Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah perkembangan keperawatan di dunia, ditandai dengan lahirnya tokoh
keperawatan yang sangat mashur yang dikenal sampai sekarang ini yang membawa
perubahan dalam konsep berpikir yang berpengaruh besar terhadap praktik keperawatan.
Hal ini seperti perubahan dalam ruang lingkup tatanan layanan keperawatan, standar
praktik keperawatan sampai munculnya undang-undang praktik keperawatan.
Perkembangan keperawatan di benua Asia, khususnya di Timur Tengah di negara Arab
perkembangan keperawatan mulai maju dan berkembang sekitar Abad 7 seiring dengan
lahir dan agama Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Perkembangan dan penyebaran
agama Islam di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, kimia,
kesehatan dan obat-obatan. Bahkan dalam kitab agama islam yaitu Al-Quran tertulis
pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan dan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Pada masa ini muncul tokoh islam dalam keperawatan yang dikenal dengan nama
Rufaidah. Perkembangan perawatan dan pengobatan di negara Cina atau Tiongkok,
bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis.
Beberapa orang yang terkenal dalam ketabiban seperti: Seng Lung dikenal sebagai
"Bapak Pengobatan”, yang ahli penyakit dalamdan telah menggunakan obat-obat dari
tumbuhtumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal adalah
lihat, dengar, tanya, dan rasa. Chang Chung Ching telah mengerjakan lavement dengan
menggunakan bambu.
Perkembangan keperawatan di benua Eropa, beberapa tokoh keperawatan yang
mempunyai peran besar dalam perubahan sejarah perkembangan keperawatan, salah
satunya muncul tokoh “Florence Nightingale” dalam keperawatan rupanya berpengaruh
besar pada perkembangan keperawatan di Eropa khususnya di negara Inggris. Berkat
kerja keras,perjuangan, perhatian dan dedikasinya yang luar biasa di bidang keperawatan
dan keinginan untuk memajukan keperawatan khususnya terhadap para korban perang,
pada perang salip yang terjadi di semenanjung Krimea, beliau dianugerahi gelar dengan
sebutan “ Lady with the Lamp” oleh para tentara korban perang. Pada akhirnya di negara
Inggris terjadi kemajuan yang pesat dalam bidang keperawatan, diantaranya adalah
pembangunan sekolah-sekolah perawat dan pendirian perhimpunan perawat nasional
Inggris (British Nurse Association) oleh Erenwick pada tahun 1887. Perhimpunan ini

1
bertujuan untuk mempersatukan perawat-perawat yang ada di seluruh Inggris. Kemudian,
pada 1 Juli 1899, Erenwick juga mendirikan sebuah lembaga yang disebut International
Council of Nurses (ICN).
Setelah era tersebut, dunia keperawatan terus berkembang pesat. Kondisi ini
mendorong munculnya tokoh-tokoh penting dalam keperawatan.
1. Florence Nightingale (1820 -1910 ) Florence Nightingale dilahirkan dalam
keluarga yang kaya dan cerdas, ia merasa terpanggil untuk membantu sesama
manusia dan meningkatkan kesejahteraannya. Ia memutuskan untuk menjadi
seorang perawat walaupun mendapat pertentangan dari kelurga karena dianggap
melanggar aturan dan kebiasaan sebagai keluarga bangsawan Inggris. Berkat
kegigihan dan kontribusinya dalam bidang perawatan terutama pada saat-saat
terjadi perang salib di Semenanjung Krimea, membuatnya dianugrahi gelar
“Lady with the lamp”.
2. Lilian Wald (1867 – 1940 ) Lilian dan dan Mary Brewster merupakan orang
pertama yang memberikan layanan keperawatan yang terlatih bagi kaum miskin
di daerah kumuh New York, mereka berdua memberikan layanan keperawatan,
layanan sosial, dan mengadakan kegiatan pendidikan dan budaya, serta
mendirikan sekolah keperawatan sebagai tambahan keperawatan kunjungan
rumah.
3. Margaret Higgins Sanger (1870 – 1966) Lebih dikenal dengan sebutan Sanger
merupakan seorang perawat kesehatan masyarakat di New York, memberikan
manfaat yang layanan kesehatan wanita. Ia dianggap sebagai pendiri Keluarga
Berencana dikarenakan pengalamannya dalam menghadapi sejumlah besar
kehamilan yang tidak diinginkan terutama pada masyarakat pekerja miskin dan
sangat menolong dalam mengatasi masalahnya.
4. Hildegard E. Peplau (1952) Hildegard E. Peplau menekankan bahwa hubungan
antara-manusia merupakan dasar bagi perawat untuk mengkaji proses hubungan
dengan pasien.
5. Ida Jean Orlando (1961) Ida Jean Orlando menekankan bahwa keperawatan
bertujuan untuk merespons perilaku pasien dalam memenuhi kebutuhannya
dengan segera.
6. Virginia Handerson (1966) Tokoh ini menekankan bahwa perawat hanya
membantu pasien dalam melakukan hal yang tidak dapat ia lakukan sendiri agar
kemandirian pasien meningkat.
2
7. Sister Calista Roy (1970) Sister Calista Roy menekankan bahwa peran perawat
adalah untuk memberi kemudahan bagi pasien guna mengembangkan
kemampuan penyesuaian diri pasien.
8. Martha E. Roger (1970) Martha E. Roger menekankan bahwa manusia
mempunyai sifat alamiah yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.

Masih banyak lagi tokoh keperawatan lain yang tidak disebutkan di sini. Lebih
lanjut, perkembangan keperawatan di dunia bukan hanya berfokus pada aspek
pelayanan, tetapi juga pada jenjang pendidikan keperawatan. Di beberapa negara
seperti di Amerika termasuk di Indonesia sekarang ini pendidikan keperawatan sudah
mencapai tingkat doktoral.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Teori Rufaidah

Rufaidah binti Sa’ad al-Anshari tercatat dalam sejarah Islam sebagai pemilik tenda
perawatan orang sakit (korban perang) di zaman Rasulullah. Rufaidah digambarkan
sebagai perawat yang memiliki rasa empati dan merawat dengan baik korban perang. Ia
memiliki keterampilan klinis, yang didapatkan dari Ayahnya yang berprofesi sebagai
fisioterapis. Rufaidah lahir di Madinah. Ia termasuk kaum Anshar (golongan yang
pertama kali menganut Islam di Madinah).

Pengabdiannya sangat besar saat perang Badar, Uhud, dan Khandaq berkobat.
Keahliannya dibidang ilmu keperawatan membuat hatinya terapanggil sebagai
sukarelawan bagi korban yang terluka akibat perang. Ia mendirikan tenda perawatan
miliki Rufaidah muncul pertama kali saat perang Uhud. Ketika itu, Rufaidah keluar
dalam peperangan dan membawa seluruh peralatan. Tenda ini merupakan tenda
perawatan lapangan pertama dalam perjuangan Islam. Di tenda tersebut Rufaidah
merawat luka para pejuang dan menjaga mereka pada waktu malam.

Rufaidah Al-Aslamiyah mengalami kehidupan jahiliah dan masa Islam sekaligus.


Hal ini berpengaruh terhadap peranannya di masyarakat. Kontribusi ia di kota Madinah
adalah mengembangkan praktik keperawatan tradisi lokal warisan ayahnya dengan
tradisi Islam. Pada kajian kali ini akan melihat peranannya pada masa jahiliah. Kondisi
praktik kesehatan di masa Rufaidah dan ayahnya hidup dipengaruhi oleh praktik
kesehatan Persia dan Byzantium. Hal ini dikarenakan sekitar abad keenam penduduk
Arab berada dalam kurun waktu kedua kerajaan ini.

Praktik kesehatan yang diserap oleh Rufaidah dari ayahnya kala itu terkait praktik
keperawatan. Mereka mengenal dua tradisi praktik kesehatan selama masa jahiliah
yakni, praktik kesehatan lokal masyarakat Arab dan praktik kesehatan peradaban kuno.
Praktik kesehatan lokal masyarakat Arab terbilang masih sederhana sesuai keadaan
geografis. Mereka memanfaatkan kondisi alam untuk melakukan praktik kesehatan.
Mereka sebagian besar bergantung kepada hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar
mereka seperti: jinten hitam, bunga Memecylon, truffle gurun, air kencing unta, empedu
hewan buas, susu keledai betina, dan lemak cair dari ekor domba. Selain itu, mereka

4
telah mengembangkan teknik pengobatan seperti: teknik venesection, kauterisasi, dan
bekam.

Teknik venesection adalah teknik pengobatan yang dilakukan dengan cara


mengeluarkan darah dari pembuluh darah vena. Teknik ini dilakukan ketika pasien
mengalami sumbatan-sumbatan tertentu di daerah pembuluh darah vena akibat dari pola
makan yang tidak teratur. Selanjutnya, teknik kauterisasi. Teknik ini dilakukan dengan
cara menyulut badan dengan besi yang telah dipanaskan. Teknik ini dilakukan untuk
mengatasi penyakit mental, kudis, keropeng, dan luka terbuka lainnya. Terakhir adalah
teknik bekam. Teknik ini merupakan teknik pengobatan yang dilakukan dengan cara
menyedot keluar darah kotor yang ada di tubuh. Teknik ini dipercaya mampu
mengeluarkan racun dan zat berbahaya dalam tubuh.

2.2. Teori Florence Nightingale

Teori Keperawatan Florence Nightingale lebih memprioritaskan Lingkungan


sebagai aspek yang paling utama dalam proses penyembuhan pasien. Jika ada seseorang
yang sakit maka lingkungannya harus diperbaiki sedemikian rupa agar mendukung
proses penyembuhan pasien.

Menurut Florence Pelajaran paling penting yang dapat diberikan kepada perawat
adalah mengajari mereka apa yang harus diamati, bagaimana mengamati apa gejala
menunjukkan keadaan pasien yang membaik, apa yang penting dari tidak ada, apa bukti
kelalaian dan tentang apa jenis kelalaia apa bukti kelalaian dan tentang apa jenis
kelalaian.
Florence mengajarkan kepada perawat untuk berfikir tentang memberikan
kenyamanan lingkungan pada pasien baik secara fisik maupun psikologi. Disamping itu
Florence percaya bahwa tindakan pencegahan dan promosi kesehatan adalah hal yang
tak kalah penting dibanding dengan merawat pasien hingga sembuh.

Kelebihan teori Florence adalah pengkajian menggunakan data angka sedangkan


kekurangan dari teori Florence adalah belum adanya model keperawatan seperti model
keperawatan Betty Neuman, Teori Florence ini masih bersifat filosofi yakni hanya
sebatas pengalaman Florence saat merawat korban perang.

5
2.3. Teori Betty Neuman

Salah satu tokoh keperawatan yang hingga ini masih eksis adalah Betty Neuman, ia
mengembangkan Neuman Systems Model (Model Sistem Neuman) yang memandang
pasien secara holistik. Model Sistem Neuman adalah pendekatan holistik yang
mendorong fokus interdisipliner untuk promosi kesehatan, pemeliharaan, pencegahan
dan pengelolaan stres sebagai pencetus gangguan kesehatan.

Neuman Sysmtems Model menyajikan kerangka kerja berbasis sistem keperawatan


untuk melihat individu, keluarga atau komunitas yang didasarkan pada teori sistem
umum. Seseorang dipandang sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungan internal dan eksternal untuk menjaga keseimbangan antara faktor-faktor
yang mengganggu yang dijelaskan oleh Neuman sebagai stressor.

Intervensi keperawatan terjadi melalui tiga modalitas pencegahan yakni pencegahan


primer (terjadi sebelum stressor menyerang sistem), pencegahan sekunder (terjadi
setelah sistem stressor menyerang) dan pencegahan tersier terjadi setelah pencegahan
sekunder karena pemulihan sedang dilakukan.

Stressor dapat bertindak secara positif atau negatif pada tubuh, tergantung pada
kemampuan orang tersebut untuk mengatasinya pada waktu tertentu. Terdapat 5
komponen yang diyakini Neuman saling berinteraksi yakni fisiologi, psikologi,
sosiokultural, spiritual dan perkembangan atau klien dipandang secara menyeluruh.

Terdapat 3 tipe stressor dalam teori Neuman yakni Intrapersonal, Interpersonal dan
extrapersonal.

 Intrapersonal: Kekuatan yang terjadi pada individu dan seringkali merupakan


respons terkondisi.
 Interpersonal: Kekuatan yang terjadi di antara orang-orang, misalnya ibu dan
anak.
 Extrapersonal: Kekuatan yang terjadi sebagai akibat langsung dari lingkungan
atau budaya yang lebih luas di mana orang tersebut tinggal.

2.4. Teori Virginia Henderson

Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai “penolong individu, saat sakit atau
sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan untuk kesehatan, pemulihan , atau

6
kematian yang damai dan individu akan dapat melakukannya sendiri jika mereka mempunyai
kakuatan, keinginan, atau pengetahuan”(Harmer dan Henderson, 1955; Henderson, 1996). Proses
keperawatan mencoba melakukan hal tersebut dan tujuannya adalah kebebasan.

Henderson dalam teorinya mengategorikan empat belas kebutuhan dasar semua orang dan
mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup klien berikut ini : fisiologis, psikologis,
sosiokultural, spiritual, dan perkembangan. Bersama perawat dan klien bekerjasama untuk
mendapatkan semua kebutuhan dan mencampai tujuannya, tujuan keperawatan menurut Virginia
Henderson 1955 bekerja secara bebas dengan pekerja pelayan kesehatan lainnya (Tomey dan
Alligood, 2006), membantu klien mendapatkan kekuatannya lagi. Dan latar belakang untuk
praktik menurut Henderson yaitu perawat membantu klien melaksanakan empat belas dasar
kebutuhan Henderson, 1966.

Model konsep keperawatan dijelasakan oleh Virginia Henderson adalah model konsep
aktivitas sehari-hari dengan memberikan gambaran tugas perawat yaitu mengkaji individu baik
yang sakit ataupun sehat dengan memberikan dukungan kepada kesehatan, penyembuhan serta
agar meninggal dengan damai.

Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada keyakinan dan nilai yang dimilikinya
diantaranya : pertama, manusia akan mengalami perkembangan mulai dari pertumbuhan dan
perkembangan dalam rentang kehidupan; kedua, dalam Keperawatan Dasar III

melaksanakan aktivitas sehari-hari individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir


hingga menjadi mandiri pada dewasa yang dapat dipengaruhi oleh polah asuh, lingkungan dan
kesehatan; ketiga, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari individu dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok diantaranya terhambat dalam melakukan aktivitas, belum dapat
melaksanakan aktivitas dan tidak dapat melakukan aktivitas.

2.5. Teori Calista Roy

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan
adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif
System” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.

Roy mendefinisikan tujuan dari asuhan keperawatan adalah sebagai peningkatan dari respon
adaptasi ke empat model adaptasi. Kondisi seseorang sangat ditentukan oleh tingkat adaptasinya,
yaitu apakah seseorang berespon secara positif terhadap rangsang interna atau eksterna. Adapun
pengertian klien sendiri adalah suatu kesatuan utuh yang mempunyai 4 model adaptasi
berdasarkan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan hubungan interdependensi.

7
Peran perawat adalah meningkatkan perilaku adaptif klien dengan menipulasi
stimulasi fokal, konteksutual dan residual. Sumber kesulitan yang dihadapi adalah
adanya koping yang tidak adekuat untuk mempertahankan integritas dalam menghadapi
kekuarangan atau kelebihan kebutuhan. Fokus intervensi direncanakan untuk dengan
tujuan mengubah atau memanipulasi fokal, kontekstual dan residual stimuli. Intervensi
kemungkinan disokuskan pada kemampuan koping individu atau daerah adaptasi
sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk beradatasi.
Evaluasi dilakukan berdasarkan respon adaptif terhadap stimulus oleh klien.

2.6. Teori Patricia Benner

Benner juga mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori “From Novice To
Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah profesi. Teori “From Novice To
Expert” yang dikembangkan oleh Patricia Benner diambil dari “Model Dreyfus” yang
dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert
menjelaskan 5 tingkat atau tahap peran dan perkembangan profesi meliputi:

1. Novice

2. Advance Beginner

3. Competent

4. Proficient

5. Expert

Penjelasan dari ke lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Novice

Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah seseorang tanpa
latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut yang
obyektif harus diberikan untuk memandu penampilannya. Disini sulit untuk melihat
situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk
mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level

8
yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan pada area atau situasi yang tidak
familiar dengannya.

2. Advance Beginner

Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang menunjukkan


penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada situasi nyata. Advance
beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu situasi.
Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.
Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi
yang memerlukan perspektif lebih luas. Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada
level advance beginner sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan
terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance beginner
mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan manajemen asuhan
pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner
menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.

3. Competent

Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti


kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent. Tahap competent dari
model Dreyfus ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat
perencanaan yang diperlkan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan.
Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan
pada tahap competent. Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang
lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis
pada dirinya. Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran
klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi
yang memerlukan perhatian yang dapat diabaikan. Competent harus mengetahui
alasan dalam pembuatan perencanaan dan prosedur pada situasi klinis. Untuk dapat
menjadi proficient, competent harus diizinkan untuk memandu respon terhadap
situasi. Point pembelajaran yang penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan

9
competent adalah untuk melatih perawat membuat transisi dari competent ke
proficient.

4. Proficient

Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan
yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon
keterampilan dari situasi yang dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan
peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan ini
mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.

5. Expert

Benner Menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan


intuitiv dari situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah
tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan
penyelesaian. Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien”
yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.
Aspek kunci pada perawat expert adalah:

 Menunjukkan pegangan klins dan sumber praktis

 Mewujudkan proses know-how

 Melihat gambaran yang luas 4. Melihat yang tidak diharapkan

2.7. Teori Jean Watson

1. Kemanusiaan (Human Beeing).

Menurut pandangan Watson orang yang bernilai bagi dirinya atau orang lain
dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai,
mengasuh, mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan
filosofi umum, manusia itu mempunyai fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam
dirinya. Selain itu manusia juga dinilai sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya
mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi perkembangannya dia harus

10
selalu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak berhasil,
maka akan terjadi konflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang berdampak pada
terjadinya krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan,
agar dapat ditanggulangi.

2.Kesehatan

Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang baik.
Akan tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang
dibutuhkan untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:

 Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi
 daptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan
lingkungannya
 Tidak adanya penyakit.
Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan
lingkungan :
 Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
 Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang
dirasakan dengan apa yang dialami.
3. Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan
sosial. Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana
seharusnya berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai – nilai tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual. Asuhan keperawatan
telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya mempunyai
seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa merawat,
dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang
mempunyai beberapa orang yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap
merawat tidak diturunkan dari generasi ke generasi, melalui gen, tetapi diturunkan
dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang unik terhadap lingkungan.
4. Keperawatan

11
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik.
Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit.
Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu: masalah penanganan
stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya perawatan
kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari praktik
keperawatan. Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral,
dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia
dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan
kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.

2.8. Teori Abraham Maslow

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow adalah sebuah teori
yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar
manusia pada saat memberikan perawatan.

Hirarki kebutuhan Maslow mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas.
Tingkat yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis (udara, air, dan makanan),
tingkat kedua yaitu kebutuhan keselamatan dan kemanana (keamanan fisik dan
psikologis), tingkat ke tiga kebutuhan cinta dan rasa memiliki (persahabatan,
hubungan sosial, dan cinta seksual), tingkat ke empat adalah kebutuhan rasa berharga
dan harga diri (percaya diri, merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri), dan
tingkat yang terakhir adalah aktualisasi diri (pernyataan dari penerimaan yang penuh
potensi dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengatasinya
dengan cara realistis yang berhubungan dengan situasi hidup.

1. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman


- Keselamatan Fisik
 Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau
mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.
 Ancaman fisik bisa berupa penyakit, kecelakaan dan bahaya.
 Pada saat sakit klien beresiko mengalmi infeksi oleh karena itu bergantung
pada profesionalitas perawat.
- Keselamatan Psikologis

12
 Setiap orang pasti merasakan ancaman keselataman psikologis pada
pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal.
 Contoh: pelajar yang mulai masuk perguruan tinggi mungkin merasa tidak
aman.
2. Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki
 Manusia pada dasarnya membutuhkan perasaan dicintai oleh keluarga dan bahwa
manusia diterima oleh teman sebaya dan masyarakat.
3. Kebutuhan Penghargaan dan Harga Diri
 Manusia memerlukan perasaan stabil dan dihargai oleh orang lain (apresiasi)
 Jika kebutuhan ini terpenuhi klien/orang dapat merasa tidak berdaya dan rendah
diri.
4. Kebutuhan Aktualisasi Diri
 Tingkat kebutuhan yang paling tinggi.
 Ketika manusia telah memenuhi kebutuhan dasar dari tingkatan paling rendah, hal
tersebut melalui aktualisasi diri yang berarti mereka mencapai potensi mereka
yang paling tinggi.
2.9. Teori Mary Gardner
Pada tahun 1905, segera setelah lulus, Gardner menjadi direktur Providence
Kabupaten Keperawatan Dasar, yang ia menuju hingga pensiun di tahun 1931.
Worried that the boom in public-health work was leading to employment of poorly
trained nurses, Lillian D. Wald, Gardner, and others prodded the two national nurses'
groups to establish a standard-setting body. Khawatir bahwa boom dalam pekerjaan
kesehatan masyarakat memimpin untuk kerja perawat kurang terlatih, LiLillian D.
Wald, Gardner, dan lain-lain menusuk kelompok dua perawat nasional 'untuk
mendirikan suatu badan standar. Hasilnya adalah Organisasi Nasional Perawatan
Kesehatan Masyarakat (NOPHN), didirikan pada tahun 1912. Gardner membantu
rancangan konstitusi, adalah aktif di dewan direksi pertama, dan berhasil Wald
sebagai presiden NOPHN 1913-1916.
Seperti NOPHN, pertama buku Gardner, Perawatan Kesehatan Masyarakat
(1916), yang ditujukan untuk membimbing, menahan, dan standarisasi upaya perawat
dan orang awam terjebak dalam antusiasme untuk kesehatan masyarakat. Perlakuan
sistematik pertama subjek, itu direvisi pada tahun 1924 dan 1936 dan di media cetak
hingga 1945. Dalam sebuah demonstrasi di seluruh dunia pengaruh metode
keperawatan Amerika itu diterjemahkan ke bahasa Prancis, Spanyol, Cina, dan

13
Jepang. Walaupun digunakan di dalam kelas, buku ini melayani khalayak yang lebih
luas dengan menawarkan nasihat tentang bagaimana menemukan dan mengelola
hubungan kabupaten menyusui, cara menjalankan program satu wanita kesehatan
masyarakat, dan bagaimana berurusan dengan meletakkan papan manajer.

Setelah dia pensiun, Gardner menerbitkan dua karya fiksi. Jadi Build Kami
(1942) menyajikan episode dalam kehidupan Maria Melton, direktur asosiasi
keperawatan kabupaten. Episode menanamkan prosedur yang benar dan kesadaran
faktor sosial, dan percakapan kadang-kadang berubah menjadi eksposisi tak bernyawa
masalah administratif, tapi buku itu melampaui kecenderungan akan pendidikan
dalam penggambaran sebuah dunia yang semua-perempuan.Melton murah hati
menuntun, wanita bawahan, masing-masing memberikan bimbingan dia butuhkan.
Jadi Membangun Kami menggambarkan dunia di mana niat baik perempuan,
kecerdasan, profesionalisme, dan merawat cukup untuk menciptakan harmoni.
Ketiadaan konflik dan referensi lebih-dari-sekilas untuk penderitaan-
menakjubkan dalam studi keperawatan-memperlemah buku tetapi menyarankan
Gardner visi tentang kehidupan yang ideal. Katharine Kent (1946), sebuah buku yang
lebih baik, berikut seorang perawat dari kelulusan sampai usia menengah.Seperti
Gardner, Katharine Kent adalah kelas atas New Englander, seorang anak perempuan
dan saudara perempuan dari pengacara yang akhirnya mengepalai sebuah asosiasi
publik kesehatan keperawatan di kota sendiri. Seperti Gardner, ia menulis sebuah
buku berpengaruh saat sakit dan membuat sebuah program untuk melatih perawat
kesehatan masyarakat di Italia.(Gardner menggunakan bagian dari surat dia menulis
setelah Perang Dunia I ketika dia melayani dengan Palang Merah Amerika Komisi
Tuberkulosis di Italia di account nya usaha Eropa Kent menyusui.) Elemen lain dalam
buku ini rupanya berasal kurang dari otobiografi dari dari konsepsi Gardner dari karir
yang ideal.Buku ini berakhir, seperti yang dilakukan Jadi Build Kami, dengan
pahlawan yang menegaskan senang di dipilih pekerjaannya fiksi.
Gardner dan banyak dari pidato nya, artikel, dan laporan merayakan nilai
pekerjaan dalam kehidupan perempuan. bekerja Profesional menciptakan dihargai
ikatan perkawanan dan pemuridan antara perempuan, dan hubungan egaliter antara
perempuan dan laki-laki atau perempuan dan keluarga mereka. Gardner mencoba
untuk menggambarkan wanita yang bahagia sebagai istri tinggal di rumah dan ibu,
tetapi mereka tetap tokoh bayangan, hidup hanya dalam pelayanan sukarela mereka
14
untuk perawatan kesehatan masyarakat.Dalam buku-bukunya itu adalah partisipasi
dalam "perang panjang melawan penyakit dan penderitaan dan kematian" jompo yang
membuat wanita senang.

Tulisan gardner, meskipun kadang-kadang amatir dan berkhotbah, adalah


dokumen berharga dalam sejarah keperawatan, perempuan profesional, dan hati
nurani masyarakat Amerika.Tidak ada pemimpin lain dalam upaya untuk membuat
sebuah profesi keperawatan Amerika menulis secara terbuka tentang motif dan
penghargaan. Meskipun dialog kayu nya, sempit, perspektif kelas atas, dan resolusi
konflik mudah, Katharine Kent menawarkan potret bergerak dari seorang wanita yang
mengejar otonomi dan seorang ibu dan Kristen yang ideal fundamental pelayanan.

2.10. Teori Hildegard E. Peplau

Teori yang dikembangkan Hildegard E Peplau adalah keperawatan spikodinamik


(Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh model hubungan interpesonal yang
bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Hildegard E. Peplau
mendefenisikan teori keperawatan psikodinamikanya sebagai berikut:

“Perawatan psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku seseorang untuk


membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang muncul dari
semua hal atau kejadian yang telah dialami.”

Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu,perawat, dan proses interaktif
(Peplau, 1952) ; yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres, 1986 ;
Marriner-Tomey, 1994).

Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan
adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien
dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan perkembangan kepribadian
(Chinn dan Jacobs, 1995). Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara
perawat dan klien, dimana perawat bertugas sebagai narasumber, konselor, dan wali.

Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat
dan klien, perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan
penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan

15
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat
membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah
kesehatannya. Teori Peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat-
klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubungan interpersonal yang
efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber, Anderson dan Sills, 1990).
Ketika kebutuhan dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan
interpersonal perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti
berikut ini : orientasi, identifikasi, penjelasan, dan resolusi (Chinn dan Jacobs, 1995).

Peplau menerbitkan Buku Interpersonal Relation in Nursing pada tahun 1952 Artikel-
artikel di majalah-majalah profesional dan topik konsep-konsep interpersonal sampai pada isu-
isu keperawatan yang terbaru. Dan selanjutnya Peplau mengembangkan teori keperawatan
yang dikenal dengan Psychodynamic Nursing.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan Indonesia kini tetah mengalami pergeseran yang cukup menggembirakan.
Sebagai tenaga kesehatan dengan jumlah terbesar dibanding tenaga kesehatan lainnya,
perawat memiliki peran penting dalam turut meningkatkan status kesehatan masyarakat. Bagi
negara, tenaga keperawatan juga merupakan profesi yang menguntungkan karena perawat
Indonesia yang bekerja di luar negeri bisa mendatangkan pemasukan devisa yang
menjanjikan.
Lemahnya perlindungan terhadap perawat sebagai pemberi pelayanan dan asuhan
keperawatan mengakibatkan perawat dalam menjalankan praktiknya kerap menghadapi
permasalahan seperti keterbatasan wewenang. Padahal tuntutan perkembangan globalisasi,
seorang perawat selain harus profesional juga harus memiliki kepastian hukum untuk
melindunginya dari eksploitasi, gaji yang rendah, dan pelanggaran hak azasi dari penyedia
kerja di luar negeri.
Harapan ke depan, tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi
layanan kesehatan kepada masyarakat harus bertanggung jawab dan akuntabel terhadap
pelayanan keperawatan yang bermutu, aman, dan terjangkau sesuai dengan kompetensi dan
pendidikan yang dimilikinya. Adapun penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan
kepada kewenangan yang diberikan

17
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J.1997.Nursing Diagnosis Application to Clinical Praktice, 7 th
Edition.Lippincoth
Doengeus, M. E. dan Moorhaouse, M. F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi,
Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2.Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz, A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Julia B. George, RN, PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional
Nursing Practice. 4 th. Appleton and Lange Norwalk, Connecticut
Marinner-Tomey, A. (1994). Nursing Theorist and Their Work. (3th ed.)
Philadelphia: Mosby
NAnda. 2006. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification. Dalam http://
www. Nanda.org/Portals/0/PDFs/NANDA-1%20Pubs/New_Book_Now_4_08.pdf/
Nursalam.2000. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pearson & Vaughan, ( 1999 ). Nursing models for practice. London: Heinemann
Nursing
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan
Praktek. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Priharjo, P. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Talbot. L. A. & Mary Meyers – Marquardt. 1997. Pengkajian Keperawatan
Kritis. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tim Depkes RI. 1993. Stndar Asuhan Keperawatan. Jakarta: PPNI.
Wilkinsn Judith M. 2005. Nursing Diagnosis Handbook With NIC. Intervention
and NOC Outcomes. Eighth Edition. New Jersey: Pearson Education.

18

Anda mungkin juga menyukai