Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENERIMA MANFAAT (PM) NY.

W
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN
DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING
SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan Gerontik


Pembimbing lapangan: Wiwin Suryaningrum, S.Sos.
Pembimbing akademik: Ns. M. Mu’in, S. Kp, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:
Maftukhatun Ni’mah 22020114120063
Atik Naila Haqqi S. 22020114120051
Putri Cahya Ningrum 22020114130100
A14.2

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

1
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Maftukhatun Ni’mah 22020114120063


2. Atik Naila Haqqi S. 22020114120051
3. Putri Cahya Ningrum 22020114130100
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Manajemen Asuhan Keperawatan
Gerontik yang kami susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah MANASKEP
Gerontik pada Departemen S1 Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
seluruhnya merupakan hasil karya kami sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan MANASKEP


Gerontik yang kami kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam
sumbernya secara jelas, sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penlisan karya
ilmiah.

Apabila dikemdian hari ditemukan, seluruh atau sebagian laporan


MANASKEP Gerontik ini bukan hasil karya kami sendiri atau adanya plagiasi dalam
bagian-bagian tertentu, kami menerima sanksi sesuai dengan perundang undangan
yang berlaku.

Semarang, 27 Oktober 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua adalah suatu perubahan yang pada urnumnya terjadi pada periode
pasca reproduktif yang berakibat pada penurunan kemampuan hidup suatu
organisme. Menua menuniukkan suatu proses dengan karakteristik : (l)
Penurunan kemarnpuan mengatasi pengaruh lingkungan (2) Perubahan -
perubahan terkait umur bersilat kumulatif, dan (3) bersifat universal dan idak
dapat dihindari. Perubahan - perubahan yang timbul sebagai dampak proses
menua ialah penurunan kemampuan fungsi tubuh, dan mempertahankan hidup
serta kualitas hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menua dapat
diartikan sebagai kondisi yang mencerminkan menurunnya kemampurn untuk
mempertahankan kcmandiriannya.
Meskipun menua menyebabkan penurunan fungsi normal sel, jaringan,
organ dan sistem tubuh yang berlangsung seiring dengan pertambahan usia,
menua bukanlah penyakit, namun. sebagai proses yang mana dapat meningkatkan
risiko penyakit yang dapat mengganggu fungsi - fungsi tubuh salah satunya yaitu
sistem musculoskeletal.
Gangguan sistem muskuloskeletal yang sering timbul seiring dengan
bertambahnya usia ialah : fraktur akut pelvis, vertebra, radius (bagian distal),
nyeri dan kelemahan otot, jejas otot sendi, osteoarthritis (pada panggul, lutut,
kaki dan tangan), degenerasi discus intervetebtalis, stenosis vertebra dan rotator
cuff tendon rupture. Menua secara khas dicirikan oleh penurunan nyata
pengendalian dan organisasi gerakan. Paling menonjol ialah melambatnya
gerakan (baik inisiasi maupu eksekusi gerakan), memburuknya kualitas
pelaksanaan (eksekusi) gerakan dan hilangnya kekuatan dan tenaga otot. Hal ini
dapat membuat lansia merasakan ketidaknyamanan karena nyeri, meningkatkan
risiko jatuh pada lansia dan ketidakefektifan manajemen kesehatan pada lansia
yang ketergantungan terhadap obat analgetik.
Menyadari adanya perubahan - perubahan fungsi gerakan terkait usia
maka diperlukan pemahaman mengenai pengendalian somatomotoris maupun

3
korelasi biologis menua. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan memaparkan
beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada salah satu lansia kelolaan kami di
Panti Wredha Pucang Gading beserta intervensi keperawatan yang dapat
diberikan untuk mengatasi masalah tersebut hingga proses evaluasinya.

B. Tujuan Penulisan
1. Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada
klien lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan gangguan
sistem muskuloskeletal.
b. Mahasiswa mampu merencanakan, melakukan dan mendokumentasikan
asuhan keperawatan
c. Mahasiswa mampu memberikan intervensi kepada klien lansia individu
maupun kelompok.

4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Penuaan Sistem Muskuloskeletal pada Lansia


Sistem muskuloskeletal terdiri atas tiga unsur utama yaitu : otot skeletal,
tulang dan sendi. Ketiga unsur ini selalu terlibat dalam setiap pelaksanaan fungsi
utama sistem muskuloskeletal yaitu menghasilkan gerakan (mobilitas). Gangguan
sistem muskuloskeletal yang sering timbul seiring dengan bertambahnya usia ialah :
fraktur akut pelvis, vertebra, radius (bagian distal), nyeri dan kelemahan otot, jejas
otot sendi, osteoarthritis (pada panggul, lutut, kaki dan tangan), degenerasi discus
intervetebtalis, stenosis vertebra dan rotator cuff tendon rupture.
Permasalahan yang muncul pada lansia dapat disebabkan karena adanya
perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh. Beberapa perubahan fisiologis yang
terjadi akibat proses penuaan antara lain :
1) Otot
Penurunan kemampuan aktivitas akan menyebabkan kelemahan serta
atrofi dan mengakibatkan kesuliatan untuk mempertahankan serta menyelesaikan
suatu aktivitas rutin pada individu tersebut. Perubahan pada otot inilah yang
menjadi fokus dalam penurunan keseimbangan berkaitan dengan kondisi lansia.
Perubahan yang jelas pada sistem otot lansia adalah berkurangnya massa otot.
Penurunan massa otot ini lebih disebabkan oleh atrofi. Otot mengalami atrofi
sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik atau denervasi
saraf. Perubahan ini akan menyebabkan laju metabolik basal dan laju konsumsi
oksigen maksimal berkurang. Otot menjadi lebih mudah capek dan kecepatan
kontraksi akan melambat.
Selain dijumpai penurunan massa otot, juga dijumpai berkurangnya rasio
otot dengan jaringan lemak. Akibatnya otot akan berkurang kemampuannya
sehingga dapat mempengaruhi postur. Perubahan - perubahan yang timbul pada
sistem otot lebih disebabkan oleh disuse. Lansia yang aktif sepanjang umurnya,
cenderung lebih dapat mempertahankan massa otot, kekuatan otot dan koordinasi
dibanding mereka yang hidupnya santai. Tetapi harus diingat bahwa olahraga yang
sangat rutin pun tidak dapat mencegah secara sempurna proses penurunan massa
otot.
Permasalahan yang terjadi pada lansia biasa sangat terlihat pada
menurunnya kekuatan grup otot besar. Otot-otot pada batang tubuh(trunk) akan
berkurang kemampuannya dalam menjaga tubuh agar tetap tegak. Respon dari
6
otot-otot postural dalam mempertahankan postur tubuh juga menurun. Respon otot
postural menjadi kurang sinergis saat bekerja mempertahankan posisi akibat
adanya perubahan posisi, gravitasi, titik tumpu, serta aligmen tubuh. Pada otot
pinggul (gluteal) dan otot-otot pada tungkai seperti grup otot quadriceps,
hamstring, gastrocnemius dan tibialis mengalami penurunan kemampuan berupa
cepat lelah, turunnya kemampuan, dan adanya atrofi yang berakibat daya topang
tubuh akan menurun dan keseimbangan mudah goyah.

2) Tulang
Pada lansia dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan
kalsium tubuh, serta perlambatan remodeling dari tulang. Massa tulang akan
mencapai puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun).
Penurunan massa tulang lebih dipercepat pada wanita pasca menopause. Sama
halnya dengan sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagai disebabkan
oleh faktor usia dan disuse. Dengan bertambahannya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain.
Tulang - tulang trabekular menjadi lebih berongga mikroarsitekur berubah
dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun spotan. Implikasi dari hal ini
adalah peningkatan terjadinya resiko osteoporosis dan fraktur.

3) Sendi
Perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses penuaan yaitu pecahnya
komponen kapsul sendi dan kolagen. Akibatnya adalah akan terasa nyeri, terjadi
inflamasi, penurunan mobilitas sendi, deformitas, kekakuan ligament dan sendi.

7
Peradangan atau inflamasi juga dapat menyebabkan nyeri pada sendi yang
ditandai dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya
gangguan gerak. Pada keadaan seperti ini sebagian kegiatan lansia tentu menjadi sangat
terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang terserang.

B. Masalah keperawatan dan Intervensi


1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
a) Definisi
Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup
sehari – hari untuk pengobatan penyakit dan gejalanya yang tidak memuaskan
untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik.
b) Batasan karakteristik (Manifestasi klinis)
 Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko
 Kegagalan memasukkan regimen pengobatan dalam kehidupan sehari –
hari
 Kesulitan dengan regimen yang diprogramkan
 Pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari – hari untuk memenuhi
tujuan kesehatan.
c) Faktor yang berhubungan (Etiologi)
 Kesulitan ekonomi
 Ketidakberdayaan
 Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
 Kompleksitas regimen terapeutik
 Kompleksitas system pelayanan kesehatan
 Konflik keluarga
 Konflik pengambilan keputusan
 Kurang dukungan social
 Kurang pengetahuan tentang program terapeutik
 Persepsi hambatan
 Persepsi kerentanan
 Persepsi keseriusan kondisi
 Persepsi keuntungan
 Tuntutan berlebih

d) Faktor resiko
 Interaksi obat, satu obat bisa bekerja melawan obat lainnya dalam cara
yang aneh sehingga semakin besar risiko adanya interaksi yang bisa
mempengaruhi kesehatan orang tersebut.
 Mempengaruhi kepatuhan minum obat, semakin banyak obat yang
diminum maka akan menimbulkan banyak beban pada diri orang tersebut

8
sehingga meningkatkan risiko berkurangnya kepatuhan dalam minum obat.
Kurangnya kepatuhan akan memicu kondisi lain, seperti kurang patuh
minum antibiotik bisa membuat bakteri menjadi bakteri lebih kebal.
 Efek samping, setiap obat yang dikonsumsi memiliki risiko efek samping
tersendiri, dan kadang obat yang satu bisa menutupi gejala efek samping
dari obat yang lain. Sehingga jika ada reaksi yang merugikan, seseorang
menjadi sulit menebak obat mana yang memicu efek samping tersebut

e) Intervensi
Fasilitasi Pembelajaran
 Menyesuaikan instruksi dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
memahami pasien
 Memberikan informasi sesuai dengan tingkat perkembangan pasien
 Menyesuaikan informasi dengan gaya hidup dan rutinitas pasien untuk
tercipta kepatuhan pasien
 Gunakan banyak metode pembelajaran yang sesuai serta bahasa yang
mudah dimengerti dan jelas
 Memberikan media yang tepat agar pasien mampu mengingat dan
menerapakan materi
 berikan umpan balik selama proses pendidikan kesehatan

9
Identifikasi Resiko
 Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu dan dokumentasikan bukti yang
menunjukkan adanya penyakit medis, diagnosa keperawatan serta
perawatanya
 Kaji ulang data yang didapatkan dari pengkajian risiko secara rutin
 Identifikasi risiko biologis, lingkungan dan perilaku
 Idnetifikasi strategi koping dalam kesehatan
 Monitor resiko kesehatan dalam jangka panjang

Modifikasi perilaku
 Kaji ulang motivasi klien terhadap perlunya perubahan perilaku
 Dukung untuk mengganti kebiasaan yang lalu dengan kebiasaan yg
diinginkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
 Kuatkan keputusan klien dalam membrerikan perha!an terhadap kebutuhan
kesehatan
 Berikan umpan balik terkait perasaan klien saat tampak bebas dari gejala
dan terlihat rileks
 Hindari menunjukkan perilaku atau ketidaktertarikan pada saat klien
berjuang untuk merubah perilaku
 Pilih perilaku yang dapat terukur seperti mengurangi jumlah rokok,
menurunkan konsumsi makanan yg beresiko tinggi.

f) Pencegahan
 Fokus menjaga perilaku kesehatan
 Fokus pada pencegahan penyakit
 Fokus pada menjaga kemampuan fungsional
 Menanamkan persepsi bahwa kesehatan merupakan prioritas tinggi dalam
membuat pilihan gaya hidup
 Mencari informasi tentang penyakit dan resiko kesehatan
 Mengenali faktor risiko individu
 Mengenali kemampuan untuk merubah perilaku
 Memonitor faktor risiko dilingkungan dan individu
 Mengembangkan strategi yang efekif dalam mengontrol risiko
 Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
 Mengenali dan memonitor perubahan status kesehatan
 Memantau tanda dan gejala penyakit
 Mengikuti tindakan pencegahan yang di rekomendasikan
 Mengikuti pengobatan yg direkomendasikan
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Mencegah kebiasaan yang dapat meningkatkan penyakit
 Menyesuaikan kebiasaan rutin untuk mengoptimalkan kesehatan
 Menggunakan pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan
10
2. Resiko jatuh
a) Definisi
Resiko jatuh adalah kerentanan individu terhadap jatuh yang dapat
menimbulkan bahaya baik fisik maupun gangguan kesehatan lainnya.
b) Faktor yang berhubungan (etiologi)
Dewasa
 Penggunaan alat bantu
 Prosthesis ekstremitas bawah
 Riwayat jatuh
 Tinggal sendiri
 Usia >65 tahun
Anak
 Berusia < 2 tahun
 Kurang pengawasan
 Kurangnya pengekang pada mobil
 Tidak ada pagar pada tangga
 Tidak ada trali pada jendela
Kognitif
 Gangguan fungsi kognitif
Lingkungan
 Lingkungan yang tidak terorganisir
 Kurang pencahayaan
 Kurang material antislip dikamar mandi
 Penggunaan restrain
 Penggunaan karpet yang tidak rata
 Ruang yang tidak dikenal
 Pemajanan pada kondisi cuaca yang tidak aman.
Agen Farmaseuical
 Penggunaan alkohol
Fisiologis
 Anemia
 Artritis
 Deficit proprioseptif
 Diare
 Gangguan keseimbangan
 Gangguan mendengar
 Gangguan mobilitas
 Gangguan pada kaki
 Gangguan visual
 Hipotensi ortoststik

11
 Inkontinensia
 Kesulitan gaya berjalan
 Mengantuk
 Neoplasma
 Neuropati
 Penurunan kekuatan ektremitas bawah
 Penyakit vaskuler
 Periode pemulihan pasca operasi
 Perubahan kadar gula darah
 Pusing saat mengekstensikan leher
 Pusing saat menolehkan leher
 Sakit akut.

c) Faktor resiko
Faktor risiko jatuh pada lansia terdiri dari faktor intrinsik (host/diri lansia dan
aktivitas) dan faktor ekstrinsik (lingkungan dan obat-obatan).
 Intrinsik
 Host/diri lansia terdiri dari disability, penyakit (vertigo, syncope
dan hipotensi ortostatik) dan proses penuaan (penurunan
pendengaran, penurunan visus, penurunan status mental/bingung,
penurunan fungsi indera lainnya, gerakkan melambat, hidup
sendiri, gangguan sistem muskuloskeletal dan gangguan
keseimbangan).

 Aktivitas. Lansia dengan mobilitas tinggi ditambah postur yang
tidak stabil atau gangguan keseimbangan, mempunyai risiko jatuh
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak aktif atau aktif tetapi
dengan postur yang stabil. Selain itu, penyebab resiko jatuh lansia
tinggi disebabkan karena rendahnya aktivitas yang dilakukan oleh
lansia (jarang olahraga)

 Ektrinsik
 Lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan resiko
jatuh pada lansia yaitu penerangan yang kurang, benda-benda di
lantai (seperti karpet dll), peralatan rumah yang tidak stabil, tangga
tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air yang terlalu rendah,
lantai yang tidak rata, licin atau menurun serta alat bantu jalan yang
tidak tepat.

12
 Obat – obatan. Jatuh akibat terapi obat dinamakan jatuh iatrogenik.
Obat – obatan yang meningkatkan risiko jatuh di antaranya obat
golongan sedatif dan hipnotik yang dapat mengganggu stabilitas
postur tubuh, yang mengakibatkan efek samping menyerupai
sindroma parkinson seperti diuretik/ anti hipertensi, antidepresan,
antipsikotik, obat-obatan hipoglikemik dan alkohol.

d) Pencegahan
 Mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya
berjalan.
 Rutin melakukan latihan fleksibilitas gerakan, latihan keseimbangan fisik
dan koordinasi keseimbangan.
 Melakukan evaluasi bagaimana keseimbangan badan lansia dalam
melakukan gerakan berpindah tempat dan berpindah posisi.
 Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya
dengan memindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang
aman (stabil, ketinggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan
tangga) serta lantai yang tidak licin dan penerangan yang cukup.
 Menggunakan alat bantu yang tepat.
 Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru.

e) Intervensi
Terapi latihan: Kontrol otot
 Tentukan kesiapan klien untuk terlibat dalam aktivitas atau protokol
latihan
 Evaluasi fungsi sensori (penglihatan, pendengaran dan peraba)
 Jelaskan protokol dan rasionalisasi latihan pada pasien
 Sediakan privasi selama latihan
 Sesuaikan pencahayaan, sushu ruangan dan tingkat kebisingan untuk
meningkatkan kempapuan klien berkonsentrasi pada saat latihan
 Beri pakaian yang tidak menghambat pergerakan sendi
 Berikan terapi ROM
 Dorong klien untuk mempraktikan latihan secara mandiri, sesuai indikasi
 Beri dukungan positif terhadap usaha klien dalam latihan dan aktivitas
fisik

Peningkatan latihan: peregangan


 Dapatkan izin medis untuk melakukan rencana latihan peregangan, sesuai
dengan kebutuhanihan

13
 Bantu mengembangkan jadwal latihan yang sesuai dengan usia, status
fisik, tujuan, motivasi dan gaya hidup
 Intruksikan untuk memulai latihan rutin pada kelompok otot/ sendi yang
tidak kaku atau pegal dan secara bertahap pindah kekelompok otot/sendi
yang lebih kaku
 Intruksikan untuk perlahan-lahan meregangkam otot/sendi ke titik
peregangan penuh (atau ketidaknyamanan yang wajar) dan tahan selama
waktu tertentu dan perlahan-lahan lepaskan otot-otot yang diregangkan
 Intuksikan untuk menghindari gerakan cepat, kuat, atau memantul untuk
mencegah stimulasi berlrbihan dari refleks myotatik atau nyeri otot yang
berlebihan
 Intruksikan cara untuk memonitor kepatuahn diri sendiri akan jadwal dan
kemajuan mencapai jadwal dengan kenaikan sendi ROM.

3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan : Meningkatkan latihan fisik


dan managemen emosi.
a) Definisi
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan adalah pola pengaturan dan
pengintegrasian ke dalam kehidupan sehari – hari suatu regimen terapeutik
yang dapat ditingkatkan untuk pengobatan penyakit dan mengurangi gejala
penyakit.

b) Batasan karakteristik (manifestasi klinis)


 Mengekspresikan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap faktor
resiko
 Mengekspresikan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap gejala
 Mengekspresikan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap
regimen
 Mengekspresikan keinginan untuk menangani penyakit
 Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan pilihan hidup sehari –
hari untuk memenuhi kebutuhan.

c) Intervensi
Peningkatan efikasi diri (5395)

14
 Eksplorasi persepsi individu mengenai kemampuannya untuk
melaksanakan perilaku – perilaku yang diinginkan untuk meningkatkan
latihan fisik dan managemen emosi.
 Eksplorasi persepsi individu mengenai keuntungan melaksanakan perilaku
– perilaku yang diinginkan dalam meningkatkan latihan fisik dan
managemen emosi.
 Identifikasi hambatan dalam merubah perilaku.
 Bantu individu untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan untuk
merubah perilaku
 Berikan informasi mengenai perilaku yang diinginkan (meningkatkan
latihan fisik dan managemen emosi

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama Lansia : Ny. W
2. Usia : 70 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Nama Wisma : Flamboyan
7. Pendidikan : SMP
8. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9. Status Perkawinan : Janda
10. Pengasuh Wisma : Ny.W
B. ALASAN BERADA DIPANTI
Ny. W berkata “ kulo kiambak mbak seng kepingin teng panti, awale niku
bojone kulo pejah terus mboten enten biaya kangge hidup, aku melu anaku
tapi seng jenenge kahanan wong ora duwe ya mbak, akhire kulo kepingin
diparingke teng panti mbak”.
C. DIMENSI BIOFISIK
Riwayat Penyakit (Dalam 6 bulan terakhir)
Ny. W berkata “ kulo gadah rematik urat kaleh tulang mbak”.
Riwayat Penyakit keluarga
Ny. W berkata “ kulo mboten ngertos mbak soale kulo teng mriku pun dangu
dadine mboten pateko paham kaleh penyakite keluarga”.
Riwayat Pencegahan Penyakit
1. Riwayat monitoring tekanan darah
Ny. W berkata nek darah tinggi niku kadang naik kadang turun, rak mesti
ko mbak, kadang 130/ 80 , opo 140 an mbak tapi kadang ya duwur sih
sampe 150/90”.
2. Riwayat vaksinasi
Ny. W berkata “ sak ilingki wes lengkap biyen mbak, soale biyen neg di
kon imunasi yo mangkat ben sehat nggeh to mbak”.
3. Skrining kesehatan yang dilakukan
Ny. W berkata “ nek teng mriki niku prikasane seminggu sepindah mbak
nek dinten sabtu kaleh pak dokter”
Status Gizi (diukur dengan grafik indeks massa tubuh)
BB : 39 kg
TB : 145 cm
IMT : BB/kg2 = 39/ 1452 = 18, 54 (Normal)
Lila: 22 cm

16
Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi
 Masalah pada mulut
Ny. W berkata “ niki mbak kulo nembe sariawan, tapi alhamdulillah
maeme nggeh kulo telaske sedanten tapi maeme alon alon soale
kadang ngrasake perih mbak”.
 Perubahan berat badan
Ny. W berkata “ kayane semakin nambah tahun kui mbak, bobotku
selot medun, kulo pas umur 60 wae 45 kilo terus nambah umur neh
mudun tekan saiki 39 mbak”.
 Masalah nutrisi
Ny. W berkata “ untuku akeh seng bolong mbak duwur 3, 2 nek
sebelah kiwo 1 nek sebelah tengen, terus seng ngisor barang 2 nek
sebelah kiwo 2 nek tengen, tapi pas maem iso gawe nguyah mbak”.
Masalah Kesehatan yang dialami Saat Ini
Ny. W berkata “ seng tak rasake trimo rematik tulang karo urat mbak, soale
kadang kambuh kulo nggeh saget mlampah walaupun pincang tapi senenge
rak karuan soale biyen nate ora iso opo opo gur nek kasur turu mbak”.
Obat-obatan yang dikomsumsi
Ny. W menunjukkan obat yang dikonsumsinya yaitu : Acetylcysteine 200 mg
2 x 1, Ibuprofen 200mg 2 x 1, amlodiphin 5 mg 1 x 1 dan antibiotik. Ny. W
berkata “ obate tak mimik 2 kali sehari mbak tapi seng obat darah tinggi tak
unjuk sepindah pas ndalu tapi yo nak sing darah tinggi mung kadang-kadang
tok antibiotike tak ombe kadang-kadang tok nak watuk”.
Ny.W mengatakan setiap hari selalu meminum obat ibuprofen dan
acetylcysteine karena jika tidak meminumnya, Ny.W akan merasa nyeri sendi
dan susah berjalan.

Tindakan Spesifik yang dilakukan Saat Ini


Ny.W berkata, “menawi samparane sakit nggih biasane turonan utawa
lungguh ngobrol karo mbah laine tok mbak yo pokoe ora mlaku-mlaku soale
nak mlaku wedi tibo mbak nak pas sikile lara.”
Status Fungsional (AKS) (dinilai dengan KATZ Indeks)

Skor
No Keterangan
0 1 2 3 4
1 Mobilisasi √
2 Berpakaian √

17
3 Makan dan Minum √
4 Toileting √
5 Personal Higiene √
6 Kontinen √
Keterangan:
0. = mandiri
1. = dengan alat bantu
2. = dibantu orang lain
3. = dibantu orang lain dan alat
4. = tergantung total
Berdasarkan indeks KATS, klien tergolong ke dalam Skor fungsional
klien adalah A dengan kriteria klien mandiri dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari dan untuk berpindah klien tidak menggunakan alat bantu
apapun

Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


 Mobilisasi
Ny. W berkata “ kulo sanget kiyambaan teng pundi pundi mawon
mbak nggeh walaupun pincang tapi ijek iso dewe kabeh seng
nglakoni”.
 Berpakaian
Ny. W berkata “ kulo nek salen klambi kiambak mbak, nek bar mandi
salen sandene nek kamar mandi”.
 Makan dan minum
Ny. W berkata “ kulo maem 3 kali sehari mbak pagi, siang kaleh
sonten. Menune saking mriki sedanten enten nasi, sayur, lauk kaleh
buah nek mimiki kulo seneng ngunjuk toyo petak canggir gedhe peng
5 seko esuk tekan bengi mbak, nek meh ngunjuk teh nek lagi pengen
mawon mbak”.
 Toileting
Ny. W berkata “ kulo nek BAB setunggal dinten sepindah mbak, nek
BAK seko isuk tekan dalu peng 5 nan lah mbak warnane kadang putih
kadang kuning mbak, kadang metune sitik kadang yo akeh”.
 Personal Higiene
Ny. W berkata “ kulo nek sikatan 2 kali mbak sedinten kadang 3 kali
tapi luweh seringe 2 kali, kramase 2 kali seminggu mbak”.
 Mandi
Ny. W berkata “ kulo mandi 2 x sehari mbak neg esuk kaleh sonten”.

18
D. DIMENSI PSIKOLOG
Status kognitif ( SPMSQ)
Berdasarkan hasil skrining SPMSQ skor Ny.W adalah 1 yang berarti status
kognitif baik.
(Instrumen pengkajian lampiran 1)
Perubahan yang timbul terkait status kognitif
Tidak ada
Dampak yang timbul terkait status kognitif
Tidak ada
Status depresi
Berdasarkan hasil pengkajian depresi dengan GDS, skor depresi Ny.W adalah
1 yang berarti tidak depresi. (Instrumen pengkajian GDS lampiran 2)
Perubahan yang timbul terkait status deperesi
Tidak ada
Dampak yang timbul terkait status depresi
Tidak ada
Keadaan emosi
1. Anxietas
Ny. W terlihat tenang dan nyaman saat dilakukan pengkajian
2. Perubahan perilaku
Ny. W tampak memiliki perilaku yang wajar, tidak menyimpang dan tidak
ada gangguan emosi
3. Mood
Berdasarkan hasil observasi dan pengkajian GDS, Ny. W tampak
memiliki mood yang baik dan tidak berubah-ubah
E. DIMENSI FISIK
Luas wisma
Luas Tanah : ±4.400 m2
Luas Wisma : ±1.800 m2
Keadaan lingkungan didalam wisma
 Penerangan
Ruangan terang saat pagi sinar matahari dapat masuk kedalam
ruangan sehingga saat lampu dimatikan terdapat cahaya didalam
ruangan. Terdpat 8 lampu didalam kamar 4 lampu besar dan 4 lampu
kecil semuanya nyala jadi ketika malam kamarnya terang tanpa
kekurangan cahaya. Lampu dikamar mandi ada 4 setiap kamar mandi
ada dan 2 lampu besar diluar kamar mandi sehingga penerangan
dikamar mandi tercukupi. Tidak ada pohon yang menutupi cahaya
yang masuk kedalam ruangan.
 Kebersihan dan kerapian

19
Kondisi setiap ruangan di wisma bersih tertata rapi. Setiap tempat
tidur ditata rapi tanpa menghalangi jalan antar bed 1 dengan yang
lainnya. Penataan barang sesuai dengan tempatnya setiap bed terdapat
1 lemari kecil untuk tempat pakaian dan barang –barang yang dimiliki
para lansia.
 Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Jarak antara ruangan pria dan wanita lumayan jauh
 Sirkulasi udara
Jumlah jendela ruang flamboyan ada 25 jendela, 2 pintu, kondisi
lubang anin baik terdapat 8 ventilasi lubang angin, kondisi jedela
dapat terbuka dengan baik, jendela dibuka ketika pagi sampai sore,
pintu dapat terbuka dengan baik, pintu dibuka dari pagi sampai
menjelang tidur.
 Keamanan
Kondisi lantai tidak licin, terdapat pegangan diarea luar kamar untuk
pengamanan, didalam kamar tidak terdapat alarm tanda bahaya.
F. DIMENSI SOSIAL
 Hubungan lansia dengan lansia di dalam wisma
Ny. W mengatakan bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan semua
Simbah yang berada di ruang Flamboyan. Ny. W mengatakan bahwa ia
mengenal semua lansia yang berada di ruang Flamboyan dan sering menjadi
penengah apabila terdapat temannya yang bermasalah.
 Hubungan antar lansia di luar wisma
Ny.W mengatakan bahwa ia suka berjalan-jalan ke ruangan lain dan
menyapa lansia lainnya. Ny.W mengatakan tidak hanya ramah dan
mengenal lansia putri namun juga lansia pria.
 Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Ny.W mengatakan bahwa ia sangat menyayangi keluarganya. Ny. W
mengatakan bahwa hubungannya dengan keluarga baik dan kelurga selalu
menjenguk Ny.W setiap sebulan sekali.
 Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Ny.W mengatakan bahwa ia memiliki hubungan yang dengan pengasuh
wisma bahkan semua pengasuh wisma hafal dengan Ny.W begitu juga
sebaliknya. Ny.W mengatakan bahwa pengasuh wisma memberikan amanat
kepada Ny.W untuk menjadi ketua ruang Flamboyan.
G. DIMENSI TINGKAH LAKU

20
1. Pola makan
a) Frekuensi : 3 kali sehari
b) Porsi makan : 1 porsi piring
c) Kesulitan makan : sariawan
d) Pola diet : Ny.W mengatakan mengkonsumsi apa saja yang
disediakan oleh pihak panti. Ny.W mengatakan tidak pilih-pilih makanan
dan tidak memiliki pantangan makanan.
e) Kualitas dan kuantitas: Ny.W mengonsumsi, buah (pisang, semangka),
tempe-tahu, air putih, jarang minum teh dan tidak minum kopi

2. Pola tidur
a) Jam tidur : ± 21.00 - 03.00 pagi
b) Lama tidur : ± 6-7 jam
c) Kesulitan : tidak ada kesulitan tidur
d) Pola tidur : Pola tidur Ny.W teratur yaitu pada malam hari
tidur jam 21.00 Wib dan bangun jam 03.00 WIB sedangkan tidur siang
jam 13.00 WIB dan bangun jam 15.00 WIB
e) Kualitas dan kuantitas : Ny. W mengatakan dapat tidur nyenyak hanya
saja di tengah tidur kadang terbangun karena ingin BAK dan karena
batuk. Dalam sehari Ny. W tidur > 8 jam.
(Hasil pengkajian kualitas tidur dengan PSQI pada lampiran 5)

3. Pola eliminasi
BAK
a) Frekuensi : 5-6 kali / hari
b) Warna : kuning jernih
c) Bau : khas urin
BAB
a) Frekuensi : 1x sehari
b) Warna : kuning
c) Konsistensi : lunak

4. Kebiasaan buruk lansia


Ny. W mengatakan tidak merokok, tidak minum alkohol, klien
mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri dan obat batuk yang diberikan oleh
dokter. Ny.W mengatakan menyimpan semua obat bahkan yang masih tidak
diminum lagi karena untuk berjaga jika suatu saat dibutuhkan kembali.
5. Pelaksanaan pengobatan
Saat obat Ny.W habis dan kaki Ny.W masih sakit, Ny.W periksa di klinik
yang berada di rumah pelayanan sosial lansia

21
6. Kegiatan olahraga
Ny.W selalu mengikuti kegiatan senam pagi yang dilaksanakan di rumah
pelayanan sosial lansia
7. Rekreasi
Ny.W mengatakan bahwa apabila ia merasa jenuh ia berjalan-jalan ke taman-
taman yang berada di rumah pelayanan sosial lansia, ia juga suka duduk di
halaman panti sambil memandangi mobil/ motor yang melintasi jalan raya
8. Pengambilan keputusan
Ny.W mengatakan memutuskan segala kebutuhannya sendiri

H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN


1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Ny.W mengatakan apabila mengalami keluhan tentang kesehatan Ny.W
berobat ke klinik yang ada di panti pelayanan sosial lansia.

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala : mesosefal, rambut panjang hitam dan beruban hampir
merata pada seluruh rambut, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi.
2. Wajah/muka : kulit wajah klien keriput, tidak ada lesi, tidak ada
bejolan, wajah tampak bersih dan segar.
3. Mata : reflek pupil klien baik, isokor, tidak ada ikterik,
konjuctiva tidak anemis, refleks pupil terhadap cahaya baik.
4. Telinga : telinga bersih, tidak ada serumen, tidak bau, tidak ada
nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.
5. Mulut dan gigi : bibir klien simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada
sianosis, gigi klien masih rapi dan terdapat 6 gigi yang tanggal, terdapat
stomatitis pada bibir bawah
6. Leher : tidak ada tonjolan, lesi, warna kulit merata, tidak ada
distensi vena jugularis, tidak ada deviasi trakea
7. Dada :
Inspeksi: pengembangan dada kanan-kiri simetris, tidak ada lesi, warna
kulit merata, tidak ada jejas
Palpasi: taktil fremitus kanan kiri sama
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler
8. Jantung :
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V midclavikula sinistra
Perkusi: pekak, tidak terdapat pembesaran jantung
Auskultasi: terdapat bunyi S1 dan S2, tidak ada suara tambahan

22
9. Abdomen :
Inspeksi: abdomen simetris, warna kulit merata, tidak terdapat distensi
abdomen tetapi perut tampak besar karena lemak
Auskultasi: bising usus 8x/menit
Perkusi: timpani
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
10. Ekstremitas atas : warna kulit merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
lesi, kekuatan otot 5, CRT < 3 detik, tidak ada sianosis pada jari-jari
ekstremitas
11. Ekstremitas bawah: warna kulit merata, ada nyeri tekan pada lutut kanan,
kekuatan otot 5, CRT < 3 detik, tidak ada sianosis pada jari-jari
ekstremitas, tidak ada edema, terdapat deformitas pada sendi kaki lutut

23
ANALISA DATA

24
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
23 Oktober DS: Resiko Jatuh berhubungan
2017 - Ny. W berkata “ ini mbak iso tak angkat, tapi rodok sakit neg dengan usia >65 tahun, nyeri
pada ektremitas, deformitas
tanganku seng tengen”.
sendi akibat rematik
- Ny. W berkata “ sikilku loro-lorone yo iso diangkat munggah mbak
tapi ya rodok loro kabeh mbak”.
- Ny. W berkata “ aku nek mlaku pincang mbak, soale duwe rematik
tulang karo urat, dadine mlalune alon-alon”.
DO:
- Ny. W berusia 70 tahun
- Ny. W terlihat berjalan dengan perlahan dan kaki nya pincang
- Ny. W terlihat dapat mengangkat semua ekstremitas tangan dan
bawah dengan baik akan tetapi saat diangkat Ny. W mengeluh sakit
di tangan kanan dan dikedua kakinya.
- Skor resiko jatuh : 21 (risiko jatuh sedang)
23 Oktober DS: Ketidakefektifan manajemen
2017 kesehatan: penggunaan obat-
- Ny. W berkata “ obate tak mimik 2 kali sehari mbak tapi seng obat obat farmakologi b.d. kurang
pengetahuan
darah tinggi tak unjuk sepindah pas ndalu tapi yo nak sing darah
tinggi mung kadang-kadang tok, antibiotike tak ombe kadang-kadang
nak pas watuk wae”

- Ny.W mengatakan setiap hari selalu meminum obat ibuprofen dan


acetylcysteine karena jika tidak meminumnya, Ny.W akan merasa
nyeri sendi dan susah berjalan.

DO:

- Ny.W memiliki banyak simpanan sisa obat (analgetik, antibiotik, dll)

- Ny.W tidak menghabiskan antibiotik sesuai anjuran dokter

23 Oktober DS: Kesiapan meningkatkan 25


2017 - Ny. W berkata “ aku ki seneng mba yen melu kegiatan seko panti
manajemen kesehatan :
opo seko mbak – mbak e, men sehat terus ngono mbak. Yo senam,
meningkatkan latihan fisik dan
yo kerja bakti, obat e seko dokter e yo tak ombe, pokok e yen isoh
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kode Intervensi


Umum Khusus
keperawatan NIC
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 5510 Health Education
a. Edukasikan bahaya penggunaan
manajemen tindakan keperawatan tindakan keperawatan
obat farmakologi yang berlebihan
kesehatan: selama 4 x 24 jam selama 1 x 30 menit
(terum menerus)
penggunaan obat pengetahuan klien nyeri kalien berkurang
b. Edukasikan kepada klien teknik
farmakologi b.d. mengenai manajemen dengan kriteria hasil:
manajemen nyeri non-farmakologi
- Menerapkan 1400
kurang kesehatan mengalami
(masase, senam rematik, kompres
terapi
pengetahuan peningkatan dengan
air hangat, kompres air jahe)
nonfarmakologi
kriteria hasil:
- Klien mengetahui untuk Pain Management
c. Bantu klien mengenali penyebab
penggunaan terapi mengurangi nyeri
- Mengurangi nyeri
non-farmakologi
d. Bantu klien memilih terapi
penggunaan obat
untuk mengurangi
manajemen nyeri yang diinginkan
analgetik untuk
nyeri e. Bantu klien membuat jadwal
mengurangi nyeri
harian untuk melakukan terapi
- Klien dapat
manajemen nyeri
melakukan
f. Evaluasi keefektifan manajemen
aktivitas tanpa

26
gangguan nyeri nyeri nonfarmakologi pada klien
- Klien dapat g. Dorong klien untuk
mengikuti segala meminimalisasi penggunaan obat-
kegiatan yang obatan kimia
diadakan di panti
dengan baik
- Klien tidak
terganggu
tidurnya karena
nyeri
- Skor pengkajian
nyeri dari 6
menjadi 2-3
2 Resiko Jatuh Setelah dilakukan Setelah dilakukan 0226 Terapi latihan: Kontrol otot
- Tentukan kesiapan klien untuk
berhubungan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
terlibat dalam aktivitas atau
dengan usia >65 selama 4 x 24 jam selama 3 x 24 jam
protokol latihan
tahun, nyeri pada diharapkan resiko jatuh diharapkan resiko
- Evaluasi fungsi sensori
ektremitas dan klien dapat berkurang jatuh klien dapat
(penglihatan, pendengaran dan
deformitas sendi dengan kriteria hasil : berkurang dengan
peraba)
- Ny.W tidak
akibat rematik kriteria hasil : - Jelaskan protokol dan
mengalami - Ny. W dapat

27
jatuh (jatuh di melakukan secara rasionalisasi latihan pada
kamar mandi, mandiri terapi pasien
- Sediakan privasi selama latihan
jatuh saat yang diberikan
- Sesuaikan pencahayaan, sushu
berjalan, dll) setiap hari sesuai
ruangan dan tingkat kebisingan
kebutuhan
untuk meningkatkan
- Skor resiko jatuh
kempapuan klien
turun atau tetap
berkonsentrasi pada saat latihan
21
- Beri pakaian yang tidak
- Ny.W dapat
menghambat pergerakan sendi
mengikuti
- Berikan terapi Senam Rematik
aktivitas di panti - Dorong klien untuk
secara mandiri mempraktikan latihan secara
mandiri, sesuai indikasi
- Beri dukungan positif terhadap
usaha klien dalam latihan dan
aktivitas fisik
- Monitoring senam rematik
setiap hari

3 Kesiapan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 5395 Peningkatan efikasi diri :


 Eksplorasi persepsi individu
meningkatkan tindakan keperawatan tindakan keperawatan

28
manajemen selama 5 x 24 jam klien selama 3 x 24 jam mengenai kemampuannya untuk
kesehatan : telah siap nyeri kalien berkurang melaksanakan perilaku – perilaku
Meningkatkan meningkatkan dengan kriteria hasil: yang diinginkan untuk
- Klien dapat
latihan fisik ringan manajemen kesehatan meningkatkan latihan fisik ringan
melakukan latihan
dan manajemen dengan kriteria hasil : dan managemen emosi.
- Klien mengatakan fisik ringan  Eksplorasi persepsi individu
emosi.
- Klien dapat
siap dan yakin ingin mengenai keuntungan
melakukan nafas
melakukan perilaku melaksanakan perilaku – perilaku
dalam untuk
untuk menjadi lebih yang diinginkan dalam
manajemen emosi.
sehat seperti meningkatkan latihan fisik ringan
meningkatkan dan managemen emosi.
latihan fisik ringan  Identifikasi hambatan dalam

dan manajemen merubah perilaku latihan fisik

emosi. ringan dan managemen emosi..


 Bantu individu untuk
berkomitmen terhadap rencana
tindakan untuk merubah perilaku.
 Berikan informasi mengenai
perilaku yang diinginkan (latihan
fisik ringan dan managemen

29
emosi)
 Berikan contoh atau tunjukkan
perilaku yang diinginkan (latihan
fisik ringan dan managemen
emosi)
 Berikan lingkungan yang
mendukung dalam merubah
perilaku yang diinginkan.
 Berikan kesempatan kepada klien
untuk menguasai pengalaman atau
belajar secara bertahap.
 Siapkan individu mengenai
kondisi fisik dan emosi yang
mungkin akan dialami selama
proses perubahan perilaku.

30
PRIORITAS MASALAH

Diagnosa Keperawatan Prioritas Pembenaran


Ketidakefektifan HIGH Diagnosa ini diambil sebagai High Periority dengan pertimbangan sebagai berikut:
manajemen kesehatan: Urgency
penggunaan obat Ny.W selalu mengkonsumsi obat analgetik setiap hari untuk mengurangi nyeri sendi akibat rematik
farmakologi b.d. kurang Dampak
pengetahuan Penggunaan obat-obatan kimia jika terus-menerus dapat mengganggu kesehatan ginjal, dan klien juga
harus mengeluarkan uang untuk membeli obat
Keefektifan intervensi
Untuk mengatasi masalah ini, klien diberikan intervensi edukasi mengenai dampak penggunaan obat-
obatan yang secara terus menerus serta alternatif lain penurun nyeri yaitu dengan senam rematik.
Setelah dilakukan edukasi, pengetahuan klien meningkat dibuktikan dengan klien mampu menjawab
terapi aktivitas yang dapat mengurangi nyeri pada rematik.
Resiko Jatuh berhubungan MEDIUM Diagnosa ini diambil sebagai Medium Periority dengan pertimbangan sebagai berikut:
dengan usia >65 tahun, Urgency
nyeri pada ektremitas, dan Ny. W memiliki skor resiko jatuh sebesar 21 yaitu masuk dalam kategori resiko jatuh sedang.
deformitas sendi akibat Dampak
rematik Dampak yang dapat ditimbulkan yaitu kejadian jatuh pada lansia yang nantinya dikhawatirkan akan
terjadi fraktur dan kerusakan jaringan sehingga perlu diperhatikan.

31
Keefektifan intervensi
Untuk menangani resiko jatuh pada Ny. W mendapatkan intervensi senam rematik supaya nyeri yang
dirasakan oleh Ny. W berkurang dan otot-ototnya tidak kaku dengan begitu akan mengurangi resiko
jatuh pada Ny. W.

Kesiapan meningkatkan LOW Diagnosa ini diambil sebagai Low Periority dengan pertimbangan sebagai berikut:
manajemen kesehatan : Urgency
Meningkatkan latihan fisik Selama proses pengkajian Ny. W beberapa kali mengatakan bahwa beliau memiliki keinginan dan
ringan dan manajemen merasa senang mengikuti segala bentuk aktivitas latihan di rumah pelayanan, karena beliau ingin tetap
emosi. sehat alau sudah lanut usia.
Dampak
Dampak yang dapat ditimbulkan sesuai dengan keinginan klien yaitu meningkatkan manajemen
kesehatan dalam mempertahankan fungsi otot dan gerak tubuh dalam kondisi yang baik atau normal.
Selain itu jika managemen emosi klien baik akan meningkatkan kedekatan atau hubungan baik klien
dengan teman – teman dalam 1 ruangan.
Keefektifan intervensi
Untuk meningkatkan manajemen kesehatan klien diberikan intervensi berupa penguatan, dukungan
dan informasi yang dibutuhkan mengenai latihan fisik dan manajemen emosi.
IMPLEMENTASI

32
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
keperawatan Umum Khusus
Ketidakefektifan 24/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan o Mengdukasikan bahaya S: Ny.W mengatakan memahami
08.00 -08.30
manajemen tindakan keperawatan keperawatan selama 1 x 30 penggunaan obat penjelasan mahasiswa dan akan
WIB
kesehatan: selama 4 x 24 jam menit nyeri kalien berkurang farmakologi yang menerapkan terapi
penggunaan pengetahuan klien dengan kriteria hasil: berlebihan (terum menerus) nonfarmakologi berupa senam
- Menerapkan terapi o Mengdukasikan kepada
obat mengenai manajemen rematik dengan cara duduk setiap
nonfarmakologi untuk klien teknik manajemen hari sekali pada pagi hari
farmakologi b.d. kesehatan mengalami
mengurangi nyeri nyeri non-farmakologi sebelum beraktivitas. Ny W
kurang peningkatan dengan
- Mengurangi
pengetahuan kriteria hasil: (masase, senam rematik, mengatakan akan mencoba
penggunaan obat
- Klien mengetahui kompres air hangat, mengurangi mengkonsumsi obat-
analgetik untuk
penggunaan terapi kompres air jahe) obat pereda nyeri
mengurangi nyeri o Membantu klien mengenali
non-farmakologi
- Klien dapat melakukan O: Ny.W tampak mengangguk
untuk mengurangi penyebab nyeri
aktivitas tanpa o Membantu klien memilih A: masalah teratasi
nyeri
gangguan nyeri terapi manajemen nyeri P: lanjutkan intervensi
- Klien dapat mengikuti
yang diinginkan
segala kegiatan yang o Membantu klien membuat
diadakan di panti jadwal harian untuk
dengan baik melakukan terapi
- Klien tidak terganggu

33
tidurnya karena nyeri manajemen nyeri
- Skor pengkajian nyeri o mengevaluasi keefektifan
dari 6 menjadi 2-3 manajemen nyeri
nonfarmakologi pada klien
o mendorong klien untuk
meminimalisasi
penggunaan obat-obatan
kimia

25/10/2017 o Mengkaji perilaku klien S: Ny.W mengatakan tidak


09.00 WIB
dalam melakukan senam meminum ibuprofen pada sore
rematik dan mengurangi hari kemarin. Ny.W mengatakan
konsumsi obat pereda nyeri tidak merasa nyeri.
o Mengkaji keluhan nyeri O: -
pada klien A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi

34
Resiko Jatuh 24/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Menentukan kesiapan klien S: Ny. W mengatakan siap
berhubungan Jam 09.00 - tindakan keperawatan keperawatan selama 3 x 24 untuk terlibat dalam aktivitas melakukan aktivitas latihan yang
dengan usia >65 09.05 WIB selama 4 x 24 jam jam diharapkan resiko jatuh atau protokol latihan diberikan kepada mahasiswa
tahun, nyeri diharapkan resiko jatuh klien dapat berkurang O: Ny. W terlihat bersemangat
pada ektremitas klien dapat berkurang dengan kriteria hasil : dan sangat antusias
- Ny. W tidak
(00155) dengan kriteria hasil : A: Masalah teratasi
- Ny. W dapat mengeluh sakit saat
P: pertahankan status kesehatan
berjalan tanpa menggerakkan
klien
mengeluh sakit ekstremitas atas dan
bawah ke atas secara
maksimal
09.05-09.10 Mengevaluasi fungsi sensori S: Ny. W mengatakan masih
- Ny. W dapat
WIB (penglihatan, pendengaran dan dapat membaca, mendengar dan
melakukan secara
peraba) meraba dengan baik tanpa alat
mandiri terapi yang
bantu
diberikan setiap hari
O: Ny. W terlihat dapat membaca
sesuai kebutuhan
- Ny. W dapat dengan baik melihat dengan jelas
mengetahui 3 dari 5 3 meter, mampu mendengar
gerakan Senam dengan jarak dekat dan jauh serta
Rematik yang dapat meraba dengan baik,
diajarkan semuanya dapat dilakukan tanpa
35
36
25/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Memonitoring teknik senam S: Ny. W mengatakan semalam
10.00- 10.05 tindakan keperawatan keperawatan selama 3 x 24 rematik sebelum tidur Ny. W melakukan
WIB selama 4 x 24 jam jam diharapkan resiko jatuh senam rematik dengan 4 gerakan
diharapkan resiko jatuh klien dapat berkurang yang Ny. W kuasai serta
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil : mengatakan bahwa badannya
- Ny. W tidak
dengan kriteria hasil : lebih rileks dan otot-ototnya
- Ny. W dapat mengeluh sakit saat
sudah mulai meregang
berjalan tanpa menggerakkan
O: Ny. W terlihat dapat
mengeluh sakit ekstremitas atas dan
melakukan gerakan senam
bawah ke atas secara
rematik dengan baik dan sudah
maksimal
mau diaplikasikan sehari-hari
- Ny. W dapat
A: Masalah teratasi
melakukan secara
P: Pertahankan status kesehatan
mandiri terapi yang
10.05-10.10 klien
diberikan setiap hari
WIB
sesuai kebutuhan
- Ny. W dapat
mengetahui 3 dari 5 Mendorong klien untuk S: Ny. W mengatakan saya rajin
gerakan Senam mempraktikan latihan secara sekarang mbak, melakukan setiap
Rematik yang mandiri, sesuai indikasi dan hari mbak, sebelum tidur saya
diajarkan memberi dukungan positif melakukan senam rematik akhir-
37
26/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Memonitoring teknik senam S: Ny. W mengatakan sebelum
09.00-09.05 tindakan keperawatan keperawatan selama 3 x 24 rematik tidur Ny. W melakukan senam
WIB selama 4 x 24 jam jam diharapkan resiko jatuh rematik dengan 4 gerakan yang
diharapkan resiko jatuh klien dapat berkurang Ny. W kuasai
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil : O: Ny. W terlihat dapat
- Ny. W tidak
dengan kriteria hasil : melakukan gerakan senam
- Ny. W dapat mengeluh sakit saat
rematik dengan baik dan sudah
berjalan tanpa menggerakkan
mau diaplikasikan sehari-hari
mengeluh sakit ekstremitas atas dan
A: Masalah teratasi
bawah ke atas secara
P: Pertahankan status kesehatan
maksimal
09.05-09.10 klien
- Ny. W dapat
WIB
melakukan secara
mandiri terapi yang
Mendorong klien untuk S: Ny. W mengatakan saya rajin
diberikan setiap hari
mempraktikan latihan secara sekarang mbak, melakukan setiap
sesuai kebutuhan
- Ny. W dapat mandiri, sesuai indikasi dan hari mbak, sebelum tidur saya
mengetahui 3 dari 5 memberi dukungan positif melakukan senam rematik hasil
gerakan Senam terhadap usaha klien dalam dari senam rematiknya udah
Rematik yang latihan dan aktivitas fisik kerasa ko mbak, ototku sudah
diajarkan tidak kaku sekarang
38
27/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Memonitoring teknik senam S: Ny. W mengatakan seperti
10.00-10.05 tindakan keperawatan keperawatan selama 3 x 24 rematik biasa mbak saya suka melakukan
WIB selama 4 x 24 jam jam diharapkan resiko jatuh senam rematiknya sebelum tidur
diharapkan resiko jatuh klien dapat berkurang Ny. W melakukan senam rematik
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil : dengan 5 gerakan yang Ny. W
- Ny. W tidak
dengan kriteria hasil : kuasai dan senang sudah
- Ny. W dapat mengeluh sakit saat
mengahafal semua gerakannya
berjalan tanpa menggerakkan
O: Ny. W terlihat dapat
mengeluh sakit ekstremitas atas dan
melakukan gerakan senam
bawah ke atas secara
rematik dengan baik dan sudah
maksimal
mau diaplikasikan sehari-hari
- Ny. W dapat
A: Masalah teratasi
melakukan secara
P: Pertahankan status kesehatan
mandiri terapi yang
klien
diberikan setiap hari
10.05-10.10
sesuai kebutuhan
WIB - Ny. W dapat
mengetahui 3 dari 5 S: Ny. W mengatakan saya akan
gerakan Senam Mendorong klien untuk lebih rajin lagi melakukan senam
Rematik yang mempraktikan latihan secara rematik setiap hari mbak sebelum
diajarkan mandiri, sesuai indikasi dan tidur, saat bangun tidur dan kalau
39
Kesiapan 24/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Mengkaji persepsi individu S : Ny. W mengatakan walaupun
meningkatkan 12.40 tindakan keperawatan keperawatan selama 3 x 24 mengenai kemampuannya untuk dirinya sudah tua masih dapat
manajemen
selama 5 x 24 jam klien jam nyeri kalien berkurang melaksanakan perilaku – memenuhi kebutuhan sehari –
kesehatan :
Meningkatkan telah siap meningkatkan dengan kriteria hasil: perilaku yang diinginkan untuk hari tanpa bantuan seperti mandi,
latihan fisik - Klien dapat melakukan
manajemen kesehatan meningkatkan latihan fisik mencuci, makan dan
ringan dan latihan fisik ringan
dengan kriteria hasil : ringan dan managemen emosi. membersihkan tempat tidunya.
managemen - Klien dapat melakukan
- Klien mengatakan
emosi. Sehingga ia yakin jika masih bisa
nafas dalam untuk
siap dan yakin
melakukan beberapa gerakan /
manajemen emosi.
ingin melakukan
latihan fisik yang ringan.
perilaku untuk
O : Ny. W tampak melakukan
menjadi lebih
aktivitas pemenuhan kebutuhan
sehat seperti
sehari - hari secara mandiri.
meningkatkan
Klien mengatakan tidak sesak
latihan fisik
dan tidak pusing.
ringan dan
A : Masalah belum teratasi
manajemen emosi.
P : pantau dan bantu klien
pertahankan kondisi
kesehatannya.

Mengkaji persepsi individu 40


25/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Bantu individu untuk S : Ny. W mengatakan sudah
tindakan keperawatan keperawatan selama 3 x 24 berkomitmen dan berikan menanamkan dalam hati jika
selama 5 x 24 jam klien jam nyeri kalien berkurang dukungan terhadap rencana beliau ingin sering latihan fisik
telah siap meningkatkan dengan kriteria hasil: tindakan untuk merubah ringan supaya tetap sehat dan
- Klien dapat melakukan
manajemen kesehatan perilaku. (meningkatkan latihan lebih senang dan bersemangat
latihan fisik ringan
dengan kriteria hasil : fisik ringan) jika mendapat dukungan dari
- Klien dapat melakukan
- Klien mengatakan
orang – orang disekitarnya.
nafas dalam untuk
siap dan yakin
O : Ny. W tampak bersemangat
manajemen emosi.
ingin melakukan
ketika melakukan latihan fisik
perilaku untuk
ringan bersama – sama dengan
menjadi lebih
A : Masalah sudah teratasi
sehat seperti
P : pantau dan bantu klien
meningkatkan
pertahankan kondisi
latihan fisik
kesehatannya.
ringan dan
manajemen emosi.
Berikan informasi mengenai S : Ny. W mengatakan paham
perilaku yang diinginkan dan mengerti apa yang sudah
(latihan fisik ringan) disampaikan secara singkat dan
jelas.
O : Ny. W tampak
41
26/10/2017 Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Memberikan informasi S : Ny. W mengatakan paham
tindakan keperawatan keperawatan selama 3 x 24 mengenai perilaku yang dan mengerti apa yang sudah
selama 5 x 24 jam klien jam nyeri kalien berkurang diinginkan (manajemen emosi) disampaikan secara singkat dan
telah siap meningkatkan dengan kriteria hasil: jelas.
- Klien dapat melakukan
manajemen kesehatan O : Ny. W tampak
latihan fisik ringan
dengan kriteria hasil : memperhatikan dan kadang –
- Klien dapat melakukan
- Klien mengatakan
kadang menanggapi mengenai
nafas dalam untuk
siap dan yakin
informasi yang disampaikan.
manajemen emosi.
ingin melakukan
A : masalah teratasi
perilaku untuk
P : pantau dan bantu klien
menjadi lebih
pertahankan kondisi
sehat seperti
kesehatannya.
meningkatkan
latihan fisik
ringan dan Memberikan contoh atau S : Ny. W mengatakan cara yang
manajemen emosi. tunjukkan perilaku yang diajarkan cukup mudah.
diinginkan (manajemen emosi O : Ny. W tampak menirukan
dengan nafas dalam) dan cara melakukan nafas dalam yang
memberikan kesempatan kepada sudah diajarkan dengan
klien untuk menguasai bimbingan atau mandiri.
42
EVALUASI SUMATIF

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif


Ketidakefektifan manajemen kesehatan: S: Ny.W mengatakan memahami penjelasan mahasiswa dan akan menerapkan terapi
penggunaan obat-obat farmakologi b.d. nonfarmakologi berupa senam rematik dengan cara duduk setiap hari sekali pada pagi hari
kurang pengetahuan sebelum beraktivitas. Ny W mengatakan sudah mengurangi konsumsi obat pereda nyeri dan
menerapkan senam rematik
O: Ny.W tampak bersemangat
A: masalah teratasi
P: Pertahankan status klien
Resiko Jatuh berhubungan dengan usia >65 S: Ny. W mengatakan saya akan lebih rajin lagi melakukan senam rematik setiap hari mbak
tahun, nyeri pada ektremitas (00155) sebelum tidur, saat bangun tidur dan kalau ada waktu yang longgar selain itu rasa sakit atau
nyerinya juga berkurang mbak
O: Ny. W terlihat semangat dan mampu melakukan 5 gerakan yang dikuasainya
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan status kesehatan klien
Kesiapan meningkatkan manajemen S : Ny. W mengatakan bahwa jika melakukan latihan atau gerakan fisik ringan tangan dan
kesehatan : Meningkatkan latihan fisik dan kakinya terasa tidak kaku dan lebih ringan. Ny. W juga mengatakan ia akan selalu melakukan
managemen emosi.
latihan/ gerakan fisik ringan karena walaupun sudah tua ia ingin selalu sehat dan dapat
melakukan aktivitasnya sendiri.
O : Ny. W tampak melakukan segala aktivitasnya sendiri tanpa bantuan, dapat mengulang

43
gerakan yang sudah diajarkan.
A : Masalah teratasi.
P : Pantau, dukung dan ajak klien untuk selalu melakukan dan mengikuti latihan fisik baik
program dari rumah pelayanan social maupun aktivitas ringan yang dapat dilakukan secara
mandiri di ruangannya.

44
RENCANA TINDAK LANJUT
Nama Lansia/ wisma : Ny. W/ Ruang Flamboyan
Alamat :
Anggota Masalah Keperawatan Intervensi yang dilakukan RTL Paraf
Wisma
Ny. W Resiko Jatuh berhubungan  Tentukan kesiapan klien untuk terlibat Memonitoring selalu senam rematik
dengan usia >65 tahun, dalam aktivitas atau protokol latihan yang sudah diajarkan dan selalu
nyeri pada ektremitas  Evaluasi fungsi sensori (penglihatan, memberikan dukungan yang positif

(00155) pendengaran dan peraba)


 Jelaskan protokol dan rasionalisasi
latihan pada pasien
 Sediakan privasi selama latihan
 Sesuaikan pencahayaan, sushu ruangan
dan tingkat kebisingan untuk
meningkatkan kempapuan klien
berkonsentrasi pada saat latihan
 Beri pakaian yang tidak menghambat
pergerakan sendi
 Berikan terapi Senam Rematik
 Dorong klien untuk mempraktikan
latihan secara mandiri, sesuai indikasi
 Beri dukungan positif terhadap usaha

45
klien dalam latihan dan aktivitas fisik
 Monitoring senam rematik setiap hari
Ny. W Kesiapan meningkatkan  Eksplorasi persepsi individu mengenai Berikan penguatan dan dukungan
manajemen kesehatan : kemampuannya untuk melaksanakan positif pada klien untuk tetap
Meningkatkan latihan fisik perilaku – perilaku yang diinginkan berkomitmen terhadap rencana
ringan dan managemen untuk meningkatkan latihan fisik ringan tindakan untuk meningkatkan latihan
emosi. dan managemen emosi. fisik ringan dan manajemen emosi.
 Eksplorasi persepsi individu mengenai
keuntungan melaksanakan perilaku –
perilaku yang diinginkan dalam
meningkatkan latihan fisik ringan dan
managemen emosi.
 Identifikasi hambatan dalam merubah
perilaku latihan fisik ringan dan
managemen emosi..
 Bantu individu untuk berkomitmen
terhadap rencana tindakan untuk
merubah perilaku.
 Berikan informasi mengenai perilaku
yang diinginkan (latihan fisik ringan dan

46
managemen emosi)
 Berikan contoh atau tunjukkan perilaku
yang diinginkan (latihan fisik ringan dan
managemen emosi).
 Berikan kesempatan kepada klien untuk
menguasai pengalaman atau belajar
secara bertahap.

47
BAB IV
PEMBAHASAN

Struktur anatomi dan fisiologi akan terus berubah dan mengalami


penurunan ketika memasuki lanjut usia. Perubahan struktur dan fungsi tersebut
bisa menyebabkan adanya ketidaknyamanan, salah satu masslaah yang sering
muncul pada lansia adalah nyeri. Saat merasa nyeri, lansia akan merasa tidak
nyaman dan berusaha untuk mengobati nyerinya tersebut dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan mengkonsumsi obat pereda nyeri. Terkadang, lansia
justru terlanjur kecanduan dengan obat-obatan pereda nyeri sehingga apabila tidak
mengkonsumsi obat akan merasa seluruh badan terasa sakit semua. Padahal
mengkonsumsi obat kimia secara terus-menerus juga akan berakibat tidak baik
pada kesehatan ginjal. Sehingga penggunaan obat kimia (farmakologi) secara
terus menerus juga tidak dianjurkan.
Pada kasus Ny.W, Ny.W selalu mengkonsumsi berbagai jenis obat-obatan
setiap hari. Intervensi keperawatan dengan edukasi berfungsi untuk memberikan
pengetahuan kepada individu maupun kelompok terkait suatu topik yang
kemudian diharapkan terjadi perubahan perilaku yang mengarah kepada yang
lebih baik. Pilihan alternatif terapi nonfarmakologi juga diberikan agar lansia
mampu memilih manajemen nyeri yang lebih terjangkau dan mudah dilakukan.
Selain itu, lansia juga rentan terhadap resiko jatuh yang diakibatkan oleh
beberapa sebab, diantaranya usia <65 tahun, terdapat gangguan pada tulang
seperti rematik, nyeri sendi ataupun yang lainnya yang mana hal tersebut akan
mengganggu saat lansia sedang melakukan mobilisasi saat beraktivitas. Apabila
lansia tidak dibantu menangani hal tersebut maka akan menimbulkan masalah
baru saat lansia mengalami gangguan mobilisasi, dengan begitu untuk
menanggulangi masalah yang baru, hal yang dapat diterapkan untuk lansia rentan
terhadap resiko jatuh ialah dengan cara terapi senam rematik.
Senam rematik adalah salah satu olah raga fisik yang berfokus pada
mempertahankan lingkup gerak sendi secara maksimal. Tujuan senam rematik
untuk mempertahankan pergerakan sendi, memiliki pengaruh besar dalam

48
penurunan skala nyeri sendi serta mampu membuat tubuh semakin rileks. Selain
itu senam rematik memiliki banyak manfaat diamana manfaat tersebut adalah
mengurangi nyeri sendi, tulang lebih lentur, otot tetap kencang, memperlancar
peredaran darah, menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak mudah
mengalami cidera, dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik (Sintinjak,
2016).
Hasil dari penelihan Sintinjak, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2016 terkait
Pengaruh Senam Rematik Terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia
dengan Osteoarthritis Lutut independen t test untuk posttest kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol menunjukkan p-value sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti
terdapat perbedaan mean skala nyeri sendi yang bermakna anatara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan senam rematik, diamana
skala nyeri sendi dengan senam rematik lebih rendah dari pada skala nyeri yang
tidak diberikan senam rematik.
Hasil dari intervensi yang sudah diberikan oleh Ny. W menunjukkan arti
bahwa senam rematik sangat efektif diberikan karena Ny. W mengatakan bahwa
nyeri yang dirasakan sudah berkurang dan tubuhnya menjadi lebih rileks sehingga
ototnya tidak kaku sehingga menjadi lebih nyaman. Ny. W juga sangat
bersemangat melakukan senam rmatik bahkan hampir setiap hari sebelum tidur
Ny. W melakukan senamnya dengan perlahan menghafalkan gerakan yang sudah
diajarkan, mulanya hanya hafal 3 gerakan menjelang hari akhirnya Ny. W mampu
menghafal seluruh gerakan yang sudah diajarkan kepadanya.
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan merupakan pola pengaturan
dan pengintegrasian ke dalam kehidupan sehari – hari suatu regimen terapeutik
yang dapat ditingkatkan untuk pengobatan penyakit dan mengurangi gejala
penyakit. Selama proses pengkajian Ny. W beberapa kali mengatakan bahwa
beliau akan mengikuti latihan atau aktivitas supaya tetap sehat dan ingin
mengontrol emosinya yang sering meningkat.
Untuk itu kelompok memberikan intervensi dengan relaksasi nafas dalam
untuk mengontrol emosi beliau. Relaksasi merupakan upaya untuk
mengendurkan ketegangan jasmaniah yang pada akhirnya mengendurkan

49
ketegangan jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi adalah bersifat respiratoris yaitu
dengan mengatur aktivitas bernafas.
Latihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan mengatur mekanisme
pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas yang lebih lambat dan dalam.
Keteraturan dalam bernafas menyebabkan sikap mental dan badan menjadi relaks
sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang
luapan emosi tanpa membuatnya kaku (Wiramihardja dalam Sumirta, 2013).
Teknik relaksasi juga dapat mengatur emosi dan menjaga keseimbangan
emosi, sehingga emosi marah tidak berlebihan dan tidak terjadi pada tingkat
intensitas yang tinggi (Goleman dalam Sumirta, 2013). Relaksasi nafas dalam
merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan
enkefalin. Relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelectasis paru, memberikan perasaan
tenang, mengurangi stress baik fisik maupun emosional (Smeltzer & Bare, 2002).
Langkah – langkah untuk melakukan relaksasi nafas dalam uga sangat
mudah yaitu dimulai dengan menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-
paru dengan udara melalui hitungan. Kemudian perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks.
Anjurkan bernafas dengan irama normal sebanyak 3 kali. Setelah diulangi
beberapa kali klien tampak sedikit lebih tenang dan tidak tampak meledak – ledak
seperti sebelumnya.

50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
PM Ny.W merupakan penerima manfaat di Panti Rumah Pelayanan
Lanjut Usia Pucang Gading. Setelah dilakukan pengkajian ternyata klien
memiliki beberapa masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan manajemen
kesehatan (00078): penggunaan obat farmakologi b.d. kurang pengetahuan;
risiko jatuh (00155) b.d. usia > 65 tahun, nyeri dan deformitas sendi akibat
rematik; dan kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (00162) :
Meningkatkan latihan fisik ringan dan managemen emosi.
Pada diagnosa pertama diberikan intervensi berupa edukasi mengenai
bahaya penggunaan obat kimia secara terus-menerus terhadap kondisi
kesehatan ginjal. Setelah dilakukan intervensi pengetahuan klien meningkat
dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku. Diagnosa kedua diberikan
intervensi berupa senam rematik yang berfungsi untuk tetap menjaga tulang
dan sendi agar terhindar dari kekakuan yang dapat menyebabkan nyeri sendi.
Sedangkan untuk diagnosa ketiga diberikan dorongan dan edukasi mengenai
latihan meningkatkan latihan fisik ringan dan manajemen emosi.
B. Saran
1. Lansia
Diharapkan lansia terus mempertahankan kondisi kesehatannya dan
selalu berusaha untuk mengikuti aktivitas yang disediakan di panti.
2. Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
Pemeriksaan terhadap lansia dan lingkungan lansia perlu
ditingkatkan. Selain itu, untuk beberapa lansia yang malas mengikuti
kegiatan di panti agar selalu diberikan dorongan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu belajar dengan
semaksimal mungkin tentang bagaimana merawat lansia secara holistik
dan dapat memberikan ide-ide baru dalam melaksanakan asuhan
keperawatan gerontik.

51
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tinjauan Pustaka : Proses Fisiologis Penuaan Pada Lansia. Diakses pada
23 Oktober 2017 dari http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-
1570-2085266508bab%20ii. pdf

Aswin, S. (2013). Dampak Proses Menua terhadap Sistem Muskuloskeletal.


Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. Hal : 133 – 155 http://libmed.
ugm.ac.id/download.php?file=psd%5E pdf%5E162%5E08150720161110

Bulechek, G. M., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). (6th ed).
United States: Mosby Elsevier.

Brunner dan Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah−Vol. 2 Ed. 8, EGC,


Jakarta.

Carpenito, L. J. (2010). Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. (13th


ed). United States: Wolters Kluwer.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell.

Moorhead, Sue., dkk. (2013) Nursing Outcomes Classification


(NOC):Measurement of Health Outcomes. (5th ed.). United States: Mosby
Elsevier.

Nurhidayah, K. 2012. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Aktifitas Fungsional


Lansia Di Komunitas Senam Lansia Wilayah Kelurahan Nusukan
Banjarsari Surakarta. Diakses pada 24 Oktober 2017 dari
http://eprints.ums.ac.id/20570/22/NASKAH_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf

Sari, D.I.P. 2016. Efektivitas senam rematik dan back massage terhadap
penurunan nyeri osteoartritis pada lanjut usia di panti wredha dharma
bhakti surakarta. Diakses pada 24 Oktober 2017 dari

52
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/33/01-gdl-desstyinta-
1616-1-naskahp-s.pdf

Sintinjak, V. M., dkk. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan


Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut. 4(2).

Sumirta, I. N., dkk. (2013). Relaksasi Nafas Dalam terhadap Pengendalian


Marah Klien dengan Perilaku Kekerasan. Hal 1 – 5.

Suharjono, dkk. (2014). Pengaruh Senam Lansia terhadap Perubahan Nyeri


Persendian pada Lansia di Kelurahan Komplek Kenjeran, Kecamatan
Bulak, Surabaya. Hal 106 – 110. http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-ijchncfcb7a6261full.pdf

53
Lampiran 1
Pengkajian Status Kognitif

The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)

JAWABAN
PERTANYAAN
BETUL SALAH
1. Tanggal berapa hari ini ? 19 Oktober 2017
2. Hari apakah hari ini ? Selasa
3. Apakah nama tempat ini ? Panti Wredha
Pucang Gading
4. Dimana alamat Anda? Telogosari
Semarang
5. Berapa usia anda ? 70 tahun
6. Kapan anda lahir (tgl/bln/thn) ? 21 Agustus 1947
7. Siapakah nama presiden sekarang ? Jokowi
8. Siapakah nama presiden sebelumnya ? SBY
9. Siapakah nama ibu anda ? Suginah
10. Kurangi angka 20 dengan angka 3 Jawaban benar
berturut-turut 3 kebawah atau
menurun ?

Keterangan: Klien mampu menjawab 9 pertanyaan dengan tepat


Jumlah kesalahan: 1 (Baik)
0-2 kesalahan : Baik
3-4 kesalahan : Gangguan ringan

54
5-7 kesalahan : Gangguan sedang
8-10 kesalahan : Gangguan berat

55
Lampiran 2
Pengkajian Status Depresi
The Geriatric Depression Scale (Yesavage & brink, 1983)
JAWABAN
PERTANYAAN JAWABAN
KLIEN
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan TIDAK YA
anda ?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat anda YA TIDAK
?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? YA TIDAK
4. Apakah anda sering bosan ? YA TIDAK
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu ? TIDAK YA
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ? YA TIDAK
7. Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu ? TIDAK YA
8. Apakah anda merasa jenuh ? YA TIDAK
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada malam YA YA
hari, dari pada pergi melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak YA TIDAK
mengalami masalah dengan ingatan anda daripada
yang lainnya ?
11. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup TIDAK YA
sekarang ini ?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ? YA TIDAK
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini ? TIDAK YA
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi ? YA TIDAK
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik YA TIDAK
dari anda ?

Keterangan: Nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban ya dan tidak
setelah pertanyaan. NILAI 5 ATAU LEBIH DAPAT MENANDAKAN DEPRESI
Kesimpulan: Poin Ny.W berjumlah 1 (Tidak Depresi)

Lampiran 3
Pengkajian status kesepian
UCLA Loneliness Scale (Version 3)

No. Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Selalu


pernah kadang

56
1. Apakah anda pernah merasa cocok
dengan orang di sekitar anda?
2. Apakah anda pernah merasa tidak/
kurang memiliki teman?
3. Apakah anda pernah merasa tidak ada
seorangpun yang dapat diandalkan/ anda
minta tolong?
4. Apakah anda pernah merasa sendiri?
5. Apakah anda pernah merasa jadi bagian
dari kelompok teman-teman anda?
6. Apakah anda pernah merasa bahwa anda
memiliki banyak persamaan dengan
orang-orang disekitar anda?
7. Apakah anda pernah merasa bahwa anda
tidak dekat dengan siapapun?
8. Apakah anda pernah merasa bahwa
minat dan ide anda tidak dibagikan
dengan orang-orang disekitar anda?
9. Apakah anda pernah merasa ramah atau
mudah bergaul dan bersahabat?
10. Apakah anda pernah merasa dekat
dengan orang lain?
11. Apakah anda pernah merasa
ditinggalkan?
12. Apakah anda pernah merasa hubungan
anda dan orang lain tidak berarti?
13. Apakah anda pernah merasa tak satupun
orang mengerti anda dengan baik?
14. Apakah anda pernah merasa terasing
dari orang lain?
15. Apakah anda dapat menemukan teman/
persahabatan ketika anda
menginginkannya?
16. Apakah anda merasa bahwa ada
seseorang yang benar-benar dapat
mengerti anda?

57
17. Apakah anda pernah merasa malu?
18. Apakah anda pernah merasa bahwa
orang-orang banyak disekitar anda,
tetapi tidak bersama anda?
19. Apakah anda merasa bahwa ada orang
yang dapat anda ajak bicara? (ngobrol)
20. Apakah anda merasa bahwa ada orang
yang dapat anda andalkan/ dimintai
tolong?

Kesimpulan:

58
Lampiran 4
Pengkajian Risiko Jatuh
Performance Oriented Mobility Assesment (POMA) Balance Tests

No Instruksi Reaksi Pasien Skor Skor PM


Ny.W
1 Keseimbangan Bersandar 0 0
duduk Tenang dan aman 1
2 Duduk ke Tidak mampu tanpa bantuan 0
berdiri Mampu dengan bantuan tangan 1 1
Mampu tanpa bantuan tangan 2

3 Upaya untuk Tidak mampu tanpa bantuan 0


bangkit (duduk Mampu dengan lebih dari 1 kali 1
ke berdiri) upaya 2 2
Mampu dengan 1 kali upaya
4 Keseimbangan Goyah 0
berdiri awal (5 Stabil dengan bantuan 1
detik pertama) Stabil tanpa bantuan 2 2
5 Keseimbangan Goyah 0
berdiri Stabil dengan base luas/bantuan 1
Stabil dengan base sempit/tanpa 2 2
bantuan
6 Berdiri kaki Bereaksi akan jatuh 0
rapat, terapis Terhuyung 1
memberikan Goyah stabil 2 2
dorongan 3 kali
di dada
7 Berdiri dengan Goyah 0
kaki rapat dan Stabil 1 1
menutup mata

59
8 Berputar 360 Langkah tidak kontinyu 0 0
derajat Langkah kontinyu 1
Goyah 0
Stabil 1 1
9 Berdiri ke Tidak aman (salah penempatan, 0
duduk duduk dengan menjatuhkan diri
ke kursi) 1 1
Menggunakan tangan dengan
duduk perlahan 2
Aman dan duduk perlahan
SKOR KESEIMBANGAN: 12

No Instruksi Reksi PM Skor Skor


Ny.W
1 Inisiasi bejalan Memulai dengan ragu-ragu 0
Tanpa ragu-ragu 1
dengan instruksi 1
2 Panjang dan tinggi Tidak melewati kaki kiri yang 0
langkah menumpu
Melewati kaki kiri yang menumpu 1
 Ayunan kaki 1
Kaki kanan menyentuh lantai 0
kanan
Kaki kanan tidak menyentuh lantai 1
1
Panjang dan tinggi Tidak melewati kaki kanan yang 0
langkah menumpu
Melewati kaki kanan yang menumpu 1
 Ayunan kaki 1
Kaki kiri menyentuh lantai 0
kiri
Kaki kiri tidak menyentuh lantai 1
1
3 Kesimetrisan Jarak langkah kanan dan kiri tidak 0 0
langkah sama
Jarak langkah kanan dan kiri sama 1
4 Kontiyuitas Stop atau tidak kontiyu pada setiap 0 0
langkah langkah
kontiyu pada setiap langkah 1
5 Berjalan lurus pada Terdapat deviasi 0
Deviasi moderat atau berjalan dengan 1
jalur 1
alat bantu

60
Berjalan lurus atau tanpa alat bantu 2

6 Trunk Badan instabil dan berjalan dengan alat 0


bantu

Badan tidak mengayun, tetapi lutut 1


menekuk atau tangan melebar
Berjalan tanpa instabil, tanpa alat 2
2
bantu, tanpa kompensasi tangan
7 Posisi berjalan Tumit terangkat sepanjang berjalan 0

Tumit menyentuh lantai 1


1
Jumlah berjalan/gait 9

Total nilai = 12 + 9 = 21
(Resiko terjatuh sedang)
Keterangan:
- 25-28 : resiko terjatuh rendah
- 19-24 : resiko jatuh sedang
- <19 : resiko jatuh tinggi.
Intepretasi Hasil: 21 (Resiko terjatuh sedang)

61
Lampiran 5
Pengkajian Kualitas Tidur

The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)


1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam? 20.00 WIB
2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? (10-15 Menit
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi? 03.00 WIB
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari? 8 Jam

5. Seberapa sering masalah- Tidak 1x 2x ≥ 3x


masalah dibawah ini pernah seminggu seminggu seminggu
mengganggu tidur anda? dalam
(1) (2) (3)
sebulan
terakhir
(0)

a. Tidak mampu tertidur selama 30 √


menit sejak berbaring

b. Terbangun ditengah malam atau √


dini hari

c. Terbangun untuk ke kamar mandi √

d. Sulit bernafas dengan baik √

e. Batuk atau mengorok √

f. Kedinginan dimalam hari √

g. Kepanasan dimalam hari √

h. Mimpi buruk √

i. Terasa nyeri ( memiliki luka) √

j. Alasan lain....... √

6 Selama sebulan terakhir, seberapa √


sering anda menggunakan obat

62
tidur

7 Selama sebulan terakhir,seberapa √


sering anda mengantuk ketika
melakukan aktivitas disiang hari

8. Selama satu bulan terakhir, √


berapa banyak masalah yang
anda dapatkan dan anda
selesaikan permasalahan
tersebut?

Sangat Cukup Cukup Sangat


Baik (0) Baik (1) buruk Buruk
(2) (3)

9. Selama bulan terakhir, bagaimana √


anda menilai kepuasan tidur
anda?

Skor the pittburgh sleep quality index ( PSQI )

a. komponen 1 : 1 e. komponen 5 : 1
b. komponen 2 : 0 f. komponen 6 : 0
c. komponen 3 : 0 g. komponen 7 : 0
d. komponen 4 : 0

Total skor : Dua (2) kesimpulan kualitas tidur baik

63
TRANSKRIP PENGKAJIAN SPMSQ

Naila : “Assalamu’alaikum, Mbah. Nderek nepangaken niki saking


mahasiswa keperawatan Undip. Kula naila, niki mbak ni’mah, nah sing
niku mbak putri.”

Ny.W : “Nggih.”

Naila : “Ngeten mbah, niki kula kalihan rencang-rencang badhe tangklet-


tangklet kalih mbah kagem ngukur daya ingate mbah niki menapa tasih
sae menopo sampun berkurang, nah mangkih wonten sedasa pertanyaan
mbah. Mangkih njenengan kari njawab mawon sakmangertose
njenengan. Mangkih mbak-mbak’e niki ingkang badhe tangklet nggih.”

Ny.W : “Wah lha mangkih nak mboten saged jawab piye hahaha.”

Naila, dkk: “Jawab setaunya aja ndakpapa mbah. Lha niki mangkih kinten-kinten
15 menit mbah, kinten-kinten purun mboten nggih?”

Ny.W : “Oh nggih, siap.”

Naila : “Nggih mpun, langsung dimulai nggih mbah.”

Ny.W : “Nggih monggo.”

Ni’mah : “Mbah W niki sakniki kabare pripun?”

Ny.W : “Alhamdulillah sae mbak.”

Ni’mah : “Alhamdulillah mbah. Mbah sakniki tanggal pinten nggih?”

Ny.W : “Songolas (19)”

Ni’mah : “Songolas nopo mbah bulane?”

Naila : “sakngertose njenengan mawon mboten nopo-nopo mbah.

Ny.W : “Oktober.”

64
Ni’mah : “Ohh nggih 19 oktober nggih mbah, tahune pinten mbah?”

Ny.W : “2017”

Ni’mah : “Sakniki dinten nopo. Mbah?”

Ny.W : “Selasa.”

Ni’mah : “Nggih leres Mbah. Mbak nak sakniki niki ten pundi nggih?”

Ny.W : “Panti Wredha Pucang Gading, Mbak.”

Ni’mah : “Wah ngertos nggih mbah, hehe. Ngapunten mbah njenengan gadah
nomor hapene larene njenengan mboten?”

Ny.W : “Wah rak ngerti aku Mbak.”

Naila : “Oh nggih mboten nopo-nopo Mbah. Nak alamat rumahe njenengan
riyin ten pundi nggih?”

Ny.W : “Telogosari Semarang.”

Ni’mah : “Mbah sakniki yuswane pinten nggih?”

Ny.W : “70 tahun mbak.”

Ni’mah : “Kelahiran tahun pinten niku berarti mbah?”

Ny.W : “Oh tanggal lahir aku masih inget mbak 21 Agustus 1947.”

Ni’mah : “Wah mantabs mbah Wagiyem niki tasih kemutan sedanten hehe.”

Ny.W : “Alhamdulillah mbak.”

Naila : “Lanjut nggih mbah... presiden sakniki sinten nggih mbah?”

Ny.W : “Jokowi mbak.”

Naila : “nak presiden sakderenge jokowi?”

Ny.W : “SBY”

65
Putri : “remen nonton tv nopo mbah?”

Ny.W : “Lha nggih mbak kan mbiyen yo nontone tv lha bosen rak ngopo2
soale.”

Ni’mah : “Oh nggih, Mbah nuwun sewu asmane ibue njenengan sinten nggih?”

Ny.W : “Suginah.”

Naila : “Mbah sakniki menawi njenengan gadah arta dua puluh ribu terus
damel tumbas gorengan 3000, terus sakniki artane tasih pinten mbah/”

Ny.W : “pitulasewu mbak.”

Naila : “ Nggih terus sakniki seret mbah artane wau 17000 niku damel tumbas
es dawet 3000, tasih pinten?”

Ny.W : “rolasewu mbak.”

Naila : “Nggih jos mbah. Nah sakniki sampun nggih mbah, sakniki hasile
badhe di itung riyin kalih mbak putri.”

Putri : ‘Mbah ini kan tadi ada 10 pertanyaan, nah tadi jawaban benarnya ada
9 mbah yang 1nya salah. Jadi hasilnya kemampuan mengingatnya mbah
masih bagus. Dipertahankan ya mbah.”

Ny.W : ‘Alhamdulillah, berarti apik yo mbak?”

Ni’mah : “nggih sae mbah.”

Naila : “Nggih mbah, nak wonten acara panti nderek mawon kan nambah
sesrawungan mbarang malah seneng.”

Ni’mah : “Mbah mpun nggih, matursuwun wekdalipun, ngapunten menawi


wonten lepatipun nggih.”

Ny.W : “Nggih sami2 mbak.”

Assalamu’alaikum mbah....

66
67

Anda mungkin juga menyukai