Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN OSTEOARTRITIS PADA


LANSIA

Oleh :

Nama : Yovia Mardiana


Kendu NIM : 200714901317

PROGRAM STUDI PROFESI

NERS STIKES WIDYAGAMA

HUSADA MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN OSTEOARTRITIS PADA LANSIA


A. KONSEP DASAR OSTEOARTRITIS

1. DEFINISI

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan


dengan kerusakan kartilago sendi. Fetebrata, panggul, lutut dan
pergelangan kaki yang paling sering terkena OA (sudoyoaru, dkk: 2019).
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi
yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer dalam Renny, 2014)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan
meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46
tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. (Renny,
2014).
Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang
mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan,
dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan
tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi
perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak
pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang
membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi 2018).
2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap


namun beberaoa faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara lain :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisik dan
biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi, dan
laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi
diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita
dari pada
laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
pathogenesis osteoarthritis.
c. Genetik
Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis misal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-
sendi interfalang distal terdapat 2 kali lebih sering osteoarthritis
pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tannpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantaranya masing-masing suku
bangsa, misalnya osteoarthritis lebih jarang pada orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis lebih sering
dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun
pada pria, kegemukkan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoarthritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula)
f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah
trauma yang menmbulkan kerusakan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut.
g. Akibat Penyakit Radang Sendi Lain.
Infeksi menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim
perusak matriks rawan sendi oleh membrane synovial dan sel-sel
radang.
h. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia,
dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan
produksi proteaglikan menurun.
3. MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat
hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi,
dan perubahan gaya berjalan.
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan
berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan,
pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan
pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
d. Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi
peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
e. Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
f. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang
Pembentuk sendi.
g. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami
perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi.
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama,
perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya
berjalan dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
Seringkali pada lutut atau tangan mengalami perubahan bentuk
membesar secara perlahan-lahan.
h. Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya
berjalan,
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut
dan panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang).
Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
4. KLASIFIKASI

Menurut Yuliana Elin (2009) Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi 2 :


a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoarthritis.
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.
5. PATHOFISIOLOGI

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak


meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan
tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran
enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga
distal
dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. (Renny 2014).
^ltwly

Usia, kegemukan, trauma, keturunan, penyakit endokrin dan

penyakit radang sendi Iainnya

Reaksi peradangan

Deformitas sendi

lnfiItrasi kedaIam otot subcondri

Hambatan nutrisi pada kartiIago artikuIarasi

Kerusakan kartiIago dan tuIang

Tendon dan Iigamen meIemah

Mudah Iukasi dan subIikasi

Osteoarthritis

Minipisnya bantaIan Penyempitan Nutrisi otot Bukan merupakan

pada persendian ruang sendi terhambat karena penyakit yang awam

deformitas dibicarakan orang

Terbatasn
Gesekan ujung- Kekakuan sendi ya gerakan HiIangnya Kurangnya informasi

ujungtuIang sendi kekuatan otot tentang penyakit

penyusun sendi
Defisit perawatan diri

Resiko cedera

Hambatan
Defisit Pengetahuan
mobilitas fisik
Timbun rasa sakit

saat sendi
Nyeri
digerakan
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan
dengan gambaran radiologis. Gambaran radiografi sendi yang
menyokong diagnosis OA, ialah:
• Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat
pada daerah yang menanggung beban)
• Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
• Kista tulang
• Osteofit pada pinggir sendi
• Perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiologis diatas, secara radiografi
OA dapat digradasi menjadi ringan sampai berat; yaitu menurut
Kellgren dan Lawrence. Harus diingat bahwa pada awal penyakit,
seringkali radiografi sendi masih normal. (Milne dkk, 2017)
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA, biasanya tidak banyak
berguna. Pemeriksaan laboratorium akan membantu dalam
mengidentifikasi penyebab pokok pada OA sekunder. Darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas normal kecuali
OA generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan.
Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid dan komplemen) juga
normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan
penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan
ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein. (Soeroso,
2019)
c. Pemeriksaan Marker
Destruksi rawan sendi pada OA melibatkan proses degradasi matriks
molekul yang akan dilepaskan kedalam cairan tubuh, seperti dalam
cairan sendi, darah, dan urin. Beberapa marker molekuler dari rawan
sendi dapat digunakan dalam diagnosis, prognostik dan monitor
penyakit sendi seperti RA dan OA dan dapat digunakan pula
mengidentifikasi mekanisme penyakit pada tingkat molekuler.
Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara
lain: Keratan sulfat, Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP
(cartilage alogometric matrix protein), metaloproteinase matriks dan
inhibitornya dalam cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat
digunakan untuk uji diagnostic pada OA generalisata. Marker sering
pula digunakan untuk menentukan beratnya penyakit, yaitu dalam
menentukan derajat penyakit. Selain sebagai uji diagnostik marker
dapat digunakan pula sebagai marker prognostik untuk membuat
prediksi kemungkinan memburuknya penyakit. Pada OA maka
hialuronan serum dapat digunakan untuk membuat prediksi pada
pasien OA lutut akan terjadinya progresivitas OA dalam 5 tahun.
Peningkatan COMP serum dapat membuat prediksi terhadap
progresivitas penggunaan untuk petanda lainnya maka marker untuk
prognostik ini masih diteliti lagi secara prospektif dan longitudinal
dengan jumlah pasien yang lebih besar.
Marker dapat digunakan pula untuk membuat prediksi terhadap respons
pengobatan. Pada OA maka analisa dari fragmen matriks rawan sendi
yang dilepaskan dan yang masih tertinggal dalam rawan sendi
mungkin dapat memberikan informasi penting dari perangai proses
metabolik atau peranan dari protease. Sebagai contoh maka fragmen
agrekan yang dilepaskan dalam cairan tubuh dan yang masih tertinggal
dalam matriks, sangatlah konsisten dengan aktivitas 2 enzim proteolitik
yang berbeda fungsinya terhadap matriks rawan sendi pada OA. Enzim
tersebut ialah strolielisin dan agrekanase.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:
1. Meredakan nyeri
2. MengoptimaIkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang Iain dan meningkatkan
kuaIitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya kompIikasi
PenataIaksanaan OA pada pasien berdasarkan atas distribusinya (sendi
mana yang terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena.
PengeIoIaannya terdiri dari 3 haI:
• Terapi non-farmakoIogis:
• Edukasi : memberitahukan tetang penyakitnya, bagaimana
menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai
• Menurunkan berat badan : Berat badan berIebih merupakan
faktor resiko dan faktor yang akan memperberat penyakit OA.
OIeh karenanya berat badan harus seIaIu dijaga agar tidak
berIebihan. ApabiIa berat badan berIebihan, maka harus
diusahakan penurunan berat badan, biIa mungkin mendekati
berat badan ideaI.
• Terapi fisik dan RehabiIitasi medik/fisioterapi
• Terapi ini untuk meIatih pasien agar persendiannya tetap dapat
dipakai dan meIatih pasien untuk meIindungu sendi yang sakit.
• Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan
otot, dan menambah Iuas pergerakan sendi.
Terapi FarmakoIogis:
a. Obat Sistemik
1. AnaIgesik oraI

Non narkotik: parasetamoI

Opioid (kodein, tramadoI)
2. AntiinfIamasi nonsteroid (NSAIDs)
Obat piIihan utama untuk paien OA adaIah Acetaminophen
500mg maksimaI 4gram perhari. Pemberian obat ini harus hati-
hati pada pasien usia Ianjut karena dapat menimbuIkan reaksi
pada Iiver dan ginjaI.
3. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adaIah obat-
obatan yang dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair)
tuamg rawan sendi pada pasien OA, sebagian peneIiti
menggoIongkan obat-obatan tersebut daIam SIow Acting Anti
Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti
Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk
daIam keIompok obat ini adaIah: etrasikIin, asam hiaIuronat,
kondrotin suIfat, gIikosaminogIikan, vitamin-C, superoxide
desmutase dan sebagainya.

TetrasikIin dan derivatnya mempunyai efek menghambat
kerja enzime MMP. SaIah satu contohnya doxycycIine.
Sayangnya obat ini baru dipakai oIeh hewan beIum
dipakai pada manusia.

GIikosaminogIikan, dapat menghambat sejumIah enzim
yang berperan daIam degradasi tuIang rawan, antara Iain:
hiaIuronidase, protease, eIastase dan cathepsin B1 in
vitro dan juga merangsang sintesis proteogIikan dan asam
hiaIuronat pada kuItur tuIang rawan sendi. Pada peneIitian
RejhoIec tahun 1987 pemakaian GAG seIama 5 tahun
dapat memberikan perbaikan daIam rasa sakit pada Iutut,
naik tangga, kehiIangan jam kerja (mangkir), yang secara
statistik bermakna.

Kondroitin suIfat, merupakan komponen penting pada
jaringan keIompok vertebra, dan terutama terdapat pada
matriks ekstraseIuIer sekeIiIing seI. Menurut peneIitian
Ronca dkk (1998), efektivitas kondroitin suIfat pada
pasien OA mungkin meIaIui 3 mekanisme utama, yaitu : 1.
Anti infIamasi 2. Efek metaboIic terhadap sintesis
hiaIuronat dan proteogIikan. 3. Anti degenerative meIaIui
hambatan enzim proteoIitik dan menghambat oksigen
reaktif.

Vitamin C, daIam peneIitian ternyata dapat menghambat
aktivitas enzim Iisozim dan bermanfaat daIam terapi OA

Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap seI
mamaIia dam mempunyai kemampuan untuk
menghiIangkan superoxide dan hydroxyI radicaIs. Secara
in vitro, radikaI superoxide mampu merusak asam
hiaIuronat, koIagen dan proteogIikan sedang hydrogen
peroxyde dapat merusak kondroitin secara Iangsung.
DaIam percobaan kIinis diIaporkan bahwa pemberian
superoxide dismutase dapat mengurangi keIuhan-keIuhan
pada pasien OA. (Fifi & Brandt, 2019)
4. Tranuzemad (medikamentosa terbaru, masih daIam peneIitian)
DidaIam saIah satu studi dan peneIitian didapatkan bukti konsep
pengobatan tranezumad dikaitkan sengan penurunan nyeri
sendi dan peningkatan fungsi dengan efek samping ringan
diantara pasien dengan OA Iutut dari sedang sampai parah.
Tranezumad adaIah suatu humanis IgG2 monokIonaI antibodi
yang bekerja menghambat nerve growth factor yang membIik
interaksi antara nerve factor dengan receptor. TrkA dan p75.
(Nancy, 2011)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adaIah sebuah proses untuk mengenaI dan mengidentifikasi faktor-
faktor (baik positif dan negatif) pada usia Ianjut, baik secara individu maupun
keIompok yang bermanfaat untuk mengetahui masaIah dan kebutuhan usia Ianjut
serta untuk mengembangkan strategi promosi kesehatan. Pengkajian berfokus
keperawatan kIien dewasa maupun Ianjut usia terjadi diIingkungan tradisionaI
rumah, rumah sakit, atau institusi perawatan jangka panjangserta situasi non-
tradisionaI seperti pusat-pusat senior, gedung-gedung, apartemen, atau keIompok
praktik keperawatan. (Iuecknotte, 2018).

Anda mungkin juga menyukai