MOBILISASI
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan Dasar
Pembimbing:
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
A. Definisi
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara
akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO, 2014 dalam Latifah 2016). Stroke
adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan atau
kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak yang menyebabkan kematian
jaringan otak (Batticaca, 2009 dalam Latifah 2016).
Stroke Non Hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan
peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia
pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015). Stroke non hemoragik
merupakan stroke yang disebabkan karena terdapat sumbatan trombus (bekuan) yang
terjadi di arteri cerebrum yang mengalir ke otak dan di tubuh lainnya (Sylvia, 2005
dalam Latifa 2016). Jadi, stroke non hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh
sumbatan pada arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang sehingga
dapat menyebabkan kematian sel atau jaringan otak yang disuplai.
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
Tannda dan gejala dari stroke non hemoragik adalah (Baughman dalam Prakasita
Masayu, 2014):
1. Gangguan Motorik
Ganggua motorik paling umum adalah hemiplagia (paralisis atau lumpuh disalah
satu sisi), hemiparesis (kelemahan salah satu sisi), dan disfagia (susah menelan).
2. Gangguan komunikasi
Gangguan dalam berbahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan sebagai
berikut:
a. Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan berbicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan karena paralisis otot yang bertanggung jawab
menghaasilkan bicara.
b. Afasia atau disfasia (kehilangan bicara), terutama ekspresif atau reseptif
c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya
3. Gangguan Sensori
Gangguan sensori terjadi pada salah sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
4. Gangguan Kognitif dan Efek Psikologis
Gangguan kognitif dan efek psikologis terjadi bila kerusakan terjadi di lobus
frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin
terganggu. Gangguan in dapat berupa lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
5. Gangguan Kemampuan Fungsional
Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke toilet dan
berpakaian.
E. Patofisiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena terdapatnya massa baik bekuan darah,
plak ateroskeloris yang meyumbat arteri, maupun tumor yang dapat menghalangi
sirkulasi O2 dan nutrisi ke jaringan otak sehingga terjadi gangguan metabolisme
di otak. Selain itu massa tersebut dapat mendesak jaringan yang ada disekitarnya
sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial, menyebabkan pusing dan
gangguan pada sistem tubuh yang lain (Nasution, 2013).
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme
vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan
jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi
(Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis (Muttaqin, 2008).
F. Pathway
Gangguan perfusi
Suplai darah dan O2 ke otak menurun jaringan serebral
H. Penatalaksanaan
1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu :
a. Posisi fowler (setengah duduk)
b. Posisi litotomi
c. Posisi dorsal recumbent
d. Posisi supinasi (terlentang)
e. Posisi pronasi (tengkurap)
f. Posisi lateral (miring)
g. Posisi sim
h. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihannya
meliputi:
a. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b. Fleksi dan ekstensi siku
c. Pronasi dan supinasi lengan bawah
d. Pronasi fleksi bahu
e. Abduksi dan adduksi
f. Rotasi bahu
g. Fleksi dan ekstensi jari-jari
h. Infersi dan efersi kaki
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
j. Fleksi dan ekstensi lutut
k. Rotasi pangkal paha
l. Abduksi dan adduksi pangkal paha
3. Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
4. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
5. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan
fungsi kardiovaskular.
J. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer
untuk memperlihatkan abnormalitas (misal: tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang, dll).
4. Pemeriksaan Laboratorium
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin ↑ pada
kerusakan otot.
DAFTAR PUSTAKA
Latifah L. 2016. Stroke Non Hemoragik. Diakses pada tanggal 14 November 2017, dari:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/9422/4%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
Mubarak. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Nasution, LF. 2013. Stroke Non-Hemoragik Pada Laki- laki Usia 65 Tahun. Medula Unila.
Hal. 1-9
Prakasita Masayu. 2014. Laporan Karya Tulis Ilmiah BAB II. Diakses pada tanggal 14
November 2017, dari: eprints.undip.ac.id
Smeltzer, Suzanne C. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
EGC, Jakarta.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.