TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoartritis
2.1.1 Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Dalam Perhimpunan Reumatologi
sendi degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan
kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua. Osteoarthritis (OA) adalah suatu
kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan progresif biasanya didapati pada usia
pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang
terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress
Rheumatology, 2012).
umum terjadi terutama pada orang-orang dengan usia lanjut. Penyakit ini juga
disebut sebagai penyakit sendi degeneratif yang menyerang kartilago, yaitu suatu
jaringan keras tapi licin yang menyelimuti bagian ujung tulang yang akan
membentuk persendian. Fungsi dari kartilago itu sendiri adalah untuk melindungi
5
6
ujung tulang agar tidak saling bergesekan ketika bergerak. Pada osteoarthritis,
bengkak, dan terjadi kekakuan sendi. Semakin lama hal ini akan menyebabkan
artikularis yang di sertai dengan pertumbuhan kartilago dan tulang pada pinggir
derajat sedang, dan fibrosis kapsular. Selain itu, Apley menyebutkan bahwa istilah
sesuai dengan bertambahnya usia, namun tidak berarti bahwa osteoarthritis hanya
2.1.2 Etiologi
penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik,
7
prevalensi OA mencapai 5%pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun,
2. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang
berkerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya AO (Helmi, 2012). Serta
dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Kadar estrogen yang tinggi
5. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama pada
kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang
2007). Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih
2.1.4 Epidemiologi
sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia 18 tahun keatas. Data tahun 2007 hingga
2009 prevalensi naik sekitar 1 dari 5 atau 50 juta jiwa yang didiagnosis dokter
dari semua kelompok usia yaitu 2,95 tiap 1000 populasi dibanding 1,71 tiap 1000
dan 8.145 jiwa yang menderita osteoartritis lutut (Fransen et. al, 2011).
9
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara
tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau
yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu
penyakit degeneratif seperti asam urat, rematik/radang sendi, darah tinggi, darah
rendah, dan diabetes (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
Gejala OA lutut lebih tinggi terjadi pada wanita dibanding pada laki-laki
yaitu13% pada wanita dan 10% pada laki-laki. Murphy, et.al mengestimasikan
risiko perkembangan OA lutut sekitar 40% pada laki-laki dan 47% pada wanita.
Oliveria melaporkan rata-rata insiden OA panggul, lutut dan tangan sekitar 88,
240, 100/100.000 disetiap tahunnya. Insiden tersebut akan meningkat pada usia
50 tahun keatas dan menurun pada usia 70 tahun (Zhang and Jordan, 2010).
memiliki gejala osteoartritis pada tangan dengan rata-rata laki-laki 3,8% dan
diperkirakan sebanyak 9,3 juta (4,9%) dan OA pada panggul sebanyak 6,7%.
pada lutut dan panggul 43,3% pasien mengeluhkan rasa nyeri dan kekakuan
10
pada sendi. Hal ini disebabkan penebalan pada kapsul sendi dan perubahan
2.1.5 Patogenesis
dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang
setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman.
rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit.
Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
1. Fase 1
2. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai
3. Fase 3
pada sinovia. Produksi makrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL 1), tumor
ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan
nitric oxide (NO) juga terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan
(Helmi, 2012).
kejadian natural akibat proses ”wear and tear” pada sendi sebagai hasil dari
proses penuaan. Tetapi, temuan-temuan yang lebih baru dalam bidang biokimia
dan biomekanik telah menyanggah teori ini. Osteoartritis adalah sebuah proses
penyakit aktif pada sendi yang dapat mengalami perubahan oleh manipulasi
melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan (Price dan
12
Wilson, 2013).
Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada
tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi
untuk menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan di dalam sendi berkat adanya
cairan sinovium dan sebagai penerima beban, serta meredam getar antar tulang
(Robbins, 2007). Tulang rawan yang normal bersifat avaskuler, alimfatik, dan
Tulang rawan matriks terdiri dari air dan gel (ground substansi), yang biasanya
2.1.6 Klasifikasi
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya
perubahan degeneratif yang terjadi pada sendi yang sudah mengalami deformitas,
atau degenerasi sendi yang terjadi dalam konteks metabolik tertentu (Robbins,
2007). Selain dari jenis osteoarthritis yang lazim, ada beberapa varian lain. OA
atau beberapa sendi. Osteoarthritis jenis ini teruatama di temukan pada wanita
kulit putih, usia pertengahan dan umumnya bersifat poli-artikuler dengan nyeri
yang akut di sertai rasa panas pada bagian distal interfalangeal yang selanjutnya
permukaan sendi.
kristal atau setelah suatu inflamasi sendi, misalnya artritis rheumatoid atau
1. Nyeri: Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri
terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa
2. Kekakuan sendi: kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari
ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
3. Krepitasi: sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi
rawan.
(Davey,2006).
2.1.8 Diagnosis
gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan radiologis.
keluhan pasien meliputi nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang
membawa pasien ke dokter, hambatan gerakan sendi, kaku pagi yang timbul
setelah imobilitas, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan (Soeroso et al.,
2006).
terutama setelah terjadi reaksi radang (sinoritis) nyeri akan terasa saat istirahat.
efek pada jaringan ikat dan kekuatan penunjang sendi. Bila akut dapat ditemukan
dolor (terasa nyeri), dan fuctio laesa (gangguan fungsi) yang jelas (Paranatha,
2012).
Rheumatology yaitu adanya nyeri pada lutut dan pada foto rontgen ditemukan
adanya gambaran osteofit serta sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun,
kaku sendi pada pagi hari < 30 menit dan adanya krepitasi. Nyeri pada sendi
dokter. Nyeri biasanya bertambah berat dengan gerakan dan berkurang dengan
biasanya mengenai sendi – sendi penyangga tubuh seperti di pada lutut. Pada
pemeriksaan fisik, pada pasien OA ditemukan adanya gerak sendi baik secara
16
aktif maupun pasif. Selain itu biasanya terdengar adanya krepitasi yang semakin
jelas dengan bertambah beratnya penyakit. Gejala ini disebabkan karena adanya
pergesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara
masih berada pada derajat awal dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik. Selain
asimetris (Soeroso et al., 2006). Nyeri tekan tulang, dan tak teraba hangat pada
diakses serta lebih aman dibanding sinar-X, CT-scan atau MRI (Amoako and
Pujalte, 2014).
1. Radiologi
Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena osteoartritis, seperti
panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang belakang
c. Badan yang longgar: badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya kartilago
dengan osteofit.
a. Lutut:
paling dini.
b. Tulang belakang:
c. Panggul:
asetabular.
berat.
d. Tangan:
2.1.10 Penatalaksanaan
rehabilitasi.
a. Terapi konservatif
berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan
b. Fisioterapi
friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot,
elektroterapi.
c. Pertolongan ortopedi
bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk
mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al, 2010).
d. Farmakoterapi
1) Analgesik/anti-inflammatory agents.
kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak
penyakit sendi adalah 2x250- 375mg sehari. Bila perlu diberikan 2x500mg
sehari.
2) Glucocorticoids
3) Asam hialuronat
4) Kondroitin sulfat
e. Pembedahan
tahun 2014 terdapat 487 pasien yang mengalami osteoarthritis lutut primer
osteoarthritis lutut primer di lihat dari usia, jenis kelamin dan keluhan utama di
gunakan 487 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi untuk mengetahui
karakteristik pasien di lihat dari usia, jenis kelamin dan keluhan utama.
banyak adalah pada usia 56-65 dengan jumlah pasien 222 atau setara dengan
primer paling banyak yaitu pada usia jenis kelamin perempuan dengan jumlah
21
pasien 402 atau dengan setara 82,54%, berdasarkan kelompok keluhan utama
dengan kejadian osteoarthritis lutut primer paling banyak yaiutu dengan keluhatan
utama nyeri lutut dengan jumlah pasien 106 atau dengan setara 53,26%.
Hasil penelitian Wan Amin Hasiibi (2014) Hasil dan simpulan penelitian
ini adalah prevalensi OA lutut pada usia > 50 tahun di Desa Susut bulan April
OA lutut lebih banyak dialami oleh kelompok usia 50-70 tahun (61.2%), berjenis
lutut lebih banyak terjadi pada responden dengan IMT kurus-normal (59.2%),
sebagai berikut.
Usia
Proses Penuaan
Penurunan Absorbsi
Kalsium
Osteoarthritis
Deformitas Sendi
Sulit Bergerak
Penuruan
Kekuatan
Kerusakan Mobilitas Fisik Aktivitas dan
Nyeri
Gambar 2.1
Kerangka Teori