompanement model of
cartoxyhemoglobin and carboxymyoglobin responses to inhalation of
carbon monoxide. J Appl Physiol95 (2003): 1235-1247.
9. Stephen R Thom, Donald Fisher, Y Anne Xu, Sarah Garner, and Harry
lschiropoulos- Role of nitric oxide-derived oxidants in vascular injury from
carbon monoxide in the rat. Am J of Physiol.0363-6135 (1999),984-90.
23
10. Jurling DN, Buckley NA, Stanbrook MB, Isbister M, McGuigan MA.
Hyperbaric oxygen for carton monoxide poisoning. Cochrane Database of
Systematic Reviews 2005, Issue l, Art. No.:
CD00204l.DOI:10.1002/146518. CD00204l.pub2.
11. McBeth C. Carbon Monoxide Poisoning. Utox Update Utah Poison Control
Center Vol. 6, 2004.
12. Tomaszewksi Christian. Carbon Monoxide Poisoning, Earl Awareness and
Intervention can save live. Postgraduate Medicine online Vol. 105 No. 1
(online) January 1999 [cited March 2008]
13. Chubyo. Keracunan Karbon Monoksida. www.GrameenFoundation.org
14. Anonim. Carbon Monoxide. Avaible at
http://en.wikipedia.org/wiki/carbon_monoxide
15. Anonim.Pencegahan keracunan karbon Monoksida available
http://id.shvoong.com/how-to/health/2249159-keracunan-gas-karbonmonoksida/#ixzz2vzfC63Ev
16. Hoediyanto- Hariadi A.Buku ajar ilmu kedokteran forensikdan medikolegal edisi
ketujuh.2010
17. Dix, Jay. COLOR ATLAS of FORENSIC PATHOLOGY. United States of America.
CRC Press, 2000
24