Anda di halaman 1dari 30

TUGAS NEUROLOGI

1. DIANA JULITA S (211000414201070)


2. ELVI NABILA FITRI (211000414201071)
Jurnal Yang Dibahas

Pengaruh dukungan keluarga terhadap konsep Hubungan dukungan keluarga dengan

01 diri pasien stroke yang mengalami


kelumpuhan di poli klinik saraf rumah sakit
stroke nasional bukittinggi tahun 2018
02 kemandirian pasien stroke di instalasi
rehabilitasi medik rumah sakit DR.ISKAK
TULUNGAGUNG

03 Coping stress pada caregiver pasien stroke


01
Pengaruh dukungan keluarga terhadap konsep
diri pasien stroke yang mengalami kelumpuhan
di poli klinik saraf rumah sakit stroke nasional
bukittinggi tahun 2018
Pengertian Stroke
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak. Defenisi menurut WHO,stroke adalah suatu
keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit
neurologic fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian.Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak
mengalami penyumbatan atau pecah.Akibatnya sebagian otak tidak mendapatkan pasokan
darah yang membawa oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian sel/jaringan.
1.Analisa Univariat

Analisa univariat adalah suatu teknik analisa data terhadap


satu variabel secara mandiri,tiap variabel dianalisis tanpa
dikaitkan dengan variabel lainnya.
Marah, tidak berdaya, bosan dan bingung, khawatir serta putus asa terhadap citra tubuh responden akibat penyakit pasca
stroke ini.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Murtaqib, (2013) menunjukkan bahwa sebagian besar usia penderita stroke untuk
kelompok latihan ROM pasif maupun aktif sebagian besar berusia antara 41-60 tahun. Insiden stroke meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, setelah usia 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Prevalensi
meningkat sesuai usia yaitu 0,8% pada kelompok usia 18-44 tahun, 2,7% pada kelompok usia 45-64 tahun dan 8,1% pada
kelompok usia 65 tahun.
Penelitian ini sejalan dengan Karunia, (2016)responden yang menderita stroke berada pada umur 43–61 tahun sebanyak 16
orang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wardhani (2014) & Rosiana (2012), yang menyebutkan bahwa kelompok
umur terbanyak adalah 51–80 tahun. Menurut asumsi peneliti umur merupakan salah satu faktor resiko stroke. Semakin
bertambah usia seseorang, maka resiko untuk terserang stroke semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya
kelemahan fungsi tubuh secara menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitas pembuluh darah. Ketika seseorang
memasuki usia 50 tahun, resiko terkena stroke menjadi berlipat ganda ketika usia bertambah 10 tahun. Maka tidak jarang
sekitar dua pertiga penderita stroke berusia diatas 55 tahun.
Saat ini stroke tidak hanya dialami oleh kelompok lansia, namun kelompok muda pun dapat terserang stroke. Kemunduran
pembuluh darah juga meningkat seiring pertambahan umur, sehingga perubahan pada sistem saraf dan pembuluh darah
inilah yang dapat memicu mudahnya lansia terserang stroke. Stroke ini juga dapat terjadi pada setiap usia, dari bayi baru
lahir sampai pada usia sangat lanjut. Namun angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Makin tinggi
usia, makin banyak kemungkinannya untuk mendapatkan stroke.
A.Dukungan keluarga
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arysta, (2016) menunjukkan sebanyak 21 pasien dengan persentase
51.2% memiliki dukungan keluarga yang baik. Artinya bahwa keluarga sangat peduli terhadap pasien stroke dan pasien
dengan dukungan keluarga yang buruk yaitu 20 pasien dengan persentase 48.8%.
Hal ini sejalan juga dengan penelitian Jannah, (2013) bahwa nilai dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 39 orang
dengan presentase 65%. Penelitian menurut Pramita, (2017) berdasarkan dukungan keluarga pasien pasca stroke
menunjukkan bahwa sebagian besar responden dukungan keluarganya cukup baik sebanyak 48 responden (70,6 %).
Sedangkan, responden yang memiliki dukungan keluarga baik ada 20 responden (29,4 %).
Menurut teori Friedman, (2010) individu yang tinggal dalam keluarga besar (extended family) akan mendapatkan
dukungan keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tinggal dalam keluarga inti (nuclear family).
Fahrizal & Darliana,(2016) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga pasien stroke berada pada kategori baik.
Dukungan keluarga yang baik juga mempengaruhi keadaan psikis pasien stroke. Pasien dengan gangguan psikis akan
merasa tidak berdaya,putus asa,dan memandang rendah dirinya.Tetapi dengan adanya peran keluarga yang selalu
mendukung, memotivasi, dan menyemangati pasien dapat mengubah pandangannya terhadap dirinya sendiri menjadi lebih
positif (Afriyani,2011 & Budi Wurtiningsih, 2012).
Baiknya dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke dapat dilihat dari peran keluarga dalam mencari informasi cara
perawatan pasien stroke, keluarga menyediakan berbagai kebutuhan perawatan pasien stroke seperti kebutuhan makanan,
pengobatan dan alat-alat yang diperlukan pasien stroke, keluarga yang memperhatikan, mendengarkan keluh kesah pasien
stroke, dan memberikan support kepada pasien stroke.
Keluarga memiliki peran sistem pendukung utama dalam memberi perawatan langsung pada setiap keadaan sehat-sakit
anggota keluarganya. Dukungan keluarga yang tinggi akan menunjukkan penyesuaian yang lebih baik terhadap kondisi
kesehatan anggota keluarganya. Dengan diberikannya dukungan kepada pasien stroke meraka akan merasa bahwa dirinya
dibutuhkan, diperhatikan dan meraka merasa dirinya tidak berbeda dengan orang lain yang keadaan fisiknya jauh lebih
kuat darinya.
B.Konsep Diri
Sesuai dengan teori Menurunnya harga diri, karena adanya keterbatasan kemampuan fisik,
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan diri maupun orang lain yang biasanya dilakukan saat
sebelum sakit menyebabkan pasien merasa tidak di hargai oleh orang lain lagi (Nurwahidah, 2010).
Menurut asumsi peneliti konsep diri yang negatif sangat berpengaruh sekali bagi pasien stroke. Meraka
beranggapan bahwa dengan keadaan lumpuh yang dialami ini akan membuat orang-orang disekitar
terutama keluarga akan membuat mereka merasa terbebani dengan keadaannya seperti ini. Mereka yang
telah menderita stroke mengalami kelumpuhan dan akanbertambah berat dan ketergantungan pada orang
lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Akibat keadaan yang dialami ini sangat mempengaruhi fungsi psikologis dari pasien, pasien merasa
dirinya cacat dan kecacatan ini menyebabkan citra diri terganggu, merasa diri tidak mampu, jelek,
memalukan, dan sebagainya yang nantinya akan sangat mengganggu pasien.
2.Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah teknik analisa statistik yang


digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variable
atau lebih.
Menurut asumsi peneliti dukungan keluarga ini sangat mempengaruhi konsep diri pasien stroke, terutama pasien stroke
yang mengalami kelumpuhan. Mereka sangat membutuhkan dukungan dari orang terdekat yang berada disekitarnya yang
tidak lain adalah keluarga. Dengan keadaan lumpuh yang dialami pasien stroke saat ini meraka merasa tidak berguna, tidak
bisa melakukan aktifitas sehingga membuat kepercayaan dirinya menurun atau tidak percaya diri, dengan adanya dukungan
dari keluarga ini maka akan bisa meningkatkan kembali harga diri pada pasien stroke. Baiknya konsep diri seseorang
terutama pada pasien stroke yang mengamali kelumpuhan maka baik pula dukungan keluarga yang diberikan pada pasien
stroke, begitu juga sebaliknya karena keluarga adalah segalanya bagi mereka.
Mekanisme koping atau pengelolaan tekanan yang muncul bagi penderita stroke dapat berupa positif maupun negatif.
Bentuk positif pengelolaan ini berupa penerimaan keadaan, lebih siap dan pasrah. Sedangkan akibat negatif yang
dimunculkan yang paling parah adalah individu dapat berbuat nekat seperti bunuh diri, karena merasa tidak dapat berbuat
apa- apa untuk keluarga dan lingkungan sosialnya.
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap konsep diri
pasien stroke yang mengalami kelumpuhan di poli klinik Syaraf RSSN Bukittinggi ,
maka dapat disimpulkan dari hasil uji-T untuk dukungan keluarga pada pasien
stroke didapatkan sebelum dan sesudah dilaksanakan penyuluhan kesehatan p-
value 0,000 (α≤0,05) artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara dukungan
keluarga yang diberikan pada pasien stroke sebelum dan sesudah dilakukan
penelitian. Hasil uji- T pada konsep diri pasien stroke sebelum diberikan
penyuluhan kesehatan dan sesudah didapatkan p-value 0,000 (α≤0,05) artinya,
terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri pasien stroke sebelum
diberikan penyuluhan kesehatan dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.
02
Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian pasien
stroke di instalasi rehabilitasi medik rumah sakit DR.ISKAK
TULUNGAGUNG
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang terdiri atas sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga ada yang memperhatikan.Dukungan keluarga yang baik pada pasien stroke
menunjukkan bahwa keluarga senantiasa ikut berupaya dalam hal penyembuhan dan pemulihan pasien. Data menunjukkan
sebanyak 57 keluarga (100%) pasien datang bersama keluarga saat menjalani rawat jalan di rehab medik. Jenis dukungan
keluarga dibagi menjadi 4 komponen yaitu dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan emosional.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis dukungan keluarga yang paling banyak diterima adalah dukungan informasional dan
dukungan emosional. Selanjutnya dukungan instrumental dan jenis dukungan yang paling sedikit didapatkan adalah
dukungan penghargaan.
1. Dukungan informasional merupakan tanggung jawab bersama termasuk dalam memberikan solusi dari masalah,
nasehat atau arahan, dan memberikan informasi- informasi penting yang dibutuhkan pasien dalam proses
penyembuhan. Pasien mendapatkan dukungan informasional yang baik karena saat ini sangat mudah mengakses
informasi mengenai suatu penyakit dari dokter, perawat, terapis, media cetak dan media elektronik.
2. Dukungan emosional ditunjukkan keluarga dengan selalu mendengarkan keluhan-keluhan yang diungkapkan pasien,
menjaga perasaan agar tidak tersinggung, menghibur saat pasien sedih dan mengungkapkan rasa sayangnya dengan
perkataan maupun perbuatan.
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 50 pasien (87,72%) mendapatkan dukungan instrumental yang baik.
Hasil ini menunjukkan bahwa keluarga telah menjalankan fungsi perawatan kesehatan dan fungsi ekonomi keluarga
dengan baik. Fungsi perawatan kesehatan dapat berupa menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti makan, pakaian,
tempat istirahat yang nyaman dan membantu pasien minum obat. Fungsi ekonomi keluarga berupa penyediaan finansial
yang cukup untuk perawatan dan pengobatan.
4. Dukungan penghargaan ditunjukkan dengan keluarga selalu memberikan pujian apabila pasien stroke mengalami
kemajuan, memberikan semangat dan tetap meminta pendapat kepada penderita atas pemecahan masalah keluarga
sehingga pasien tetap merasa dihargai.
Kemandirian Pasien Stroke di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung:
Kemandirian adalah kemampuan diri sendiri dalam mencukupi kebutuhan tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.
Stroke menyebabkan gangguan yang mempunyai dampak terhadap kemandirian seseorang. Kemandirian seseorang dinilai
dengan menggunakan instumen Barthel index yang meliputi 10 aktivitas yaitu makan, mandi, merawat diri, berpakaian,
buang air besar, buang air kecil, penggunaan toilet, berpindah, mobilitas dan menggunakan tangga.
KESIMPULAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dukungan keluarga pasien stroke di Instalasi


Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Dr. Iskak mayoritas memiliki dukungan keluarga
yang baik yaitu sebanyak 87,72%. Sebagian besar kemandirian pasien stroke
masuk dalam klasifikasi ketergantungan sedang yaitu sebanyak 71,93%. Terdapat
hubungan positif dukungan keluarga dengan kemandirian pasien stroke, sehingga
semakin baik dukungan keluarga maka semakin mandiri pasien stroke.
03
Coping stress pada caregiver pasien stroke
Stres

Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara


individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak
antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang
bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang (Sarafino, 1994).
1.Kondisi stres pada
caregiver

Kondisi kelelahan fisik,emosi dan mental yang dialami oleh


seseorang saat merawat orang sakit,lansia, atau penyandang
disabilitas.
Caregiver memiliki peranan yang penting dalam membantu kesembuhan pasien stroke, hal itu dikarenakan hampir seluruh
kegiatan pasien dibantu oleh caregiver. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam merawat pasien stroke caregiver
menghadapi berbagai masalah yang pada akhirnya membuat mereka stres. Menurut Thornton & Davis (2003) masalah-
masalah yang dialami oleh caregiver disebut dengan istilah caregiver strain. Masalah yang dialami oleh keempat caregiver
(caregiver S, AN, SH dan L) meliputi domain fisik, emosi dan finansial (Thornton & Davis, 2003). Pada domain fisik,
semua caregiver mengalami kelelahan fisik hal itu terjadi karena para caregiver merawat pasien hampir 24 jam setiap
harinya, memberi bantuan dalam memandikan pasien dan segala aktivitas yang berhubungan dengan MCK, menyiapkan
makanan, menyuapi makanan, membantu terapi, mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus kebutuhan keluarga dan
merawat orang tua yang sedang sakit, selain itu caregiver juga harus bekerja mencari nafkah agar tetap bisa mencukupi
kebutuhan keluarganya. Masalah pada domain emosi menunjukkan adanya kelelahan psikologis pada semua caregiver
yang meliputi perasaan sedih, menangis dan mudah marah. Pada domain finansial, caregiver S mengaku penghasilannya
menjadi berkurang sejak istrinya terkena stroke, caregiver S memilih memotong waktu bekerjanya agar dapat merawat
istrinya karena sang istri yang tidak bisa melakukan aktivitas apapun.
2.Coping Stres pada
Caregiver

Caregiver yang mengalami stres secara terus menerus ketika merawat pasien
stroke dapat menyebabkan ketidaknyamanan, baik bagi caregiver itu sendiri
maupun bagi pasien. Oleh karena itu caregiver perlu melakukan suatu usaha yang
bertujuan untuk meminimalkan atau menghilangkan stres. Tindakan yang
dilakukan disebut dengan istilah coping (Sarafino, 1994). Coping terhadap stres
perlu dilakukan oleh para caregiver agar pemberian perawatan dapat berjalan
efektif.
1. Keaktifan diri
Keaktifan diri merupakan suatu tindakanuntuk mencoba menghilangkan atau mengetahui penyebab stres atau
memperbaiki akibatnya secara langsung Dalam merawat pasien stroke, para caregiver memiliki cara dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapinya.
2. Perencanaan
perencanaan adalah bagaimana mengatasi penyebab stress, antara lain dengan membuat strategi untuk berniat, memikirkan
tentang langkah upaya yang perlu diambil mengenai suatu masalah.
3. Kontrol diri
kontrol diri yaitu individu membatasi keterlibatannya dalam aktivitas kompetisi atau persaingan dan tidak bertindak buru-
buru. Merawat pasien stroke merupakan pekerjaan yang tidak mudah, seperti yang dikatakan oleh caregiver AN yang
mengaku harus bersabar karena kondisi pasien yang berubah.
4. Mencari dukungan sosial
Dukungan sosial merupakan suatu hal yang dibutuhkan bagi para caregiver. Dukungan sosial dapat dibagi menjadi dua
macam yakni dukungan yang bersifat instrumental dan dukungan yang bersifat emosional. Dukungan yang bersifat
instrumental adalah nasihat, bantuan atau informasi. Sedangkan bentuk dukungan yang bersifat emosional adalah adanya
dukungan moral simpati atau pengertian. Semua caregiver
mengaku bahwa mereka mendapat dukungan dari keluarganya ketika menghadapi masalah.
5.Penerimaan
Maksud dari penerimaan adalah suatu kondisi yang penuh dengan stres dan keadaan yang memaksa untuk mengatasi
masalah tersebut.
6. Religiusitas
Religiusitas yaitu sikap individu yang menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan. Setelah merawat
pasien stroke, caregiver mengaku mengalami peningkatanpada aktivitas religiusitas, hal itu diketahui dengan semakin rajin
dalam beribadah dan berdoa memohon kesembuhan bagi keluarga yang terkena stroke dan bersikap pasrah atas segala hal
yang terjadi pada kehidupan mereka.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam merawat pasien stroke, caregiver mengalami
berbagai masalah antara lain pada domain fisik, caregiver mengalami kelelahan fisik yang membuat mereka
jatuh sakit dan adanya perubahan berat badan. Domain emosi menunjukkan adanya kelelahan psikologis
seperti sedih, menangis dan mudah marah. Pada domain finansial, caregiver mengalami kesulitan ekonomi
karena memutuskan untuk berhenti dan memotong waktu bekerjanya. Selain ketiga masalah tersebut,
terdapat 1 masalah lain yakni masalah sosial dimana caregiver mendapat tuntutan dari keluarga besar.
Proses menghadapi masalah oleh masing-masing caregiver menghasilkan coping yang khas. Coping
berdasarkan emosi yang ada pada penelitian ini adalah kontrol diri, semua caregiver mengaku lebih sabar
setelah merawat pasien stroke. Sedangkan coping berdasarkan masalah antara lain mencari dukungan sosial
dan konfrontasi, yaitu adanya inisiatif dari para caregiver untuk mengambil langkah sendiri dalam
menyelesaikan masalahnya. Selain coping berdasarkan emosi dan coping berdasarkan masalah, ada satu
bentuk coping lainnya yang ada pada penelitian ini yaitu coping religius, yang mana semua caregiver
percaya dan yakin bahwa apa yang terjadi pada mereka adalah bagian dari ujian yang Allah berikan dan
mereka percaya bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan mereka.
Lanjutan

Coping yang dipilih oleh masing-masing caregiver dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur,
tahap kehidupan, jenis kelamin, suku & kebudayaan, status ekonomi serta dukungan sosial.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan oleh peneliti antara lain yang pertama bagi
caregiver, caregiver diharapkan mampu memahami pentingnya keberadaan mereka bagi pasien stroke.
Yang kedua bagi pasien stroke, pasien stroke diharapkan mampu mengerti dan memahami bahwa
caregiver juga dapat mengalami stres sehingga perlu kerjasama dari pasien stroke. Yang ketiga adalah
bagi psikolog, psikolog perlu melihat dan memahami fenomena yang terjadi pada caregiver pasien
stroke sehingga dapat memberikan pencegahan, penanganan atau pendampingan yang tepat bagi
anggota keluarga yang menjadi caregiver agar dapat memberikan perawatan sebaik mungkin, dan
yang terakhir adalah bagi peneliti lain, yang diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan
dijadikan referensi sebagai tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya .
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai