Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTHRITIS

KELOMPOK 4

1. SRI YULITA (22006042)


2. SWINDA SUDIRMAN (22006078)
3. MUBIARTI S (22006072)
4. SRI HARDIYANTI (22006041)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MAKASSAR

2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Osteoartritis

1. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan
salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi
(Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo”
yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti inflamasi,
walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu mencolok seperti yang
ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al., 2013). OA juga dikenal
sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis, yang
merupakan suatu kelompok abnormalitas mekanik yang melibatkan degradasi/
kerusakan dari sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral (Di Cesare,et
al., 2009).

Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit


degeneratif sendi) adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan
yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi (Wikipedia, 2020).

Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago (tulang


rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan sendi yang
terkena. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain,
sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri pembatasan gerak pada sendi. (Helmi, 2016).

2. Etiologi

Berdasarkan penyebab, OA dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Osteoartritis Primer (Idiopatik)

1) Penuaan/umur

Proses penuaan ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam fungsi


kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang
mengarah pada perkembangan OA.
2) Faktor metabolik/faktor endokrin

Misalnya pada klien dengan gangguan endokrin seperti hiperparatiroid.


Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi OA pada
wanita menunjukkan bahwa hormon punya peranan penting dalam
progesivitas OA.

3) Genetik/keturunan

Terjadi karena penurunan sintesi kolagen. Bisa juga karena adanya


kelainan genetik dan perkembangan seperti dysplasia epifisial, dysplasia
acetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan
slipped epiphysis.

Wanita pasca menopause dalam keluarga yang sama ternyata memiliki


tipe OA pada tangan yang ditandai dengan rimbulnya nodus pada sendi
interfalang distal dan sendi interfalang proksimal tangan (Nodus Herbeden).

4) Faktor mekanis

Terjadi karena penekanan yang berulang pada sendi. faktor ini


menyebabkan erosi kartilago sendi sehingga tulang yang ada dibawahnya
tidak terlindungi.

5) Faktor kimiawi

Terjadi karena stimulasi obat-obatan yang mengstimulasi enzim yang


mencerna kolagen dalam membran sinovial seperti preparat steroid.
(Paramitha, 2011; Price&Wilson, 2013; Kowalak, Welsh&mayer, 2012;
Smeltzer&Bare, 2002).
b. Osteoartritis Sekunder
1) Trauma (penyebab paling sering)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut, terutama terjadi akibat fraktur, post menisektomi, tungkai bawah
yang tidak sama panjang, hipermobilitas dan instabilitas sendi, tidak sejajar
permukaan sendi.
2) Deformitas kongenital
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan
sendi akan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
3) Obesitas/kegemuka
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan. (Paramitha, 2011; Price & Wilson, 2013; Kowalak, Welsh &
mayer, 2012; Smeltzer & Bare, 2002).

Penyebab Lain
1) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
2) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

3. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Kondrosit merupakan sel yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Saat terjadi
stress biomekanik tertentu akan terjadi pengeluaran enzim lisosom dan
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sintesis
proteoglikan dan kolagen akan meningkat tajam namun substansi ini juga
dihancurkan dengan kecepatan tinggi, sehingga pembentukan tidak seimbang
dengan kebutuhan.
Terjadilah perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah
biomekanika kartilago. Rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya, menjadi
lebih lunak dan mempersempit rongga sendi dan menimbulkan rasa nyeri.
Perubahan-perubahan degeneratif yang disebabkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki krepitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus.
Saat terjadi erosi kartilago, terjadi juga pembentukan tulang baru (osteofit)
yang juga menimbulkan perubahan kontur tulang dan pembesaran tulang (Kowalak,
Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013).
4. Manifestasi Klinik
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis. Disebabkan oleh adanya
inflamasi sinovial, peregangan kapsula dan ligamen, iritasi/tekanan pada ujung-
ujung saraf dan spasme otot. Nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan
suatu kegiatan fisik, bergerak atau menanggung beban dan akan hilang apabila
penderita beristirahat.
b. Kekakuan sendi terutama di pagi hari dan sesudah melakukan latihan
c. Keterbatasan gerak akibat rasa nyeri dan kekakuan sendi
d. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Bisa juga
terjadi karena adanya tekanan pada tulang dan gangguan pertumbuhan tulang.
e. Krepitasi atau bunyi berderik pada sendi selama melakukan gerakan. Bunyi ini
timbul akibat kerusakan kartilago.
f. Nodus Herbeden (pembesaran tulang pada ujung distal sendi interfalangeal)
g. Perubahan cara berjalan akibat kontraktur yang disebabkan oleh kompensasi
berlebihan otot yang menyangga sendi tersebut.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012)
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Purwanto (2016) dan Nurarif (2015) penatalaksanaan medis pada
osteoarthritis meliputi terapi farmakologi yaitu obat Analgesik Anti Inflamasi Non
Steroid (AINS) bila nyeri muncul. Terapi pembedahan yang diberikan apabila
terapi farmakologi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk
melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas
sehari-hari.
b. Penatalaksanaan non medis
Penatalaksanaan non medis pada penderita osteoarthritis meliputi tindakan
preventif berupa pencegahan cedera dan pendekatan ergonomic untuk
memodifikasi stress akibat kerja. Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan
diantaranya edukasi atau penjelasan kepada penderita agar dapat mengetahui serta
memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakit tidak
bertambah parah. Terapi lain yang juga sangat penting adalah terapi fisik atau
rehabilitasi. Terapi ini dilakukan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit. Salah satu
terapi yang dimaksud adalah latihan Range Of Motion (ROM) yang dapat
dilakukan perawat kepada penderita.
Terapi konservatif meliputi kompres hangat, mengistirahatkan sendi,
pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
Penurunan berat badan juga termasuk dalam penatalaksanaan osteoarthritis. Berat
badan juga harus dijaga agar tidak berlebih karena berat badan berlebih
merupakan factor yang memperberat osteoarthritis. (Purwanto, 2016).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Mengetahui nama klien, umur yang memberikan petunjuk mengenai factor
predisposisi penyakit. Osteoarthritis sering muncul pada usia lanjut, dan hampir
tak pernah pada anak-anak. Osteoarthritis jarang dijumpai pada usia dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Selain itu mengetahui alamat dan
pekerjaan yang menentukan tingkat social, ekonomi dan tingkat kebersihan
lingkungan (Debora, 2012).
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama klien dengan osteoarthritis adalah nyeri pada sendi. Pada
riwayat kesehatan sekarang, pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat
bergerak dan merasa kaku pada persendian.
 Riwayat kesehatan dahulu biasanya klien pernah menderita penyakit
akromegali dan inflamasi pada sendi seperti artropati.
 Riwayat penyakit keluarga biasanya didapatkan data adanya keluarga yang
menderita osteoarthritis. Penyakit osteoarthritis bias terjadi karena factor
genetic. Jika anggota keluarga mengalami penyakit ini maka akan ada
kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjutnya.
c. Pola aktivitas & istirahat
Klien dengan osteoarthritis akan mengalami keterbatasan rentang gerak.
Kesulitan untuk tidur karena adanya nyeri, sering kesemutan pada tangan dan kaki
serta hilangnya sensasi pada jari kaki dan tangan. Pada fase kronis dapat terjadi
kekakuan dan kesulitan dalam menangani tugas pemeliharaan rumah tangga
(Purwanto, 2016).
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan osteoarthritis yaitu adanya keluhan nyeri
sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong klien mencari pertolongan
(meski mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Deformitas sendi terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki
secara perlahan membesar. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak,
serta hambatan gerak sendi biasanya semakin bertambah berat.
Pada pemeriksaan musculoskeletal, periksa kondisi sendi, tanda-tanda radang
dan deformitas, periksa apakah ada atrofi, hipertrofi, atau hipertrofi otot. Kaji
adanya keterbatasan gerak. Periksa kemampuan ekstensi dan fleksi pada jari.
Arthritis ditandai dengan adanya keterbatasan gerak pada jari.

2. Diagnose keperawatan
Masalah yang lazim muncul pada osteoarthritis
a. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri kronis berhubunganSetelah diberikan tindakan selama 3 xNIC Label
dengan ketunadayaan 24 jam diharapkan nyeri klienPain Management
1. Lakukan 1. Untuk mendapatkan data
fisik kronis ditandai berkurang dengan kriteria hasil:
pengkajian nyeri: yang akurat tentang nyeri
dengan klien mengeluhNOC Label
P: provokatif dan yang dirasakan klien
nyeri dan bengkak pada  Pain Level
paliatif Q:quality
seluruh sendi, tampak
1. Klien melaporkan rasa nyeri dan quantity R:
bengkak hampir di
berkurang region dan radiasi
seluruh persendian
2. Klien tidak mengerang atau S: severity
menangis karena rasa T: time
sakitnya. 2. Gunakan komunikasi
2. Untuk lebih
terapeutik agar klien
memudahkan dalam
 Pain Control mengatakan pengalaman
mengkaji rasa nyeri
nyeri
1. Klien dapat mengenal nyeri klien.
yang dialaminya. 3. Ajarkan klien cara
3. Memandirikan klien
2. Klien mengetahui faktor mengurangi nyeri dengan
dalam usaha mengurangi
penyebab nyeri terapi nonfarmakologi
rasa nyeri yang
3. Klien dapat melaporkan (teknik relaksasi nafas dalam
dialaminya
keluhannya ketika tidak dan terapi spesifik dalam
dapat mengontrol nyeri. mengurangi nyeri sendi
4. Klien melaporkan faktor- akibat arthritis)
faktor yang dapat membantu 4. Analgesik dapat diberikan
mengurangi rasa nyerinya 4. Berikan analgesik untuk jika nyeri tidak dapat
5. Klien melaporkan perubahan mengurangi nyeri klien.
gejala dikontrol.
Nyeri
5. Observasi reaksi non verbal 5. Untuk mengobserasi
dan ketidaknyamanan tingkat nyeri klien
2 Hambatan mobilitas fisikSetelah diberikan tindakan selama 3 xExercise Therapy: Joint Mobility
berhubungan dengan kaku 24 jam diharapkan klien mampu
1. Tentukan keterbatasan gerak 1. Memudahkan perawat
sendi ditandai klien menggerakkan sendi dengan kriteria sendi klien dan akibat yang dalam menentukan jenis
mengeluh seluruh hasil: ditimbulkan. latihan yang akan
sendinya terasa sulitNOC Label diberikan pada klien
digerakkan, tampak 2. Kurangnya motivasi dari
2. Tentukan seberapa
bengkak hampir di  Mobility besar motivasi/kemungkinan klien akan membuat proses
seluruh persendian. klien untuk memelihara atau latihan menjadi tidak
1. Koordinasi tubuh baik (3)
2. Gaya berjalan baik (3) memperbaiki optimal atau hasil yang
3. Gerakan otot normal (3) pergerakan sendinya. diharapkan dari latihan
4. Gerakan sendi normal (3) tidak maksimal
5. Gaya berjalan baik (3) 3. Bantu klien mengatur posisi 3. Latihan dapat dilakukan
6. Gerakan otot normal (3) tubuh yang optimal baik untuk
secara optimal dengan
7. Gerakan sendi normal (3) gerakan sendi yang pasif
maupun yang aktif posisi tubuh yang baik dan
benar
 Body Mechanics Performance
4. Lakukan latihan pasif 4. Membantu klien dalam
1. Dapat menggunakan alat (PROM) atau aktif (AROM), mobilisasi dan mencegah
bantu dengan baik (4) bila diindikasikan. kekakuan sendi lebih
2. Menjaga kekuatan otot (4) lanjut/komplikasi
2. Menjaga fleksibilitas sendi 5. Ajarkan klien/keluarga
5. Memandirikan klien dan
(4) bagaimana melakukan ROM
pasif/ROM aktif keluarga. Dukungan
keluarga meningkatkan
rasa percaya diri klien
6. Berikan feed back positif
6. Meningkatkan rasa
karena telah melakukan
latihan sendi. percaya diri klien

7. Kolaborasi dengan fisioterapi 7. Membantu klien dalam


dalam membangun dan mobilisasi dan mencegah
mengelola program latihan.
kekakuan sendi lebih
lanjut/komplikasi

3 Defisiensi pengetahuanSetelah dilakukan asuhan keperawatanTeaching: Disease Process


berhubungan dengan 3 x 24 jam diharapkan pengetahuan
1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk memudahkan
kurang pajanan informasi klien dan keluarga bertambah
klien dan keluarga tentang perawat dalam
ditandai dengan klien dengan kriteria hasil:
mengatakan belum proses penyakit secara menentukan metode dan
banyak tahu tentang caraNOC: Knowledge: Disease Process spesifik media edukasi yang tepat
manajemen penyakitnya 2. Jelaskan proses terjadinya
dan sering keluar masukKlien dan keluarga dapat: penyakit dan bagaimana hal 2. Memudahkan klien dan
 Mengetahui penyakit yang keluarga dalam memahami
RS ini berhubungan dengan
dialaminya
anatomi dan fisiologi tubuh perjalanan penyakit yang
 Mengetahui faktor penyebab
dengan cara yang tepat dialami klien
dari sakit yang dialaminya
 Mengetahui faktor resiko 3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada 3. Membantu klien dan
 Mengetahui tanda & gejala
penyakit dengan cara yang keluarga dalam mengenali
 Mengetahui komplikasi
 Mengetahui tindakan tepat tanda dan gejala penyakit
pencegahan untuk mencegah 4. Identifikasi kemungkinan
komplikasi dan kekambuhan penyebab, dengan cara yang 4. Membantu klien dan
tepat keluarga dalam mengenali
5. Sediakan informasi pada klien penyebab penyakit yang
tentang kondisi yang sedang diderita klien
dialaminya dengan cara yang
5. Membantu klien
tepat
dan keluarga dalam
6. Sediakan bagi keluarga
proses penerimaan diri
informasi tentang kemajuan
klien dengan cara yang tepat
6. Membantu klien
dan keluarga dalam
proses penerimaan diri
4. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh Karena itu, rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Evaluasi
yang didapatkan dari tindakan keperawatan dengan diagnose nyeri yaitu:
1. Klien melaporkan rasa nyeri berkurang
2. Klien tidak mengerang atau menangis karena rasa sakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arya, RK & Jain, V. 2013. Osteoarthritis Of The Knee Joint: An Overview, Journal, Indian
Academy Of Clinical Medicine.

Debora, O (2012). Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Helmi, Zairin Noor. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif & Kusuma. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &
NANDA NIC- NOC. Jilid 2. Jogjakarta: Mediaaction.

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &
NANDA NIC- NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaaction.

Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks

Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit.
Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC

Purwanto, Hadi. 2016. Modul Ajar Cetak Keperawatan Medical Bedah II. Jakarta: Badan
PPSDM Kesehatan KEMENKES RI.

Smeltzer, S. C, & Bare, B. G,. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Volume 2, Edisi 8. Jakarta: EGC

Tseng S, Reddi AH, Di Cesare PE, Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP): A
Biomarker Of Arthritis. Biomark Insights. 2009.

https://id.wikipedia.org/wiki/Osteoartritis. Diakses pada tanggal 20 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai