KELOMPOK 4
MAKASSAR
2021
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan
salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi
(Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo”
yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti inflamasi,
walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu mencolok seperti yang
ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al., 2013). OA juga dikenal
sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis, yang
merupakan suatu kelompok abnormalitas mekanik yang melibatkan degradasi/
kerusakan dari sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral (Di Cesare,et
al., 2009).
2. Etiologi
1) Penuaan/umur
3) Genetik/keturunan
4) Faktor mekanis
5) Faktor kimiawi
Penyebab Lain
1) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
2) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
3. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Kondrosit merupakan sel yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Saat terjadi
stress biomekanik tertentu akan terjadi pengeluaran enzim lisosom dan
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sintesis
proteoglikan dan kolagen akan meningkat tajam namun substansi ini juga
dihancurkan dengan kecepatan tinggi, sehingga pembentukan tidak seimbang
dengan kebutuhan.
Terjadilah perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah
biomekanika kartilago. Rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya, menjadi
lebih lunak dan mempersempit rongga sendi dan menimbulkan rasa nyeri.
Perubahan-perubahan degeneratif yang disebabkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki krepitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus.
Saat terjadi erosi kartilago, terjadi juga pembentukan tulang baru (osteofit)
yang juga menimbulkan perubahan kontur tulang dan pembesaran tulang (Kowalak,
Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013).
4. Manifestasi Klinik
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis. Disebabkan oleh adanya
inflamasi sinovial, peregangan kapsula dan ligamen, iritasi/tekanan pada ujung-
ujung saraf dan spasme otot. Nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan
suatu kegiatan fisik, bergerak atau menanggung beban dan akan hilang apabila
penderita beristirahat.
b. Kekakuan sendi terutama di pagi hari dan sesudah melakukan latihan
c. Keterbatasan gerak akibat rasa nyeri dan kekakuan sendi
d. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Bisa juga
terjadi karena adanya tekanan pada tulang dan gangguan pertumbuhan tulang.
e. Krepitasi atau bunyi berderik pada sendi selama melakukan gerakan. Bunyi ini
timbul akibat kerusakan kartilago.
f. Nodus Herbeden (pembesaran tulang pada ujung distal sendi interfalangeal)
g. Perubahan cara berjalan akibat kontraktur yang disebabkan oleh kompensasi
berlebihan otot yang menyangga sendi tersebut.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012)
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Purwanto (2016) dan Nurarif (2015) penatalaksanaan medis pada
osteoarthritis meliputi terapi farmakologi yaitu obat Analgesik Anti Inflamasi Non
Steroid (AINS) bila nyeri muncul. Terapi pembedahan yang diberikan apabila
terapi farmakologi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk
melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas
sehari-hari.
b. Penatalaksanaan non medis
Penatalaksanaan non medis pada penderita osteoarthritis meliputi tindakan
preventif berupa pencegahan cedera dan pendekatan ergonomic untuk
memodifikasi stress akibat kerja. Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan
diantaranya edukasi atau penjelasan kepada penderita agar dapat mengetahui serta
memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakit tidak
bertambah parah. Terapi lain yang juga sangat penting adalah terapi fisik atau
rehabilitasi. Terapi ini dilakukan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit. Salah satu
terapi yang dimaksud adalah latihan Range Of Motion (ROM) yang dapat
dilakukan perawat kepada penderita.
Terapi konservatif meliputi kompres hangat, mengistirahatkan sendi,
pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
Penurunan berat badan juga termasuk dalam penatalaksanaan osteoarthritis. Berat
badan juga harus dijaga agar tidak berlebih karena berat badan berlebih
merupakan factor yang memperberat osteoarthritis. (Purwanto, 2016).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Mengetahui nama klien, umur yang memberikan petunjuk mengenai factor
predisposisi penyakit. Osteoarthritis sering muncul pada usia lanjut, dan hampir
tak pernah pada anak-anak. Osteoarthritis jarang dijumpai pada usia dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Selain itu mengetahui alamat dan
pekerjaan yang menentukan tingkat social, ekonomi dan tingkat kebersihan
lingkungan (Debora, 2012).
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama klien dengan osteoarthritis adalah nyeri pada sendi. Pada
riwayat kesehatan sekarang, pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat
bergerak dan merasa kaku pada persendian.
Riwayat kesehatan dahulu biasanya klien pernah menderita penyakit
akromegali dan inflamasi pada sendi seperti artropati.
Riwayat penyakit keluarga biasanya didapatkan data adanya keluarga yang
menderita osteoarthritis. Penyakit osteoarthritis bias terjadi karena factor
genetic. Jika anggota keluarga mengalami penyakit ini maka akan ada
kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjutnya.
c. Pola aktivitas & istirahat
Klien dengan osteoarthritis akan mengalami keterbatasan rentang gerak.
Kesulitan untuk tidur karena adanya nyeri, sering kesemutan pada tangan dan kaki
serta hilangnya sensasi pada jari kaki dan tangan. Pada fase kronis dapat terjadi
kekakuan dan kesulitan dalam menangani tugas pemeliharaan rumah tangga
(Purwanto, 2016).
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan osteoarthritis yaitu adanya keluhan nyeri
sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong klien mencari pertolongan
(meski mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Deformitas sendi terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki
secara perlahan membesar. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak,
serta hambatan gerak sendi biasanya semakin bertambah berat.
Pada pemeriksaan musculoskeletal, periksa kondisi sendi, tanda-tanda radang
dan deformitas, periksa apakah ada atrofi, hipertrofi, atau hipertrofi otot. Kaji
adanya keterbatasan gerak. Periksa kemampuan ekstensi dan fleksi pada jari.
Arthritis ditandai dengan adanya keterbatasan gerak pada jari.
2. Diagnose keperawatan
Masalah yang lazim muncul pada osteoarthritis
a. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
3. Intervensi Keperawatan
Arya, RK & Jain, V. 2013. Osteoarthritis Of The Knee Joint: An Overview, Journal, Indian
Academy Of Clinical Medicine.
Debora, O (2012). Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.
Helmi, Zairin Noor. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif & Kusuma. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &
NANDA NIC- NOC. Jilid 2. Jogjakarta: Mediaaction.
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &
NANDA NIC- NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaaction.
Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks
Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit.
Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC
Purwanto, Hadi. 2016. Modul Ajar Cetak Keperawatan Medical Bedah II. Jakarta: Badan
PPSDM Kesehatan KEMENKES RI.
Smeltzer, S. C, & Bare, B. G,. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Volume 2, Edisi 8. Jakarta: EGC
Tseng S, Reddi AH, Di Cesare PE, Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP): A
Biomarker Of Arthritis. Biomark Insights. 2009.