1. Definisi
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi. Osteoartitis (OA)
merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi
mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan
(kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng
tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,
timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.
otot dan instabilitas sendi lutut sehingga terjadi penurunan kemampuan gerak dan
dapat menyebabkan nyeri yang dapat mengganggu aktivitas fisik dalam kehidupan
sehari- hari serta dapat mengurangi kualitas hidup (Dharmawirya, 2000) dalam
Epidemiologi
1
lebih banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi
pada wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
terjadinya Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh.
2
menerus bisa mengganggu mobilitas. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang la njut usia
di Indonesia menderita cacat karena OA.
2. Etiologi
2.1 Patogenesis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh
kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme
lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.
3
suatu substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang
makrofag untuk meng hasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk
degradasi matriks ekstraseluler.
1. Dektruksikartilagoyangprogresif
3. Sklerosisyangmengelilingitulang
4
4. Terbentuknya osteofit
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator
kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi,
peregangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat
5
kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit
yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta
kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses
remodelling pada trabekula dan subkondral.
2.2 ANATOMI
Sendi adalah penghubung 2 tulang agar dapat digerakkan. Sendi terdiri atas beberapa struktur
diawali dengan:
1. Sendi synovial (diatrodial) terletak pada ujung dari dua tulang yang saling berhubungan.
2. Kartilago artikular yang sangat halus (friksi minimal) menutupi ujung tulang yang saling
6
meluncur satu sama lain. Dapat terjadi cedera yang menyebabkan rasa nyeri, degenerasi dan
disfungsi
3. Tulang Subkondral: tulang tebal penyokong dan terdapat langsung dibawah kartilago artikular.
Gambaran pada foto polos x-ray berupa radio-opaque dan memiliki hipodense (hitam) pada MRI
4. Synovium: membran dalam yang memanjangi kapsula sendi; penghasil cairan synovial (filter
plasma); plica (lipatan) synovial terbuat nomal namun dapat menjadi patologik.
5. Kapsula : bagian lapisan luar, mengelilingi dan menyokong ujung kedua tulang pada orientasi
yang tepat; penebalan pada kapsul (ligamentum kapsular) menjaga stabilitas sendi
6. Cairan synovial : plasma ultrafiltrasi ; mengandung asam hialuronik, lubrikan, proteinase, dan
kolagenase; fungsi:
a) Lubrikasi sendi,
7. Lain-lain : sendi kadang memiliki struktur tambahan, termasuk ligamentum (ACL, PCL), tendon
(bisep, popliteal), penyokong struktur (meniscus, TFCC, diskus artikularis).
Kartilago
1. Hialin: terdapat di kartilago artikular pada sendi synovial, mengandung kolagen tipe II.
2. Serat Kartilago: terdapat di meniscus, TFCC, diskus vertebral, diskus artikulars (sendi
akromikroklavikular); mengandung kolagen tipe I.
Sendi lutut merupakan sendi yang sangat kompleks, yang dapat bergerak dan memungkinkan
seseorang berjalan, dan juga dapat menahan beban tubuh dalam proporsi yang besar. Sendi lutut
dikatakan sebagai sendi engsel karena struktur dan lingkup gerak sendi yang menyerupai engsel.
3. Meneruskan/mentransmisi beban dari tubuh bagian atas dan paha ke tungkai bawah.
7
Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi lutut adalah fleksi dan ekstensi, dan pada beberapa
posisi tertentu, rotasi eksternal dan internal juga dapat dilakukan. Gerakan rotasi sendi lutut dapat
terjadi saat sendi sedikit fleksi. Gerakan ini terjadi terutama antara tibia dan meniskus, dan paling
bebas bergerak saat tungkai bawah fleksi pada sudut tertentu terhadap paha. Posisi istirahat/netral
sendi lutut adalah sedikit fleksi (10°).
Pada posisi ekstensi penuh, atau saat posisi berdiri, sendi lutut bersifat lebih rigid/kaku karena
kondilus medial tibia, yang lebih besar daripada kondilus lateral, berada di depan kondilus femoral
medial, sehingga mengunci sendi. Langkah pertama gerakan fleksi dari sendi lutut yang ekstensi
penuh adalah membuka kunci sendi atau rotasi internal. Gerakan ini terjadi karena kerja otot
popliteus, yang berasal dari sisi lateral kondilus lateral femur, melewati kapsul sendi di bagian
posterior, dan masuk di belakang proksimal tibia. Lingkup gerak sendi lutut berkisar 0-140°. Saat
tubuh berdiri dalam posisi tegak, berat badan akan menumpu pada garis vertikal yang akan jatuh
melewati tepat bagian tengah sendi lutut. Hal itu menyebabkan terjadinya overekstensi sendi lutut.
Namun hal ini dapat dicegah dengan adanya daya tegang dari ligamen krusiatum anterior, popliteal
oblik, dan kolateral.
Gerakan fleksi dan ekstensi sendi lutut berbeda dengan tipikal sendi engsel lainnya, karena
pada sendi lutut:
a. aksis saat sendi bergerak tidak tetap, tetapi berpindah ke depan saat gerakan ekstensi dan ke
belakang saat gerakan fleksi;
b. awal gerakan fleksi dan akhir gerakan ekstensi juga diikuti oleh gerakan rotasi yang berkaitan
dengan fiksasi tungkai pada posisi yang memberikan stabilitas optimal.
a. ekstensor : otot quadriceps femoris (rektus femoris, vastus medialis, vastus lateralis, vastus
intermedialis);
b. fleksor : otot hamstring, yang dibantu oleh otot gracilis, gastrocnemius, dan sartorius;
8
Ekstensi tungkai pada paha merupakan hasil kerja otot quadriceps femoris. Sedangkan
gerakan fleksi dihasilkan oleh kerja otot biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus, yang
dibantu kerja otot gracilis, sartorius, gastrocnemius, popliteus, dan plantaris. Gerakan rotasi eksternal
dapat terjadi karena otot biceps femoris, dan rotasi internal disebabkan oleh otot popliteus,
semitendinosus, semimembranosus, sartorius, dan gracilis. Otot popliteus bekerja terutama pada
permulaan gerakan fleksi sendi lutut. Karena kontraksi otot tersebut, tungkai akan bergerak rotasi
internal, atau apabila tibia dalam posisi terkfiksasi, paha akan bergerak rotasi eksternal. Gerakan
rotasi sendi lutut dapat terjadi karena adanya gerakan berputar antara proksimal tibia dengan kondilus
femoral dan pergeseran meniskus yang mengikuti gerakan kondilus femoral. Rotasi sendi lutut hanya
dapat terjadi apabila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Luas lingkup rotasi eksternal lebih besar
daripada rotasi internal. Gerakan rotasi eksternal dibatasi oleh tegangan pasif otot popliteus. Saat
pergerakan terjadi, meniskus juga ikut bergeser dan bergerak ke posterior saat gerakan fleksi dan ke
anterior saat gerakan ekstensi. Saat gerakan rotasi, meniskus akan mengikuti gerakan kondilus
femoral. Pergeseran meniskus akan bertambah apabila sendi dalam kondisi menahan beban.
Stabilitas sendi lutut bergantung pada kekuatan otot dan ligamen yang menyusunnya. Dari
kedua organ tersebut, otot merupakan faktor yang lebih penting. Apabila otot quadriceps femoris
terbentuk baik, maka fungsi sendi lutut akan terjaga meskipun ada cedera ligamen.
3. Ligamen krusiatum anterior : membatasi rotasi dan gerakan tibia ke depan, stabilisasi anteromedial
sendi lutut saat ekstensi;
4. Ligamen krusiatum posterior : membatasi gerakan tibia ke belakang dan stabilisasi anterolateral
sendi lutut saat fleksi.
Patella berfungsi sebagai protektor sendi dan mengurangi friksi antara tulang dan otot
penyusun sendi lutut. Selain itu, patella juga dapat meningkatkan tumpuan mekanik otot quadriceps.
Meniskus berfungsi sebagai shock-absorber dan bantalan sendi lutut. Meniskus dapat menahan beban
sampai 40-70% dari beban yang diberikan pada sendi lutut. Meniskus juga memberikan struktur tibial
plateau yang lebih dalam/kokoh sebagai bagian dari stabilitas sendi. Selain meniskus, terdapat cairan
sendi sinovial yang juga berfungsi sebagai shock-absorber dan mengurangi friksi. Bursa sendi juga
memiliki fungsi untuk mengurangi friksi saat sendi lutut bergerak.
9
2.4 Faktor Resiko
10
mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan
hal inilah yang menyebabkan peningkatan resiko kerusakan sendi.
Selain itu, otot-otot yang menunjang sendi menjadi semakin lemah
dan memiliki respon yang kurang cepat terhadap impuls. Ligamen
menjadi semakin regang, sehingga kurang bisa mengabsorbsi
impuls. Faktor-faktor ini secara keseluruhan meningkatkan
kerentanan sendi terhadap OA.
b. Faktor intrinsik
2.5 Klasifikasi
11
Tabel 2.1 Osteoartritis idiopatik dan sekunder
IDIOPATIK SEKUNDER
Setempat Trauma
Tangan: − akut
− Penyakit Leg-Calve-Perthes
- haluks rigidus
− Sindroma hipermobilitas
Coxa
- eksentrik (superior)
− Hemokromatosis
− Penyakit Wilson
Vertebra
− Penyakit Gaucher
- sendi apofiseal
- sendi intervertebral
- spondilosis (osteofit)
Endokrin
- ligamentum (hiperostosis, penyakit Forestier,
diffuse idiopathic skeletal − Akromegali
hyperostosis=DISH) − Hiperparatiroidisme
12
− Diabetes melitus
- glenohumeral − Hipotiroidisme
- akromioklavikular
- tibiotalar
− artropati hidroksiapatit
Menyeluruh:
Meliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut Penyakit Tulang dan Sendi
diatas (Kellgren-Moore) lainnya Setempat:
− Fraktur
−Nekrosis avaskular
13
2.2 Manifestasi Klinis
Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada jarak
tertentu; hal ini mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan lebih terbatas
dari yang lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan rotasi
interna biasanya merupakan gerakan yang paling terbatas. Pada stadium lanjut
ketidakstabilan sendi dapat muncul dikarenakan tiga alasan: berkurangnya
kartilago dan tulang, kontraktur kapsuler asimetris, dan kelemahan otot.
a. Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada OA
merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada
pergerakan dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri
juga dapat menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan
lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis pada
14
osteoartritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal. Predileksi OA pada
sendi-sendi; Carpometacarpal I (CMC I), Metatarsophalangeal I (MTP I), sendi
apofiseal tulang belakang, lutu, dan paha).
15
b. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya karena
duduk di kursi atau mengendarai mobil dalam waktu yang sukup lama, bahkan
sering disebutkan kaku muncul pada pagi hari setelah bangun tidur (morning
stiffness).
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir
semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul mengalami
perubahan gaya berjalan (pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.
16
WOC OSTEOARTHRITIS
17
2.3 Diagnosis
a. Klinis:
3. krepitus
18
6. tidak teraba hangat pada sendi
3. Krepitus
5. pembesaran tulang
7. LED<40
mm/jam 8. RF
<1:40
19
a) Pemeriksaan Radiologi
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah
yang menanggung beban)
20
Kista tulang
b) Pemeriksaan Laboratorium
c) Pemeriksaan Marker
Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara lain:
Keratan sulfat, Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP (cartilage
alogometric matrix protein), metaloproteinase matriks dan inhibitornya dalam
cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat digunakan untuk uji diagnostik
pada OA generalisata. Marker sering pula digunakan untuk menentukan beratnya
penyakit, yaitu dalam menentukan derajat penyakit.
Selain sebagai uji diagnostik marker dapat digunakan pula sebagai marker
21
prognostik untuk membuat prediksi kemungkinan memburuknya penyakit. Pada
OA maka hialuronan serum dapat digunakan untuk membuat prediksi pada pasien
22
OA lutut akan terjadinya progresivitas OA dalam 5 tahun. Peningkatan COMP
serum dapat membuat prediksi terhadap progresivitas penggunaan untuk petanda
lainnya maka marker untuk prognostik ini masih diteliti lagi secara prospektif dan
longitudinal dengan jumlah pasien yang lebih besar.
2.5 Penatalaksanaan
1. Meredakan nyeri
Terapi non-farmakologis:
24
berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin
mendekati berat badan ideal.
1) TENS
2) Terapi akupresur
3) Terapi musik
4) Terapi pijat
5) Aromaterapi
6) Kompres hangat/dingin
Terapi Farmakologis:
A. Obat Sistemik
1. Analgesik oral
3. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adalah obat-obatan
yang dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan sendi
pada pasien OA, sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut
25
dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease
Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah: etrasiklin, asam hialuronat,
kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase dan
sebagainya.
26
sendi. Pada penelitian Rejholec tahun 1987 pemakaian GAG
selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada
lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara
statistik bermakna.
B. Obat topikal
27
1. Krim rubefacients dan capsaicin.
28
2. Krim NSAIDs
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs, tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs. Teknik
penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari penyulit
yang timbul. Sebagian besar literatur tidak menganjurkan dilakukan
penyuntikan lebih dari sekali dalam kurun 3 bulan atau setahun 3 kali
terutama untuk sendi besar penyangga tubuh.
29
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi,
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg.
30
2. Asam hialuronat
3. Stem cells
31
penelitian ini, disimpulkan bahwa semua parameter dievaluasi muncul
32
semakin meningkatkan hingga enam bulan pasca injeksi. Nilai ini
sedikit berkurang sampai 12 bulan pasca injeksi. Untuk alasan ini,
dapat disimpulkan bahwa suntikan kedua akan membutuhkan enam
bulan setelah injeksi pertama.
D. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya.
1) Realignment osteotomi
2) Arthroplasty
a) Partial replacement/unicompartemental
33
instability (Solomon, 2001).
34
neuromuscular dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint, Prior Surgical fusion.
Komplikasinya antara lain, Deep vein thrombosis, Infeksi, Loosening,
Problem patella; rekuren subluksasi/dislokasi, loosening prostetic component,
fraktur, catching soft tissue. Sedangkan keuntungan dari Total Knee
Replacement adalah mengurangi nyeri, meningkatkan mobilitas dan gerakan,
koreksi deformitas, menambah kekuatan kaki, meningkatkan kualitas hidup.
35
E. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik
1. Pengkajian
36
2010).
a. Identitas
Data ini mencangkup nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, suku,
agama, pekerjaan/ penghasilan, pendidikan terakhir.
b. Keluhan utama Pada umunya yang dirasakan penderita osteoarthritis adalah nyeri
hebat di daerah persendian. Nyeri biasanya dirasakan pada saat malam hari atau
bahkan saat bangun tidur pagi hari. Selain nyeri, terjadi juga pembengkakan pada
ibu jari kaki. Kaji nyeri yang dirasakan klien menggunakan metode Provoking
incident atau penyebab dari nyeri biasanya karena beraktifitas fisik terlalu lama dan
kurang istirahat, Quality atau kualitas nyeri yang di rasakan pasien biasanya nyeri
berdenyut-denyut, Regional atau lokasi nyeri yang di rasakan pasien biasanya di
sendi lutut, punggung, pinggang, Scale atau skala nyeri yang di rasakan pasien
osteoarthritis adalah dengan skala nyeri sedang 4-8, Time atau waktu nyeri yang di
rasakan pasien tergantung dari yang di rasakan pasiennya ada yang nyeri
berlangsung selama kurang lebih 1 jam ada juga yang nyeri nya yang terus menerus.
1) Riwayat penyakit sekarang Kaji keadaan kesehatan klien saat ini. Biasanya
terjadi nyeri hebat pada sendi serta pembengkakan. Pada umumnya akan
mengalami pembengkakan pada sendi lutut, kulit berwarna merah, permukaan
sendi teraba panas, mudah lelah dan gangguan dalam beraktifitas
2) Riwayat penyakit dahulu. Kaji apa sebelumnya klien pernah mengalami nyeri
yang sama dalam bebebrapa bulan terakhir. Selain itu perlu dikaji juga apakah
klien menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus dan ginjal. Masalah lain
yang perlu ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang
sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan dan penggunaan obat
diuretik. Biasanyan osteoarthritis disebabkan oleh kerusakan tulang rawan atau
kartilago, Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau
perubahan biokimia pada tubuh.
Kaji apakah dalam keluarga ada anggota keluarga yang lain menderita penyakit
yang sama seperti yang di derita klien. Apakah klien mempunyai riwayat penyakit
keturunan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
37
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital
38
444 444 333 333
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari hari karena kelemahan
akibat nyeri.
e. Pola tidur dan istirahat Klien mengalami nyeri kesulitan memulai tidur, terbangun
dalam waktu yang lama.
f. Pengkajian psikososial
Kaji respon terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit klien dalam keluarga dan
masyarakat. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang
variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi
nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidak ketahuan akan program
pengobatan dan prognosis penyakit serta peningkatan asam urat terhadap sirkulasi.
Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas
fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptive pengkajian status
psikologi meliputi pengkajian fungsi kognitif dan pengkajian psikososial (mental,
emosional). Bagian yang popular dan sederhana adalah yang di sebut minimetal state
examination (MMSE). Pemeriksaan ini dilakukan untuk dapat menentukan pikiran serta
peruses mental, apakah lansia dapat memperlihatkan fungsi yang optimal.
g. Perubahan spiritual, data yang dikaji: Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agama, apakah terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, bagaimana
cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa dan sholat, dalam
menghadapi cobaan lansia terlihat tabah dan tawakal.
39
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu proses penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial. Diagnosis prioritas yang diambil adalah nyeri kronis. Nyeri
kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual maupun fungsional dengan waktu yang mendadak atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada osteoarthritis adalah nyeri kronis
berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan fungsi tubuh, defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi, risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016)
3. Perencanaan Keperawatan
4. Pelaksanaan/Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan berdasarkan adalah fase kelima dan terakhir dalam suatu proses
keperawatan. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan didokumentasikan dalam SOAP
40
(subjektif, objektif, assesment, planing (Achjar, 2010) Evaluasi keperawatan terhadap
pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan pasien dalam
merespon rangsangan nyeri diantaranya (S.Andarmoyo, 2013) :
DAFTAR PUSTAKA
3. Bennell KL; Hinman RS. 2010. A review of the clinical evidence for exercise in
osteoarthritis of the hip and knee. Journal of Science and Medicine in Sport 14
2011. Hal 4–9.
41
6. Arifin Z. Struktur Normal Rawan Sendi dan Perubahannya pada Osteoartritis.
In:Setiyohadi B, Yoga IK, editors. Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Reumatologi
2010. Jakarta:Perhimpunan Reumatologi Indonesia;2010.
7. Koentjoro SL. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Derajat
Osteoartritis Lutut Menurut Kellgren Dan Lawrence [S1 Skripsi].
Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;2010.
9. Paradowski PT. 2014. Osteoarthritis of the Knee: Assessing the Disease. Health
Care Current Reviews 2014, 2:2. Hal.1-4.
10. Ra’ida Afiffa Aurelia Shafira Hera Putri, Muhammad In’am Ilmiawan,
Darmawan. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Osteoarthritis
Lutut pada Petani di Desa Bhakti Mulya Kecamatan Bengkayang, Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 18, No. 1, Januari 2022.
11. ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Pemberian Kompres Hangat, Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP, 2018.
12. World Health Organization. Osteoarthritis [Internet]. 2018. 2018 [cited 2018 Apr
6].Available
from:http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/Ch6_12Osteo.pdf.
13. (Netter’s concise orthopedic anatomy 2nd ed., Basic science, 2010. Pg.
16)
42