Anda di halaman 1dari 4

Pertanyaan :

1. Jelaskan etiologi dan patofisiologi penyakit diatas

Jawab :

ETIOLOGI
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif sendi akibat pemecahan

biokimia artikular (hialine) tulang rawan di sendi sinovial lutut sehingga kartilago sendi rusak
(Jose M. Quintana, Inmaculada Arostegul, 2008). Gangguan ini berkembang secara
lambat,tidak simetris dan noninflamasi, ditandai dengan adanya degenerasi kartilago sendi
dan pembentukan tulang baru (osteofit) pada bagian pinggir sendi. (Stanley, M & Beare, P.G.,
2007).
Osteoartritis adalah jenis artritis yang paling sering ditemukan pada pasien.
Osteoartritis disebabkan oleh kerusakan dan hilangnya tulang rawan dari satu atau lebih
sendi. Di sebut juga penyakit sendi degenerative atau osteoartrosis. Di bedakan osteoarthritis
primer dan sekunder. Gejala yang menonjol adalah adanya nyeri sendi. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keterbatasan dalam pergerakan, krepitasi dan pembengkakan sendi. Pada
pemeriksaan dengan X-ray menunjukan hilangnya ruang sendi atau bisa juga nampak taji
(bony spurs). Pengobatannya meliputi medikamentosa, perubahan gaya hidup, terapi fisik,
pemakaian alat penyangga sendi dan pembedahan. (Inawati, 2012)
Prevalensi osteoarthritis lutut dan panggul lebih tinggi dibandingkan dengan sendi
yang lainnya, dikarenakan kedua sendi tersebut lebih banyak menopang berat tubuh (Juniarti,
N & Kurnianingsih). Penelitian tentang prevalensi osteoarthritis lutut dan panggul dan
ketepatan penggantian sendi terhadap 7.577 responden di Amerika, dikatakan bahwa
prevalensi osteoarthritis panggul 7.4%, kejadiannya pada wanita (8%) lebih tinggi dibanding
laki-laki (6.7%)1. Sedangkan prevalensi osteoarthritis lutut 12.2%, perempuan (14.9%) lebih
tinggi dari pada laki-laki (8.7%) diikuti peningkatan usia. Jadi dapat disimpulkan bahwa
prevalensi OA lutut lebih tinggi bila dibandingkan dengan OA panggul. Adapun prevalensi
osteoarthritis di Indonesia, mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun,
dan 65% pada usia >61 tahun (Sharon Lewis, et al. 2011).
Pada studi kasus diatas, Tuan MT mengalami keluhan nyeri lutut kirinya selama 6
bulan yang lalu, serta keluhan nyeri pada sendi jempol kaki yang telah dirasakan pasien
selama 3 tahun. Faktor-faktor yang telah diteliti sebagai faktor risiko osteoarthritis lutut antara
lain usia lebih dari 50 tahun, jenis kelamin perempuan, ras / etnis, genetik, kebiasaan merokok,
konsumsi vitamin D, obesitas, osteoporosis, diabetes melitus, hipertensi, hiperurisemi,

histerektomi, menisektomi, riwayat trauma lutut, kelainan anatomis, kebiasaan bekerja dengan
beban berat, aktivitas fisik berat dan kebiasaan olah raga (Wahyuningsih, 2009). Usia ratarata
laki-laki yang mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan puncaknya
pada usia 55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan puncaknya pada usia 65 74 tahun.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor resiko pada pasien Tuan MT penderita OA
primer adalah faktor usia.

PATOFISIOLOGI
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi.

Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan
rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan
dan kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu
sebagai berikut :

Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme kondrosit
menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinases yang
kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat
protease yang mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada
penipisan kartilago. Pada studi kasus diatas, pasien Tuan MT (58 tahun) memiliki

keluhan utama nyeri pada lutut kiri. Pasien datang diantar keluarganya ke RS dengan
keluhan nyeri pada lutut kiri selama 6 bulan.
Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya
pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia. Pada kasus

Tuan MT, kondisi nyeri pada lutut semakin memberat diiringi dengan timbulnya
bengkak dilututnya 2 hari sebelum datang ke RS. Di daerah lutut yang bengkak
tersebut terasa hangat. Pasien mengatakan bengkaknya tidak mengecil setelah
dikompres dengan air dingin ataupun setelah pasien beristirahat.
Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons inflamasi
pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis
factor-alpha (TNF-), dan metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini
memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan
dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainnya

seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi
perubahan arsitektur sendi dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang
akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan
pengaruh pada permukaan artikular menjadi kondisi gangguan yang progresif (Helmi,
2012). Pada studi kasus di atas, pasien Tuan MT mengalami kaku pada sendi lutut
serta pasien tidak bisa menggerakkan kaki kirinya sama sekali, pasien hanya bisa
diam di tempat tidur. Saat dicoba digerakkan oleh orang lain, kaki kiri pasien hanya
bisa bergeser ke kanan ataupun kiri, tidak dapat ditekuk dan terkadang pasien juga
merasakan gemertak ketika coba lututnya coba digerakkan.

KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan oleh Altman et al menjadi 2 golongan, yaitu OA primer

dan OA sekunder :
Osteoarthritis primer
Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui penyebabnya dan tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.7
Meski demikian, osteoartritis primer banyak dihubungkan pada penuaan. Pada
orangtua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan protein tulang
mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai degenerasi dengan mengelupas atau
membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total dari
bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-sendi. Penggunaan berulang dari sendi-

sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat membuat bantalan tulang mengalami
iritasi dan meradang, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Kehilangan
bantalan tulang ini menyebabkan gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan
keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan dari kartilago dapat juga menstimulasi
pertumbuhan-pertumbuhan tulang baru yang terbentuk di sekitar sendi-sendi.
Osteoarthritis sekunder
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi
lainnya,7,19 seperti pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan (baik
lokal maupun generalisata), kelainan tulang dan sendi, penyakit akibat deposit kalsium,
kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko
lainnya seperti obesitas, operasi yang berulangkali pada struktur-struktur sendi, dan
sebagainya.
Dapus :
1. Stanley, M & Beare, P.G. (2007). Buku

Ajar

Keperawatan

Gerontik

(Gerontological Nursing; A Health Promotion/protection Approach) Edisi 2


(Juniarti, N & Kurnianingsih, S: alih bahasa). Jakarta: EGC.
2. Sharon Lewis, et al. (2011). Medical Surgical Nursing Assesment and
Management of Clinical Problems Eight Edition. Elsevier Mosby. USA
3. Titn Marlina, Theresia., 2012. EFEKTIVITAS LATIHAN LUTUT TERHADAP
PENURUNAN

INTENSITAS

NYERI

PASIEN

OSTEOARTHRITIS

LUTUT

DI

YOGYAKARTA. Yogyakarta : Akademi Keperawatan Panti Rapih.


4. Jose M. Quintana, Inmaculada Arostegul, and A. E. (2008). Prevalence of Knee and

Hip Osteoarthritis and the Appropriateness of Joint Replacement in an Older


Population, 168(14), 15761584.

Anda mungkin juga menyukai