Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

PERUBAHAN FISIOLOGIS : SISTEM MUSKULOSKELETAL

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Teten Tresnawan, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 2

Alisa Septiani Buchori C1AA19005

Agith Fachriane Satria I C1AA19003

Alma Asila Ariyanto C1AA19007

Azmi Muhammad F C1AA19013

Dede Eviyanti C1AA19025

Dony Iman Faizal C1AA19029

Muhamad Rizki Abdul H C1AA19061

Siti Rismawati Dewi C1AA19103

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI LMU KESEHATAN SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas limpahan rahmat dan

hidayahnya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan

Keperawatan pada lansia Dengan Perubahan Fisiologis : Sistem Muskuloskeletal”.

untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik dengan tepat sesuai dengan batas

waktu yang ditentukan, walaupun makalah ini masih sederhana.

Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak luput dari berabagai macam kendala. Namun
berkat ketabahan dan kerja keras yang di iringi dengan doa yang tulus kepada Allah SWT.
Kendala tersebut sedikit demi sedikit dapat kami atasi.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada beberapa kekurangan dan
kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritiknya untuk menambah wawasan
dan pengetahuan dalam penulisan hal semacam ini di masa-masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. 

Sukabumi, Oktober 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .....ii


DAFTAR ISI iii
BAB I - PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan masalah..............................................................................................1

C. Tujuan................................................................................................................2

BAB II - PEMBAHASAN 3
A. Sistem Muskuloskeletal dan Perubahan Fisiologis Tulang.............................3

B. Faktor yang mempengaruhi perubahan sistem muskuloskeletal.....................4

C. Patifisiologis pada sistem muskuloskeletal.....................................................5

D. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal...7

BAB III –NASKAH ROLE PLAY PADA LANSIA 17


BAB IV –PENUTUP 19
A. Kesimpulan....................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan merupakan proses yang wajar terjadi pada manusia seiring dengan
bertambahnya usia. Proses penuaan tersebut berpengaruh pada perubahan semua sistem
dalam tubuh termasuk pada sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal terdiri dari
sistem muskulus dan skeletal. Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem
muskuloskeletal lansia mencakup perubahan anatomi dan fisiologis. Perubahan tersebut
berdampak pada penurunan fungsi tubuh yang akan berlanjut pada penurunan fungsi tubuh
secara keseluruhan sehingga kegiatan sehari-hari dapat terganggu.
Perubahan umum yang terjadi pada sistem muskuloskeletal berupa sarkopenia
(kehilangan massa dan fungsi otot) dan osteopenia atau osteoporosis (kehilangan massa
tulang) pada usia lanjut ketika tidak diobati akan menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang besar untuk populasi lansia dan dapat mengakibatkan hilangnya kemandirian di
kemudian hari ( Colón, et al., 2018). Selain itu, beberapa kondisi patologis dapat muncul
seperti artritis yang mencakup osteoarthritis (OA), polymyalgia rheumatica (PMR),
rheumatoid arthritis (RA), dan gout serta osteoporosis (Tabloski, 2014; Touhy & Jett,
2014). Penyakit-penyakit di atas dapat memperburuk kondisi lansia bahkan sampai
mengganggu aktivitas fisik rutin yang biasa dilakukan oleh lansia.
Perubahan fisiologis dan patolgis pada sistem muskuloskeletal lansia seharusnya
dapat diantisipasi sedari dini agar proses penuansaan yang berakibat pada perubahan
fisiologiss dan patologis tidak menimbulkan dampak yang lebih besar Dengan
bertambahnya jumlah lansia muncul juga peningkatan penyakit dan kondisi ini umumnya
mempengaruhi populasi tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
perubahan fisiologis dan patologis pada lansia khususnya pada sistem muskuloskeletal
yang dikaji dari berbagai sumber literatur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Muskuloskeletal dan perubahan fisiologis tulang ?
2. Bagaimana Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Muskuloskeletal ?
3. Bagaimana Patologis pada Sistem Muskuloskeletal ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada sistem Muskuloskeletal ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Sistem Muskuloskeletal dan perubahan fisiologis tulang
2. Untuk mengetahui Bagaimana Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem
Muskuloskeletal
3. Untuk mengetahui Bagaimana Patologis pada Sistem Muskuloskeletal
4. Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan pada sistem Muskuloskeletal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Muskuloskeletal Dan Perubahan fisiologis Tulang


Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang terdiri dari tulang, sendi, dan otot.
Sistem tersebut paling erat kaitannya dengan mobilitas fisik individu. Seiring
bertambahnya usia, terdapat berbagai perubahan yang terjadi pada sistem musculoskeletal
yang terdiri dari tulang, otot, sendi, dan saraf.
Sistem skeletal pada manusia tersusun dari 206 tulang termasuk dengan sendi
yang menghubungkan antar keduanya. Kerangka yang dibentuk dari susunan tulang
tersebut sangat kuat namun relatif ringan. Fungsi utama sistem skeletal ini adalah
memberikan bentuk dan dukungan pada tubuh manusia. Selain itu, sistem ini juga
berperan untuk melindungi tubuh, misalnya tulang tengkorak yang melindungi otak dan
mata, tulang rusuk yang melindungi jantung, serta tulang belakang yang melindungi
sumsum tulang belakang. Struktur pada kerangka ini juga terdapat tendon otot yang
mendukung adanya pergerakan (Mauk, 2006).
Tulang mencapai kematangan pada saat waktu dewasa awal tetapi terus
melakukan remodeling sepanjang kehidupan. Menurut Colón, et al. (2018) secara umum,
perubahan fisiologis pada tulang lansia adalah kehilangan kandungan mineral tulang.
keadaan tersebut bedampak pada meningkatnya risiko fraktur dan kejadian terjatuh.
Selain itu, terjadi juga penurunan massa tulang atau disebut dengan osteopenia. Jika tidak
ditangani segara osteopenia bisa berlanjut menjadi osteoporosis yang ditandai dengan
karakteristik berkuranganya kepadatan tulang dan meningkatkan laju kehilangan tulang.
Menurut Miller (2012) perubahan-perubahan yang terjadi antara lain:
1. Meningkatnya resorbsi tulang (misalnya, pemecahan tulang diperlukan untuk
remodeling)
2. Arbsorbsi kalsium berkurang
3. Meningkatnya hormon serum paratiroid;
4. Gangguan regulasi dari aktivitas osteoblast;
5. Gangguan formasi tulang sekunder untuk mengurangi produksi osteoblastik dari
matriks tulang; dan
6. Menurunnya estrogen pada wanita dan testosterone pada laki-laki.

3
B. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1. Gangguan hormone
Riwayat gangguan hormon yang tidak teratasi dengan baik dapat menyebabkan
metabolisme ke tulang maupun otot tidak optimal. Sebagai contoh, hipertiroidisme
berhubungan erat dengan kelemahan otot dan meningkatkan risiko fraktur akibat
demineralisasi tulang.
2. Penyakit sistemik
Penyakit sistemik dapat berupa gangguan vaskuler atau metabolik. Sebagai contoh,
lansia dengan diabetes akan mengalami gangguan laju atau volume pengiriman nutrisi
yang dibutuhkan untuk remodeling jaringan. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengontrol proses patologis untuk mengoptimalkan penyembuhan dan potensi
perbaikan sistem muskuloskeletal.
3. Faktor diet
Kekurangan nutrisi vitamin esensial (seperti vitamin D dan vitamin C yang
memainkan peran penting dalam pertumbuhan fungsional otot dan tulang), kurangnya
mineral tertentu (seperti kalsium, fosfor dan kromium dll) dapat menjadi hasil dari
masalah pencernaan yang berkaitan dengan usia. Dengan demikian, terjadi penurunan
penyerapan dari usus atau ketidakseimbangan dalam produksi hormon tertentu yang
mengatur konsentrasi serum vitamin dan mineral seperti kalsitonin, vitamin D,
hormon paratiroid (karena tumor yang sangat lazim di usia lanjut). Diet yang sangat
baik ialah diet yang kaya akan mikro-nutrisi dalam kualitas tinggi sehingga mampu
menurunkan risiko pengembangan cacat tulang dan kelemahan otot sebagai bagian
dari proses penuaan.
4. Minimnya aktivitas fisik
Perubahan sistem muskuloskeletal dapat diperlambat dengan melakukan olahraga
karena dapat meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan kekuatan dan
fleksibilitas sistem muskuloskeletal. Normalnya dalam satu hari, setidaknya 30 menit
aktivitas lansia diisi dengan olahraga ringan (Miller, 2012). Beberapa olahraga yang
terkenal dikalangan lansia yaitu Tai chi, yoga, dan pilates (Arenson, 2009). Selain itu,
berjalan juga merupakan olahraga yang mudah dan tidak membutuhkan banyak
peralatan sehingga dapat dilakukan oleh lansia.

4
C. Patologis pada Sistem Muskuloskeletal
1. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal istemik yang ditandai dengan
berkurangnya kepadatan tulang dan kerusakan jaringan tulang yang berakibat pada
menurunnya kekuatan tulang. Kekuatan tulang mencerminkan kepadatan dan kualitas
tulang. Kepadatan dan kualitas tulang merupakan kedua hal yang berbeda. Kepadatan
tulang dipengaruhi oleh gram mineral yang terdapat di dalam tulang. Sementara,
kualitas tulang dipengaruhi oleh mikroarsitektur tulang, bone turnover, dan akumulasi
kerusakan pada tulang (Tabloski, 2014). Sehingga, apabila individu menderita
osteoporosis dimana hal tersebut dapat menurunkan kekuatan tulangnya, maka
individu tersebut akan memiliki risiko tinggi terjadinya fraktur atau patah tulang
(Amelio & Isaia, 2015). Individu yang mengalami osteoporosis umumnya tidak
menimbulkan tanda dan gejala apapun selain adanya patah tulang. Faktor risiko utama
terjadinya osteoporosis adalah usia, jenis kelamin yang sering terjadi pada wanita, ras
kulit putih atau asia, riwayat keluarga yang memiliki osteoporosis, dan gaya hidup
seperti aktivitas fisik yang kurang dan atau kurangnya konsumsi vitamin D (Tabloski,
2014).
2. Arthritis
Arthritis secara harfiah berarti peradangan sendi. Arthritis merupakan
sekelompok kondisi yang mempengaruhi sendi. Kondisi ini menyebabkan kerusakan
sendi, biasanya mengakibatkan rasa sakit dan kekakuan. Hal dapat mempengaruhi
banyak bagian yang berbeda dari sendi dan hampir setiap sendi di dalam tubuh, atau
dikenal dengan rematik (Arthritis Care, 2016).
3. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit radang degenerative yang menyerang sendi dan
otot, tendon dan ligament yang melekat, hal ini ditandai dengan rasa sakit, bengkak
dan gerakan terbatas di persendian (Touhy & Jett, 2014). Faktor resiko terjadinya
osteoarthritis yaitu penambahan usia, obesitas, riwayat keluarga, dan memiliki trauma
sendi. Osteoarthritis terjadi dimana lapisan kartilago normal yang lembut dan ulet
menjadi tipis dan rusak, berlubang, kasar dan rapuh. Hal ini menyebabkan ruang sendi
menyempit dan akhirnya tulang-tulang sendi bergesekan, menyebabkan kerusakan,
rasa sakit, bengkak dan kesulitan bergerak.

5
4. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang disebabkan karena
inflamasi sendi pada sendi (Arthritis Research UK, 2014). Ganguan ini merupakan
gangguan sistemik dan kronis. Diperkirakan gangguan ini terjadi ketika tubuh
menciptakan peradangan pada persendiannya sendiri yang tidak di perlukan dan
bersifat merusak dirinya sendiri. Hal ini terjadi pada selaput synovial tipis yang
melapisi kapsul sendi, selubung tendon dan bursae menjadi meradang. Sendi yang
meradang kemudian menjadi kaku, nyeri dan bengkak. Pasien biasanya akan merasa
lelah atau mengalami kekakuan di pagi hari melebihi osteoarthritis. Rasa sakit yang
diderita oleh pasien rheumatoid arthritis karena dua hal yaitu ujung saraf yang
teriritasi oleh bahan kimia yang dihasilkan oleh peradangan dan kapsul sendi
meregang karena pembengkakan. Ketika inflamasi berkurang, kapsul sendi tetap
meregang dan tidak bisa kembali ke posisi awal, hal ini disebabkan karena sendi
menjadi tidak stabil dan dapat menyebabkan posisi yang salah. Faktor resiko yang
dapat menyebabkan rheumatoid arthritis yaitu faktor genetik, lingkungan dan gaya
hidup. Karena gangguan ini merupakan gangguan autoimun, sesuatu yang bermasalah
yaitu sistem imun.
5. Gout
Gout merupakan bagian dari penyakit radang sendi yang ditandai dengan
adanya inflamasi pada sendi akibat akumulasi kristal asam urat (Touhy & Jett, 2014).
Kadar asam urat dalam tubuh ditentukan dari keseimbangan antara produksinya baik
melalui asupan purin dalam diet atau produksi endogen dan ekskresi ginjal. Menurut
Ragab et al (2017), gout merupakan penyakit sistemik yang dihasilkan dari
pengendapan kristal Monosodium Urat (MSU) dalam jaringan. MSU dapat disimpan
disemua jaringan terutama di dalam sendi yang nantinya akan membentuk tophi.
Asam urat merupakan produk sampingan dari purin yang disintesis dari makanan
yang dikonsumsi (Touhy & Jett, 2014). Purin merupakan salah satu komponen utama
dalam asam nukleat di DNA atau RNA bersama pirimidin. Purin akan terkonversi
menjadi asam urat yang normalnya dapat difiltrasi oleh ginjal dan dikeluarkan melalui
urin. Asam urat memiliki kelarutan yang terbatas dalam cairan tubuh (Ragab et al,
2017)

6
D. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gannguan Sistem Muskuloskeletal
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama klien : Tn. A
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Karamat Rt. 03 Rw. 01
Pendidikan : SD
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status perkawinan : menikah
Tanggal pengkajian :-
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengatakan Nyeri
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan kaki kiri dan kanan sakit sering kram atau merasakan nyeri
perih, nyeri berkurang saat istirahat atau saat tidak digerakkan dan nyeri
bertambah jika melakukan aktivitas seperti duduk sila lama saat
mendengarkan ceramah di mesjid, skala nyeri 5 (0-10), nyeri bertambah jika
digerakkan. Pasien juga mengatakan karena rasa nyeri ini aktivitasnya kadang
terganggu dan terhambat, sulit melakukan aktivitas karena rasa sakit pada
kakinya.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak pernah dirawat dan tidak pernah mengalami
kecelakaan.
4) Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung dan
Diabetes Mellitus
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmetis E4 M6 V5 GCS 15, Tekanan
darah: 120/90mmHg, Nadi 82x/menit, Suhu: 36,6 ℃ , Respirasi 20x/menit.

7
2) Integumen
Kulit klien kering, turgor kulit >2detik, tidak terdapat lesi, warna kulit sawo
matang.
3) Kepala
a) Rambut
Rambut pendek dan rambut beruban, tidak berketombe, kulit kepala bersih
dan tidak ada kutu di kepala.
b) Mata
Letak mata simetris, pupil isokor, terdapat katarak, penglihatan tidak
berfungsi.
c) Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, pendengaran baik, tidak memakai
alat  bantu mendengar.
d) Mulut dan tenggorokan  
Bentuk bibir simetris, mukosa mulut lembab, jumlah gigi tidak lengkap,
terdapat caries, tidak ada perdarahan pada gusi, kemampuan menelan dan
mengunyah baik.
4) Sistem pernafasan
Pola nafas normal RR 20x/ menit, bentuk hidung simetris, tidak ada
pernafasan cuping hidung, bunyi napas vesikuler, perkembangan dada
simetris, tidak memakai alat bantu otot pernafasan
5) Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung normal (lup-dup), irama reguler, tekanan darah 130/90 mmHg.
CRT >2 detik
6) Sistem gastrointestinal
Bising usus 6x/menit, tidak terdapat acites, tidak ada nyeri tekan, BAB 1x
sehari dengan konsistensi setengah padat.
7) Sistem perkemihan
Tidak ada keluhan saat BAK, klien bisa BAK secara di bombing ke kamar
mandi, klien BAK dalam waktu yang tidak ditentukkan. Tidak terdapat
distensi kandung kemih.
8) Sistem reproduksi
Setelah dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada keluhan pada sistem
reproduksi.
8
9) Sistem muskoloskeletal
Bentuk simetris tidak ada kelainan, tidak ada fraktur, Kaki kiri dan kaki kanan
kuat untuk jalan dan berpindah kadang sering mengeluh sakit jika digerakkan
dan  berpindah. tangan kanan dan kiri cukup kuat.
10) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak mengalami akromegali.
d. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif
1) Pengkajian KATZ Indeks

Indeks KATZ
Score Kriteria
A Mandiri dalam : Mandi, Berpakaian, Ke Toilet, Berpindah,
Kontinen BAK/BAB, dan Makan
B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas
C Mandiri,kecuali mandi
D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi diatas
E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1 fungsi
diatas
F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet, Berpindah&
1 fungsi diatas
G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C,D,E,F dan G
Klien termasuk dalam kategori Katz A yaitu mandiri dalam melakukan makan,
kontinen dalam BAB dan BAK, menggunakan pakaian, personal hygiene, ke
kamar kecil dan mandi.
2) Pengkajian Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
SKOR No. Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini ? 27 Oktober 2022
√ 2. Hari apa sekarang ini? Kamis
√ 3. Apa nama tempat ini? Rumah
√ 4. Dimana alamat anda? Karamat

9
√ 5. Berapa umur anda? 60 tahun
- 6. Kapan anda lahir? ?
√ 7. Siapa nama presiden Jokowi
Indonesia
sekarang?
√ 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
√ 9. Siapa nama ibu anda? Siti halimah
√ 10. Kurang 3 dari 20 dan tetap 15 – 5= 10
pengurangan 3 dari setiap angka 25 - 5 =10
baru,semua secara menurun! 21 - 5 = 16

Penilaian SPMSQ :

Kesalahan 0-2 Fungsi intelektual utuh

Kesalahan 3-4 Fungsi intelektual ringan

Kesalahan 5-7 Fungsi intelektual sedang

Kesalahan 8-10 Fungsi intelektual berat

Klien termasuk dalam kategori kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh karena
klien tidak menjawab “Kapan anda lahir?”, dan itu bisa dimaklumi karena
klien hanya berpendidikan sekolah dasar. Dapat disimpulkan status kognitif
klien baik atau dalam kategori intelektual utuh.

3) Mini Mental State Exam (MMSE)


Aspek Nilai Nilai
No Kognitif Maksimal Klien Kriteria

1 Orientasi 5 5  Menyebutkan dengan benar (tahun,


musim, hari, tanggal, bulan) Kamis,
27 Oktober 2022 musim kemarau.
 Dimana kita sekarang berada (Negara
Indonesia, Provinsi Jawa barat,
5 5 Kabupaten Sukabuni)
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek (oleh
pemeriksaan, satu detik untuk
mengatakan masing-masing obyek.

10
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
obyek tadi (untuk disebutkan) Meja,
Jam, Motor.

3 Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai dari angka


dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga


obyek pada nomer 2 (registrasi tadi).
Bila benar, 1 point untuk masing-
masing obyek.
5 Bahasa 9 6  Tunjukkan kepada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
(jam tangan dan pulpen).
 Meminta klien untuk mengulang kata
berikut: “tak ada jika, dan tetapi”.
 Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah, “
ambil kertas ditangan anda, lipat dua
dan taruh dilantai”.
 Perintahkan pada klien untuk hal
berikut:
 Perintahkan pada klien anda untuk
menulis suatu kalimat dan menyalin
gambar (tidak bisa)

Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai 21 atau kurang


menunjukkan adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan
lanjut. Dalam penilaian yang dilakuakn pada klien dalam aspek kognitif,
klien termasuk dalam kategori status kognitif baik karena mendapatkan
skore 25.

e. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

11
DS : Alcohol, makanan, Nyeri akut
1. Klien mengatakan kaki penyakit dan obat-obatan
kanan dan kirinya sakit
Menghambat ekskresi
2. Klien mengatakan
asam urat di tubulus ginjal
kakinya sering kram
DO :
Gangguan metabolisme
1. P : nyeri bertambah jika
purin
digerakkan dan
berkurang jika istirahat
GOUT
Q : nyeri perih
R : kaki kiri dan kanan S
Penimbunan kristal urat
: sedang (skala 5)
T : hilang timbul,
Inflamasi
kadang nyeri saat di
gerakkan.
Nyeri
2. Klien terlihat meringis
kesakitan menahan rasa
sakitnya
3. TD : 120/90 mmHg.
Nadi 82x/menit
DS : Inflamasi Hambatan mobilitas
1. Klien mengatakan kaki fisik
sulit digerakkan Kaku sendi
2. Klien mengatakan rasa
nyeri di kakinya Nyeri
menggangu aktivitas
3. Klien mengatakan Hambatan Mobilitas fisik
mengalami kesulitan
dalam berjalan
DO :
1. Kekuatan otot :
5555 5555

5555 5555

12
2. Klien mengalami
perubahan dalam
pergerakkan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kaku pada persendian
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC Rasional

1. Nyeri akut Setelah 1. Kaji nyeri secara 1. Memantau


berhubungan dilakukan komprehensif perkembanaga
dengan agen tindakan 2. Observasi reaksi n nyeri yang
cidera keperawatan nonverbal dari dialami oleh
biologis. selama 3x24 ketidaknyamanan klien.
jam klien 3. Ajarkankan klien 2. Jika terjadi
mengatakan relaksasi nafas nyeri klien
nyeri dalam akan meringis
berkurang 4. Berikan distraksi kesakitan
dengan nyeri dengan hal 3. Relaksasi
kriteria hasil : yang disukai klien nafas dalam
1. Nyeri 5. Kolaborasi mampu
klien pemberian terapi membuat
berku obat analgesik. rasa nyeri
rang. berkurang
2. Ekspresi 4. Distraksi
wajah dengan
klien sesuatu hal
tidak yang disukai
menunju dapat
kan mengahlikan
nyeri/mer rasa nyeri
ingis yang sedang

13
bahkan dirasa.
menangis 5. Obat
. golongan
3. Kilen analgesik
merasa dapat
nyaman menurunkan
rileks. rasa nyeri
klien.
2. Hambatan Setelah 1. Monitor dari 1. Untuk
Mobilitas dilakukan tanda-tanda menentukan
Fisik tindakan inflamasi. intervensi
berhubungan keperawatan 2. Berikan selanjutnya
dengan kaku selama 3x24 klien latihan 2. Untuk
pada jam di ROM melemaskan
persendian harapkan klien 3. Pantau kadar sendi-sendi
dapat asam urat 3. Mengetahui
beraktivias klien kadar asam
kembali 4. Ajak klien urat klien.
dengan kriteria untuk 4. Berkolaborasi
hasil : berobat ke untuk
1. Gerakan klinik pemberian
sendi klien obat klien
kembali
normal

2. Klien
tidak
mengelu
hkan
kram
3. Klien dapat
beraktivitas
secara
normal

14
4. Implementasi Keperawatan

Tanggal Jam No. Dx Implementasi Paraf


/ Hari
09.45 1 1. Mengkaji nyeri dengan Kelompok
2
komprehensif
10.10 2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
10.25 3. Mengalihkan rasa nyeri klien.
4. Memberikan terapi sesuai
10.30 advis dokter,seperti obat
analgesik.
10.41 2 1. Memonitor dari tanda- Kelompok
2
tanda inflamasi.
10.50 2. Memberikan klien
latihan ROM
11.00 3. Mementau kadar asam
urat klien
11.05
4. Mengajak klien untuk
berobat ke klinik

5. Evaluasi Keperawatan

Tanggal Jam No. Dx Evaluasi Paraf


/ Hari
10.35 1 S : klien mengatakan masih terasa Kelompok
2
sakit dibagian ekstremitas bawah
O:
 Klien tampak menahan sakit
sambil memegangi kakinya
 Klien tampak berbaring
ditempat tidur
A : masalah nyeri belum

15
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2 S : klien mengatakan masih sulit Kelompok
2
untuk berjalan dan beraktivitas
O : klien tampak kesulitan
dalam beraktivitas
A : masalah hambatan mobilitas
fisik belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

BAB III

SKENARIO ROLEPLAY PADA LANSIA

16
Di sebuah panti wreda terdapat lansia bernama Tn. A yang berusia 60 tahun. Lansia tersebut
menderita artritis gout atau asam urat selama 5 tahun. Arthritis gout adalah penyakit sendi
yang disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Hari ini perawat akan melakukan
tindakan implementasi ROM (Range Of Motion) atau latihan rentang gerak sendi pada Tn. A
yang tujuannya untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kemampuan menggerakan
persendian secara normal, mengurangi rasa nyeri, dan mengembalikan kemampuan lansia
menggerakkan otot.

Perawat mendatangi Tn. A ke ruangannya.

Perawat : assalamualaikum pak, apakah benar ini dengan Tn.A?

Tn. A : waalaikumsalam, iya benar

Perawat : baik pak, perkenalkan saya perawat … yang bertugas dari jam 7 sampai jam
12 nanti, tujuan saya kesini yaitu sesuai dengan janji saya kemarin yaitu untuk
mengajarkan bapak ROM (Range Of Motion) atau latihan rentang gerak sendi
yang tujuannya untuk mempertahankan atau memperbaiki kemampuan bapak
menggerakan persendian secara normal dan mengurangi rasa nyeri yang bapak
rasakan.

Perawat : sebelumnya bagaimana sekarang keadaan kakinya pak, apakah masih terasa
nyeri atau tidak?

Tn. A : iya masih nyeri

Perawat : baik pak jika masih terasa nyeri, seperti yang tadi saya katakan saya akan
mengajarkan bapak gerakan ROM agar rasa nyeri yang bapak rasakan
berkurang, untuk waktunya kurang lebih 10-15 menit dan tempatnya disini
saja apakah bapak bersedia?

Tn. A : iya bersedia

Perawat : baik pak saya mulai ya, nanti bapak tinggal mengikuti gerakan yang saya
ajarkan ya pak dan untuk posisinya bapak duduk seperti ini saja

Tn. A : iya

Perawat : saya mulai ya pak

17
1. Untuk gerakan yang pertama angkat kedua telapak kaki bapak keatas
seperti ini, kita lakukan 10 kali ya pak
2. Gerakan selanjutnya seperti ini pak, angkat kedua tumitnya ke atas ya pak
posisi jinjit seperti ini, lakukan 10 kali juga
3. Untuk gerakan selanjutnya rapatkan kedua telapak kaki bapak lalu buka
ke arah samping ya pak seperti ini, lalu lakukan 10 kali juga
4. Untuk gerakan ke empat angkat kedua tumit bapak seperti tadi ya pak lalu
bapak putar kedalam, lakukan 10 kali juga
5. Gerakan selanjutnya angkat kaki sebelah kanan bapak lurus dengan lutut
lalu gerakan telapak kakinya ke atas dan ke bawah seperti ini ya pak,
lakukan 10 kali. Selanjutnya lakukan kembali pada kaki sebelah kiri
6. Selanjutnya angkat kedua kakinya lakukan gerakan seperti yang tadi ya
pak gerakan telapak kaki ke atas dan ke bawah, lakukan 10 kali
7. Untuk gerakan yang terakhir angkat kaki kanan bapak hingga lurus
dengan lutut lalu turunkan kembali ke bawah lakukan 10 kali. Lakukan
kembali pada kaki sebelah kiri.

Perawat : baik pak gerakannya sudah selesai, bagaimana pak perasaannya sekarang
apakah nyerinya sudah sedikit berkurang?

Tn. A : iya sudah sedikit berkurang

Perawat : baik pak, gerakan yang tadi sudah saya ajarkan bisa bapak praktekan sendiri
ya pak jika kaki bapak terasa nyeri kembali. Sebelum saya pamit apakah ada
yang ingin ditanyakan dahulu pak?

Tn. A : tidak ada, sudah cukup

Perawat : baik pak jika tidak ada saya pamit ya pak, semoga gerakan yang sudah saya
ajarkan tadi dapat bermanfaat ya pak

Perawat : saya pamit ya pak, assalamualaikum

Tn. A : waalaikumsalam.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-

teori biologis sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung

berbagai definisi mengenai proses penuaan. pendekatan multi disiplin mengenai teori

penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut

dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk

aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial.

Sistem muskuloskeletal yang ada pada lansia akan mengalami perubahan

fisiologis tertentu yaitu perubahan pada tulang, sendi, otot, dan saraf. Perubahan ini

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gangguan hormon, penyakit sistemik, faktor diet,

dan aktivitas fisik yang kurang. Faktor ini dapat memicu terjadinya gangguan pada sistem

muskuloskeletal. Gangguan ini misalnya osteoporosis dan arthritis. Perubahan pada sistem

muskuloskeletal ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah misalnya lansia lebih

rentan untuk mengalami risiko jatuh, patah tulang, dan osteoporosis. Maka dari itu penting

untuk dilakukan pengkajian pada sistem ini. Pengkajian yang dilakukan dengan anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan penunjang (DEXA, X-ray, dan lain-lain).

B. Saran
Kami mengharapkan kritikan apabila didalam penulisan makalah ini ada

kekurangan, agar kedepannya dapat lebih baik lagi. Dengan adanya penulisan makalah

tentang Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Perubahan Fisiologis : Siatem

Muskuloskeletal dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam pembuatan asuhan

keperawatan dilapangan atau Rumah Sakit.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Penerbita Graha Ilmu. Yogyakarta

Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.

Hamdi, M. M. (2020). Evalusi Kurikulum Pendidikan. Intizam, Jurnal Manajemen


Pendidikan Islam, 4(1), 66–75.

Irawan, M. D., & Simargolang, S. A. (2018). Implementasi E-Arsip Pada Program Studi
Teknik Informatika. Jurnal Teknologi Informasi, 2(1), 67.
https://doi.org/10.36294/jurti.v2i1.411

Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Penerbit Salemba Medika,
Jakarta 

Stockslager, Jaime L dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Geriatrik, Penerbit buku Kedokteran:
EGC, Jakarta

Martono, H. Hadi, 2010, Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta

Stanley, M. & Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Terj. Nety
Juniarti & Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.

Mauk, K. L. (2006). Gerontological nursing: Competencies for care. London: Jones and
Bartlett Publishers, Inc.

Anda mungkin juga menyukai