Anda di halaman 1dari 20

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIS UNTUK

MENGATASI INSOMNIA DI MASA PANDEMI COVID-19

Kelompok 1

Meili Hayatunnupus (2114201109)


Nurhasni ainun ( 211420111)
Patmawati (2114201110)
Ricky Fauzi Ginanjar (2114201113)
Yogi Wibowo (2114201118)

PRODI S1 KEPERAWATAN KELAS TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH TANGERANG

1
NO KRITERIA PEMBENARAN & CRITICAL THINGKING

1 P  Masalah dari jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan antara


Patient/Clinical Problem Therapy Relaxsasi Otot progresif dapat di gunakan untuk menurunkan
kecemasasan dan nyeri yang menyebabkan insomnia dimasa pandemi C
19.
 Populasi pada jurnal ini adalah 10 partisipan yang bersedia di therapy di
masa pandemi c19 . penelitian di lakukan pada masyarakat yang
berdomisili di desa gondoharum kab. Kudus yang megalami insomnia
selama pandemi c19.

2 I  Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif


Intervention denganmenggunakan pendekatan Penomenologi interpetif.
 Hal ini bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi dan di alami
oleh pertisifan melalui proses penelitian pengabdian masyarakat secara
menyeluruh serta terperinci. Relaxsasi bertujuan untuk mengurangi
kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan secara tidak langsung akan
menghilangkan nyeri, dengan melakukan relaxsasi otot progresif di
harapkan menurunkan nyeri dan kecemasan yang menyebabkan insomnia.
3 C  Rancangan ini di maksudkan untuk mengetahui apakah Therapy
Comparasion Relaxsasi Otot Progresif dapat di gunakan untuk menurunkan nyeri dan
kecemasan yang menyebabkan insomnia di masa pandemi c19 , pada
masyarakat yang berdomisili gondro harum kabupaten kudus yang
mengalami insomnia selama pandemi c19.
 Pemberian intervensi relaxsasi otot progresif di berikan selama pada bulan
agustus hingga september 2020 di rumah warga secara door to door. Di
lakukan sebnayak 2x dalam sehari
4 O Hasil penelitian menunjukan bahwa Therapy Relaxsasi Otot Progresif dapat
outcome di gunakan untuk menurunkan nyeri dan kecemasan yang menyebabkan
insomnia akibat imbas dari pandemi c19.

2
Jurnal Pengabdian Kesehatan
STIKES CENDEKIA KUDUS P-ISSN 2614-
3593 E-ISSN 2614-3607 Vol. 4, No. 1, Januari
2021http://jpk.jurnal.stikescendekiautamakudus.
ac.

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIS UNTUK MENGATASI


INSOMNIA DI MASA PANDEMI COVID-19

Gardha Rias Arsy1, Anita Dyah Listyarini2


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Cendekia Utama Kudus
gardarias051@gmail.com

ABSTRAK
Pandemi Covid 19 saat ini memberikan tekanan dan stressor tersendiri bagi
masyarakat. Banyaknya permasalahan yang timbul karena pandemi tersebut
mengakibatkan kecemas karena merasa takut terinfeksi, perubahan pola hidup
sehingga mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Banyak masyarakat yang
menjadi susah tidur atau sering disebut dengan insomnia. Insomnia merupakan
suatu keadaan susah memulai untuk tidur dimalam hari dan terbangun lebih awal
di esok harinya. Seseorang yang mengalami Insomnia juga di sertai dengan rasa
gelisah, dan tidak nyaman. Pemberian terapi otot progresif yang bertujuan untuk
merelaksasikan otot-otot yang menegang, memberikan kenyamanan dan
menurunkan stress dirasa dapat diberikan kepada masyarakat yang mengalami
insomnia.Pemberian terapi otot progresif dilakukan setiap hari selama empat
minggu. Setelah diberikan intervensi selama empat minggu, terjadinya penurunan
gejala insomnia pada klien ditandai dengan peningkatan kualitas tidur.

Kata Kunci: Covid-19, Insomnia, Terapi Otot Progresif

ABSTRACT
The Covid 19 pandemic is currently putting its own pressure on the community.
The number of problems that arise because of the pandemic causes stress, anxiety
because of fear of being infected, changes in lifestyle that affect the quality of
one's sleep. Many people have difficulty sleeping or often referred to as insomnia.
Insomnia is a condition when it is difficult to start sleeping at night and wake up
early the next day. A person experiencing insomnia is also accompanied by
anxiety and discomfort. Progressive muscle therapy which aims to relax tense
muscles, provide comfort and reduce stress is felt to be given to people who
experience insomnia. Progressive muscle therapy was carried out every day for
four weeks. After being given the intervention for four weeks, the decrease in
insomnia symptoms in clients was marked by an increase in sleep quality.

3
Keywords: Covid 19, Insomnia, Progressive Muscle Therapy

4
PENDAHULUAN
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Perubahan pola tidur yang terjadi pada seorang individudapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor resiko yang dapat mempengaruhi pola tidur adalah jenis
kelamin, gangguan psikolososial, kecemasan, gelisah, dan penyakit penyerta
lainnya. Kondisi sulit tidur saat ini disebut sebagai insomnia (Hellstrom, 2013).
Insomnia merupakan persepsi yang tidak adekuat dari kualitas dan kuantitas tidur
dan merupakan keluhan paling umum dari gangguan tidur (Abd Allah et al, 2014).
Terdapat beberapa klasifikasi dalam Insomnia. Menurut International
Classification of Sleep Disorder2 (ICSD-2). Diagnosa Insomnia dapat ditegakkan
apabila terdapat satuatau lebih keluhan yang dirasakan atau
disampaikan(American Academy of Sleep Medicine, 2008).
Keluhan-keluhan yang dirasakan klien dengan insomnia yaitu kesulitan
memulai tidur, merasakan gelisah, kesulitan mempertahankan tidur yang dapat
menyebabkan sering bangun, mudah mimpi buruk dan terbangun terlalu dini saat
tidur (Driver, et al 2012). Saat seseorang terbangun terlalu dini dari tidurnya dan
kesulitan untuk kembali tidur merupakan keadaan tidur dengan kualitas buruk
(Imadudin, 2012) Kualitas tidur yang buruk juga dapat dipengaruhi oleh keadaan
kelelahan seharian beraktifitas, mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan di sekolah, gangguan mood atau iritabel, mengantuk di siang hari,
kekurangan energi beraktivitas dan motivasi, sering mengalami kesalahan,
kecelakaan saat bekerja atau menyetir, nyeri kepala, gangguan pencernaan akibat
kurang tidur dan kondisi-kondisi lainnya (Harmono, 2010).
Teknik relaksasi otot progresifyaitu teknik yang dilakukan dengan cara
peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Setyoadi, 2011). Beberapa
manfaat teknik ini di antaranya untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan,
nyeri leher dan punggung, membangun emosi positif dari emosi negatif.
Indikasi dilakukannya teknik relaksasi otot progresif

5
adalah pada seseorang yang mengalami insomnia, sering stres,
mengalami kecemasan dan mengalami depresi (Herodes, 2010)

METODE PELAKSANAAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi interpretif. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami fenomena yang terjadi dan dialami oleh partisipan melalui proses
penelitian dan pengamdian masyarakat secara menyeluruh serta terperinci
meliputi: apa saja yang terjadi, bagaimana bisa terjadi, mengapa hal tersebut
dapat terjadi dan terapi apa yang dapat diberikan kepada masyarakat yang
mengalami insomnia. Pada penelitian kualitatif, terdapat proses komunikasi dan
interaksi antara peneliti dan partisipan secara mendalam.
Penelitian dilakukan pada masyarakat yang berdomisili di desa
Gondoharum Kabupaten Kudus yang mengalami masalah insomnia selama
pandemik covid 19. Pemberian Intervensi relaksasi otot progresif pada klien
dengan insomnia diberikan selama empat minggu pada bulan Agustus hingga
September 2020 di rumah warga secara door to door. Intervensi relaksasi otot
progresif dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari. Klien dipilih berdasarkan
hasil studi pendahuluan dan informasi oleh bidan desa, serta yang bersedia
diberikan terapi relaksasi otot progresif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data hasil pengabdian masyarakat yang didapat berupa sebuah pernyataan-
pernyataan yang diungkapkan oleh partisipan lalu dicari kata kunci setelah itu
disusun dan dikelompokkan berdasarkan kategori- kategori yang memiliki makna
sama, kemudian kategori yang didapat akan disusun untuk mendapatkan sub
tema, dan untuk yang terakhir sub tema akan disusun lagi menjadi tema hasil
penelitian. Tema-tema yang sudah didapatkan dalam proses analisis akan
dilakukan validasi terhadap

6
transkip awal. Apabila sudah sesuai maka tema-tema tersebut dapat dijadikan
jawaban dari pertanyaan penelitian dan didapat keterkaitan antar tema.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik analisa data Interpretative
Phenomenology Analisis (IPA) dan proses analisisnya. Berdasarkan hasil analisa
data pada penelitian ini, terdapat 10 partisipan yang bersedia diterapi di masa
pandemik covid 19. Data demografi partisipan sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Partisipan dalam Program Pengabdian Masyarakat

No Karakteristik Sub Karakteristik Kode Partisipan


Partisipan Partisipan
1. Usia 35 p3, p7
44 p1
20 p2
28 p5, p6
31 p4, p10
21 p8, p9

2. Pendidikan SMA p2, p3, p8, p9,


S1 p1, p4, p5, p6, p7

3. Pekerjaan Mahasiswa p2, p8, p9


Pegawai Negeri Sipil p1, p3, p4
Wirausaha p5, p6, p7, p10

4. Suku Jawa p1, p2, p3, p4, p5, p6,


p7, p8, p9 p10

5. Status Kawin Kawin p1, p3, p4, p6, p7, p10


p2, p5, p8, p9
Belum Kawin
Berdasarkan analisa kepada partisipan, didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Merasa lebih rileks/relaks
Berbagai macam ungkapan yang telah disampaikan oleh partisipan terkait
dengan keadaan mereka setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
Kata relaks memiliki artian makna yaitu santai dan tidak tegang (KBBI,
2014). Berikut ini merupakan contoh kutipan dari ungkapan-ungkapan
partisipan setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif:

7
Alhamdulillah lebih enakan mbak, tadi leher kenceng2 mbak… ini
lumayan bisa angop (menguap).. (p3)
Waaahhh harus sering-sering terapi gini mbak, perut saya ndak
kembung lagi. Bisa kentut-kentut sekarang. Kemarin to mbak, masya
Allah sebah e mbak..gak kepenak kabeh (p10)
Tangan saya yang nyeri sudah enakan mbak. Alhamdulillah.. (p8) Saya
sebelum tidur malam, terapi otot sendiri to mbak..badan jadi rileks mbak.
Enak rasanya badan. (p1)
Sekarang saya sudah mudah memulai tidur, sebelumnya sering gelisah
dan susah tidur (p2)
Setelah diterapi relaksasi otot progresif jadi ngantuk-ngantuk sendiri
(p5)

Keadaan relaksvyang dirasanya oleh partisipan selesai melakukan


terapi otot progresif sesuai dengan yang dijelahkan oleh Potter and Perry
(2016) dimana pemberian terapi relaksasi otot progresif mengajarkan
partisipan untuk beristirahat secara efektif dan mengurangi ketegangan
otot-otot tubuh.
Relaksasi otot progresif adalah metode untuk membantu
menurunkan ketegangan sehingga otot tubuh menjadi rilek. Relaksasi otot
progresif bertujuan menurunkan kecemasan stres,otot-otot yang tegang
dan keadaan sulit tidur (Sudiarto, 2011).Relaksasi bekerja lebih dominan
pada sistem parasimpatik, sehingga menggendor saraf yang tegang. Saraf
simpatik berfungsi untuk mengendalikan pernapasan dan denyut jantung
untuk tubuh menjadi rileks (Demiralp, 2010).

Gambar 1

8
b. Nyeri berangsur hilang
Nyeri yang dirasakan oleh partisipan akibat serabut saraf yang
rusak, cedera atau mengalami gangguan fungsi berangsung menurun atau
hilang setelah melakukan terapi relaksasi otot progresif ini.Berikut ini
merupakan contoh kutipan dari ungkapan- ungkapan partisipan mengenai
rasa nyeri setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif:

Gambar 2

Saya dulu itu sering nyeri punggung, ini dah lumayan enekan mbak
seterah diterapi (p4)
Yang saya rasakan nyeri di lengan kanan dah jarang muncul mbak
(p10)
Sekarang kalau nyeri di engkel terasa, saya terus terapi relaksasi otot
progresis sesuai arahan mbak (p2)
Nyeri sendi nya sedikit demi sedikit berangsur menurun, jadi lebih
enakan buat ridur (p1)

Relaksasi bertujuan untuk mengurangi kecemasan, menurunkan


ketegangan otot dan secara tidak langsung akan menghilangkan nyeri
(Maruli et al, 2018). Nyeri adalah suatu respon subjektif terhadap stresor
fisik maupun psikologis. Nyeri yang dirasakan seorang individu dapat
disebabkan oleh beberapa keadaan seperti pasca proses pembedahan, atau
trauma yang dapat mengakibatkan nyeri akut, atau nyeri kronis yang
diakibatkan

9
oleh beberapa kondisi penyakit seperti kanker, nyeri pinggang bawah,
migrain atau nyeri sendi (Evans, 2016).
c. Menurunkan kecemasan
Rasa cemas dapat terjadi atau muncul dikarenakan suatu keadaan
yang tidak dapat dijelaskan. Partisipan akan merasakan khawatir yang
berlebih. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi pola tidur seseorang
hingga terjadi insomnia. Berikut ini merupakan contoh kutipan dari para
partisipan mengenai kecemasan yang dirasakan:

Bener kata mbak, saya susah tidur karena cemas. Gimana ndak cemas
mbak, pikiran kemana-mana. Gara-gara pandemic saya di rumahkan.
Tetaplah mbak, saya kepikiran kemana-mana (p9) Semenjak ada
pandemic-pandemi kayak gini saya ngeri mbak, khawatir kemana-
mana. Apa-apa jadi dibatasi. Rasanya hamper stress mbak. Tapi setelah
terapi lumayan tenang (p7)

Keadaan stress dan kecemasan seringkali terjadi pada kehidupan


seseorang dan penyebabnya dapat berupa berbagai peristiwa yang ditemui
setiap harinya. Apa lagi dengan adanya pandemi covid 19 seperti ini.
Semua aspek yang ada di masyarakat terkena imbasnya. Banyak juga yang
mengalami PHK, banyak pedagang kecil yang gulung tikar, serta
kecemasan mengenai tersebar luasnya virus tersebut dengan cepat.
Relaksasi mempunyai efek sensasi menenangkan anggota
tubuh,ringan dan merasa kehangatan yangmenyebar ke seluruh tubuh.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi
mempengaruhi kerjasaraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan
yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis
menjadi dominan sistem parasimpatis (Muthmainatun, 2012).

10
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan uraian pada pembahasan di atas, maka disimpulkan
terapi relaksasi otot progresif dapat digunakan untuk menurunkan nyeri dan
kecemasan yang menyebabkan insomnia. Setelah para partisipan mengikuti terapi
tersebut diharapkan mampu melakukannya sendiri dalam pelaksanaan relaksasi
otot progresif untuk mengatasi kecemasan yang muncul sewaktu-waktu.
Saran untuk bidan desa dapat dimasukkan program posyandu desa untuk
dapat memberikan terapi relaksasi otot progresi sesuai jadwal posyandu yang
sudah ada. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan
warga akibat imbas dari pandemi Covid-19.

UCAPAN TERIMAKASIH
1. Program Pengabdian masyarakat ini dibiayai oleh STIKES Cendekia Utama
Kudus dengan Surat Perjanjian Kontrak Pengabdian Masyarakat (SPK-PM)
Nomor: 027/SK-PI/LPPM-STIKES CU/I/2020 Tanggal 13 Januari 2020.
2. Kepala Desa Gondoharum, Bapak H. Kasmiran yang telah memberikan ijin
melakukan pengabdian masyarakat di lingkungan kerja Desa Gondoharum.
3. Bidan Desa Gondoharum, Ibu Tatik Cahyani yang bersedia memberikan
informasi dan mendampingi saat pengambilan data di masyarakat desa.
Lampiran 1 Standar Operasional Proseur Progressive Muscle Relaxation

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION
Menurut Rosdiana & Cahyati, (2021), prosedur pemberian terapi relaksasi

otot progresif sebagai berikut:

1. Bina hubungan saling percaya, jelaskan prosedur, tujuan terapi pada pasien.
2. Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
3. Posisikan pasien berbaring atau duduk di kursi dengan kepala ditopang.
4. Persiapan klien :
a. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur dan pengisian lembaran persetujuan
terapi kepada klien.
b. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang,
c. Lepaskan aksesoris digunakan seperti kacamata, jam dan sepatu.
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
5. Prosedur Pelaksanaan progressive muscle relaxation
a. Pastikan pasien rileks dan mintalah pasien untuk memposisikan dan fokus
pada tangan, lengan bawah, dan otot bisep, kepala, muka, tenggorokan,
dan bahu termasuk pemusatan pada dahi, pipi, hidung, mata, rahang, bibir,
lidah, dan leher. Sedapat mungkin perhatian diarahkan pada kepala karena
secara emosional, otot yang paling penting ada di sekitar area ini.
b. Anjurkan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan ciptakan
lingkungan yang nyaman.
c. Bimbingan klien untuk melakukan teknik relaksasi (prosedur di ulang
paling tidak satu kali). Jika area tetap, dapat diulang lima kali dengan
melihat respon klien.
d. Anjurkan pasien untuk posisi berbaring atau duduk bersandar. (sandaran
pada kaki dan bahu).
e. Bimbing pasien untuk melakukan latihan nafas dalam dan menarik nafas
melalui hidung dan menghembuska dari mulut seperti bersiul.
f. Kepalkan kedua telapak tangan, lalu kencangkan bisep dan lengan bawah
selama lima sampai tujuh detik. Bimbing klien ke daerah otot yang tegang,
anjurkan klien untuk merasakan, dan tegangkan otot sepenuhnya
kemudian relaksasi 12-30 detik.
g. Kerutkan dahi ke atas pada saat yang sama, tekan kepala mungkin ke
belakang, putar searah jarum jam dan kebalikannya, kemudian anjurkan
klien untuk mengerutkan otot seperti kenari, yaitu cemburut, mata di kedip
– kedipkan, monyongkan kedepan, lidah di tekan kelangit - langit dan
bahu dibungkukan selama lima sampai tujuh detik. Bimbing klien ke
daerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan rasanya, dan
tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks selama 12-30 detik.
h. Lengkungkan punggung kebelakang sambil menarik nafas napas dalam,
dan keluar lambung, tahan, lalu relaks. Tarik nafas dalam, tekan keluar
perut, tahan, relaks.
i. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan, relaks. Lipat
ibu jari secara serentak, kencangkan betis paha dan bokong selama lima
sampai tujuh detik, bimbing klien ke daerah yang tegang, lalu anjurkan
klien 10 merasakannya dan tegangkan otot sepenuhnya, kemudian relaks
selama 12-30 detik.
j. Selama melakukan teknik relaksasi, catat respons nonverbal klien. Jika
klien menjadi tidak nyaman, hentikan latihan, dan jika klien terlihat
kesulitan, relaksasi hanya pada bagian tubuh. Lambatkan kecepatan latihan
latihan dan berkonsentrasi pada bagian tubuh yang tegang.
k. Dokumentasikan dalam catatan perawat, respon klien terhadap teknik
relaksasi, dan perubahan tingkat nyeri pada pasien.
6. Teknik Gerakan Progressive Muscle Relaxation
a. Gerakan 1: ditujukkan untuk melatih otot tangan

1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan


2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi
3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks
selama 10 detik
4) Gerakan pada tangan ini dilakukan di kedua tangan klien sehingga klien
dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kiri.

b. Gerakan 2: ditunjukkan untuk melatih otot tangan bagian belakang.


1) Tekuk kedua lengan kebelakang pada pergelangan tangan sehingga otot
ditangan dibagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit.

Gambar 1 Gerakan Melatih Otot Tangan

c. Gerakan 3: ditunjukkan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas
pangkal lengan)
1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2) Kemudian membuka kedua kepalan kepundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.
Gambar 2 Melatih Otot Biceps

d. Gerakan 4: ditunjukkan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.


1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh
kedua telinga
2) Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan yang terjadi dibahu,
punggung atas, dan leher.

Gambar 3 Melatih Otot Bahu

e. Gerakan 5: ditujukan untuk melatih otot-otot wajah agar mengendur


1) Gerakan dahi dengan mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan
kulitnya keriput, lakukan selama 5 detik
2) Selepas dahi, Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan
disekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata
3) Gerakan bibir seperti bentuk mulut ikan dan lakukan selama 5-10 detik
Gambar 4 Mengendurkan Otot Wajah

f. Gerakan 6: ditunjukkan untuk mengendurkan ketegangan yang di alami oleh


otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan di sekitar otot rahang.
g. Gerakan 7: ditunjukkan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan disekitar
mulut.
h. Gerakan 8: ditunjukkan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang kemudian otot leher
bagian depan
2) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat
3) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
i. Gerakkan 9: ditunjukkan untuk melatih otot leher bagain depan
1) Gerakan membawa kepala ke muka
2) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka.
j. Gerakan 10: ditunjukkan untuk melatih otot punggung
1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2) Punggung dilengkungkan
3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks
4) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lemas.
Gambar 5 Melatih Otot Punggung dan Leher

k. Gerakan 11: ditunjukkan untuk melemaskan otot dada


1) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
2) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan dibagian
dada sampai turun ke perut, kemudian di lepas.
3) Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.
l. Gerakan 12: ditunjukkan untuk melatih otot perut
1) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
2) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan
bebas.
3) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.
m. Gerakan 13-14: ditunjukkan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis)
1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
2) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis
3) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu di lepas d. Ulangi setiap gerakan
masing-masing dua kali

Gambar 6 Melatih Otot Kaki


DAFTAR PUSTAKA

1. Abd Allah, E. S., Abdel-Aziz, H. R., &Abo El-Seoud, A. R. (2014). Insomnia:


Prevalence, risk factors, and its effect on quality of life among elderly in
Zagazig City, Egypt. Journal of Nursing Education and Practice.
https://doi.org/10.5430/jnep.v4n8p52.

Andi Thahir. (2015). Pengaruh PMR (Progressive Muscle Relaxation)


Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Panti Sosial Lanjut Usia Tr Werdha
Natar Provinsi Lampung Tahun 2012. Bimbingan Dan
Konseling (E-Journal), 02(1), 1–14.
2. Australasian Sleep Association. (2012). For health profesionals: Insomnia.
Australia: Australasian Sleep Association
3. Demiralp, M.F. (2010). Effects of relaxation training on sleep quality and
fatigue in patients with breast cancer undergoing adjuvant chemotherapy.
JClin Nurs, 19, 1073-83.
4. Driver, H., Gottschalk, R., Hussain, M., Morin, C. M., Shapiro, C., & Zyl,
L. Van. (2012). The Youthdale Series 1 insomnia in adults and children.
5. Evans, M. R. (2016). Pathophysiology of Pain and Pain Assessment Module 1
Pain Management : Pathophysiology of Pain and Pain Assessment American
Academy of Orthopaedic Surgeons.American Medical Association, 7, 1–12.
6. Hellstrom, A. (2013). Retinopathy of prematurity. Elsevier, 382.
7. Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.
8. Imadudin, M. I. (2012). Prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN
angkatan 2011 pada tahun 2012.
9. Maruli, elsye, moh afandi. (2018). pengaruh ROM untuk menurunkan nyeri
sendi dengan Osteoatritis di wilayah puskesmas goddwan 1 sleman
Yogyakarta. Care, 6 (1).
10. Muthmainatun. (2012). Pengaruh terapi relaksasi otot terhadap tingkat
kecemasan pada lansia di Shelter Gondang I Wukirsari Cangkringan Sleman
Yogyakarta.
11. http://FKIKUMY.id/4455/1/J210070104.pdf diakses 23 Oktober 2013.
12. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2016). Fundamentals of nursing: Concept,
process and practice. St. Louis: Mosby-Year Book.
13. Setyoadi, K. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada Klien
Psikogeriatrik.Jakarta: Salemba Medika
14. Sudiarto. (2011). Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Binaan Rumah
Sakit Emanuel Klempok Banjarneg

Anda mungkin juga menyukai