PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menguraikan perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal pada lansia.
2. Tujuan Khusus
Menguraikan perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yang
meliputi tulang, otot, sendi, dan syaraf pada lansia.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sistem muskuloskeletal
pada lansia.
Mengetahui gangguan yang sering terjadi pada sistem muskuloskeletal lansia.
Menguraikan pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui kondisi sistem
muskuloskeletal pada lansia.
Menguraikan pengkajian yang diperlukan untuk menilai risiko jatuh pada
lansia.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Gerontologi berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti usia dan logos berarti
ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah – masalah yang terjadi pada lanjut usia. Gerontologi merupakan pendekatan
ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan, seperti
aspek kesehatan, psikologis, sosial ekonomi, perilaku, lingkungan dan lain – lain.
Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan
ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan
kultural yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit
pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pada lanjut usia akibat
bertambahnya usia maka secara alamiah terjadi perubahan pada semua sistem seperti :
sistem integument, sistem sensoris, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskeletal,
sistem endokrin, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem persyarafan, dan
sistem pernapasan. Akibat dari perubahan sistem tersebut menimbulkan masalah pada
kesehatan lansia yang biasanya dikenal dengan istilah empat belas I, yaitu : 1)
immobility, 2) instability, 3) incontinence, 4) intellectual impairment, 5) infection, 6)
impairment of hearing, vision, and smell, 7) isolation, 8) inanition, 9) impecunity, 10)
insomnia, 11) immunodeficiency, 12) impotence, 13) impaction, 14) iatrogenic.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang terdiri dari tulang, sendi, dan
otot. Sistem tersebut paling erat kaitannya dengan mobilitas fisik individu. Seiring
bertambahnya usia, terdapat berbagai perubahan yang terjadi pada tulang, sendi,
maupun otot pada individu lansia.
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout
adalah bentuk inflamasi arthtritis kronis, bengkak, dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan tangan, lutut, lengan,
pergelangan kaki, siku, dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Gout biasanya
3
hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bias menjadi semakin parah
dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.
5
(Miller,2012).
Mengecilnya
kartilago
6
Gangguan proprioception terhadap rangsangan
terutama pada wanita. lingkungan (Miller, 2012).
Berkurangnya rasa sensasi
getaran dan posisi
sendi pada ektremitas
bagian bawah (Miller,
2012)
Perubahan kemampuan visual Perubahan pemeliharaan
dalam posisi tegak
Perubahan kontrol postural Peningkatan goyangan
tubuh yang merupakan tolak
ukur dari gerakan tubuh saat
berdiri (Miller, 2012)
7
terjadi penurunan penyerapan dari usus atau ketidak
seimbangan dalam produksi hormone tertentu yang mengatur konsentrasi serum
vitamin dan mineral seperti kalsitonin, vitamin D, hormon paratiroid (karena tumor
yang sangat lazim di usia lanjut). Diet yang sangat baik ialah diet yang kaya akan
mikro – nutrisi dalam kualitas tinggi sehingga mampu menurunkan risiko
pengembangan cacat tulang dan kelemahan otot sebagai bagian dari proses penuaan.
d. Minimnya aktivitas fisik.
Perubahan sistem muskuloskeletal dapat diperlambat dengan melakukan olahraga
karena dapat meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan kekuatan dan
fleksibilitas sistem muskuloskeletal. Normalnya dalam satu hari, setidaknya 30 menit
aktivitas lansia diisi dengan olahraga ringan (Miller, 2012). Beberapa olahraga yang
terkenal dikalangan lansia yaitu Tai chi, yoga, dan pilates (Arenson, 2009). Selain itu,
berjalan juga merupakan olahraga yang mudah dan tidak membutuhkan banyak
peralatan sehingga dapat dilakukan oleh lansia. Jika faktor – faktor tersebut di atas
tidak tertangani dengan baik, dapat berubah menjadi penurunan fungsi
muskuloskeletal pada lansia.
Penurunan fungsi muskuloskeletal dipicu oleh tiga faktor (Fillit, Rockwood &
Young, 2017) yaitu :
a. Efek penuaan pada komponen sistem muskuloskeletal : misalnya tulang rawan
artikular, kerangka, jaringan lunak, memberikan kontribusi untuk pengembangan
osteoporosis dan osteoarthritis serta penurunan gerakan sendi, kekakuan, dan
kesulitan dalam memulai gerakan.
b. Gangguan muskuloskeletal : berhubungan dengan penuaan yang mulai terjadi pada
masa dewasa muda menyebabkan peningkatan rasa sakit dan cacat tanpa
memperpendek rentang hidupnya, misalnya seronegatif spondyloarthritis, trauma
muskuloskeletal.
c. Tingginya angka kejadian gangguan muskuloskeletal tertentu pada lansia : misalnya
polymyalgia rheumatica, penyakit Paget tulang, arthropathies terkait kristal.
2.7. Asuhan Keperawatan
2.7.1. Pengkajian
Identitas : Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada
pria dewasa (30 th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause ( 50 – 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Pemeriksaan fisik : Identifikasi tanda
8
dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan, Nyeri tekan pada sendi yang
terkena, Nyeri pada saat digerakkan, Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang,
warna keunguan), Denyut jantung berdebar. Riwayat psikososial : Cemas dan
takut untuk melakukan aktivitas dan tidak berdaya.
2.7.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan
asam urat, yaitu : a) nyeri b.d peradangan pada sendi, b) gangguan mobilisasi b.d
penurunan rentang gerak
2.7.3. Intervensi keperawatan
Diagnosa a : tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria hasil : klien menyatakan
nyeri berkurang, dapat mengontrol nyeri dengan teknik nonfarmakologi, klien
lebih nyaman dan rileks, skala nyeri ringan 0 – 3. Intervensi : kaji nyeri secara
komprehensif (PQRST), anjurkan teknik relaksasi napas dalam, anjurkan
kompres hangat/dingin, jelaskan penyebab dan periode terjadinya nyeri,
tingkatkan istirahat, Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki)
diistirahatkan dan diberikan bantalan.
Diagnosa b : tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan klien akan meningkatkan aktivitasnya sesuai dengan kemampuan.
Intervensi : Tingkatkan aktivitas klien bila nyeri dan bengkak telah berkurang,
lakukan ambulasi dengan bantuan misal dengan menggunakan walker atau
tongkat, lakukan latihan ROM secara hati – hati pada sendi yang terkena gout
karena bila dimobilisasi terus menerus akan menurunkan fungsi sendi, usahakan
untuk meningkatkan kembali pada aktivitas yang normal.
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
10
Pola nutrisi klien baik, klien makan 3x/hari, jenis makanan yang dimakan nasi,
lauk, sayur, makanan yang disukai roti atau makanan yang lembut, makanan yang
tidak disukai yaitu udang atau seafood dan makanan yang keras, makanan pantangan
yaitu makanan yang tinggi purin, nafsu makan klien sedang, karena tidak nafsu
makan.
Pola eliminasi klien baik, BAB 1x/hari, warna nya kecoklatan, waktu nya pagi
hari, konsistensi semi padat. BAK 6x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
Pola tidur klien jam 20.00-04.30, lama tidur 8 jam/hari, tidak ada kebiasaan
dan kesulitan dalam tidur.
Pola aktivitas dan latihan, kegiatan dalam pekerjaan tidak ada, klien olahraga
yaitu senam, kegiatan waktu luang yaitu menonton tv, kesulitan atau keluhan dalam
hal pergerakan tubuh.
Pola bekerja klien jenis nya kuli bangunan, jumlah jam kerja 7 jam, jadwal
kerja tidak tentu, lama nya 1 tahun.
4. Riwayat keluarga
x x x x
= laki-laki
= perempuan
x = meninggal
= klien
5. Riwayat lingkungan
11
Lingkungan sekitar rumah klien bersh, lingkungan jauh dari wilayah kecelakaan dan
jalan raya, polusi lingkungan bersih dan jauh dari pabrik atau jalan raya
6. Aspek psikososial
Klien tidak memakai kacamata dan tidak memakai alat bantu dengar, klien
sering merasa pusing, Hal yang sedang dipikirkan saat ini adalah klien mengatakan
supaya asam urat nya bisa terkontrol. Harapan klien setelah menjalani perawatan
adalah klien ingin sembuh agar bisa menjalankan aktivitas nya tidak sakit lagi.
Perubahan yang dirasakan klien setelah sakit adalah klien mengatakan jika banyak
aktivitas yang dilakukan maka asam urat nya kembali kambuh. Suasana hati klien
tenang dan nyaman berada di panti.
Hubungan atau komunikasi klien saat bicara jelas, klien mampu
mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain, klien menggunakan bahasa
Indonesia. Klien tinggal bersama keluarga nya. Klien tidak ada gangguan dalam
hubungan seksual, klien mengerti dan memahami tentang fungsi seksual. Dalam
pengambilan keputusan klien mengambil keputusan sendiri, yang disukai dari diri nya
yaitu klien merasa diri nya pekerja keras, yang ingin dirubah dari kehidupan yaitu
klien ingin merantau supaya mendapatkan penghasilan yang besar untuk keluarga
nya. Jika stres klien sholat. Sumber kekuatan pasien yaitu Allah SWT, Tuhan dan
agama itu penting bagi pasien, kegiatan keagamaan yang sering dilakukan yaitu sholat
5 waktu, baca al-qur’an.
7. Pengkajian Fisik
a. Kepala
Tingkat kesadaran pasien composmetis, orientasi klien jika diajak berbicara masih
menjawab dengan nyambung, bentuk kepala nya bulat, rambut sudah berubah,
keadaan kulit kepala bersih dan tidak kotor.
b. Mata
Pupil berukuran 2mm, reaksi terhadap cahaya +/+, pupil isokor, kornea hitam
berkabut, akomodasi normal, konjungtiva ananemis, fungsi penglihatan baik,
sklera anikterik, kelopak mata simetris, pergerakan bola mata simetris.
c. Hidung
Tidak ada alergi, fungsi penciuman baik, klien pernah mengalami flu, frekwensi
dalam setahun tidak menentu
d. Mulut dan tenggorokan
12
Struktur nya simetris, bau mulut nya khas, tidak ada kesulitan dalam berbicara,
tidak ada kesulitan dalam menelan
e. Telinga
Bentuk nya simetris, tidak ada keluhan
f. Buah dada
Bentuk nya simetris, tidak ada nyeri, tidak ada nya massa dan cairan yang keluar
g. Dada
Paru-paru simetris, bunyi nafas vasikuler, frekwensi nafas 18x/m, pola nafas
teratur, tidak ada batuk, retraksi dinding dada simetris
Jantung, Suara jantung normal BJ I dan BJ II, irama jantung teratur, tidak ada
nyeri dada, palpitasi normal, tidak ada edema, frekwensi denyut jantung 90x/m,
TD : 130/80mmHg
Ginjal, Tidak ada pembesaran organ dan tidak ada nyeri
Tulang belakang, bentuk simetris dan tidak ada keluhan
h. Abdomen
Bising usus positif, frekwensi 12x/m, tidak ada pembesaran organ, tidak ada nyeri,
keadaan kulit perut elastis
i. Genitalia
Bentuk nya normal, tidak ada keluhan, tidak ada riwayat penyakit yang berkaitan.
j. Ekstremitas
Penampilan baik, tidak ada perubahan warna kulit, suhu 36,7oC, pengisian waktu
kapiler < 3 detik, integritas baik, pergerakan ekstremitas baik, refleks normal.
k. Nutrisi
Jenis diet nasi, lauk, sayur. Tidak ada rasa mual. Intake cairan 1500ml, bb 40 kg,
tb 150cm, nafsu makan sedangm porsi makan ¾ porsi
l. Eliminasi
Tidak ada keluhan dalam BAB, frewkwensi 1x/hari, bau khas, warna kecoklatan.
Tidak ada keluhan dalam BAK, urine output 800ml, warna urine kuning jernih.
8. Data laboratorium
TANGGAL JENIS PEMERIKSAAN HASIL
24-04-19 Hematologi
13
Hemoglobin 15,8 g/dL
Hematokrit 44,9 %
Eritrosit 5, 32 10^6/ul
Leukosit 7,8 10/ul
Trombosit 263 103/ul
Nilai-nilai MC
29,7 pg
MCH
84,4 fL
MCV
35,2 g/dL
MCHC
12,8 %
RDW
KIMIA 77 mg/dL
09-05-2018 Glukosa sewaktu 9.0 mg/dL
Asam urat
Pengobatan
Allopurinol 100 mg 1x1 tab po
Ibuprofen 400 mg 3x1 tab po
Kesimpulan
Klien mengatakan ingin merantau mencari pekerjaan dari magelang ke jakarta,
sebelumnya klien bekerja sebagai kuli bangunan laluklien tinggal di dekat masjid TNI
kramat jati. Saat klien sedag makan di warteg klien mengatakan terdapat satpol pp
yang sedang menjalani kebersihan warga di jalanan, lalu klien dibawa oleh satpol pp
ke panti sosial tresna werdha budi mulia 1. Klien saat ini mengatakan pusing, terdapat
nyeri pada bagian lutut. Dilakukan pemeriksaan TTV : TD = 130/80 mmHg, N :
90x/m, S = 36,7oC, rr = 18x/m. Diangkat diagnosa nyeri, defisiensi pengetahuan dan
resiko cidera.
9. Data Fokus
Data Subjektif : klien mengatakan suka terasa kesemutan, klien mengatakan
nyeri pada bagian lutut, klien mengatakan jika terlalu banyak aktivitas lututnya akan
terasa nyeri dan sulit untuk berjalan, klien mengatakan nyeri hilang timbul, klien
menanyakan bagaimana penyakit ini bisa terjadi, klien menanyakan apakah asam
14
uratnya bisa disembuhkan, klien menanyakan makanan apa yang tidak boleh dimakan,
klien mengatakan jika banyak aktivitas lututnya langsung terasa sakit, klien
mengatakan jika lututnya sakit akan sulit untuk berjalan
Data Objektif : klien tampak memegangi lutut pada saat terasa nyeri, skala
nyeri 3, wajah klien tampak meringis, hasil cek asam urat : 9 mg/dl, klien tampak
belum paham dengan penyakitnya, klien tampak tidak mengetahui makanan apa yang
tidak dibolehkan, klien tampak berjalan pelan-pelan, klien tampak tenang, klien
tampak menahan rasa sakitnya, hasil ttv : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi : 90
x/menit, suhu: 36.7 derajat celcius, pernapasan : 18 x/menit, kekuatan otot : 5555 │
5555
4444│ 4444
10. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Nyeri akut Adanya inflamasi
klien mengatakan suka terasa pada sendi
kesemutan
klien mengatakan nyeri pada
bagian lutut
klien mengatakan jika terlalu
banyak aktivitas lututnya akan
terasa nyeri dan sulit untuk
berjalan
klien mengatakan nyeri hilang
timbul
DO :
klien tampak memegangi lutut
pada saat terasa nyeri
skala nyeri 3
wajah klien tampak meringis
hasil cek asam urat : 9 mg/dl
hasil ttv:
Tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi : 90 x/menit, suhu: 36.7
15
derajat celcius, pernapasan : 18
x/menit
2 DS : Defisiensi Minimnya
klien menanyakan bagaimana pengetahuan informasi penyakit
penyakit ini bisa terjadi
klien menanyakan apakah asam
uratnya bisa disembuhkan
klien menanyakan makanan apa
yang tidak boleh dimakan
DO :
klien tampak belum paham dengan
penyakitnya
klien tampak tidak mengetahui
makanan apa yang tidak
dibolehkan
3 DS : Resiko Cidera Kekakuan pada
klien mengatakan jika banyak sendi
aktivitas lututnya langsung terasa
sakit
klien mengatakan jika lututnya
sakit akan sulit untuk berjalan
DO :
klien tampak berjalan pelan-pelan,
klien tampak tenang
klien tampak menahan rasa
sakitnya
kekuatan otot :
5555│5555
4444│4444
16
3. Resiko cidera berhubungan dengan kekakuan pada sendi
17
Implementasi dilakukan pada Tn.s di ruang cendrawasih pada tanggal 12-
november-2019 untung implementasi yang pertama dilakukan pada jam 07.30 dx 1:
memonitor ttv, hasil: TD 130/80 mmHg, N: 90x/menit, S : 36,7˚C, RR: 18x/mnt. Pada
jam 07.40 dx 1: Mengkaji karakteristik nyeri, hasil: klien mengatakan nyeri pada
bagian lutut, skala nyeri 3. Pada jam 07.50 dx 1 dan 2: mengidentifikasi penyebab
nyeri klien, hasil: klien mengatakan nyeri saat setelah banyak beraktivitas dan klien
menanyakan apakah asam uratnya bisa di sembuhkan. Pada jam 08.0 dx 3:
menyediakan tempat tidur yang bersih dan nyama, hasil: sprei sudah diganti, tempat
tidur klien tampak rapih dan bersih. Pada jam 08.05 dx 1: mengatur posisi yang
nyaman bagi klien, hasil: klien tampak tenang di tempat tidur,karena apabila banyak
aktivitas nyeri akan timbul. Pada jam 09.99 dx 1: melakukan kompres air hangat saat
nyeri timbul, hasil: lutut klien tampak di kompres menggunakan air hangat, pada jam
09.10 dx 3: menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman, hasil: klien tampak
tenang di tempat tidur sambil menonton tv. Pada jam 12.00 dx 1,2 dan 3: memberikan
makan siang kepada klien, hasil: klien menghabiskan ¾ porsi makanan. Pada jam
12.30 dx 1: memberikan pemberian obat allopurinol 100mg I tab melalui oral dan
obat ibu profen 400mg 1 tab melalui oral, hasil: klien tampak tenang dan obat masuk
melalui oral. Pada jam 12.35 dx 3: mengkaji mobilitas klien, hasil: kekuatan otot 5555
│ 5555
4444│ 4444
Implementasi dilakukan pada tanggal 13-november-2019 pada jam 09.00 dx 2:
menjelaskan patologi dan penyakit, hasil: klien mengatakan mengerti setelah di
jelaskan patologi dan penyakit. Pada jam 09.05 dx 2: menyediakan informasi kepada
klien tentang kondisi klien, hasil: klien tampak memperhatikan informasi yang sedang
dijelaskan. Pada jam 09.10 dx 2: mendiskusikan perubahan gaya hidup yang di
perlikan untuk mencegah komplikasi, hasil: klien mengatakan paham dan sudah
mengerti apa yang telah didiskusikan. Pada jam 09.15 dx 2: menggambarkan tanda
dan gejala pada proses penyakit klien, hasil: klien mengatakn mengerti apa yang
sudah digambarkan tentang proses penyakitnya. Pada jam 09.20 dx 2:
mengidentifikasi penyebab nyeri klien, hasil: klien mengatakan nyeri saat setelah
banyak beraktivitas. Pada jam 09.25 dx 2: mendiskusikan pilihan terapi/penanganan,
hasil: klien mengatakan sudah mengerti apa yang harus dilakukan saat asam urat
kambuh kembali ( minum obat/mengkompres). Pada jam 11.00 dx 1: mengkaji nyeri
klien, hasil: klien mengatakan nyeri dengan skala 3 dibagian lutut. Pada jam 11.15 dx
18
1: mengecek asam urat klien, hasil: asam urat 8,5 mg/dl. Pada jam 12.00 dx 3:
menghindaarkan lingkungan yang berbahaya, hasil: klien tampkan berjalan pada saat
lututnya sakit. Pada jam 13.00 dx 1: melakukan pemberian obat allopurinol 100mg I
tab melalui oral dan obat ibu profen 400mg 1 tab melalui oral, hasil klien tampak
tenang dan obat masuk melalui oral.
Implementasi ketiga dilakukan pada tanggal 14-november-2019 pada jam
10.00 dx 1: mengkaji nyeri klien, hasil : skala nyeri 2. Pada jam 10.15 dx 1: mengatur
posisi nyaman bagi klien, hasil: klen tampak tenang di tempat tidur. Pada jamm 10.20
dx 3: menyediakan lingkungaan yang aman dan nyama, hasil: klien tampak tenang
menonton tv. Pada jam 11.00 dx 2: menyediakan informasi kepada klien tentang
kondisi, hasil: klien mengatakaj sudah paham tentang penyakitnya. Pada jam 11.20 dx
1: mengecek asam urat klien, hasil: asam urat klien 7,4mg/dl. Pada jam 12.30 dx 1:
melakukan pemberian obat 100mg I tab melalui oral dan obat ibu profen 400mg 1 tab
melalui oral, hasil klien tampak tenang dan obat masuk melalui oral.
19
pahan dan mengerti apa yang sudah di diskusikan, klien mengatakan akan mengurangi
makan yang di pantangkan, klien tampak memerhatikan informasi yang sedang
dijelaskan, klien tampak mengerti apa yang telah didiskusikan, tujuan tercapai
sebagian, masalah teratasi sebagian, lanjutka intervensi. Evaluasi kedua pada dx
ketiga adalah klien mengatkan nyeri timbul saat selesai banyak aktivitas, klien tampak
berjalan pelan-pelan pada saat nyeri, tujuan teratasi sebagian, masalah teratasi
sebagian, lanjutka intervensi,
Pada tanggal 14-11-2019, evaluasi ketiga pada dx pertama adalah klien
mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, klien mengatakan skalla nyeri 2, klien
tampak tenang, klien tampak nyeri sudah berkurang, tujuan tercapai sebagian,
masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi. Evaluasi ketiga pada dx kedua adalah
klien mengatakan telah mengerti tentang penyakitnya, klien tampak telah mengerti
dan memahami penyakitnya, tujuan telah tercapai, masalah teratasi, intervensi
dihentikan. Evaluasi ketiga pada dx ketiga adalah klien mengatakan jalan pelan-pelan
saat nyeri timbul, klien mengatakan tenang, klien tampak tenang dan menonton tv,
tujuan telah tercapai, masalah teratasi, intervensi dihentikan.
20
BAB IV
PENUTUP
Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Tn. S maka
penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis.
4.1 Simpulan
1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Tn. S dengan gout arthritis
penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien,
observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan
hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis dapat merumuskan 3 diagnosa.
3. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan fasilitas yang disediakan.
4. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya
kerjsama pasien.
5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang
telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.
4.2 Saran
21
1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komphrensif yang
mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga data yang diperoleh akurat
dan dapat menyimpulkan masalah yang di hadapi pasien.
2. Dalam perumusan diagnosa keperawatan diharapkan tetap merumuskan masalah dan
mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus, sehingga
diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
3. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan dapat
menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo B. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Doengoes, E Marilynn, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Maryam, Siti, R, dkk. (2008).Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medik
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
22
LAMPI
RAN
ASUHA
N
23
KEPER