Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan merupakan proses yang wajar terjadi pada manusia seiring dengan
bertambahnya usia. Proses penuaan tersebut berpengaruh pada perubahan semua
sistem dalam tubuh termasuk pada sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal
terdiri dari sistem muskulus dan skeletal. Beberapa perubahan yang terjadi pada
sistem muskuloskeletal lansia mencangkup perubahan anatomi dan fisiologis.
Perubahan tersebut berdampak pada penurunan fungsi tubuh yang akan berlanjut
pada penurunan fungsi tubuh secara keseluruhan kehingga kegiatan sehari-hari dapat
terganggu.
Perubahan umum yang terjadi pada sistem muskuloskeletal berupa sarkopenia
(kehilangan massa dan fungsi otot) dan osteopenia atau osteoporosis (kehilangan
massa tulang) pada usia lanjut ketika tidak di obati akan menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang besar untuk populasi lansia dan dapat mengakibatkan hilangnya
kemandirian di kemudian hari (Colon,et al.,2018). Selain itu beberapa kondisi
patologis dapat muncul seperti arthritis yang mencangkup osteoarthritis (OA),
polymyalgia rheumatica (PMR), rheumatoid arthritis (RA),dan gout serta osteoporosis
(Tabloski,2014;Touhy & Jett,2014). Penyakit-penyakit di atas dapat memperburuk
kondisi lansia bahkan sampai mengganggu aktivitas fisik rutin yang biasa dilakukan
oleh lansia.
Perubahan fisiologis dan patologis pada sistem muskuloskeletal lansia
seharusnya dapat diantisipasi sedari dini agar proses penuansaan yang berakibat pada
perubahan fisiologis dan patologis tidak menimbulkan dampak yang lebih besar
dengan bertambahnya jumlah lansia muncul juga peningkatan penyakit dan kondisi
ini umumnya mempengaruhi popolasi tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini
akan dibahas perubahan fisiologis dan patologis pada lansia khususnya pada sistem
muskuloskeletal yang di kaji dari berbagai sumber literatur.

1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
 Menguraikan perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal pada lansia.
2. Tujuan Khusus
 Menguraikan perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yang
meliputi tulang, otot, sendi, dan syaraf pada lansia.
 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sistem muskuloskeletal
pada lansia.
 Mengetahui gangguan yang sering terjadi pada sistem muskuloskeletal lansia.
 Menguraikan pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi sistem
muskuloskeletal pada lansia.
 Menguraikan pengkajian yang diperlukan untuk menilai risiko jatuh pada
lansia.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi Pasien
Klien dapat mengetahui dan memahami tentang perubahan dan gangguan yang sering
terjadi pada sistem muskuloskeletal lansia.
2. Bagi Penulis
 Penulis dapat menguraikan tentang perubahan yang terjadi pada sistem
muskuloskeletal yang meliputi tulang,otot,sendi,dan syaraf pada lansia.
 Penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi fungsi sistem
muskuloskeletal pada lansia.
 penulis dapat mengetahui gangguan yang sering terjadi pada sistem
muskuloskeletal lansia.
 Penulis dapat menguraikan pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi sistem muskuloskeletal dan pengkajian yang diperlukan untuk menilai
risiko jatuh pada lansia.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Gerontologi berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti usia dan logos berarti
ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah – masalah yang terjadi pada lanjut usia. Gerontologi merupakan pendekatan
ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan, seperti
aspek kesehatan, psikologis, sosial ekonomi, perilaku, lingkungan dan lain – lain.
Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan
ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan
kultural yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit
pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pada lanjut usia akibat
bertambahnya usia maka secara alamiah terjadi perubahan pada semua sistem seperti :
sistem integument, sistem sensoris, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskeletal,
sistem endokrin, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem persyarafan, dan
sistem pernapasan. Akibat dari perubahan sistem tersebut menimbulkan masalah pada
kesehatan lansia yang biasanya dikenal dengan istilah empat belas I, yaitu : 1)
immobility, 2) instability, 3) incontinence, 4) intellectual impairment, 5) infection, 6)
impairment of hearing, vision, and smell, 7) isolation, 8) inanition, 9) impecunity, 10)
insomnia, 11) immunodeficiency, 12) impotence, 13) impaction, 14) iatrogenic.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang terdiri dari tulang, sendi, dan
otot. Sistem tersebut paling erat kaitannya dengan mobilitas fisik individu. Seiring
bertambahnya usia, terdapat berbagai perubahan yang terjadi pada tulang, sendi,
maupun otot pada individu lansia.
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout
adalah bentuk inflamasi arthtritis kronis, bengkak, dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan tangan, lutut, lengan,
pergelangan kaki, siku, dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Gout biasanya

3
hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bias menjadi semakin parah
dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.

2.2. Perubahan Fisiologis Tulang


Sistem skeletal pada manusia tersusun dari 206 tulang termasuk dengan sendi
yang menghubungkan antar keduanya. Kerangka yang dibentuk dari susunan tulang
tersebut sangat kuat namun relatif ringan. Fungsi utama sistem skeletal ini adalah
memberikan bentuk dan dukungan pada tubuh manusia. Selain itu, sistem ini
juga berperan untuk melindungi tubuh,  misalnya  tulang tengkorak yang melindungi
otak dan mata, tulang rusuk yang melindungi jantung, serta tulang belakang yang
melindungi sumsum tulang belakang. Struktur pada kerangka ini juga terdapat tendon
otot yang mendukung adanya pergerakan (Mauk, 2006). Tulang mencapai
kematangan pada saat waktu dewasa awal tetapi terus melakukan remodeling
sepanjang kehidupan. Menurut Colón, et al. (2018) secara umum, perubahan fisiologis
pada tulang lansia adalah kehilangan kandungan mineral tulang. Keadaan tersebut
bedampak pada meningkatnya risiko fraktur dan kejadian terjatuh. Selain itu,
terjadi juga penurunan massa tulang atau disebut dengan osteopenia. Jika tidak
ditangani segara osteopenia bisa berlanjut menjadi osteoporosis yang ditandai dengan
karakteristik berkuranganya kepadatan tulang dan meningkatkan laju kehilangan
tulang. Perubahan – perubahan lain yang terjadi menurut Miller (2012) antara lain:
1. Meningkatnya resorbsi tulang (misalnya, pemecahan tulang diperlukan untuk
remodeling)
2. Arbsorbsi kalsium berkurang
3. Meningkatnya hormon serum paratiroid
4. Gangguan regulasi dari aktivitas osteoblast
5. Gangguan formasi tulang sekunder untuk mengurangi produksi osteoblastik dari
matriks tulang; dan
6. Menurunnya estrogen pada wanita dan testosterone pada laki – laki

2.3. Perubahan Fisiologis Otot


Selain tulang, otot yang dikontrol oleh neuron motorik secara
langsung berdampak pada kehidupan sehari – hari. Perubahan fisilogis pada otot yang
terjadi pada lansia disajikan dalam tabel berikut ( Colón, et al., 2018)
Perubahan Efek
4
Peningkatan variabilitas dalam ukuran Peningkatan heterogenitas jarak
serat otot kapiler,karena kapiler dapat hanya
terletak di tepi serat berdampak
negatif terhadap oksigenasi jaringan
Kehilangan massa otot Penurunan kekuatan dan tenaga
Serabut otot (fiber) tipe II menurun Terjatuh
Infiltrasi lemak Kerapuhan atau otot melemah

Secara keseluruhan akibat dari perubahan kondisi otot yang berhubungan


dengan bertambahnya usia disebut sarkopenia. Sarkopenia adalah kehilangan masa,
kekuatan dan ketahanan otot (Miller, 2012). Berikut penampang mikroskoping tulang
dan otot dalam keadaan normal dan dalam kondisi patologis.

2.4. Perubahan pada Sendi dan Jaringan Ikat


Proses degeneratif mempengaruhi tendon, ligamen, cairan synovial. Perubahan
– perubahan yang terjadi pada sendi meliputi :
Organ/ Perubahan Fisiologis Efek
Jaringan
Sendi Menurunnya viskositas Menurunnya perlindungan
cairan synovial ketika bergerak (Miller, 2012).

 Erosi tulang Menghambat pertumbuhan tulang


(Miller, 2012)

5
(Miller,2012).
 Mengecilnya
kartilago

 Degenerasi gen dan Penurunan elastisitas,


selelastin. fleksibilitas, stabilitas, dan
 Ligamen imobilitas (Kurnianto,2015)
memendek
 Fragmentasi
struktur fibrosa di
jaringan ikat.
 Pembentukan
jaringan parut di
kapsul sendi
dan jaringan ikat
(Miller,2012).

Penurunan kapasitas Gangguan fleksi dan ekstensi


gerakan, seperti: sehingga kegiatan sehari – hari
penurunan rentang menjadi terhambat
gerak pada lengan atas,
fleksi punggung bawah,
rotasi eksternal pinggul,
fleksi lutut,dan
dorsofleksi kaki
(Miller,2012).

2.5. Perubahan pada Saraf


Proses degeneratif mempengaruhi gerak refleks, sensasi, dan posisi sendi.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada saraf meliputi :
Organ/Jaringan Perubahan Fisiologis Efek
Sendi  Penurunan gerakan  Berjalan lebih lambat.
refleks.  Berkurangnya respon

6
 Gangguan proprioception terhadap rangsangan
terutama pada wanita. lingkungan (Miller, 2012).
 Berkurangnya rasa sensasi
getaran dan posisi
sendi pada ektremitas
bagian bawah (Miller,
2012)
Perubahan kemampuan visual Perubahan pemeliharaan
dalam posisi tegak
Perubahan kontrol postural Peningkatan goyangan
tubuh yang merupakan tolak
ukur dari gerakan tubuh saat
berdiri (Miller, 2012)

2.6. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Berdasarkan rilis Joint Essential pada tahun 2013 berjudul “What Are The
Effects Of Aging On The Musculoskeletal System”
a. Gangguan hormon
Riwayat gangguan hormon yang tidak teratasi dengan baik dapat menyebabkan
metabolisme ke tulang maupun otot tidak optimal. Sebagai contoh, hipertiroidisme
berhubungan erat dengan kelemahan otot dan meningkatkan risiko fraktur akibat
demineralisasi tulang.
b. Penyakit sistemik 
Penyakit sistemik dapat berupa gangguan vaskuler atau metabolik. Sebagai contoh,
lansia dengan diabetes akan mengalami gangguan lajuatau volume pengiriman nutrisi
yang dibutuhkan untuk remodeling jaringan. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengontrol proses patologis untuk mengoptimalkan penyembuhan dan potensi
perbaikan sistem muskuloskeletal.
c. Faktor diet
Kekurangan nutrisi vitamin esensial (seperti vitamin D dan vitamin Cyang
memainkan peran penting dalam pertumbuhan fungsional otot dan tulang), kurangnya
mineral tertentu (seperti kalsium, fosfor dan kromium dll) dapat menjadi hasil dari
masalah pencernaan yang berkaitan dengan usia. Dengan demikian

7
terjadi penurunan penyerapan dari usus atau ketidak
seimbangan dalam produksi hormone tertentu yang mengatur konsentrasi serum
vitamin dan mineral seperti kalsitonin, vitamin D, hormon paratiroid (karena tumor
yang sangat lazim di usia lanjut). Diet yang sangat baik ialah diet yang kaya akan
mikro – nutrisi dalam kualitas tinggi sehingga mampu menurunkan risiko
pengembangan cacat tulang dan kelemahan otot sebagai bagian dari proses penuaan.
d. Minimnya aktivitas fisik.
Perubahan sistem muskuloskeletal dapat diperlambat dengan melakukan olahraga
karena dapat meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan kekuatan dan
fleksibilitas sistem muskuloskeletal. Normalnya dalam satu hari, setidaknya 30 menit
aktivitas lansia diisi dengan olahraga ringan (Miller, 2012). Beberapa olahraga yang
terkenal dikalangan lansia yaitu Tai chi, yoga, dan pilates (Arenson, 2009). Selain itu,
berjalan juga merupakan olahraga yang mudah dan tidak membutuhkan banyak
peralatan sehingga dapat dilakukan oleh lansia. Jika faktor – faktor tersebut di atas
tidak tertangani dengan baik, dapat berubah menjadi penurunan fungsi
muskuloskeletal pada lansia.
Penurunan fungsi muskuloskeletal dipicu oleh tiga faktor (Fillit, Rockwood &
Young, 2017) yaitu :
a. Efek penuaan pada komponen sistem muskuloskeletal : misalnya tulang rawan
artikular, kerangka, jaringan lunak, memberikan kontribusi untuk pengembangan
osteoporosis dan osteoarthritis serta penurunan gerakan sendi, kekakuan, dan
kesulitan dalam memulai gerakan.
b. Gangguan muskuloskeletal : berhubungan dengan penuaan yang mulai terjadi pada
masa dewasa muda menyebabkan peningkatan rasa sakit dan cacat tanpa
memperpendek rentang hidupnya, misalnya seronegatif spondyloarthritis, trauma
muskuloskeletal.
c. Tingginya angka kejadian gangguan muskuloskeletal tertentu pada lansia : misalnya
polymyalgia rheumatica, penyakit Paget tulang, arthropathies terkait kristal.
2.7. Asuhan Keperawatan
2.7.1. Pengkajian
Identitas : Prosentase pria : wanita  2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada
pria dewasa (30 th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause ( 50 – 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Pemeriksaan fisik : Identifikasi tanda

8
dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan, Nyeri tekan pada sendi yang
terkena, Nyeri pada saat digerakkan, Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang,
warna keunguan), Denyut jantung berdebar. Riwayat psikososial : Cemas dan
takut untuk melakukan aktivitas dan tidak berdaya.
2.7.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan
asam urat, yaitu : a) nyeri b.d peradangan pada sendi, b) gangguan mobilisasi b.d
penurunan rentang gerak
2.7.3. Intervensi keperawatan
Diagnosa a : tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria hasil : klien menyatakan
nyeri berkurang, dapat mengontrol nyeri dengan teknik nonfarmakologi, klien
lebih nyaman dan rileks, skala nyeri ringan 0 – 3. Intervensi : kaji nyeri secara
komprehensif (PQRST), anjurkan teknik relaksasi napas dalam, anjurkan
kompres hangat/dingin, jelaskan penyebab dan periode terjadinya nyeri,
tingkatkan istirahat, Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki)
diistirahatkan dan diberikan bantalan.
Diagnosa b : tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan klien akan meningkatkan aktivitasnya sesuai dengan kemampuan.
Intervensi : Tingkatkan aktivitas klien bila nyeri dan bengkak telah berkurang,
lakukan ambulasi dengan bantuan misal dengan menggunakan walker atau
tongkat, lakukan latihan ROM secara hati – hati pada sendi yang terkena gout
karena bila dimobilisasi terus menerus akan menurunkan fungsi sendi, usahakan
untuk meningkatkan kembali pada aktivitas yang normal.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas Diri Klien
Pengkajian dilakukan pada Selasa 12 november 2019 di Panti Tresna Werdha
Budi Mulia 1. klien masuk Panti pada 27 Januari 2006. Identitas klien, nama Tn. S,
tempat tanggal lahir Magelang 11 Juli 1946, klien berjenis kelamin laki-laki, alamat
klien di Jalan Kopeng Kec. Pakis kel. Losari, Magelang, status klien menikah, klien
beragama islam, suku klien Jawa, pendidikan klien SD, klien bekerja sebagai kuli
bangunan, lama bekerja kurang lebih 1 tahun.
2. Status Kesehatan Saat Ini
Klien mengatakan ingin merantau mencari pekerjaan dari magelang ke jakarta,
sebelumnya klien bekerja sebagai kuli bangunan laluklien tinggal di dekat masjid TNI
kramat jati. Saat klien sedag makan di warteg klien mengatakan terdapat satpol pp
yang sedang menjalani kebersihan warga di jalanan, lalu klien dibawa oleh satpol pp
ke panti sosial tresna werdha budi mulia 1.
Klien saat ini mengatakan pusing, terdapat nyeri pada bagian lutut. Klien
mengatakan nyeri saat klien sedang berjalan, dan jika klien banyak melakukan
aktivitas. Keluhan datang hilang timbul dan jika banyak melakukan aktivitas, maka
nyeri langsung timbul. Timbulnya keluhan secara bertahap. Faktor yang memperberat
jika klien melakukan aktivitas. Upaya yang dilakukan klien untuk mengatasi dengan
cara mengompres dengan air hangat dan minum obat. Diagnosa Medik : Asam Urat
3. Riwayat keperawatan yang lalu dan sekarang
Klien pernah kecelakaan pada tahun 2010, klien pernah dirawat karena
kecelakaan lalu lintas (fraktur) klien pernah dioperasi, dipasang pen. Klien
mengatakan mempunyai alergi makanan yaitu udang atau seafood, jika makan
makanan tersebut klien merasa gatal-gatal, dan klien langsung minum obat, imunisasi
lengkap, kebiasaan klien merokok dan minum kopi.

10
Pola nutrisi klien baik, klien makan 3x/hari, jenis makanan yang dimakan nasi,
lauk, sayur, makanan yang disukai roti atau makanan yang lembut, makanan yang
tidak disukai yaitu udang atau seafood dan makanan yang keras, makanan pantangan
yaitu makanan yang tinggi purin, nafsu makan klien sedang, karena tidak nafsu
makan.
Pola eliminasi klien baik, BAB 1x/hari, warna nya kecoklatan, waktu nya pagi
hari, konsistensi semi padat. BAK 6x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
Pola tidur klien jam 20.00-04.30, lama tidur 8 jam/hari, tidak ada kebiasaan
dan kesulitan dalam tidur.
Pola aktivitas dan latihan, kegiatan dalam pekerjaan tidak ada, klien olahraga
yaitu senam, kegiatan waktu luang yaitu menonton tv, kesulitan atau keluhan dalam
hal pergerakan tubuh.
Pola bekerja klien jenis nya kuli bangunan, jumlah jam kerja 7 jam, jadwal
kerja tidak tentu, lama nya 1 tahun.
4. Riwayat keluarga

x x x x

= laki-laki
= perempuan
x = meninggal
= klien

5. Riwayat lingkungan

11
Lingkungan sekitar rumah klien bersh, lingkungan jauh dari wilayah kecelakaan dan
jalan raya, polusi lingkungan bersih dan jauh dari pabrik atau jalan raya

6. Aspek psikososial
Klien tidak memakai kacamata dan tidak memakai alat bantu dengar, klien
sering merasa pusing, Hal yang sedang dipikirkan saat ini adalah klien mengatakan
supaya asam urat nya bisa terkontrol. Harapan klien setelah menjalani perawatan
adalah klien ingin sembuh agar bisa menjalankan aktivitas nya tidak sakit lagi.
Perubahan yang dirasakan klien setelah sakit adalah klien mengatakan jika banyak
aktivitas yang dilakukan maka asam urat nya kembali kambuh. Suasana hati klien
tenang dan nyaman berada di panti.
Hubungan atau komunikasi klien saat bicara jelas, klien mampu
mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain, klien menggunakan bahasa
Indonesia. Klien tinggal bersama keluarga nya. Klien tidak ada gangguan dalam
hubungan seksual, klien mengerti dan memahami tentang fungsi seksual. Dalam
pengambilan keputusan klien mengambil keputusan sendiri, yang disukai dari diri nya
yaitu klien merasa diri nya pekerja keras, yang ingin dirubah dari kehidupan yaitu
klien ingin merantau supaya mendapatkan penghasilan yang besar untuk keluarga
nya. Jika stres klien sholat. Sumber kekuatan pasien yaitu Allah SWT, Tuhan dan
agama itu penting bagi pasien, kegiatan keagamaan yang sering dilakukan yaitu sholat
5 waktu, baca al-qur’an.
7. Pengkajian Fisik
a. Kepala
Tingkat kesadaran pasien composmetis, orientasi klien jika diajak berbicara masih
menjawab dengan nyambung, bentuk kepala nya bulat, rambut sudah berubah,
keadaan kulit kepala bersih dan tidak kotor.
b. Mata
Pupil berukuran 2mm, reaksi terhadap cahaya +/+, pupil isokor, kornea hitam
berkabut, akomodasi normal, konjungtiva ananemis, fungsi penglihatan baik,
sklera anikterik, kelopak mata simetris, pergerakan bola mata simetris.
c. Hidung
Tidak ada alergi, fungsi penciuman baik, klien pernah mengalami flu, frekwensi
dalam setahun tidak menentu
d. Mulut dan tenggorokan

12
Struktur nya simetris, bau mulut nya khas, tidak ada kesulitan dalam berbicara,
tidak ada kesulitan dalam menelan

e. Telinga
Bentuk nya simetris, tidak ada keluhan
f. Buah dada
Bentuk nya simetris, tidak ada nyeri, tidak ada nya massa dan cairan yang keluar
g. Dada
Paru-paru simetris, bunyi nafas vasikuler, frekwensi nafas 18x/m, pola nafas
teratur, tidak ada batuk, retraksi dinding dada simetris
Jantung, Suara jantung normal BJ I dan BJ II, irama jantung teratur, tidak ada
nyeri dada, palpitasi normal, tidak ada edema, frekwensi denyut jantung 90x/m,
TD : 130/80mmHg
Ginjal, Tidak ada pembesaran organ dan tidak ada nyeri
Tulang belakang, bentuk simetris dan tidak ada keluhan
h. Abdomen
Bising usus positif, frekwensi 12x/m, tidak ada pembesaran organ, tidak ada nyeri,
keadaan kulit perut elastis
i. Genitalia
Bentuk nya normal, tidak ada keluhan, tidak ada riwayat penyakit yang berkaitan.
j. Ekstremitas
Penampilan baik, tidak ada perubahan warna kulit, suhu 36,7oC, pengisian waktu
kapiler < 3 detik, integritas baik, pergerakan ekstremitas baik, refleks normal.
k. Nutrisi
Jenis diet nasi, lauk, sayur. Tidak ada rasa mual. Intake cairan 1500ml, bb 40 kg,
tb 150cm, nafsu makan sedangm porsi makan ¾ porsi
l. Eliminasi
Tidak ada keluhan dalam BAB, frewkwensi 1x/hari, bau khas, warna kecoklatan.
Tidak ada keluhan dalam BAK, urine output 800ml, warna urine kuning jernih.
8. Data laboratorium
TANGGAL JENIS PEMERIKSAAN HASIL

24-04-19 Hematologi

13
Hemoglobin 15,8 g/dL
Hematokrit 44,9 %
Eritrosit 5, 32 10^6/ul
Leukosit 7,8 10/ul
Trombosit 263 103/ul
Nilai-nilai MC
29,7 pg
MCH
84,4 fL
MCV
35,2 g/dL
MCHC
12,8 %
RDW

KIMIA 77 mg/dL
09-05-2018 Glukosa sewaktu 9.0 mg/dL
Asam urat

Pengobatan
Allopurinol 100 mg 1x1 tab po
Ibuprofen 400 mg 3x1 tab po
Kesimpulan
Klien mengatakan ingin merantau mencari pekerjaan dari magelang ke jakarta,
sebelumnya klien bekerja sebagai kuli bangunan laluklien tinggal di dekat masjid TNI
kramat jati. Saat klien sedag makan di warteg klien mengatakan terdapat satpol pp
yang sedang menjalani kebersihan warga di jalanan, lalu klien dibawa oleh satpol pp
ke panti sosial tresna werdha budi mulia 1. Klien saat ini mengatakan pusing, terdapat
nyeri pada bagian lutut. Dilakukan pemeriksaan TTV : TD = 130/80 mmHg, N :
90x/m, S = 36,7oC, rr = 18x/m. Diangkat diagnosa nyeri, defisiensi pengetahuan dan
resiko cidera.
9. Data Fokus
Data Subjektif : klien mengatakan suka terasa kesemutan, klien mengatakan
nyeri pada bagian lutut, klien mengatakan jika terlalu banyak aktivitas lututnya akan
terasa nyeri dan sulit untuk berjalan, klien mengatakan nyeri hilang timbul, klien
menanyakan bagaimana penyakit ini bisa terjadi, klien menanyakan apakah asam

14
uratnya bisa disembuhkan, klien menanyakan makanan apa yang tidak boleh dimakan,
klien mengatakan jika banyak aktivitas lututnya langsung terasa sakit, klien
mengatakan jika lututnya sakit akan sulit untuk berjalan
Data Objektif : klien tampak memegangi lutut pada saat terasa nyeri, skala
nyeri 3, wajah klien tampak meringis, hasil cek asam urat : 9 mg/dl, klien tampak
belum paham dengan penyakitnya, klien tampak tidak mengetahui makanan apa yang
tidak dibolehkan, klien tampak berjalan pelan-pelan, klien tampak tenang, klien
tampak menahan rasa sakitnya, hasil ttv : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi : 90
x/menit, suhu: 36.7 derajat celcius, pernapasan : 18 x/menit, kekuatan otot : 5555 │
5555
4444│ 4444
10. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Nyeri akut Adanya inflamasi
 klien mengatakan suka terasa pada sendi
kesemutan
 klien mengatakan nyeri pada
bagian lutut
 klien mengatakan jika terlalu
banyak aktivitas lututnya akan
terasa nyeri dan sulit untuk
berjalan
 klien mengatakan nyeri hilang
timbul
DO :
 klien tampak memegangi lutut
pada saat terasa nyeri
 skala nyeri 3
 wajah klien tampak meringis
 hasil cek asam urat : 9 mg/dl
 hasil ttv:
Tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi : 90 x/menit, suhu: 36.7

15
derajat celcius, pernapasan : 18
x/menit
2 DS : Defisiensi Minimnya
 klien menanyakan bagaimana pengetahuan informasi penyakit
penyakit ini bisa terjadi
 klien menanyakan apakah asam
uratnya bisa disembuhkan
 klien menanyakan makanan apa
yang tidak boleh dimakan
DO :
 klien tampak belum paham dengan
penyakitnya
 klien tampak tidak mengetahui
makanan apa yang tidak
dibolehkan
3 DS : Resiko Cidera Kekakuan pada
 klien mengatakan jika banyak sendi
aktivitas lututnya langsung terasa
sakit
 klien mengatakan jika lututnya
sakit akan sulit untuk berjalan
DO :
 klien tampak berjalan pelan-pelan,
klien tampak tenang
 klien tampak menahan rasa
sakitnya
 kekuatan otot :
5555│5555
4444│4444

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya inflamasi pada sendi
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi penyakit

16
3. Resiko cidera berhubungan dengan kekakuan pada sendi

3.3 Perencanaan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan adanya inflamasi pada sendi
Tujuan : Setelah dilakukan tidanakan keperawatan selama 3x24jam, masalah nyeri
dapat teratasi
Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau terkontrol, Ekspresi wajah klien rilek, Skala nyeri 0
Intervensi : monitor TTV, atur posisi yang nyaman pada klien, ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam saat nyeri timbul, kaji nyeri secara kompherensif, pantau
penyebab nyeri, cek asam urat dalam darah setiap hari, lakukan kompres air hangat
saat nyeri timbul, kolaborasi pemberian obat allopurinol 100 mg 1x1 1tab po
2. Diagnosa Keperawatan : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan minimnya
informasi penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tidanakan keperawatan selama 3x24jam, diharapkan klien
dapat mengerti informasi tentang penyakitnya
Kriteria Hasil : klien mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis,
dan program pengobatan. Klien mampu menjelaskan apa yang dijelaskan.
Intervensi : jelaskan patologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi, gambarkan tanda dan gejala proses penyakit yang biasa
muncul, identifikasi penyebab, sediakan informasi pada klien tentan kondisi,
diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan mencegahkomplikasi
dimasa yg akan datang, diskusikan pilihan terapi atau penanganan
3. Diagnosa Keperawatan : Resiko cidera berhubungan dengan kekakuan pada sendi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, diharapkan klien
bisa mengontrol resiko
Kriteria Hasil : klien terbebas dari cidera, klien mampu menjelaskan cara untuk
mencegah cidera, klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan, mampu
memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
Intervensi : sediaakan lingkungan yang aman, dan nyaman, hindarkan lingkungan
yang berbahaya, sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih, anjurkan teman
klien untuk menemani klien

3.4 Implementasi Keperawatan

17
Implementasi dilakukan pada Tn.s di ruang cendrawasih pada tanggal 12-
november-2019 untung implementasi yang pertama dilakukan pada jam 07.30 dx 1:
memonitor ttv, hasil: TD 130/80 mmHg, N: 90x/menit, S : 36,7˚C, RR: 18x/mnt. Pada
jam 07.40 dx 1: Mengkaji karakteristik nyeri, hasil: klien mengatakan nyeri pada
bagian lutut, skala nyeri 3. Pada jam 07.50 dx 1 dan 2: mengidentifikasi penyebab
nyeri klien, hasil: klien mengatakan nyeri saat setelah banyak beraktivitas dan klien
menanyakan apakah asam uratnya bisa di sembuhkan. Pada jam 08.0 dx 3:
menyediakan tempat tidur yang bersih dan nyama, hasil: sprei sudah diganti, tempat
tidur klien tampak rapih dan bersih. Pada jam 08.05 dx 1: mengatur posisi yang
nyaman bagi klien, hasil: klien tampak tenang di tempat tidur,karena apabila banyak
aktivitas nyeri akan timbul. Pada jam 09.99 dx 1: melakukan kompres air hangat saat
nyeri timbul, hasil: lutut klien tampak di kompres menggunakan air hangat, pada jam
09.10 dx 3: menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman, hasil: klien tampak
tenang di tempat tidur sambil menonton tv. Pada jam 12.00 dx 1,2 dan 3: memberikan
makan siang kepada klien, hasil: klien menghabiskan ¾ porsi makanan. Pada jam
12.30 dx 1: memberikan pemberian obat allopurinol 100mg I tab melalui oral dan
obat ibu profen 400mg 1 tab melalui oral, hasil: klien tampak tenang dan obat masuk
melalui oral. Pada jam 12.35 dx 3: mengkaji mobilitas klien, hasil: kekuatan otot 5555
│ 5555
4444│ 4444
Implementasi dilakukan pada tanggal 13-november-2019 pada jam 09.00 dx 2:
menjelaskan patologi dan penyakit, hasil: klien mengatakan mengerti setelah di
jelaskan patologi dan penyakit. Pada jam 09.05 dx 2: menyediakan informasi kepada
klien tentang kondisi klien, hasil: klien tampak memperhatikan informasi yang sedang
dijelaskan. Pada jam 09.10 dx 2: mendiskusikan perubahan gaya hidup yang di
perlikan untuk mencegah komplikasi, hasil: klien mengatakan paham dan sudah
mengerti apa yang telah didiskusikan. Pada jam 09.15 dx 2: menggambarkan tanda
dan gejala pada proses penyakit klien, hasil: klien mengatakn mengerti apa yang
sudah digambarkan tentang proses penyakitnya. Pada jam 09.20 dx 2:
mengidentifikasi penyebab nyeri klien, hasil: klien mengatakan nyeri saat setelah
banyak beraktivitas. Pada jam 09.25 dx 2: mendiskusikan pilihan terapi/penanganan,
hasil: klien mengatakan sudah mengerti apa yang harus dilakukan saat asam urat
kambuh kembali ( minum obat/mengkompres). Pada jam 11.00 dx 1: mengkaji nyeri
klien, hasil: klien mengatakan nyeri dengan skala 3 dibagian lutut. Pada jam 11.15 dx

18
1: mengecek asam urat klien, hasil: asam urat 8,5 mg/dl. Pada jam 12.00 dx 3:
menghindaarkan lingkungan yang berbahaya, hasil: klien tampkan berjalan pada saat
lututnya sakit. Pada jam 13.00 dx 1: melakukan pemberian obat allopurinol 100mg I
tab melalui oral dan obat ibu profen 400mg 1 tab melalui oral, hasil klien tampak
tenang dan obat masuk melalui oral.
Implementasi ketiga dilakukan pada tanggal 14-november-2019 pada jam
10.00 dx 1: mengkaji nyeri klien, hasil : skala nyeri 2. Pada jam 10.15 dx 1: mengatur
posisi nyaman bagi klien, hasil: klen tampak tenang di tempat tidur. Pada jamm 10.20
dx 3: menyediakan lingkungaan yang aman dan nyama, hasil: klien tampak tenang
menonton tv. Pada jam 11.00 dx 2: menyediakan informasi kepada klien tentang
kondisi, hasil: klien mengatakaj sudah paham tentang penyakitnya. Pada jam 11.20 dx
1: mengecek asam urat klien, hasil: asam urat klien 7,4mg/dl. Pada jam 12.30 dx 1:
melakukan pemberian obat 100mg I tab melalui oral dan obat ibu profen 400mg 1 tab
melalui oral, hasil klien tampak tenang dan obat masuk melalui oral.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pada tanggal 12-11-2019, evaluasi
pertama pada dx pertama adalah klien mengatakan nyeri pada bagian lutut, klien
mengatakan skala nyeri 3, klien mengatakan nyeri muncul setelah banyak
beraktivitas, klien tampak mengkompres saat nyeri timbul, klien tampak tenang.
Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi. Lanjutkan intervensi. Evaluasi
pertama pada dx kedua adalah klien menanyakan apakah asam utarnya bisa
disembuhkan, klien tampak bertanya Tanya tentang penyakitnya, tujuan belum
tercapai, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan. Evaluasi pertama pada dx
ketiga adalah klien mengatakan sprei sudah diganti, tempat tidur lebih bersih dan
rapih, klien tampak tenang di tempat tidur sambil menonton tv. kekuatan otot 5555 │
5555 tempat tidur tampak bersih dan rapih.
4444│ 4444
Masalah belum teratasi, intervensi dilanjut
Pada tanggal 13-11-2019, evaluasi kedua pada dx pertama adalah klien
mengatakan masih nyeri pada bagian lutut, klien mengatakan skala nyeri 3, asam urat
8,5 mg/dl, klien tampak memegangi lutut. Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi. Intervensi dilanjutkan. Evaluasi kedua pada dx kedua adalah klien
mengatakan mengerti setelah dijelaskan patologi penyakit, klien mengatakan sudah

19
pahan dan mengerti apa yang sudah di diskusikan, klien mengatakan akan mengurangi
makan yang di pantangkan, klien tampak memerhatikan informasi yang sedang
dijelaskan, klien tampak mengerti apa yang telah didiskusikan, tujuan tercapai
sebagian, masalah teratasi sebagian, lanjutka intervensi. Evaluasi kedua pada dx
ketiga adalah klien mengatkan nyeri timbul saat selesai banyak aktivitas, klien tampak
berjalan pelan-pelan pada saat nyeri, tujuan teratasi sebagian, masalah teratasi
sebagian, lanjutka intervensi,
Pada tanggal 14-11-2019, evaluasi ketiga pada dx pertama adalah klien
mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, klien mengatakan skalla nyeri 2, klien
tampak tenang, klien tampak nyeri sudah berkurang, tujuan tercapai sebagian,
masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi. Evaluasi ketiga pada dx kedua adalah
klien mengatakan telah mengerti tentang penyakitnya, klien tampak telah mengerti
dan memahami penyakitnya, tujuan telah tercapai, masalah teratasi, intervensi
dihentikan. Evaluasi ketiga pada dx ketiga adalah klien mengatakan jalan pelan-pelan
saat nyeri timbul, klien mengatakan tenang, klien tampak tenang dan menonton tv,
tujuan telah tercapai, masalah teratasi, intervensi dihentikan.

20
BAB IV
PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Tn. S maka
penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis.

4.1 Simpulan
1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Tn. S dengan gout arthritis
penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien,
observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan
hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis dapat merumuskan 3 diagnosa.
3. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan fasilitas yang disediakan.
4. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya
kerjsama pasien.
5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang
telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.

4.2 Saran

21
1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komphrensif yang
mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga data yang diperoleh akurat
dan dapat menyimpulkan masalah yang di hadapi pasien.
2. Dalam perumusan diagnosa keperawatan diharapkan tetap merumuskan masalah dan
mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus, sehingga
diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
3. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan dapat
menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo B. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Doengoes, E Marilynn, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Maryam, Siti, R, dkk. (2008).Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medik

Mass, L, Meridean, dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Geriatrik : Diagnosis NANDA,


Kriteria Hasil NIC NOC, dan Intervensi NIC. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

22
LAMPI
RAN
ASUHA
N
23

KEPER

Anda mungkin juga menyukai