Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price dan

Wilson, 2013). Disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan ganguan sendi

yang tersering. Kelainan ini sering menjadi bagian dari proses penuaan dan

merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia di atas 65 tahun

(Robbins, 2007). Sendi yang paling sering terserang oleh osteoarthritis adalah

sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra

lumbal dan sevikal, dan sendi-sendi pada jari (Price dan Wilson, 2013).

Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang,

dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya

pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah

bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui

separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada

perempuan daripada laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Hal yang sama juga

ditemukan dalam penelitian Zhang Fu-qiang et al. (2009) di Fuzhou yang

menunjukkan peningkatan prevalensi lebih tinggi pada perempuan jika

dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 35,87%.

Osteoartitis disebut juga sebagai penyakit degenerative sendi yang

merupakan keadaan kronis yang menyebabkan degenerasi kartilago tulang dan

pembentukan tulang baru sebagai reaksi atas degenerasi tersebut di daerah tepi

serta daerah subkondrium sendi. Biasanya osteoarthritis menyerang sendi-sendi

yang menyangga berat tubuh atau weight bearing joint (sendi lutut, sendi kaki,

sendi paha, vertebra lumbalis) (Kowalak dkk, 2011).

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
B. Etiologi

1. Peningkatan usia, OA biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai

penderita OA yang berusia di bawah 40 tahun (Helmi, 2012). Di Indonesia,

prevalensi OA mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60

tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun (Soeroso et al., 2009). Perubahan

fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dengan

penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk

pigmen yang berwarna kuning.

2. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan

tulang berkerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya AO (Helmi,

2012). Serta obesitas menimbulkan stres mekanis abnormal, sehingga

meningkatkan frekuensi penyakit (Robbins, 2007).

3. Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012). Perkembangan OA sendi-sendi

interfalang distal tangan (nodus Heberden) lebih dominan pada perempuan.

Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan

dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Kadar estrogen yang

tinggi juga dilaporkan berkaitan dengan peningkatan resiko (Robbins,

2007). Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi

OA pada perempuan menunjukan bahwa hormon memainkan peranan aktif

dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini (Price dan Wilson,

2013). Wanita yang telah lanjut usia atau di atas 45 tahun telah mengalami

menopause sehingga terjadi penurunan estrogen. Estrogen berpengaruh

pada osteoblas dan sel endotel. Apabila terjadi penurunan estrogen maka

TGF- yang dihasilkan osteoblas dan nitric oxide (NO) yang dihasilkan sel

endotel akan menurun juga sehingga menyebabkan diferensiasi dan

maturasi osteoklas meningkat. Estrogen juga berpengaruh pada bone

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
marrow stroma cell dan sel mononuklear yang dapat menghasilkan HIL-1,

TNF-, IL-6 dan M-CSF sehingga dapat terjadi OA karena mediator

inflamasi ini. Tidak hanya itu, estrogen juga berpengaruh pada absorbsi

kalsium dan reabsorbsi kalsium di ginjal sehingga terjadi hipokalasemia.

Kedaan hipokalasemia ini menyebabkan mekanisme umpan balik sehingga

meningkatkan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid ini juga

dapat meningkatkan resobsi tulang sehingga dapat mengakibatkan OA

(Ganong, 2008).

4. Trauma, riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat

menimbulkan stres mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi

penyakit (Helmi, 2012 ; Robbins, 2007).

5. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama pada

kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang

bertanggung jawab untuk ini belum terindentifikasi meskipun pada

sebagian kasus diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan

11 (Robbins, 2007). Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi

tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami OA (Helmi, 2012).

C. Patofisiologi

Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter

dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang

menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik

(Price dan Wilson, 2013). Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada

patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan

perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan

dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta

mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan,

dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik (Robbins,

2007).

Perkembangan osteoarthritis terbagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut.

1. Fase 1

Terjadi penguraian proteolitik pada matrik kartilago. Metabolisme kondrosit

menjadi terpangaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti

metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago.

Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang akan

mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada

penipisan kartilago.

2. Fase 2

Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai

adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan

sinovia.

3. Fase 3

Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respon

inflamasi pada sinovia. Produksi makrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL

1), tumor necrosis factor-alpha (TNF), dan metalloproteinases menjadi

meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan

secara langsung memberikan dampak destruksi pada kartilago. Molekul-

molekul pro-inflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga terlibat.

Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi, dan

memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
Perubahan arsitektur sendi dan stres inflamasi memberikan pengaruh pada

permukaan artikular menjadikan kondisi gangguan yang progresif (Helmi,

2012).

Gambar. Gambaran Osteoartritis (Price dan Wilson, 2013).

Osteoartritis pernah dianggap sebagai kelainan degeneratif primer dan

kejadian natural akibat proses wear and tear pada sendi sebagai hasil dari

proses penuaan. Tetapi, temuan-temuan yang lebih baru dalam bidang

biokimia dan biomekanik telah menyanggah teoari ini. Osteoartritis adalah

sebuah proses penyakit aktif pada sendi yang dapat mengalami perubahan oleh

manipulasi mekanik dan biokimia. Terdapat efek penuaan pada komponen

sistem muskuloskeletal seperti kartilago artikular, tulang, dan jaringan yang

memungkinkan meningkatnya kejadian beberapa penyakit seperti OA (Price

dan Wilson, 2013).

Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan.

Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang

rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi

untuk menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan di dalam sendi berkat

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
adanya cairan sinovium dan sebagai penerima beban, serta meredam getar

antar tulang (Robbins, 2007). Tulang rawan yang normal bersifat avaskuler,

alimfatik, dan aneural sehingga memungkinkan menebarkan beban keseluruh

permukaan sendi. Tulang rawan matriks terdiri dari air dan gel (ground

substansi), yang biasanya memberikan proteoglikan, dan kolagen (Hassanali,

2011).

D. Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:

1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang

berhubungan dengan osteoartritis.

2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur

E. Manifestasi Klinik

1. Nyeri sendi yang bersifat pegal dan dalam akibat degenerasi kartilago,

inflamasi, dan tekanan tulang. Nyeri ini terutama timbul sesudah

melakukan aktifitas fisik, olahraga, atau pekerjaan yang bersifat

mengangkat beban weight bearing (gejala yang paling sering terdapat

biasanya akan hilang setelah pasien beristirahat)

2. Rasa kaku pada pagi hari dan sesudah melakukan latihan (yang akan

mereda setelah beristirahat)

3. Krepitasi atau bunyi berderik pada sendi selama melakuka gerakan,

bunyi ini timbul karena kerusakan kartilago.

4. Nodus Herbeden (pembesaran tulang pada ujung distal sendi

interfalangeal) akibat inflamasi berulang

5. Perubahan cara berjalan akibat kontraktur yang disebabkan oleh

kompensasi berlebihan otot yang menyangga sendi tersebut.

6. Penurunan kisaran gerak akibat rasa nyeri dan kaku

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
7. Pembesaran sendi akibat tekanan pada tulang dan gangguan pertumbuhan

tulang

8. Nyeri kepala setempat (yang dapat merupakan akibat langsung arthritis

vertebra servikalis)

(Kowalak dkk, 2011)

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang

dapat ditemukan adalah

a. Pembengkakan jaringan lunak

b. Penyempitan rongga sendi

c. Erosi sendi

d. Osteoporosis juksta artikuler

2. Tes Serologi

a. BSE Positif

b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

3. Pemeriksaan radiologi

a. Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi

b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

4. Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang

aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

G. Komplikasi

Komplikasi osteoarthritis meliputi :

1. Perubahan sendi yang irreversibel dan pembentukan nodus (nodus

akhirnya berwarna merah, membengkak dan nyeri tekan disertai patirasa

(baal) dan gangguan gerakan jari-jari tangan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
2. Sublukasi sendi

3. Penurunan kisaran gerak sendi

4. Kontraktur sendi

5. Rasa nyeri (yang pada stadium lanjut dapat menimbulkan disabilitas)

6. Kehilangan kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari

H. Penatalaksanaan

Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan

mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus

digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi

secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian bisa

digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi.

Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan yang

sistematis.

1. Konservatif

a. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:

1) Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan

adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan

sendi dan mengurangi nyeri.

2) Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti

peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3

bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.

3) Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif

untuk mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun.

Kortikosteroid efektif digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan

kurang efektif bila digunakan dalam jangka panjang. Obat ini tidak

memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan hampir

setiap orang.

4) Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan

cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat

ini menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa

dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.

b. Pendidikan kesehatan

1) Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah

memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada pasien,

keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan pasien.

Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang osteoarthritis,

patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua kompnen

program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks,

sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini, dan metode-

metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim

kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus

menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita. Badan-

badan kemasyarakatan dan dari orang- orang lain yang juga pendeita

artritis reumatoid serta keluarga mereka.

2) Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang

hebat. Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap

hari, tetapi ada masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih

berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila

beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat mudah terbangun dari

tidurnya pada malam hari karena nyeri.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
c. Terapi Fisik

Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan

fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua

sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi-

sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi

parafin dengan suhu yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan

dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan kekuatan otot akan

menurunkan kondisi disuse atrofi. Latihan fisik juga akan membantu

dalam upaya penurunan berat badan dan meningkatkan daya tahan.

2. Intervensi Bedah

Operasi umumnya direncanakan untuk pasien-pasien dengan osteoarthritis

yang terutama parah dan tidak merespons pada perawatan-perawatan

konservatif. Beberapa prosedur yang mungkin dilakukan adalah sebagai

berikut (Kowalak dkk, 2011)

a. Artoplasti, yaitu pengantian parsial atau total bagian sendi yang rusak

dengan protesis)

b. Artodesis, yaitu penyatuan tulang, terutama tulang-tulang vertebra

(laminektomi)

c. Osteoplasti, yaitu pengerokan dan pencucian tulang yang rusak dari

dalam sendi

d. Osteotomi, yaitu pengubahan alignment tulang untuk mengurangi

tekanan dengan melakukan eksisi pada tulang atau memotong tulang

tersebut

Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak

dapat menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan

dengan mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis. Pembersihan

sambungan (debridemen) dapat dilakukan dengan mengangkat serpihan

tulang rawan yang rusak yang mengganggu pergerakan dan menyebabkan

nyeri saat pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti

tidak dipilih pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan

remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidak menerima

beban saat melakukan pergerakan.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

2. Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa

kaku.
4. Pola fungsi Gordon

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan

yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.

b. Nutrisi/metabolic

Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan,

dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.

c. Pola eliminasi

Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK

dan warna

d. Pola aktivitas dan latihan

Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri,

dibantu atau menggunakan alat

e. Pola tidur dan istirahat

Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji

penyebabnya

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
f. Pola kognitif-perseptual

Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas

nyerinya seperti apa), Region (di daerah mana yang nyeri), Scala

(skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).

g. Pola persepsi diri

Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas

diri, gambaran diri.

h. Pola seksual dan reproduksi

kaji manupouse, kaji aktivitas seksual

5. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai

adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:

a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.

b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan

c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar

limfe aksila.

d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,

skleromalasia perforans, katarak, anemia dan tanda- tanda

hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar

e. Mulut: (Kering, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak

menyeababkan iritasi.

f. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.

g. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi

katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis,

nodul infark, sindroma caplan)

h. Abdomen: adanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
i. Panggul dan lutut: tungkai bawah adanya ulkus, pembengkakan betis

(kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan

tanda- tanda kompresi medula spinalis.

j. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan

kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar

patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan

kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior.

k. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk

menentukan adanya darah.

6. Fungsional klien

a. Indeks Barthel yang dimodifikasi

Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam

meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan,

berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di

jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defikasi dan

berkemih. Cara penilaian:


NO KRITERIA BANTUAN MANDIRI

1 Makan 5 10

2 Minum 5 10

3 Berpindah dari kursi roda ketempat tidur/sebaliknya 5-10 15

4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, menggosok gigi) 0 5

5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, 5 10


menyiram)
6 Mandi 5 15

7 Jalan di permukaan datar 0 5

8 Naik turun tangga 5 10

9 Menggunakan pakaian 5 10

10 Kontrol bowel (BAB) 5 10

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10

Total skor

Cara penilaian:

< 60 : ketergantungan penuh/total

65-105 : ketergantungan sebagian

110: mandiri

b. Indeks Katz

Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas

kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau

bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah,

ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan

disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat

bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah

satukeuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur

perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi

dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:

Termasuk kategori manakah klien?

A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan

pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi

B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas


C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain

D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas

E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi

yang lain

F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu


fungsi yang lain

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas

Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari

orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi

dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

c. Status mental dan kognitif gerontik

1) Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)

Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual.

Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi,

riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan

perawatan diri, memori jangka panjang dan kemampuan matematis atau

perhitungan (Pfeiffer, 2002).

NO PERTANYAAN BENAR SALAH

1 Tanggal berapa hari ini

2 Hari apa sekarang

3 Apa nama tempat ini

4 Alamat anda?

5 Berapa umur anda?

6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)

7 Siapa presiden indonesia sekarang?

8 Siapa presiden ndonesia sebelumnya?

9 Siapa nama ibu anda?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,


semua secara menurun
Jumlah

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
Interpretasi hasil :
1) Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4) Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

2) Mini Mental Status Exam (MMSE)

Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi

mental: orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali

dan bahasa. Nilai kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau kurang

biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan

penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit

untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat

digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena pemeriksaan MMSE

mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan

perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan. Ini merupakan

suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang

berhubungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif

bdigunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang

mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati. Depresi adalah umum

pada lansia dan sering dihubungkan dengan kacau mental dan

disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah artikan

dengan dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas

membedakan antara depresi dengan demensia, sehingga pengkajian

afektif adalah alat tambahan yang penting.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut/kronis

2. Gangguan Mobilitas Fisik

3. Defisit perawatan diri

4. Resiko trauma

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut/kronis NOC NIC a. Membantu mengevalusi
Definisi : a. Kontrol Nyeri Pain Management derajat ketidaknyamanan dan
Pengalaman b. Tingkat Nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri terjadinya komplikasi
sensorik atau secara komprehensif termasuk b. Respon non verbal membantu
emosional yang Setelah diberikan asuhan lokasi, karakteristik, durasi, mengevaluasi derajat nyeri
berkaitan dengan keperawatan selama 2x24 frekuensi, kualitas dan faktor dan perubahannya.
kerusakan jam diharapkan nyeri presipitasi c. Mengetahui faktor penyebab
jaringan actual berkurang/terkontrol dengan b. Observasi reaksi nonverbal nyeri yang menyebabkan
atau fungsional, kriteria hasil : dari ketidaknyamanan ketidakmampuan pada masa
dengan onset a. Mampu mengontrol c. Evaluasi pengalaman nyeri lampau
mendadak atau nyeri (tahu penyebab masa lampau yang meliputi d. Dengan mengurangi faktor
lambat dan nyeri, mampu nyeri kronik indvidu atau pemicu nyeri diharapkan
berinstensitas menggunakan tehnik keluarga atau nyeri yang terjadi kenyamanan pasien
ringan hingga nonfarmakologi untuk menyebabkan e. Membantu pasien untuk
berat yang mengurangi nyeri, disability/ketidakmampuan istirahat lebih efektif
berlangsung mencari bantuan) d. Kurangi faktor presipitasi f. Menentukan intervensi yang
kurang dari 3 b. Melaporkan bahwa nyeri nyeri (misalnya ketakutan, tepat sesuai dengan tipe dan
bulan atau lebih berkurang dengan kelelahan, keadaan monoton, sumber nyeri
dari 3 bulan menggunakan dan kurang pengetahuan) g. Untuk mengurangi atau
manajemen nyeri e. Pilih dan lakukan penanganan mengalihkan perhatian pasien
c. Mampu mengenali nyeri nyeri (farmakologi, non dari rasa nyeri

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
(skala, intensitas, farmakologi dan inter h. Menurunkan nyeri dan
frekuensi dan tanda personal) meningkatkan kenyamanan
nyeri) f. Kaji tipe dan sumber nyeri
d. Menyatakan rasa untuk menentukan intervensi
nyaman setelah nyeri g. Ajarkan tentang teknik non
berkurang farmakologi
e. Tanda vital dalam h. Berikan analgetik untuk
rentang normal mengurangi nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap pengalaman
nyeri
k. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

a. Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
e. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
f. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)

2. Gangguan NOC NIC a. Untuk menentukan intervensi


mobilitas fisik a. Ambulasi yang akan diberikan
Exercise therapy : ambulation
b. Pergerakan
Definisi : a. Monitoring vital sign b. Mengidentifikasi kemampuan
klien dalam mobilisasi
Keterbatasan Setelah diberikan asuhan sebelum/sesudah latihan dan
dalam gerakan keperawatan selama 2x24 lihat respon pasien saat latihan c. Membantu klien memenuhi
fisik dari satu atau jam, diharapkan gangguan b. Kaji kemampuan pasien dalam kebutuhan ADLs bertahap
lebih ekstremitas mobilisasi fisik dapat diatasi mobilisasi d. Meningkatkan kepercayaan
secara mandiri dengan kriteria : diri dan mengurangi
c. Latih pasien dalam
a. Klien meningkat dalam kecemasan
pemenuhan kebutuhan ADLs
aktivitas fisik
secara mandiri sesuai e. Memudahkan klien
b. Mengerti tujuan dari

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
peningkatan mobilitas kemampuan beraktivitas
c. Memverbalisasikan d. Dampingi dan bantu pasien f. Melatih otot-otot badan klien
perasaan dalam saat mobilisasi dan bantu g. Mencegah dekubitus
meningkatkan kekuatan penuhi kebutuhan ADLs ps.
dan kemampuan
berpindah e. Berikan alat bantu jika klien
d. Memperagakan memerlukan
penggunaan alat Bantu f. Bantu klien melakukan latihan
untuk mobilisasi ROM
(walker)
g. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3 Defisit perawatan NOC NIC
diri a. Perawatan Diri : Self Care assistance : ADLs a. Menilai kemampuan pasien
Kebersihan a. Monitor kemampuan klien dalam melakukan perawatan
Definisi : Tidak b. Penampilan mekanika untuk perawatan diri yang diri secara mandiri
mampu tubuh mandiri. b. Menilai kebutuhan klien yang
melakukan atau b. Monitor kebutuhan klien dibutuhkan untuk kebersihan
menyelesaikan Setelah diberikan asuhan untuk alat-alat bantu untuk diri
aktivitas keperawatan selama 2x24 kebersihan diri, berpakaian, c. Meningkatkan perasaan klien
perawatan diri jam, klien mampu merawat berhias, toileting dan makan. d. Membantu pasien mencapai
diri dengan kriteria hasil : c. Sediakan bantuan sampai klien tingkat fungsional tertinggi
a. Klien terbebas dari bau mampu secara utuh untuk sesuai kemampuannya
badan melakukan self-care. e. Meningkatkan koping pasien

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
b. Menyatakan d. Dorong klien untuk f. Melatih kemampuan klien
kenyamanan terhadap melakukan aktivitas sehari- yang bisa dilakukan secara
kemampuan untuk hari yang normal sesuai mandiri
melakukan ADLs kemampuan yang dimiliki.
c. Dapat melakukan ADLS e. Dorong untuk melakukan
dengan bantuan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
f. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
.
4. Resiko cedera NOC NIC a. Mencegah terjadinya risiko
a. Keparahan cedera fisik Environmental Management cidera
Definisi : b. Kejadian jatuh safety b. Menentukan kebutuhan pasien
Berisiko Setelah diberikan asuhan a. Sediakan lingkungan yang terhadap keamanan dan
mengalami keperawatan selama 2x24 aman untuk pasien menentukan intervensi yang
bahaya atau jam, diharapkan klien b. Identifikasi kebutuhan tepat
kerusakan fisik tidak/terhindar dari resiko keamanan pasien, sesuai c. Mencegah risiko cidera
yang trauma dengan criteria: dengan kondisi fisik dan d. Mencegah pasien mengalami
menyebabkan fungsi kognitif pasien dan risiko cidera
seseorang tidak a. Klien terbebas dari riwayat penyakit terdahulu e. Meningkatkan kenyamanan
lagi sepenuhnya cedera pasien pada pasien
sehat atau dalam b. Klien mampu c. Menghindarkan lingkungan f. Memudahkan pasien
kondisi baik menjelaskan faktor yang berbahaya (misalnya menjangkau peralatan yang
resiko dari

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
lingkungan/perilaku memindahkan perabotan) dibutuhkan
personal d. Memasang side rail tempat g. Membantu pasien dalam
c. Mampu memodifikasi tidur penglihatan sehingga risiko
gaya hidup untuk e. Menyediakan tempat tidur cidera dapat diminimalisir
mencegah injuri yang nyaman dan bersih h. Meningkatkan kebutuhan
f. Menempatkan saklar lampu istirahat klien
ditempat yang mudah i. Meminimalisir resiko cedera
dijangkau pasien.
g. Memberikan penerangan yang
cukup
h. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
i. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
j. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., et.al. 2015. Nursing interventions classification (NIC).

United States of America: Elsevier.

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa

oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC

Moorhead, S., et.al. 2015. Nursing outcomes classification (NOC). United

States of America: Elsevier

Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Jilid 1.

Salemba Medika: Jakarta

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Price, S.A dan Wilson. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta : EGC

Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: EGC

Soeroso S, et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIII


Samranah, S.Kep (70900117012)

Anda mungkin juga menyukai