Anda di halaman 1dari 9

FLORENCE NIGHTINGALE

A. Biografi
Florence Nightingale, pendiri keperawatan modern, dilahirkan pada tanggal 12 Mei
1820 di france, Italia, ketika orangtuanya sedang sedang dalam perjalanan wisata ke Eropa. Dia
diberi nama berdasarkan tempat kelahirannya. Florence wafat pada tanggal 13 Agustus 1910 di
Mayfair, London, Britania Raya. Keluarga Nightingale adalah keluarga yang terpandang, makmur,
terdidik dan keluarga aristokrat victoria yang tinggal di Derbyshire, London. Florence
menyelesaikan pelatihan perawatnya pada tahun 1851 di Kaitserwerth, Jerman. Setelah
menyelesaikan pelatihannya, Florence berangkat menuju London dan dia bekerja sebagai
seorang pengawas di Hospital For Invalid Gentlewoman di London pada tahun 1853.
Saat terjadi Perang Krimea tahun 1854, Florence menerima permintaan dari Sidney
Herbert yang merupakan menteri penerangan Inggris pada saat itu, untuk menjadi sukarelawan
perang di Turki guna merawat tentara Inggris yang terluka. Pada saat kedatangan Florence
pertama kali di rumah sakit Turki, menunjukkan kondisi yang sangat mengerikan dan
mengkhawatirkan. Di dalam Ruangan dipenuhi dengan para prajurit yang mengalami luka-luka
dan ratusan prajurit terbaring di halaman tanpa adanya tempat untuk berteduh dan tanpa
adanya seorang perawat yang mendampingi. Florence pun melakukan banyak perubahan
penting, di awali dengan perbaikan hygiene dan sanitasi. Florence menata ruangan para
penderita serta mengusahakan di luar ruangan mampu memiliki tempat bernaung di bawah
pohon. Selain itu, Florence juga menugaskan untuk mendirikan tenda, memperbaiki sistem
pembuangan limbah dan sirkulasi udara. Perawatan dilakukan dengan teliti, mengganti perban
dengan teratur, memberikan obat tepat pada waktunya, serta membersihkan lantai rumah sakit
setiap hari secara rutin, membersihkan kursi dan juga meja, mencuci baju yang telah digunakan.
Selanjutnya, pada malam hari Florence berjalan sambil membawa lentera, untuk mencari para
prajurit yang masih hidup untuk memberikan pertolongan serta berkeliling bangsal untuk
memberikan kenyamanan emosional pada para prajurit, sehingga dia mendapat julukan “the
lady of the lamp” London.
Setelah perang, Florence kembali ke Inggris untuk menerima penghargaan dan juga
dianugerahi sejumlah dana sebagai pengakuan terhadap hasil kerjanya ini yang kemudian
digunakan untuk membangun sekolah-sekolah pelatihan keperawatan London (Aini Nur, 2018).

B. Konsep dan Teori


Pengembangan teori keperawatan era modern Nightingale, sangat dipengaruhi oleh
pandangan filosofi mengenai interaksi manusia/klien dengan lingkungannya. Nightingale
memandang penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan (reparative process).
Florence tidak menampilkan ide-idenya sebagai model atau teori, karena ia belum
mengetahui dengan baik cara menjelaskan ide-idenya dengan cara tersebut. Namun demikian,
sangat jelas bahwa ide utama dari pendekatannya berkait dengan lingkungan sehingga teorinya
dikenal dengan “Teori lingkungan”. Model konsep teori florence menetapkan lingkungan
sebagai fokus asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan
lebih berorientasi kepada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan, dan nutrisi yang adequate. Hal ini dimulai dengan pengumpulan data yang
dibandingkan dengan tindakan pengobatan. Pada akhirnya, teori model konsep bertujuan agar
perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi
lain (Huriati, Dardin AKP, 2017).
Dalam bukunya “Notes on nursing”. Florence memberikan panduan rinci tentang
aktivitas keperawatan. Perawat harus memberikan lingkungan yang bersih, nyaman, dan aman
tempat pasien dapat memulihkan diri. Florence mengidentifikasi 5 hal untuk mendapatkan
lingkungan yang sehat yaitu udara murni, air murni, drainase yang efisien, kebersihan dan
cahaya. Selain memastikan kondisi-kondisi tersebut, perawatan juga harus menjaga agar pasien
tetap pada kondisi yang hangat, mempertahankan atmosfer yang bebas dari kebisingan, serta
memberikan pola diet seimbang dan makanan bergizi.
Menurut Florence, ada 3 faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien.
Namun menurutnya yang terpenting adalah lingkungan fisik.
1). Lingkungan Fisik Lingkungan fisik merupakan elemen dasar dari lingkungan pasien
dan bisa mempengaruhi aspek lingkungan lainnya. Dalam teorinya Florence
menjelaskankonsep sanitasi (kebersihan), udara segar, ventilasi, pencahayaan, air,
tempat tinggal (pemondokan), kehangatan, ketenangan.
2). Lingkungan Psikologis Florence memahami bahwa ada pengaruh kesehatan
psikologis terhadap fisik pasien, meskipun pada saat itu masih sedikit bukti ilmiah yang
menjelaskan keterkaitan antara aspek fisik dan psikologis pada manusia. Dia yakin
bahwa lingkungan yang tidak sehat bisa menyebabkan stress psikologis dan hal ini bisa
berdampak negatif pada emosi pasien.
3). Lingkungan sosial Pencegahan penyakit berkaitan dengan lingkungan sosial. Karena
itu, penting bagi perawat untuk memoniter lingkungan, dalam artian mengumpulkan
informasi spesifik yang berhubungan dengan terjadinya penyakit dari komunitas atau
lingkungan sosialnya

Teori model konsep Florence Nightingale menetapkan lingkungan sebagai tujuan asuhan
keperawatan. Oleh karena itu, lingkungan pasien sangat perlu diperhatikan. Nightingale
memandang perawat secara luas dengan tidak hanya memandang tugas perawat untuk
memberikan obat dan pengobatan, akan tetapi perawat lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang baik untuk
kesehatan (Nightingale, 1860; Torres, 1986).

Buku karya Florence nightingale

Ada banyak buku yang ditulis oleh Florence nightingale,tapia da beberapa buku yang
menjadi rujukan dan patokan dalam dunia keperawatan sampai sekarang, yaitu:

 Notes on nursing 1859


 Notes on hospital 1859
 Notes on nursing:what it is,what it is not 1862
RUFAIDAH BINTI SA’AD AL-BANI ASLAM AL-KHAZRAJ
Sangat sedikit ditemukan dokumen tentang keperawatan sebelum-Islam (pre-Islamic period)
atau sebelum 570 M. Walau hanya sedikit sekali literatur tentang perawat, tetapi dalam periode ini
dikenal seorang perawat yang bersama dengan Nabi Muhammad SAW yang telah melaksanakan peran
keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994) Catatan
sejarah keperawatan atau profesi keperawatan di era setelah kematian Nabi Muhammad SAW pada 632
M jarang terjadi (Al-Osimy, M. (2004). Catatan yang diterbitkan bersaksi bahwa Rufaidah Al-Asalmiya,
yang berlatih pada zaman Nabi Muhammad SAW adalah perawat muslim pertama (Kasule, O.H. , 2003).

Rufaidah Al-Asalmiya mempunyai nama lengkap Rufaidah Binti Sa’ad Al-Bani Aslam Al-Khazraj.
Beliau dilahirkan di Yatrhrib, kota Madinah pada tahun 570 M dan wafat pada tahun 632 M. Rufaidah
hidup di masa Rasulullah SAW pada abad pertama Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Rufaidah termasuk
pada golongan kaum Anshor di Madinah yakni golongan pertama yang menganut agama Islam.

Kata nama Rufaidah ialah kata benda yang berasal dari kata kerja 'rafada', yang berarti
memberikan bantuan dan dukungan untuk orang lain. Rufaidah belajar dan mengembangkan
keterampilan merawat dari ayahnya yang adalah seorang tabib terkenal (Kasule 1998). Menurut Hussain
(1981) Rufaidah memberi perawatan kepada tentara yang terluka selama jihad (perang suci), serta
memberikan perlindungan dari angin dan panasnya gurun pasir yang keras bagi orang yang sekarat (Jan,
1996).

Dia mengabdikan diri dengan merawat kaum muslimin yang jatuh sakit ketika kota madinah
telah berkembang. Saat perang tidak terjadi, dia mendirikan tenda-tenda di luar Masjid Nabawi untuk
melakukan perawatan pada kaum muslimin yang sakit. Saat terjadi perang Badar, Uhud, Khandaq, dan
Khaibar, Rufaidah menjadi sukarelawan yang merawat korban-korban terluka akibat peperangan. Ia juga
membuka rumah sakit lapangan, sehingga Rasulullah SAW pada masa itu memberikan perintah pada
korban yang terluka agar dirawat oleh Rufaidah

Selain melayani selama masa perang, Rufaidah mempraktikkan keperawatan dalam masa damai
dengan merawat orang sakit, melatih perawat lain, merawat orang miskin dan menyelesaikan masalah
sosial (Kasule 1998). Untuk tujuan ini dan dengan izin dan dukungan dari Nabi Muhammad [SAW],
Rufaidah mendirikan sebuah tenda di dekat Masjid Nabi di Al Madinah (Aldossary et al. 2008; ElHaddad,
2006).

Selain itu, Rufaidah Al-Asalmiya juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi
perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta izin kepada Rasulullah SAW agar diikutkan di garis
belakang pertempuran untuk merawat para mujahid yang terluka. Tugas ini digambarkan dengan mulia
oleh Rufaidah, dan merupakan sebuah pengakuan awal untuk pekerjaannya di bidang keperawatan dan
medis. Rufaidah Al-Asalmiya juga terlibat dalam berbagai aktifitas sosial di komunitasnya. Dia memberi
perhatian pada setiap muslim, orang miskin, anak yatim, atau yang menderita cacat mental serta juga
merawat anak yatim dan memberi bekal pendidikan.

Rufaidah tidak hanya melatih sekelompok wanita sebagai perawat (dikenal sebagai teman
wanita), ia juga menjadi terlibat dalam pekerjaan sosial dalam masyarakat. Nabi Muhammad (SAW)
memberikan izin baginya untuk mendirikan tenda di dalam masjid dan menyampaikan ajaran yang
berhubungan dengan kesehatan kepada masyarakat (Al-Osimy, 1994).
Rufaidah ialah sosok pemimpin, organisatoris, mampu melakukan mobilisasi dan motivasi pada
orang lain. Ia diriwayatkan mempunyai pengalaman di klinik yang mampu diajarkan kepada perawat lain
yang dilatih dan bekerja sama dengan Rufaidah. Bukan hanya melakukan peran perawat dalam klinikal
saja yang dia lakukan, tetapi juga melaksanakan peran pada komunitas dan memecahkan berbagai
permasalahan sosial yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Rufaidah Al-Asalmiya merupakan perawat muslim pertama yang telah hadir di dunia. Sosoknya
sudah berperan jauh sebelum Pioneer of Modern Nurse terlahir ke dunia.

Perkembangan keperawatan di Indonesia

Sejarah Perkembangan Keperawatan Zaman Penjajahana.

a.Zaman penjajahan Belanda

Tahun 1596 Cornelis De Houtman adalah orang Belanda pertama yang datang ke Indonesia pada
zaman penjajahan.Zaman VOC, (1602 – 1799)Orang-orang Belanda datang ke Indonesia pertama kali
dengan maksud untuk berdagang. Dalam usaha perdagangannya itu di bentuklah VOC. Sehubungan
dengan adanya staf dan tentara maka dua usaha kesehatan. Untuk itu didirikanlah rumah sakit yang
pertama yang bernama " Binnen Hospital " didirikan pada tahun1641 bertempat di Batavia ( sekarang
Jakarta) Tenaga perawatannya diambil daripenduduk pribumi ( Bumi Putera ) yang diberi nama Zieken
oppaser ( penjaga orang sakit) Rumah sakit ini dibawah pengawasan dokter militer.

Pada tahun ( 1724-1744) di luar kota didirikan rumah sakit yang kedua yang diberi nama : Buiten
Hospital mengantikan Binnen Hospital yang di tutup pada tahun1808. Karena VOC dibubarkan 1799
maka oleh pemerintahan Belanda menyerahkan kepada pemerintah Indonesia yang kemudian
membentuk Organisasi Negara " Hindia Belanda". Pada tahun zaman penjajahan belanda I( 1799-1811 )
tidak ada usaha kesehatan yang boleh dikatakan menonjol pada umumnya merupakan usaha lanjutan
dari apa yang telah ada. Pengaruh ketentaraan pada keperawatan mulai ada usaha-usaha dibidang
kesehatan yang antara lain :

- MGD ( Militaire Gezondsheids Dienst ) – dinas kesehatan tantara

.- BGD (Burgerlije Gezon Dienst ) – dinas kesehatan rakyat.

Pada waktu pemerintahan Daendels yang terkenal dengan


pembuatan jalan Merak Banyuwangi, perlu lebih meningkatkan kesehatan tentaranya.Dibuatlah
beberapa Rumah sakit Garnizoen, yaitu di Semarang dan Surabaya.Pelayanannya hanya memperhatikan
dinas kesehatan tentara saja.
b.Zaman Penjajahan Inggris Tahun ( 1811-1816 )

Gubernur Jenderal Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat.Usaha-usaha di bidang


kesehatan tersebut dinyatakan dalam kata-katanya"kesehatan adalah milik manusia". Usaha-usahanya: 

 Mengadakan vaksinasi umum 
 Memperbaiki perawatan orang sakit gila (jiwa)
 Memperbaiki perawatan dari orang-orang tahanan.

c.Zaman Penjajahan Belanda II (1816-1942)

Setelah pemerintahan diserahkan kembali pada Belanda, maka usaha-usaha kesehatan nampak
maju. Prof. Dr. Reinwardt menyusun undang-undangkesehatan, diantaranya tentang praktek dokter,
kebidanan, pengobatan dan lain-lain untuk wilayah sekitar Batavia pada 1819 oleh Residen V Pabst
didirikanrumah sakit untuk umum di Jakarta, diantara rumah sakit Stadsverban di Glodok.Rumah sakit
ini mempunyai perlengkapan yang sederhana. Pada tahun 1919rumah sakit Stadsverban menjadi CBZ
(Central Burgerlijke Ziekeninrichting)yang kemudian dipindahkan di Salemba.

 Dr. W. de bosch yang sangat menaruh perhatian terhadap Kesehatan mendirikan sekolah
dokter jawa (1852), yang kemudian berkembang menjadi STOVIA (1898) dan akhirnya GHS (1927). Ia
juga mengadakan persiapan pendidikan kebidanan pada tahun 1852. Tahun 1875 pendidikan kebidanan
ini ditutup kembali.Rumah-rumah sakit partikelir (swasta) diadakan oleh Zending.

Muhammadiyah, bala keselamatan. Salah satu yang terkenal adalah rumahsakit di Gang Paal
yang sekarang menjadi Rumah Sakit Cikini, didirikan pada tahun 1879. rumah sakit yang lain ialah: RS St
Carolus di Jakarta, RS St Borromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Pendidikan perawatan
telah ada yang dimulai di RS cikini pada tahun 1900. Pendidikan juru rawat dimulai pada tahun 1906
di RS Glodok pada tahun 1912.

d.Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)

 Pada zaman penjajahan jepang keperawatan di Indonesia boleh dikatakan mundur. Pimpinan
rumah sakit yang tadinya adalah orang-orang belanda di ambil alih orang-orang jepang dan sebagian
oleh bangsa Indonesia. Obat-obatan sangat kurang,oleh karenanya wabah penyakit dimana-mana.
Bahan-bahan balutan sangat kurang,sampai dipergunakannya daun pisang dan pelapah pisang.
2.3 Sejarah Perkembangan Keperawatan Zaman Kemerdekaan

Keadaan rumah sakit dan perawatan mengalami kekurangan-kekurangan terutama obat-obatan.


Semenjak tahun 1949 pemerintahan mulai membangun dan menyusun kembali perbaikan-perbaikan di
lapangan kesehatan.

Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:

1.Sebelum tahun 1950: Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentangkeperawatan.

2.Tahun 1950: Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah PenataRawat (SPR).

3.Tahun 1945 – 1955: Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan Djuru
Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan,Persatuan Djuru Kesehatan
Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai DalamKesehatan.

4.Tahun 1962: Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).

5.Tahun 1955 - 1974: Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahanyaitu Ikatan


Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru PerawatIndonesia, Korps Perawat
Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat IndonesiaSementara (MAPPIS), dan Federasi
Tenaga Keperawatan.

6.Tahun 1974: Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga PerawatTingkat Dasar yaitu
berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang menggantiSekolah Penata Rawat (SPR).

7.Tahun 1974: Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

8.Tahun 1876: Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatudengan pelayanan di


rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) darirumah sakit.

9.Pada Januari 1983: Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yangmenghasilkan: a)


Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasidalam pelayanan kesehatan; b)
Program gelar dalam pendidikan keperawatan; c)Pengakuan terhadap keperawatan sebagai
suatu profesi yang mempunyai identitasprofesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak
untuk mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

10.Tahun 1985: Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1Keperawatan) yang


pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan UniversitasIndonesia yang menjadi momentum
terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan diIndonesia.

11.Tahun 1999: Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2Keperawatan).

12.Tahun 2000: Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan.
TOKOH KEPERAWATAN INDONESIA

1.Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc

, beliau adalah salah satu pendiriorganisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
sekaligus sebagai Ketua PPNIuntuk kali pertama. Beliau aktif di Ikatan Perawat Indonesia-Jakarta
(IPI-Jakarta)sebelum akhirnya bergabung dan memimpin PPNI. Beliau terpilih 3 periode
berturut-turut terpilih dalam kepengurusan PPNI.

2.H. B. Barnas

 berasal dari IPI-Jakarta, beliau adalah salah satu pendiri PPNI yang kemudian juga menjabat
sebagai pengurus PPNI.

3.Maskoep Soerjo Soemantri

 juga dari IPI-Jakarta, beliau juga adalah pendiri sekaligu ssekretaris pertama dari kepengurusan
PPNI. Beliau dua periode terpilih sebagai sekretaris PPNI mendampingi Oyoh Radiat, M.Sc aka
Odjo Radiat, M.Sc.

4.J. Soewardi

 dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, salah satu pendiri dari PPNI.

5.Sjuamsunir Adam

 dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, beliau juga dikenalsebagai salah satu pendiri dari
PPNI.

6.L. Harningsih

 dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, juga pendiri dari PPNI.

7.Wim Sumarandek, SH

 dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, dikenal juga sebagai pendiri dari PPNI.

8.Drs. Husein, SKM

, beliau adalah sesepuh perawat dari Bogor. Semasa aktif sebagaisekretaris PPNI beliau juga
menjabat sebagai Direktur Akper Depkes RI Bogor. Beliau juga pernah terpilih sebagai ketua
PPNI pada tahun 1995 saat Musyawarah Nasional ke-5di Wisma Haji Pondok Gede.

9.Setien Wuntu, MPH

 adalah pengganti Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc

dalam memimpin PPNI.

10.Drs. Zaidin Ali

, adalah pengganti Maskoep Soerjo Soemantri

sebagai sekretarisPPNI. Beliau dua periode secara berturut-turut terpilih sebagai sekretaris PPNI.
11.Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc

, beliau adalah ketua pengurus pusat PPNI yangterpilih dalam Musyawarah Nasional Keenam
(VI) diselenggarakan di Bandung padatanggal 16-18 April 2000. Beliau kembali terpilih sebagai
ketua umum dalamMusyawarah Nasional ketujuh (VII) yang dilaksanakan di Manado.

12.Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep

, terpilih sebagai sekretaris PPNImendampingi Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc.

 13.Dra. Christine S. Ibrahim, MN, Phd

, beliau adalah tokoh dibalik berdirinya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesiapada


tahun 1985 lalu.

14.Tien Gartinah, MN

,beliau adalah tokoh dibalik berdirinya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia pada
tahun 1985 lalu.

15.Dewi Irawaty, MA

,beliau saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia
sekaligus sebagai ketua umum PPNI saat ini.

16.Harif Fadhilah, S.Kp, SH

, beliau adalah sekretaris jenderal PPNI yang terpilih padaMusyawarah ketujuh (VII) PPNI di
Menado pada tahun 2005 dan masih menjabat posisitersebut sehingga hari ini.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan

Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan denganpenciptaan manusia


perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakinmaju peradaban manusia maka semakin
berkembang keperawatan. danpengobatan zaman purba orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam
keadaanprimitive, namun demikian mereka sudah mampu sedikit pengetahuan dankecakapan
dalam merawat atau mengobati.Pekerjaan "merawat" dikerjakan berdasarkan naluri yang merupakan
suatunaluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, merawatorang lemah).
Kemudian bergeser kezaman purba dimana zaman ini orang masihpercaya pada suatu tantangan adanya
kekuatan mistis yang dapat mempengaruhikehidupan manusia, kepercayaan ini di kenal dengan nama
anisme, dimanaseseorang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruhkekuatan
gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapatmenimbulkan kesakitan dan jiwa yang
sehat dapat menimbulkan kesehatan ataukesejahteraan.

3.2 Saran

Untuk menjadi perawat yang profesional kita harus tahu tentang sejarahperkembangan
keperawatan, karena dengan mengetahui sejarah perkembangankeperawatan kita dapat mengetahui
sampai dimana perkembangan keperawatanpada masa dahulu dan dimana letak kekurangan dan
kelebihan keperawatan padamasa dahulu sehingga kita bisa memperbaiki kekurangan tersebut hingga
menjadilebih baik.

Anda mungkin juga menyukai