Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS

A. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Pengertian Arthritis

Arthritis adalah peradangan pada sendi yang bisa disebabkan oleh karena adanya
infeksi, gangguan metabolik dan gangguan konstitutional (Merriam Webste r Dictionary,
2006).
Artritis  berarti “sendi yang rusak karena sering dipakai dan aus dengan
 bertambahnya usia (Price&Wilson, 2013). Arthritis biasanya ditandai dengan adanya
eritema, panas, nyeri dan pembengkakan pada sendi yang mengalami inflamasi (Stein,
2001).

2. Klasifikasi Arthritis

Adanya banyak tipe-tipe arthritis, namun yang paling umum ditemukan adalah:
a. Osteoarthritis (OA)
 b. Rheumatoid Arthritis (RA)
c. Gout Arthritis
Berdasarkan kasus yang didapat oleh kelompok 1, sesuai dengan keluhan, gejala dan
usia maka kasus tersebut adalah “Osteoarth
“ Osteoarthritis”
ritis”
3. Defenisi Osteoarthritis
Osteoarthritis

Osteoarthritis (OA) sebagai suatu bentuk arthritis yang paling umum adalah
gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif
lambat, ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya
 pertumbuhan tulang baru pada permukaan persendian (Price & Wilson, 2013; Kowalak,
Welsh&Mayer, 2012).
Osteoartritis yang dikenal sebagai  penyakit sendi degeneratif   atau o steoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer&Bare, 2002).
Osteoarthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan deteriorasi kartilago sendi
dan pembentukan tulang baru reaktif di margin dan area subkondral sendi. Degenerasi ini
disebabkan oleh adanya gangguan kondrosit, biasanya di pinggul dan lutut (Paramitha,
2011).

4. Penyebab Osteoarthritis

Berdasarkan penyebab, OA dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:


a. Osteoartritis
Osteoartritis Primer (Idiopatik)
1) Penuaan/umur
Proses penuaan ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam fungsi
kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang mengarah
 pada perkembangan OA.
2) Faktor metabolik/faktor endokrin
Misalnya pada klien dengan gangguan endokrin seperti hiperparatiroid.
Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi OA pada
wanita menunjukkan bahwa hormon punya peranan penting dalam progesivitas
OA.
3) Genetik/keturunan
Terjadi karena penurunan sintesi kolagen. Bisa juga karena adanya kelainan
genetik dan perkembangan seperti dysplasia epifisial, dysplasia acetabuler,
 penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan slipped
epiphysis.
Wanita pasca menopause dalam keluarga yang sama ternyata memiliki tipe OA
 pada tangan yang ditandai dengan rimbulnya nodus pada sendi interfalang distal
dan sendi interfalang proksimal tangan (Nodus Herbeden).
4) Faktor mekanis
Terjadi karena penekanan yang berulang pada sendi. faktor ini menyebabkan
erosi kartilago sendi sehingga tulang yang ada dibawahnya tidak terlindungi.
5) Faktor kimiawi
Terjadi karena stimulasi obat-obatan yang mengstimulasi enzim yang mencerna
kolagen dalam membran sinovial seperti preparat steroid.
(Paramitha, 2011; Price&Wilson, 2013; Kowalak, Welsh&mayer, 2012;
Smeltzer&Bare, 2002)

b. Osteoartritis Sekunder
1) Trauma (penyebab paling sering)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut,
terutama terjadi akibat fraktur, post menisektomi, tungkai bawah yang tidak
sama panjang, hipermobilitas dan instabilitas sendi, tidak sejajar dan serasinya
 permukaan sendi.
2) Deformitas kongenital
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi
3) Obesitas/kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
(Paramitha, 2011; Price&Wilson, 2013; Kowalak, Welsh&mayer, 2012;
Smeltzer&Bare, 2002)

Penyebab Lain
1) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
 peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
2) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

5. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
 progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Kondrosit merupakan sel yang bertanggung jawab terhadap
 pembentukan proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Saat terjadi stress biomekanik
tertentu akan terjadi pengeluaran enzim lisosom dan menyebabkan dipecahnya
 polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sintesis proteoglikan dan kolagen akan
meningkat tajam namun substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan tinggi, sehingga
 pembentukan tidak seimbang dengan kebutuhan.
Terjadilah perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah
 biomekanika kartilago. Rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya, menjadi lebih
lunak dan mempersempit rongga sendi dan menimbulkan rasa nyeri. Sendi yang paling
sering terkena adalah sendi-sendi sinovial yang harus menanggung berat badan, seperti
 panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalang distal dan proksimasi.
Perubahan-perubahan degeneratif yang disebabkan karena peristiwa-peristiwa
tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
 peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki krepitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
Saat terjadi erosi kartilago, terjadi juga pembentukan tulang baru (osteofit) yang juga
menimbulkan perubahan kontur tulang dan pembesaran tulang (Kowalak, Welsh&Mayer,
2012; Price&Wilson, 2013).

Gambaran patofisiologi Osteoarthritis ini dapat dilihat secara jelas pada Pathway pada
Lampiran 1.

6. Tanda dan Gejala

a. Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis. Disebabkan oleh adanya inflamasi
sinovial, peregangan kapsula dan ligamen, iritasi/tekanan pada ujung-ujung saraf
dan spasme otot. Nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan suatu kegiatan
fisik, bergerak atau menanggung beban dan akan hilang apabila penderita
 beristirahat.
 b. Kekakuan sendi terutama di pagi hari dan sesudah melakukan latihan
c. Keterbatasan gerak akibat rasa n yeri dan kekakuan sendi
d. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Bisa juga terjadi
karena adanya tekanan pada tulang dan gangguan pertumbuhan tulang.
e. Krepitasi atau bunyi berderik pada sendi selama melakukan gerakan. Bunyi ini
timbul akibat kerusakan kartilago.
f.  Nodus Herbeden (pembesaran tulang pada ujung distal sendi interfalangeal)
g. Perubahan cara berjalan akibat kontraktur yang disebabkan oleh kompensasi
 berlebihan otot yang menyangga sendi tersebut.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012)

7. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Penegakkan diagnosa OA, didasarkan pada keluhan klinis, pemeriksaan fisik dan
 pemeriksaan penunjang. Keluhan klinis primer yang biasa dikeluhkan adalah adanya
nyeri sendi, kekakuan dan keterbatasan gerak.

a. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Terdapat asimetrisitas, pembesaran sendi yang mengalami peradangan, dilihat
ada tidaknya kemerahan di area sendi tersebut. Adanya nodus Herbeden
 Palpasi
Didapatkan nyeri tekan dan dirasakan panas. Ditemukan juga adanya krepitasi,
dimana terdengar suara gemeretak “kretek -kretek” seperti suara krupuk yang
diremukkan.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Rontgen/X-Ray menunjukkan:
 Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
 Endapan tulang mirip kista dala rongga serta tepi sendi
 Sklerosis rongga subkondrium
 Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
 Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
 Fusi atau penyatuan sendi
2) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3) Artroskopi memperlihatkan bone spurs dan penyempitan rongga sendi
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal, kecuali j ika ada peradangan
2) Pemeriksaan darah: adanya peningkatan LED akibat sinovitis yang luas
(Paramitha, 2011; Kowalak, Welsh&Mayer, 2012)
8. Penanganan Osteoarthritis
Penatalaksanaan OA bertujuan untuk mencegah atau menahan kerusakan le bih lanjut
 pada sendi yang terkena/disabilitas, mengatasi nyeri dan kekakuan sendi dan
mempertahankan mobilitas. Penanganan dapat meliputi:
a. Nonfarmakologi
1) Klien dianjurkan untuk menjaga BB yang ideal untuk mengurangi tekanan atau
 beban pada sendi dengan olahraga yang teratur, diet.
2) Klien perlu menjaga keseimbangan antara istirahat, bekerja dan berolahraga
3) Klien dapat menggunakan alat bantu berupa kruk, korset, tongkat penipang,
walker ataupun traksi untuk menstabilkan sendi dan mengurangi tekanan pada
sendi.
4) Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
 pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Program latihan
 bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya
atrofi pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik daripada
isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atrofi rawan sendi dan tulang
yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke
sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
 peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan
otot-otot tersebut adalah penting.
5) Terapi panas atau dingin
Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit, membuat otot-otot sekitar
sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaran darah. Terapi panas dapat
diperoleh dari kompres dengan air hangat / panas, sinar IR (infra merah) dan
alat-alat terapi lainnya.
Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi dan mengurangi
rasa sakit. Terapi dingin biasanya dipakai saat kondisi masih akut. Dapat
diperoleh dengan kompres dengan air dingin.
6) Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifat
 penyakitnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya. Disatu
 pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia
D. SELF MANAGEMENT PADA KLIEN ARTHRITIS DAN PERAN PERAWAT

Peran perawat yang paling penting dalam usaha untuk mencegah terjadinya arthritis
atau mencegah terjadinya kekambuhan atau komplikasi adalah sebagai pelaksana asuhan
keperawatan dan sebagai edukator.
1. Sebagai pelaksana/pemberi asuhan keperawatan
Sebagai pelaksana/pemberi asuhan keperawatan, perawat melakukan tindakan untuk
meredakan rasa nyeri, mempertahankan atau memperbaiki mobilitas dan meminimalkan
disabilitas, misalnya: membantu klien dalam aktivitas, terutama bagi yang menggunakan
alat bantu.
2. Sebagai edukator
Sebagai edukator, perawat berusaha memberikan pengertian dan pemahaman kepada klien
dan keluarga tentang penyakit yang diderita serta cara-cara penanganan penyakit secara
mandiri setelah klien dipulang.

E. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN KLIEN ARTHRITIS SETELAH


PULANG (SELF MANAGEMENT)

1. Rencanakan istirahat yang cukup pada siang hari, sesudah latihan dan pada malam
hari.
2. Jangan melakukan aktivitas secara berlebihan.
3. Perhatikan cara berjalan dan berdiri yang benar.
4. Mengurangi aktivitas yang bertumpu pada berat ba dan.
5. Berhati-hati saat membungkuk atau mengangkat sesuatu.
6. Selalu mengenakan sepatu pelindung yang pas. Jangan membiarkan bagian tumit
sepatu terlalu aus karena sering dipakai.
7. Memasang alat pengaman seperti rel di rumah untuk pegangan di kamar mandi.
8. Melakukan latihan ROM selembut mungkin secara perlahan-lahan.
9. Pertahankan BB ideal untuk mengurangi regangan pada persendian .
10. Menghindari aktivitas yang menimbulkan benturan.
11. Minumlah obat secara teratur sesuai instruksi dokter. Segera laporkan bila ada efek
samping obat yang merugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck,G. N & Doctherman, J. M. (2008).  Nursing Intervensions Classification (NIC),


Fifth Edition. St. Louis : Mosby –  Year Book

Herdman, T. H. (2011).  Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012  –   2014
(NANDA). Jakarta : EGC ( terjemahan Sumarwati, dkk, 2011)

Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

 Merriam-Webster’s Medical Dictionary. (2006). USA.

Moorhead S. & Johnson, M. (2008).  Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby Year –  Book

Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta : PT. Indeks

Price, S.A & Wilson, L. M. (2013).  Patofisiologi: Konsep Klinis Proses  –   proses Penyakit .
Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C, & Bare, B. G,. (2002).  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Volume 2, Edisi 8. Jakarta: EGC

Stein, J. H,. (2001). “Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam,”Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai