DENGAN INSOMNIA
DI RUANG ANGGREK RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
PUCANG GADING SEMARANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan
Gerontik
Pembimbing akademik: Ns. Artika Nurrahima, M.Kep
Pembimbing Klinik : Dra. Tri Indriyanti
Disusun Oleh:
Aulia Nur Prasetya 22020115120035
Fastika Furi A. 22020115120058
Melinda Kumala Sari 22020115130082
Novinda Kurnia Fitri 22020115120031
A. 15. 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan seseorang yang telah mencapai usia
diatas 60 tahun dimana sesuai dengan UUD Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1998 mengenai kesejahteraan lanjut usia (Depkes RI, 2014).
Sedangkan beberapa ahli mengemukakan berbagai pendapat yang berbeda-
beda akan pengertian lansia. Menurut Setianto, seseorang dapat dikatakan
lansia apabila usianya mencapai 65 tahun ke atas. Sedangkan menurut
Pudjiastuti, lansia bukanlah sebuah penyakit melainkan tahap lanjutan dari
suatu proses kehidupan dimana ditandai dengan adanya penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Abdul dan
Sandu, 2016).
Pada lansia terjadi proses penuaan dimana banyak dikaitkan dengan
perubahan-perubahan fungsi-fungsi tubuh. Masalah umum yang biasa
terjadi pada lansia salah satunya adalah perubahan fungsi imunitas tubuh,
semakin bertambahnya usia fungsi imunitas akan semakin menurun. Maka,
dari itu lansia lebih beresiko terserang penyakit degeneratif atau penyakit
kronis lain (Lenny, 2011). Dari penyakit-penyakit yang biasa terjadi pada
lansia biasanya sering menimbulkan nyeri. Salah satunya nyeri akut, nyeri
akut merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat dengan akhirnya dapat diantisipasi atau
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan (Nanda, 2018).
Bertambahnya usia manusia juga berpengaruh pada pengalaman
tidur atau pola tidur. Perubahan pola tidur ini sebenarnya merupakan tanda
dari suatu gangguan tidur yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
tidur lansia dan akhirnya akan memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan lansia. Seperti insomnia, yang merupakan gangguan tidur sering
terjadi pada lansia dengan gejala yang sering dikeluhkan antara lain
kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan menahan tidur, sering terbangun
dimalam hari, dan sering tebangun lebih awal (Indriyati, 2015).
Bertambahnya usia juga membuat seseorang mempunyai
pengalaman yang banyak semasa hidupnya. Tidak terkadang juga beberapa
dari mereka memiliki masalah-masalah yang belum teratasi di masa lalunya.
Pada PM terlihat koping yang dimilikinya tidak efektif atau bisa dibilang
ketidakefektifan koping. Dimana ketidakefektifan koping merupakan
ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor,
ketidakadekuatanpilihan respon yang dilakukan, dan/atau ketidakmampuan
untuk menggunakan sumber daya yang tersedia (Nanda, 2018). Pada PM
juga ditemukan gejala resiko konstipasi yang merupakan rentan mengalami
penurunan frekuensi defekasi normal yang disertai dengan kesulitan atau
tidak lampiasnya pasase feses, yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda,
2018).
Seperti yang kelompok telah lakukan saat pengkajian pada Ny. R di
Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Puncang Gading didapatkan beberapa
permasalahan serupa seperti yang telah disebutkan diatas sebelumnya yaitu
masalah kesehatan fisik berupa nyeri dan gangguan tidur. Sehingga
diperlukan adanya suatu penanganan pada permasalahan-permasalahan
yang muncul. Hal ini supaya dapat membantu mengatasi atau mengurangi
masalah yang muncul tersebut.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan
pada klien lansia dengan permasalahan yang ada.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan tepat
dan benar
b. Mahasiswa mampu merencanakan, melakukan dan
mendokumentasikan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
INSOMNIA (00095)
A. Definisi
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi (NANDA, 2018). Sedangkan menurut Kasim (2015),
insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang sering terjadi pada
lansia yang ditandai dengan kesulitan saat memulai untuk tidur, sering
bangun saat malam hari, sulit menahan tidur, dan sering terbangun lebih
awal. Penyebab dari insomnia pada lansia ada 4 yaitu:
1. Penyakit fisik atau gejala seperti nyeri (jangka panjang), kandung
kemih atau prostat, penyakit sendi
2. Penggunaan obat seperti obat resep penyakit kronis, kafein, dan alkohol
3. Penyakit mental seperti depresi, cemas, status kesehatan buruk, dan
kehilangan identitas pribadi
4. Faktor lingkungan atau perilaku dan nutrisi
Insomnia pada lansia dapat mengakibatkan dampak yang cukup berat, yang
mana lansia tidak dapat mengembalikan kondisi tubuhnya dengan baik
sehingga mengakibatkan lansia mudah lelah, psuing, stress, dan cemas.
NYERI
A. Pengertian
Nyeri adalah perasaan ketidak nyamanan yang timbul secara sensori
maupun emosional yang di tandai dengan kerusakan jaringan ataupun tidak.
Menurut Ratnasari (2013) dalam Kurniyawan (2016) nyeri timbul akibat
adanya rangsangan berupa kerusakan jaringan dalam tubuh sebagai akibat
dari adanya cedera, kecelakaan, maupun tindakan medis seperti operasi.
Nyeri adalah respon seseorang terhadap nyeri yang di rasa sangat beragam
dan respon nyeri merupakan sesuatu yang sangat subjektif artinya tidak
semua orang yang mengalami tingkat nyeri yang sama akan merespon
rangsangan nyeri tersebut dengan sama. Terdapat beberapa tipe nyeri
seperti:
1. Cutaneous pain
Cutaneous (kulit) merupakan salah satu dari reseptor nyeri yang ada di
tubuh. Cutaneous pain terjadi jika rangsangan nyeri berasal dari kulit
dan sub kutan.
2. Viseral pain
Viseral pain tergolong dalam nyeri noniseptif yaitu nyeri yang tanpa
didahului oleh stimulus. Secara umum viseral pain merupakan nyeri
yang berasal dari organ dalam tubuh yang memiliki rongga seperti
lambung, usus, pancreas, kandung empedu, dan jantung.
3. Neuropathic pain
Nyeri yang timbul karena adanya lesi pada jaringan saraf baik perifer
maupun sentral. Disebabkan akibat amputasi, toksis metabolik atau
karena infeksi.
4. Acute pain
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (Interbational
Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
dan diprediksi (NANDA, 2018).
5. Kronic pain
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (Interbational
Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
dan diprediksi yang berlangsung lebih dari 3 bulan (NANDA, 2018).
B. Etiologi
1. Pada lansia terdapat penyakit kronis yang dapat menimbulkan nyeri.
Terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan nyeri diantaranya:
a. Depresi
b. Gangguan pola tidur
c. Isolasi diri
d. Defisit fungsional dan peningkatan ketergantunagn
e. Kerusakan kognitif
f. Biaya dan penggunaan layanan kesehatan
2. Etiologi nyeri akut (NANDA, 2015)
a. Agen cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
b. Agen cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebih)
c. Agen cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agen mustard)
3. Etiologi nyeri Kronis (NANDA, 2018)
a. Perubahan pola tidur
b. Distres emosi
c. Keletihan
d. Peningkatan indeks massa tubuh
e. Pola seksualitas tidak efektif
f. Agens pencedera
g. Malnutrisi
h. Kerusakan sistem saraf
i. Penggunaan komputer yang lama
j. Mengangkat beban berat berulang
k. Isolasi sosial
l. Vibrasi seluruh tubuh.
C. Batas Karakteristik
1. Nyeri Akut (NANDA, 2015)
a. Bukti nyeri dengan menggunakan standar pengkajian nyeri untuk
pasien yang tidak bisa mengungkapkan yang dirasakan (mis.
Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assessment Checklist for Senior
with limited Ability to Communicate)
b. Diaphoresis
c. Dilatasi pupil
d. Ekspresi wajah nyeri (mis. Mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
e. Fokus menyempit (mis. Persepsi waktu, proses berpikir, interaksi
dengan orang dan lingkungan
f. Fokus pada diri sendiri
g. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis.,
Wong-Baker, FACES, skala analog visual, skala penilaian numeric)
h. Keluhan tentang karakteristik nyeri menggunakan standar
instrument nyeri, (mis., McGill Pain Questionnaire, Brief Pain
Inventory)
i. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis., anggota
keluarga, pemberi asuhan)
j. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis,
waspada)
k. Perilaku distraksi
l. Perubahan parameter fisiologis (mis., tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernafasan, saturasi O2, dan end tidal
karbondioksida (CO2)
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n. Perubahan selera makan
o. Putus asa
p. Sikap melindungi area yang nyeri
q. Sikap tubuh melindungi
2. Nyeri Kronis
a. Perubahan pola tidur
b. Anoreksia
c. Ekspresi wajah yeri
d. Pemeriksaan dengan skala pengukuran nyeri
e. Klien fokus pada diri sendiri
D. Patofisiologi Nyeri
Saat tubuh mengalami injuri maka rangsang yeri akan diterima oleh
nociceptor pada kulit, intensitasnya bisa tinggi ataupun rendah. Sel nekrosis
merilis K + dan protein intraseluler. Peningkatan K + ekstraseluler yang
akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein akan
menginflimasi mikroorganisme yang akan menyebabkan inflimasi.
G. Perencanaan
Menentukan prioritas diagnosa keperawatan sehingga dapat merencanakan
tindakan keperawatan yang spesifik secara berurutan dan menentukan
kriteria hasil yang menggunakan NOC (Nursing Outcome Classification).
Tujuan dan kriteria hasil
1. NOC: Kontrol nyeri dan Tingkat nyeri
2. Kriteria hasil:
a. Klien dapat mengenali kapan nyeri terjadi
b. Menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
c. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
d. Nyeri
e. yang dilaporkan
f. Melaporkan nyeri yang terkontrol
H. Intervensi
Intervensi didefinisikan sebagai berbagai perawatan berdasarkan penilaian
klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan
hasil klien (NANDA, 2015) panduan untuk membuat intervensi
keperawatan yaitu NIC (Nursing interventions classification). Intervensi
dilakukan sesuai dengan yang sudah di rencanakan agar sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil.
Manajemen Nyeri (1400) (Bulechek, et al. 2016)
1. Melakukan pengkajian nyeri PQRST
2. Gali faktor-faktor yang dapat menurunkan dan memperberat nyeri
3. Ajarkan teknik non farmakologi
4. Mengajarkan metode farmakologi untuk mengurangi nyeri
5. Dukung istirahat untuk mengurangi nyeri
KETIDAKEFEKTIFAN KOPING
A. Pengertian
Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stresor,
ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan/atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia (NANDA,
2018).
B. Etiologi
Ketidakefektifan koping disebabkan oleh beberapa hal seperti derajat
ancaman yang tinggi, ketidakmampuan mengubah energi yang adaptif,
penilaian ancaman yang tidak akurat, kurang percaya diri dalam
kemampuan mengatasi masalah, tidak adekuatan kesempatan untuk bersiap
terhadap stressor, sumber yang tersedia tidak adekuat, gangguan pola
melepaskan ketegangan, persepsi kontrol yang tidak adekuat dan kurang
dukungan sosial.
C. Batas Karakteristik
Biasanya tanda gejala yang muncul pada ketidakefektifan koping yaitu
perubahan konsentrasi, perubahan pola tidur, perubahan pola komunikasi,
perilaku deksktrutif terhadap orang lain, perilaku dektruktif terhadap diri
sendiri, kesulitan mengorgagnisasi informasi, keletihan, ketidakmampuan
meminta bantuan, ketidakmampuan menghadapi situsai, strategi koping
yang tidak efektif, akses dukungan sosial tidak adekuat, kurang perilaku
yang berfokus pada pencapaian tujuan, kurang resolusi amasalh,
ketidakmampuan mengatasi masalah dan perilaku mengambil risiko.
D. Intervensi
Peningkatan Koping (5230)
1. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
konstruktif
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
3. Berikan suasana penerimaan
4. Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian
secara objektif
5. Dukung sikap (pm) terkait dengan harapam yang realistis sebagai upaya
untuk mengatasi perasaan ketidakberdayaan
6. Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
RISIKO KONSTIPASI
A. Pengertian
Rentan mengalami penurunan frekuensi defekasi normal yang disertai
dengan kesulitan atau tidak lampiasnya pasase feses, yang dapat
mengganggu kesehatan (NANDA, 2018).
B. Faktor resiko
1. Kelemahan otot abdomen
2. Dehidrasi
3. Perubahan kebiasaan makan
4. Gangguan emosi
5. Kurang asupan serat
6. Kurang asupan cairan
7. Kebiasaan defekasi tidak terartur
C. Intervensi
Manajemen cairan (4120)
1. Jaga intake atau asupan yang akurat dan catat output pasien
2. Monitor tanda-tanda vital PM
3. Berikan cairan dengan tepat
I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama Lansia : Ny. R
2. Usia : 64 tahun
3. Agama : Nasrani
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Nama Wisma :Unit Rumah Pelayanan Sosial
Puncang Gading
6. Pendidikan : SD
7. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Status Perkawinan : Janda
9. Pengasuh Wisma : Ny. T
C. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat penyakit : Hipertensi dan Kolestrol
Ny. R berkata “ini mbak saya kan punya darah tinggi makane iki
lehere sering sakit. Saya juga ada kolestrol, saya taunya pas
periksa disini nek ada pemeriksaan mbak.”
2. Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi
Ny. R berkata “Iya dari mbah saya orang tua saya itu tekanan
darah e pada tinggi semua mbak, keturunan dari mbah.”
3. Riwayat pencegahan penyakit :
a. Riwayat monitoring tekanan darah : Pengecekan TD
dilakukan setiap hari yaitu pada siang hari
Ny. R berkata “Ini tiap hari dicek kok mbak, nggeh ditensi
darahe, wingi ditensi itu 130/ 80 mbak, nanti ditensi lagi ya
mbak.”
b. Riwayat vaksinasi : Pernah melakukan
imunisasi waktu kecil akan tetapi vaksinasi belum pernah
Ny. R berkata “Nek kayak imunisasi ya dulu waktu kecil
imunisasi, kalau vaksin saya belum pernah.”
c. Skrinning kesehatan yang dilakukan : Pemeriksaan rutin
kesehatan yang dilakukan seminggu sekali
Ny. R berkata “Kalau disini setiap hari sabtu mbak biasanya
ada dokter kesini, meriksa terus ngasih obat, ngecek tekanan
darah.”
4. Status gizi
a. Berat badan : 64 kg
b. Tinggi Badan : 156 cm
c. IMT : 64/2,4336 = 26,29 (Berat badan berlebih)
d. Lila : 34,7 cm
5. Masalah kesehatan terkait status gizi
a. Masalah pada mulut
Ny. R berkata “Nggak pernah sariawan, sakit gigi saya mbak
pernah sampe bengkak juga to, terus saya beli obat paramex
didepan tak minum eh manjur langsung sembuh mbak.”
b. Perubahan berat badan
Ny. R berkata “Nek nimbang kadang ya naik turun mbak berat
badane, terakhir nimbang kemaren itu 62 kg mbak.”
c. Masalah nutrisi
Ny. R berkata “Kan tekanan darahnya tinggi ya tak kurangn
makan asin mbak, tapikan kalau makan tetap dari dapur kan
yang bikin jadi ya tetep dimakan. Saya suka makanan manis
mbak hehehe.”
6. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Ny. Rahayu memiliki masalah kesehatan yaitu hipertensi dan
kolestrol
7. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Amlodipin 1x sehari. Ny. R berkata “Obat e amplodipin mbak,
kalau periksa pas tekanan darahe tinggi ya diksih obat itu terus tak
minum setiap hari sampai habis.”
8. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Pengontrolan tekanan darah
9. Status fungsional ( Indek KATZ)
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak melakukan
satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen Mandiri : √
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
Tergantung :
Keterangan:
Berdasarkan hasil skrinning SPMSQ skor Ny. R adalah 1 (status
kognitif baik)
2. Perubahan yang terkait status kognitif
Tidak ada, status kognitif Ny. R tergolong baik
3. Dampak yang timbul terkait status kognitif
Tidak ada
4. Status depresi
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pada dasarnya anda puas Tidak (Ya)
dengan kehidupan anda?
2 Sudahkah anda meninggalkan Ya (Tidak)
aktivitas dan minat anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda Ya (Tidak)
kosong?
4 Apakah anda sering bosan? Ya (Tidak)
5 Apakah anda mempunyai semangat Tidak (Ya)
setiap waktu?
6 Apakah anda takut sesuatu yang Ya (Tidak)
akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia setiap Tidak (Ya)
waktu?
8 Apakah anda merasa jenuh? Ya (Ya)
9 Apakah anda lebih suka tinggal Ya (Ya)
dirumah malam hari daripada pergi
melakukan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa bahwa anda Ya (Tidak)
lebih banyak mengalami masalah
dengan ingatan anda daripada
dengan yang lainnya?
11 Apakah anda berfikir sangat Tidak (Ya)
menyenangkan hidup sekarang ini?
12 Apakah anda merasa tidak berguna Ya (Tidak)
saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh Tidak (Ya)
berenergi saat ini?
14 Apakah anda saaat ini sudah tidak Ya (Tidak)
ada harapan lagi?
15 Apakah anda berfikir banyak orang Ya (Ya)
yang lebih baik dari anda?
Keterangan: berdasarkan hasil pengkajian depresi GDS, skor depresi
Ny.R adalah 3 yang berarti kondisi klien tidak menandakan depresi
5. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Tidak ada dikarenakan klien tidak menandakan status depresi
6. Dampak yang timbul terkait status depresi
Tidak ada
7. Keadaan emosi : Keadaan emosi Ny.R stabil
a. Ansietas
Ny. R terlihat tenang, santai dan nyaman saat dilakukan
pengkajian
b. Perubahan perilaku
Ny. R memiliki perilaku yang baik, ramah, tidak menyimpang,
dan tidak ada gangguan emosi
c. Mood
Ny. R memiliki mood yanbg baik.
8. Pengkajian Stress
Ny. R berkata “saya kalau ada masalah jarang cerita ke temen-
temen disini mbak. Saya itu biasanya dipendem disimpan sendiri
aja, saya ngatasinya biasanya dengan melakukan aktivitas-
aktivitas gitu saya disini diterima dengan baik juga. Tapi ya kadang
saya merasa lelah kalau banyak aktivitas mbak namun itu kan
tanggungjawab. Saya melakukan aktivitas ya biar lupa juga sama
itu.”
Ny. R berkata “kalau dibilang sering kepikiran masalah-masalah
yang dulu ya pasti misalkan kalo habis bangun kadang suka
kepikiran tapi ya saya mencoba untuk selalu ikhlas gimana juga
mba.”
a. Pengukuran tingkat stres
No Pertanyaan Tidak Terkadang Sering Skor
Pernah
1 Apakah anda merasa √ 1
terganggu oleh
bayang-bayang masa
lalu yang buruk, yang
tidak biasanya
mengganggu pikiran
anda
2 Apakah anda merasa √ 1
nafsu makan anda
menurun akhir-akhir
ini
3 Apakah anda merasa √ 1
bahwa anda tidak bisa
mengusir masalah
hidup bahkan dengan
bantuan dari keluarga
anda
16 Apakah anda √ 2
menikmati hidup saat
ini
17 Apakah nada akhir- √ 1
akhir ini sering
menangis
18 Apakah anda saat ini √ 1
merasa sedih
19 Apakah anda merasa √ 1
bahwa orang-orang
disekitar tidak
menyukai anda
20 Apakah anda tidak bisa √ 1
lari dari masalah yang
anda hadapi saat ini
Total Skor 15
Keterangan: Stres Sedang
E. DIMENSI FISIK
1. Luas wisma
Luas tanah: ± 4400 m2
Luas wisma: ±1.800 m2
2. Keadaan lingkungan didalam wisma
a. Penerangan
Kondisi penerangan dalam ruangan Anggrek sudah bagus dan
terang. Ruangan terkena pencahayaan langsung dari sinar
matahari ketika pagi hari dan dapat masuk ke ruangan
sehingga terdapat cahaya didalam.
b. Kebersihan dan kerapian
Di bangsal Anggrek sudah terlihat bersih dan rapi. Penataan
barang-barang Lansia sudah tertata dengan rapi. Tidak ada
barang-barang atau samapah dikolong tempat tidur. Tempat
tidur bersih, sprei dan bantal tertata rapi. Penataan barang
sesuai dengan tempatnya setiap kasur ada lemari
disampingnya untuk barang dan pakaian ansia.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Di rumah pelayanan Lansia sudah dibedakan antara bangsal
wanita dan pria. Di rumah pelayanan ini juga dibedakan Lansia
berdasarkan keterbatasan fisik yang dialami.
d. Sirkulasi udara
Jumlah jendela pada bangsal Angrrek +34 jendela dan terdapat
2 pintu. Sirkulasi untuk masuk udara luas karena jendela dan
pintu terbuka. Diatas jendela terdapat lubang ventilasi udara
e. Keamanan
Kondisi lantai di bangsal Anggrek bersih dan kering. Tidak
ada pegangan untuk pengaman di dinding di Bangsal Anggrek
tidak ada namun diluar ruangan terdapat pegangan. Tidak ada
alarm tanda bahaya di bangsal Anggrek.
f. Sumber air minum
Di bangsal Anggrek menggunakan air minum galon yang
terletak di tiap ujung ruangan didekat pintu. Sumber air untuk
mandi mengguanakan air PDAM.
g. Ruang berkumpul bersama
Kondisi di ruang aula bersih dan rapi. Terdapat fasilitas berupa
Microphone, sound, kursi dan kipas angin. Sedangkan di ruang
makan penerangannya kurang. Masih terlihat sedikit kotor
karenan ada bekas makanan. Penataan kursi dan meja di ruang
makan terlihat rapi.
3. Keadaan lingkungan diluar wisma
a. Pemanfaatan halaman
Pemanfaatan halaman digunakan untuk apel dan senam Lansia
dipagi hari yang terletak dibagian depan rumah pelayanan
Lansia. Sedangkan dibagian tengah terdapat taman yang
biasanya digunakan untuk berkumpul atau istirahat Lansia
untuk mencari suasana baru.
b. Pembuangan air limbah
Saluran pembuangan air limbah masih terbuka dan masih
tercium aroma yang kurang sedap. Tempat sampah hanya
terdapat di luar bangsal Anggrek.
c. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah terdapat diarea belakang pojok kanan.
d. Sanitasi
Dari pengasuh sudah menerapkan sanitasi yang baik
e. Sumber pencemaran
Sumber pencemaran di rumah pelayanan lansia adalah polusi
udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang melintas.
F. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan Lansia dengan lansia didalam wisma
Ny. R berkata “ya dekat, kalau ketemu ya sering menyapa.”
2. Hubungan antar lansia diluar wisma
Ny.R berkata “ya deket juga, kalau mbah ketemu ya sering nyapa.
Disini engga ada yang saling musuhan. Semua saudara disini dan
mbah tidak punya musuh. Kalau diluar wisma sering nyapa hallo
bu hallo mbah”
3. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Ny.R berkata “Hubungannya ya baik mbak, saya melarang kalau
mereka kesini soalnya pengen mandiri. Kalau mereka kesini waktu
mau pergi ya saya sedih makanya saya melarang kesini. Saya juga
mau dijemput tapi saya engga mau.”
4. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Ny.R berkata “ ya kalau sama pengasuh ya baik, deket sering
cerita.”
5. Kegiatan oraganisasi sosial
Ny.R berkata “tidak ada paling ya kerja bakti sama kegiatan di
aula aja mbak. Kalau kerja bakti saya selalu ikut. Biasanya 2
minggu sekali di hari jumat.”
6. UCLA Loneliness Scale
b. Pola minum
Kondisi Keterangan
Frekuensi minum Dalam sehari Ny. R meminum 2
gelas cangkir (± 800 ml)
Minuman Tidak ada
pantangan
Pembatasan pola Tidak ada
minum
Cara minum Mandiri
Kesulitan minum Tidak ada
I. PEMERIKSAAN FISIK
Jumat, Ketidakefektif Setelah dilakukan Setelah dilakukan Peningkatan Koping 1. S: Ny. R berkata “mbah
31 an koping b.d tindakan tindakan (5230) sebenernya ya gak disini
Agustus kurang keperawatan 1x24 keperawatan 1x24 1. Mencoba menjalin seharusnya nok, karena
2018 dukungan jam diharapkan jam diharapkan hubungan lebih dalam jengkel aja makanya mbah
sosial PM dapat PM dapat dengan pendekatan disini. Pas dulu mbah
Fastika
melakukan koping mendapatkan yang tenang dan masih orang yang punya ya
yang tepat untuk dukungan sosial. memberikan jaminan nok ibaratnya nyoh-nyohan
masalahnya. Dengan kriteria 2. Memberikan suasana ke saudara tapi pas
Dengan kriteria hasil: penerimaan sekarang saat mbah perlu
hasil: 1. PM dapat 3. Menbantu malah pada kayak gitu.
1. PM dapat mencari memberikan Tapi ya sekarang hubungan
menceritakan sahabat yang pandangan objektif dengan keluarga seperti
masalahnya dipercaya 1-2 atas kejadian yang saudara-saudara sudah
kepada tuhan orang dialami baik. Biasanya juga ada
dengan 4. Mendukung harapan yang kesini walaupun gak
berdoa PM sekarang agar sering.”
(sebelum tidak ada rasa ketidak O: PM terlihat rileks dan
tidur) berdayaan nyaman saat menceritakan
2. PM dapat 5. Mendukung PM untuk masalahnya, PM lebih
bercerita ke mengidentifikasi terlihat terbuka saat
orang yang kekuatan dan menceritakan masalahnya.
dapat kemampuan diri A: Masalah PM belum
dipercaya Peningkatan sistem teratasi
minimal dukungan P: Lanjutkan intervensi
sehari sekali 1. Menganjurkan PM peningkatan koping.
jika terdapat untuk berpartisipasi 2. S: PM mengatakan sudah
masalah dalam kegiatan sosial menerima dengan ikhlas
ataupun di rumah pelayanan mengenai apa yang terjadi
cerita yang sosial saat ini. Ny. R mengatakan
tidak 2. Menganjurkan PM “iya nok, mbah sekarang
mengenakan untuk berhubungan sampun mboten kepikiran,
dengan orang-orang sampun seneng juga disini.
yang memiliki minat Sudah menerima dengan
dan tujuan yang sama keadaan saat ini nok.”
3. Menganjurkan dan O: Klien terlihat sudah
mengajarkan terapi ikhlas, klien tidak terlihat
benson bersedih
A: Masalah PM belum
teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
peningkatan koping.
3. S: PM berkata “makasih
njih nok, sampun ngasih
pandangan kangge mbah,
mbah juga mpun mboten
mikir macem-macem kok
saniki.”
O: PM terlihat menerima
saran yang diberikan
A: Masalah PM belum
teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
peningkatan sistem
dukungan.
4. S: PM mengatakan
harapannya sekarang yang
terpenting sehat dan di
tempat itu sudah bahagia.
O: klien terlihat senang
menceritakan harapannya
A: Masalah PM belum
teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
peningkatan koping.
5. S: PM mengatakan dia
bersyukur masih dapat
membantu di dapur dan dia
masih dapat membantu
orang lain
O: PM terlihat setiap hari
selalu membantu di dapur
A: Masalah PM belum
teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
peningkatan sistem
dukungan.
6. S: Ny. R berkata “mbah
biasanya ikut kegiatan
kaya senam pagi, terus ada
karaokean. Biasane mbah
yo ikut nyanyi sebisanya.”
O: klien terlihat antusias
saat bercerita
A: Masalah PM belum
teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
peningkatan sistem
dukungan.
7. S: Ny. R berkata “mbah
suka kumpul ikut
kerohanian, mbah biasane
cerita sama mbah N.
Gimana ya kalau suruh
cerita ya gak bisa ke orang
sembarangan kan harus ke
orang yang pas takutnya
kan malah nanti jadi
gimana-gimana.” “mbah
gak punya banyak orang
yang bener-bener bisa buat
cerita ya cukup satu dua
gitu aja.”
O: klien terlihat kooperatif
saat menjawab, klien
terlihat jarang mengobrol
dengan teman-teman yang
lain.
P: Lanjutkan intervensi
peningkatan sistem
dukungan.
8. S: PM mengatakan ingin
terus mendekatkan diri
kepada Tuhan dan selalu
berdoa kepada Tuhan
O: klien terlihat mengikuti
kegiatan kerohanian 2 kali
seminggu, klien terlihat
antusias saat di ajarkan
terapi benson
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan terapi benson.
Sabtu, 1 Ketidakefektif Setelah dilakukan Setelah dilakukan Peningkatan sistem 1. S: Ny. R berkata “ya kalau
Septem an koping b.d tindakan tindakan dukungan hari sabtu gini pagi tidak
ber kurang keperawatan 1x24 keperawatan 1x24 1. Menganjurkan ada senam nok, mbah gih
2018 dukungan jam diharapkan jam diharapkan PM untuk paling boboan terus bantu
Jam sosial PM dapat PM dapat berpartisipasi di dapur nanti.”
10.00 melakukan koping mendapatkan dalam kegiatan O: klien terlihat agak
WIB yang tepat untuk dukungan sosial. sosial di rumah bosan dan tidak melakukan
masalahnya. Dengan kriteria pelayanan sosial kegiatan.”
Dengan kriteria hasil: 2. Menganjurkan A: masalah belum teratasi
hasil: 1. PM dapat PM untuk P: lanjutkan intervensi Fastika
1. PM dapat mencari berhubungan 2. S: PM mengatakan dia
menceritakan sahabat yang dengan orang- biasanya berbincang
masalahnya dipercaya 1-2 orang yang bincang dengan mbah N
kepada tuhan orang memiliki minat dan mbah S dan hanya
dengan berdoa dan tujuan yang bertegur sapa dengan
(sebelum sama teman-teman lain
tidur) 3. Menganjurkan seruangan seperlunya saja.
2. PM dapat dan mengajarkan O: klien terlihat jarang
bercerita ke terapi benson mengobrol dengan teman-
orang yang teman yang lain namun ada
dapat sedikit peningkatan dalam
dipercaya sehari mengobrol dengan
minimal sehari mbah N dan mbah S sudah
sekali jika dua kali.
terdapat A: masalah sudah teratasi
masalah P: lanjutkan intervensi
ataupun cerita untuk menganjurkan tetap
yang tidak berhubungan dengan orang
mengenakan lain
3. S: Ny. R mengatakan dia
terkadang masih lupa
untuk berdoa jika akan
tidur.
O: klien terlihat jarang
berdoa dan sering
menyibukkan diri dengan
pekerjaannya, klien
terlihat bersemangat.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan terapi benson.
Jumat, Risiko Setelah dilakukan Manajemen cairan (4120) 1. S: PM mengatakan akan
31 konstipasi tindakan 1. Menjaga intake atau menambah jumlah minum
Agustus keperawatan asupan yang akurat air putih dari sebelumnya
2018 selama 1x24 jam dan catat output PM yang awalnya 2 gelas
10.00 diharapkan PM 2. Mengajurkan PM menjadi 3 gelas per hari
WIB tidak mengalami untuk minum air O: klien tampak
konstipasi. putih hangat setelah kooperatif
Dengan kriteria bangun tidur pada A: PM sudah memahami
hasil: pagi hari penjelasan akan tetapi Novinda
1. PM BAB 1 belum menambah
kali sehari Manajemen nutrisi (1100) minumnya
2. PM 1. Menginstruksikan P: Lanjutkan intervensi
mengonsumsi mengenai kebutuhan manajemen cairan
air putih nutrisi 2. S: PM mengatakan bahwa
hangat setiap 2. Menentukan jenis ia sebelumnya tidak tahu
hari nutrisi yang jika air hangat bisa
3. Konsumsi dibutuhkan untuk digunakan untuk
cairan PM memenuhi memperlancar BAB dan
bertambah kebutuhan gizi sekarang PM akan
dari 800 ml 3. Memberikan pilihan mencoba minum air putih
menjadi 1500 makanan terhadap hangat setiap pagi hari
ml pilihan makanan
sehat yang Manajemen nutrisi
diperlukan 1. S: PM mengatakan bahwa
PM mengerti harus
mengkonsumsi sayur,
buah dan makan nasi
teratur dan tepat waktu
O: PM tampak menerima
masukan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
manajemen nutisi
2. S: PM mengatakan
mengerti tentang
kebutuhan makan terkait
yang ia perlukan seperti
buah dan sayur
O: PM kooperatif dan
dimeja terdapat buah yang
belum dimakan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3. S: PM mengatakan jika ia
memilih makanan buah
untuk memperlancar
BAB dan sayur
O: PM terlihat antusias
memilih makanan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
EVALUASI SUMATIF
Hari/ Diagnosa
Evaluasi Sumatif TTD
tanggal Keperawatan
Sabtu, 1 Insomnia b.d S:
September ketidaknyamanan fisik - PM mengatakan tadi malam
2018 dan kendala tidur jam 20.00 dan bangun
09.30 WIB lingkungan 01.30 WIB
- PM mengatakan tidak bisa tidur
lagi sampai pagi
O: PM terlihat kooperatif saat
memberikan jawaban
Melinda
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi dengan
- Memantau pola dan jam tidur
PM
- Memantau konsumsi air minum
sebelum tidur
- Melakukan pijat punggung
sebelum tidur
Sabtu, 1 Nyeri b.d agens cedera S: PM mengatakan saat ini sudah tidak
September biologis merasakan nyeri pada tengkuk kepala
2018 O: PM terlihat senang saat ditanya Aulia
10.30 WIB A: masalah sudah teratasi
P: Hentikan intervensi
Sabtu, 1 Ketidakefektifan S:
September koping b.d kurang - Ny. R berkata “mbah ini nanti
Fastika
2018 dukungan sosial mau nyiapin makan siang nok,
11. 30 WIB bantu-bantu di dapur. Setelah itu
paling istirahat lagi disini.”
- Ny. R berkata “ia mbah akan
ingat untuk selalu berdoa dan
mengingat Tuhan jika sedang
kepikiran masalah . terimakasih
banyak ya nok, mau membantu
mbah, mbah akan ingat apa yang di
ajarkan gih.”
- Ny. R mengatakan masih suka
lupa untuk berdoa.
O:
- Ny. R terlihat antusias
- Ny. R dapat mempraktikkan
terapi benson dengan benar.
Pada struktur anatomi dan fisiologi manusia akan terus mengalami perubahan
dan penurunan saat memasuki lanjut usia. Perubahan yang terjadi pada struktur dan
fungsi tersebut dapat menyebabkan adanya masalah atau gangguan pada tubuh.
Bertambahnya umur menjadi salah satu penyebab masalah dan gangguan pada tubuh
manusia, salah satunya masalah pada tidur. Lansia seringkali terjadi masalah pada tidur
yang berdampak pada perubahan fisik atau kondisi tubuhnya menurun. Proses penuaan
yang dialami lansia menyebabkan perubahan pola tidur sehingga mempengaruhi
kualitas dan kuantitas tidur lansia. Dampak buruk yang terjadi pada perubahan pola
tidur seperti insomnia yang mana insomnia ini sering terjadi pada lansia dengan tanda
dan gejala yang sering dikeluhkan.
3
2 Lama Jam Tidur
1
0
Kamis Jumat Sabtu
Hari
Pada Ny. R juga ditemukan masalah nyeri pada tengkuk kepalanya yang
disebabkan karena hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu
gejala dimana terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik yaitu lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Depkes, 2014).
Dalam mengatasi nyeri pada Ny. R perlu diatasi penyebab dari nyeri tersebut yaitu
hipertensi. Dalam penelitian Rita D.H, dkk (2016) terapi relaksasi dapat menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi dimana dilakukannya pernafasan pada abdomen
dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara
memejamkan mata saat menarik nafas. Hal ini dibuktikan dengan rata - rata tekanan
darah sistolik dan diastolik yang terjadi penurunan pada pasien hipertensi di Desa
Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Tekanan darah sistolik sebelum
diberikan terapi adalah 156,46mmHg dan setelah diberikan terapi berubah menjadi 138
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi adalah 93 mmHg
dan setelah diberikan terapi menjadi 86,46mmHg. Pada Ny. R skala nyeri terjadi
penurunan seperti diagram dibawah.
Skala Nyeri
6
0
Rabu Jumat Sabtu
Skala Nyeri
1. Tingkat stress lansia sebelum diberikan tehnik relaksasi Benson yang mengalami
a. stress ringan 2 orang (13,3%),
b. stress sedang 10 orang (66,7%), dan
c. stress berat 3 orang (20,0%).
2. Sedangkan tingkat stres lansia yang telah diberi terapi benson berkurang menjadi:
a. Stress ringan 9 orang (60,0%) dan
b. Stress sedang 6 orang (40,0%).
Setelah di lakukan terapi benson selama dua hari pada Ny. R di dapatkan hasil
bahwa intervensi belum berhasil untuk mengatasi permasalahan pada PM, karena
waktu intervensi yang baru dua hari dan PM terkadang masih lupa untuk berdoa kepada
Tuhan dan masih kurangnya dukungan sosial bagi PM di Rumah Pelayanan Pucang
Gading karena PM tidak bisa menceritakan masalahnya kepada sembarang orang
hanya pada orang-orang tertentu saja dan itu juga tidak sepenuhnya PM menceritakan
masalahnya, terkadang PM juga masih ingat dengan masalah yang PM alami.
Selain itu, konstipasi merupakan defekasi ataupun buang air besar (BAB) yang
tidak teratur serta terjadi pengerasan pada feses menyebabkan pasase sulit,
menimbulkan nyeri, frekuensi defekasi berkurang, volume, dan retensi feses dalam
rektum (Smeltzer & Bare, 2008 dalam Ginting et al, 2015). Konstipasi juga diartikan
sebagai perubahan dari frekuensi defekasi, volume, berat, konsistensi dan pasase dari
feses tersebut (Arnaud, 2003 dalam Ginting et al, 2015). Dalam hasil pengkajian yang
dilakukan pada Ny. R didapatkan hasil bahwa Ny.R melakukan BAB selama 2-3 hari
sekali disertai konsistensi yang padat. Ny. R juga kurang mengkonsumsi cairan dalam
setiap harinya yaitu hanya mengkonsumsi air putih +800ml liter per hari dan Ny. R
kurang menjaga pola makannya dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi
mengenai manajemen cairan berupa konsumsi cairan +1500ml per hari serta meberikan
intervensi minum air putih hangat. Mnurut Ginting (2015), Mengonsumsi air putih
yang hangat dalam jumlah yang cukup dapat menyebabkan pencernaan bekerja dengan
kapasitas yang maksimal. Air hangat dapat bekerja dengan melembabkan feses dalam
usus dan mendorongnya keluar sehingga memudahkan untuk defekasi. Memberikan
pasien minum air putih hangat yang cukup merupakan intervensi keperawatan yang
mandiri. Untuk manajemen nutrisi yaitu menganjurkan PM untuk menjaga pola
makannya setiap hari serta mengkonsumsi serat setiap harinya. Dari hasil evaluasi
diperoleh bahwa Ny.R akan berusaha untuk menambah jumlah konsumsi cairan,
menjaga pola makan dan mengkomsi air putih hangat. Menurut hasil evaluasi hari sabtu
masalah risiko konstipasi Ny. R belum teratasi karena Ny.R belum mecoba untuk
membuat air putih hangat dipagi hari. Oleh karena itu dibutuhkan rencana tindak lanjut
berupa pemantauan konsumsi serat PM, konsumsi cairan PM dan konsumsi minum air
hangat PM di pagi hari.
Frekuensi BAB
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6
Frekuensi BAB
Tabel 1.4 Grafik frekuensi BAB (buang air besar) Ny. R selama satu minggu. Ny.R
BAB hanya pada hari ke-2 dan Hari ke-5.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
PM Ny. R merupakan salah satu lansia yang menerima manfaat di Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading. Kelompok melakukan pengkajian dan ditemukan
beberapa masalah pada Ny. R diantaranya adalah insomnia b.d ketidaknyamanan
fisik dan kendala lingkungan, nyeri akut b.d agens cedera bilogis karena hipertensi,
ketidakefektifan koping b.d kurang dukungan sosial dan resiko konstipasi.
Pada diagnosa pertama diberikan intervensi berupa terapi masase pijat
punggung, diagnosa kedua Ny. R diberikan intervensi terapi relaksasi nafas dalam,
sedangkan untuk diagnosa ketiga Ny. R dianjurkan untuk meningkatkan kopingnya
seperti untuk menjalin hubungan lebih dalam dan diagnosa keempat dilakukan
intervensi dengan menganjurkan air putih hangat. Setelah dilakukan beberapa
intervensi yang telah disebutkan terlihat perkembangan positif pada Ny. R seperti
jam tidur PM bertambah, rasa nyeri PM berkurang bahkan menghilang dan terlihat
dapat lebih terbuka kepada temannya.
B. Saran
1. Lansia
Diharapkan semua lansia dapat menjaga kondisi kesehatannya dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.
2. Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading
Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan pelayanan serta
aktivitas yang ada.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu belajar dengan semaksimal mungkin tentang
perawatan lansia secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul dan Sandu. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2018 pada
https://books.google.co.id/books?id=U6ApDgAAQBAJ&printsec=frontcover&
dq=lansia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiP3dLlnI3dAhVNWX0KHTL_BDQQ
6AEINDAD#v=onepage&q=lansia&f=false
Aryana dan Dwi Novitasari. (2013). Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Lansia di Unit Rehabilitas Sosial Wening Wardoyo
Ungaran. Jurnal Keperawatan Jiwa. Vol 1 (2), hal 186-195.
Bulechek, Gloria M et al. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC) 6th edition.
Singapore : Elsevier.
Depkes RI. 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Diakses pada tanggal 27 Agustus
2018 pada http://www.depkes.go.id/article/view/14010200005/download-
pusdatin-infodatin-infodatin-lansia.html
Depkes RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Diakses pada tanggal 3 September 2018 dalam
file:///C:/Users/User/Downloads/infodatin-hipertensi.pdf
Ginting et al. (2015). Mengatasi Konstipasi Pasien Stroke dengan Masase Abdomen
dan Minum Air Putih Hangat. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol 18 (1),23-30.
Status kognitif
Keterangan:
Berdasarkan hasil skrinning SPMSQ skor Ny. R adalah 1 (status kognitif
baik)
LAMPIRAN 2
Status depresi
Total Skor 15
Keterangan: Stres Sedang