Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidur merupakan suatu kebutuhan yang harus kita perhatikan
dengan baik karena apabila tidak mendapatkan tidur yang cukup, akan
berdampak buruk bagi kesehatan. Menurut National Sleep
Foundation, sekitar 70% orang menderita masalah tidur, paling sedikit
seminggu sekali. Sebagian orang dapat mudah tertidur, tetapi
sebaliknya terdapat pula yang mengalami kesulitan untuk tidur.
Kesulitan tidur ini biasa dikenal dengan sebutan insomnia. (1)
Insomnia merupakan suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya
gangguan dalam jumlah kualitas atau waktu tidur pada seorang
individu. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional,
kognitif, dan sosial seseorang. Kondisi insomnia ini juga
mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang hari dan kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari - hari dan tidak tercukupinya
kebutuhan tidur yang baik. (1) Jenis insomnia berdasarkan durasinya
yaitu akut dan kronik. Jenis akut terjadi beberapa hari hingga minggu,
sedangkan untuk kronik terjadi beberapa bulan hingga tahunan. (2)
Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu gangguan
psikologis (stress, depresi dan lainnya), gangguan kesehatan, gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi kafein yang
berlebihan, lalu obat-obatan dan faktor lingkungan seperti suara
bising, lampu yang terlalu terang, serta suhu yang terlalu dingin atau
terlalu panas, sehingga dapat mengganggu tidur. (3)
Beberapa gejala yang umumnya ditemukan pada insomnia yaitu
waktu tidur yang kurang, mudah terbangun saat malam hari, bangun
pagi lebih awal, rasa mengantuk yang dirasakan sepanjang hari dan
sering tertidur sejenak. Hal ini menyebabkan produktivitas, kualitas
tidur seseorang menjadi menurun serta dapat menyebabkan tubuh
terasa lemah, letih dan lesu akibat tidur yang tidak lelap. (4,5)
Menurut Survei yang di lakukan oleh Crampex (produsen pil tidur)
bahwa 86 % orang di seluruh dunia mengalami gangguan tidur yaitu
insomnia. Di Inggris sebanyak sepuluh juta resep obat tidur telah
ditulis setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, prevalensi penderita
insomnia diperkirakan mencapai 10 %, yang artinya dari total 238 juta
penduduk Indonesia sekitar 23 juta jiwa diantaranya menderita
insomnia (Medicastore 2010, Cable News Network Indonesia 2017).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 5886 lansia berusia 65
tahun ke atas, didapatkan bahwa lebih dari 70% lansia diantaranya
mengalami insomnia.(4) Dapat dilihat bahwa angka kejadian insomnia
di Indonesia masih tergolong tinggi, maka dari itu pengobatan pada
insomnia sangatlah penting untuk membantu mengurangi kejadian
insomnia. Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan pada insomnia
yaitu dengan terapi akupuntur.(6)
Kata akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti
jarum dan punctura yang berarti menusuk sedangkan dalam bahasa
cina yaitu cenciu. Akupuntur diartikan sebagai suatu pengobatan
tradisional cina yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-
titik tertentu pada tubuh pasien yang bertujuan untuk mengembalikan
(6,7)
sistem keseimbangan tubuh sehingga tubuh sehat kembali.
Akupuntur bertujuan untuk melancarkan qi meridian- meridian
dalam tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia memiliki 12 meridian
umum yang mewakili organ -organ dalam tubuh. Terapi akupuntur
pada insomnia utamakan memilih titik dari meridian jantung untuk
penenang. Gejala yang dapat terjadi jika terdapat masalah pada
jantung antara lain nafsu makan menurun, sulit tidur, dan lainnya.
Terdapat pula terapi akupuntur telinga yang dapat membantu
penderita insomnia(7,8)
Kelebihan pengobatan akupuntur ini ialah kesederhanaan teknik,
efektifitas, indikasi yang luas, hampir tidak ada efek samping, dan
murah. Dikatakan sederhana karena dalam pelaksanaannya peralatan
yang digunakan tidak rumit dan banyak, hanya menggunakan jarum
khusus. Akupuntur merupakan pengobatan yang efektif, karena dapat
menunjukan efek positif dalam waktu yang relatif singkat. Pengobatan
akupunktur tidak menggunakan bahan kimia, karena penggunaan
bahan kimia dapat menimbulkan efek samping yang merugikan bagi
pasien, oleh karena itu pengobatan akupunktur mempunyai prospek
ke depan yang cukup bagus.(9)
Terapi pada insomnia juga dapat dilakukan pada titik akupuntur
Sishencong. Titik EX-HN1 Sishencong merupakan terapi utama untuk
penenang. Indikasinya yaitu seperti gangguan kepala, insomnia, daya
ingat, vertigo dan lain-lain. (10)
Penerapan terapi akupuntur untuk mengatasi masalah tidur
(insomnia) menunjukkan hasil yang menjanjikan. Hal ini dibuktikan
pada sebuah penelitian dalam Journal of Alternative and
Complementary Medicine. Studi tersebut menemukan bahwa
akupuntur dapat meningkatkan durasi dan kualitas tidur secara
keseluruhan.(11)
Pada penelitian efektifitas pemberian terapi akupuntur dengan
kasus insomnia di panti Wreda Darma Bakti Surakarta juga
mengatakan bahwa pemberian terapi akupuntur pada insomnia sangat
efektif serta tidak ada indikasi ketergantungan. Berdasarkan penelitian
ini menunjukkan terapi akupuntur pada titik Baihui (GV 20) mengalami
peningkatan kualitas tidur sebanyak 4 orang (26,7%) dan pada titik
Anmian (EX-HN 16) kualitas tidurnya meningkat 14 orang (66,7%).
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan efektifitas dilakukan uji
statistic Chi- Square Test dan didapatkan hasil X 2= 4,821 dengan p-
value = 0,028 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan
terhadap peningkatan kualitas tidur dengan terapi akupuntur pada titik
Baihui (GV 20) dan titik Amnian (EX-HN 16). Penelitian ini
mengatakan terdapat titik Anmian (EX-HN 16) merupakan titik yang
lebih efektif dibandingkan dengan pemberian terapi akupuntur pada
titik Baihui (GV 20) pada kasus insomnia.Terapi akupuntur tersebut
memberikan manfaat yang baik pada penderita insomnia. (12)

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui efektivitas terapi
akupuntur pada insomnia

1.3 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini diantaranya :
a. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai bahan masukan bagi pengetahuan tentang terapi
akupuntur pada insomnia
b. Bagi lulusan dokter
Sebagai masukan untuk keilmuan profesi dokter dalam hal
penanganan insomnia
c. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang
akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik terapi
akupuntur pada insomnia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Insomnia


Insomnia adalah gangguan tidur yang umum ditandai
dengan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur atau
keduanya meskipun ada kesempatan untuk melakukannya.
Insomnia tidak hanya akan mengganggu stamina dan suasana hati
seseorang, tetapi juga kesehatan mereka, kinerja dan kualitas
hidup. Menurut PPDGJ III, insomnia adalah kondisi tidur yang tidak
memuaskan secara kuantitas dan kualitas, yang berlangsung untuk
satu kurun waktu tertentu.(13)
Insomnia dapat disimpulkan sebagai kondisi dimana
seseorang sulit untuk memulai tidur dan mempertahankan tidurnya.
Walaupun mereka memiliki waktu tidur yang cukup, namun tidur
yang mereka lakukan tidak memiliki kualitas dan akan
menimbulkan kelelahan dipagi harinya. Insomnia dapat bersifat
sementara ataupun menetap.(13)

2.2 Gejala Insomnia


Menurut International Classification of Sleep Disorder 2
(ICSD-2), Insomnia ditegakkan apabila terdapat 1 atau lebih
keluhan seperti kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk
mempertahankan tidur sehingga sering terbangun dari tidur,
bangun terlalu dini hari dan sulit untuk tidur kembali, tidur dengan
kualitas yang buruk. Kesulitan tidur di atas terjadi meskipun
terdapat peluang dan keadaan yang cukup untuk tidur, serta
setidaknya terdapat satu gangguan yang dialami pada siang hari :
kelelahan, gangguan atensi, konsentrasi, dan memori, gangguan
dalam hubungan sosial dan pekerjaan atau performa yang jelek di
sekolah, gangguan mood atau iritabel, mengantuk di siang hari,
kekurangan energi inisiasi dan motivasi, sering mengalami
kesalahan, kecelakaan saat bekerja atau menyetir, nyeri kepala,
gangguan pencernaan akibat kurang tidur dan mengawatirkan
kondisi ini.(1)
Gejala yang dapat timbul seperti gangguan atau sulit saat
memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun tidur terlalu pagi,
tidur yang tidak menyegarkan atau kombinasinya, rasa ngantuk
sepanjang hari, menurunnya daya ingat dan konsentrasi, cemas,
rasa lelah dan mudah tersinggung. (2)

2.3 Faktor Resiko Insomnia


Terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami insomnia, antara lain stress, gaya hidup,
lingkungan, makan dan minum berlebihan, olahraga terlalu berat
atau gaya hidup menetap, kebiasaan tidur, dan sakit atau
gangguan medis.(14)
Faktor resiko insomnia antara lain yakni seperti stres akibat
pekerjaan, sekolah, atau keluarga yang dapat membuat pikiran
menjadi aktif dimalam hari. Kecemasan dan depresi disebabkan
karena terjadi ketidakseimbangan kimia dalam otak atau
kekhawatiran yang menyertai depresi. Terdapat juga obat-obatan
yang dapat mempengaruhi proses tidur termasuk beberapa
antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi,
stimulan, dan kortikosteroid. Lalu kafein, nikotin, alkohol juga
merupakan faktor resiko insomnia. Kondisi medis seperti gejala
nyeri kronis, kesulitan bernapas dan lainnya juga dapat
menyebabkan insomnia karena menimbulkan rasa tidak nyaman. (15)

2.4 Klasifikasi Insomnia


Menurut Munir (2015) klasifikasi berdasarkan bentuk
insomnia yaitu:
1) Difficulty in Initiating Sleep (DIS)
Jenis ini sering disebabkan karena tidur yang terjaga yang
disertai kecemasan dan faktor lain.
2) Difficulty in Maintaining Sleep (DMS)
Biasanya terbangun secara tiba-tiba, atau pada saat-saat
tertentu seperti merasa pusing tiba-tiba kemudian terbangun.
3) Early Morning Waking (Sleep Offset Insomnia)
Sering terjadi pada orang tua dan biasanya disebabkan karena
demensia, penyakit parkinson, gejala menopause, depresi, dan
obat-obatan.(15)
Berdasarkan durasinya, insomnia dibagi menjadi akut dan
kronis. Insomnia akut dapat terjadi sehari sampai beberapa
minggu. Insomnia kronik adalah insomnia yang keluhannya
dirasakan lebih dari 1 bulan. Insomnia juga dapat dibagi menjadi
primer dan sekunder. Insomnia primer yaitu seseorang mengalami
masalah tidur yang tidak terkait langsung dengan kondisi atau
masalah kesehatan lainnya. Insomnia ini penyebabnya tidak
diketahui. Sedangkan insomnia sekunder yaitu insomnia yang
timbul bersama dengan gangguan psikiatri (depresi, cemas),
penyakit medis (penyakit jantung, kanker, radang sendi, hipertensi,
nyeri kronik, gangguan pencernaan, gangguan saraf, gangguan
pernafasan), obat yang mereka minum atau zat yang digunakan
seperti alcohol.(2)

2.5 Definisi Akupuntur


2.6 Manfaat Akupuntur
2.7 Penelitian Terapi Akupuntur pada Insomnia
2.8 Kelebihan Terapi Akupuntur
Daftar Pustaka

1. Susanti L. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Insomnia di


Poliklinik Saraf RS DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2015;4(3):951-952
2. Candra, G.A.D.P. Diagnosis dan Penanganan Insomnia Kronik.
Jurnal Medika Udayana. 2013;2(3):2-5
3. Rianjani A, Nugroho HA, Astuti R. Kejadian Insomnia Berdasar
Karakteristik dan Tingkat Kecemasan pada Lansia di Panti Wredha
Pucang Gading Semarang. 2011; 4(2) : 3-7
4. Bestari, Winda Ayu. Penerimaan Masa Lalu Terhadap Insomnia
Pada Lansia. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. 2013.
5. Sumedi T, Wahyudi, Kuswati A.Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Penurunan Skala Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dewanata
Cilacap. Jurnal Keperawatan Soedirman. 2010;5(1)
6. Dharmojono. Teknik Hebat Penyembuhan Dengan Akupunktur dan
Moksibasi oleh Dharmojono. 2010.
7. Wong F. Acuyoga, Kombinasi Akupresur dan Yoga. Penebar
Swadaya Grup. Jakarta. 2011.
8. Omi S. WHO Standard Acupuncture Point Locations in The
Western Pacific Region. WHO Western Pacific Region, Manila
Philippines, 2009.
9. Howan AWN, Karsono OMF. Alasan Pasien Non Tionghoa
Menggunakan Pengobatan Akupuntur di Dua Klinik Akupuntur
Surabaya Selatan. Century J Chinese Lang Lit Cult. 2014;2(1):30–
43.
10. Saputra K. Akupunktur Dasar Edisi 2. Universitas Airlangga.
Surabaya. 2017.
11. Cao H, M.D, Pan X, M.D, Li H, M.A, et al. Acupuncture for
Treatment of Insomnia: A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials. Journal of Alternative and Complementary
Medicine. 2009;15(11): 1171–1186. doi: 10.1089/acm.2009.0041
12. Yatmihatun S, Kusumawati HN, Hryanto J. Efektifitas Pemberian
Terapi Akupuntur Antara Titik Bahui (GV 20) dengan Titik Anmian
(EX-HN 16) pada lansia dengan kasus insomnia di Panti Wreda
Darma Bakti Surakarta. Kementerian Kesehatan, Politeknik
Kesehatan Surakarta, Jurusan Akupunktur. 2016; 1(1)
13. Ruiz P, MD, Sadock B, Sadock V. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry: Behavioural Science/Clinical Psychiatry, 11th Edition.
2014.
14. Nasution I. Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Sulit Tidur
(Insomnia). Fakultas Psikologi Universitas Abdurrab. Pekanbaru.
2017;1(1): 39-47
15. Munir, Badrul. Neurologi Dasar. Jakarta : Sagung Seto.2015.
16. Ghaddafi, Muammar. Management of Insomnia Using
Pharmocology or Non- Pharmocology. Bagian SMF Ilmu Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar. Jurnal Medika Udayana. 2013 :1-16

Anda mungkin juga menyukai