LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
kecil, namun masih menjadi masalah yang krusial di Indonesia karena dampak yang
tidak diobati dan tidak ditangani secara optimal dari keluarga. Penderita skizofrenia
dibiarkan di jalan-jalan, bahkan ada pula yang dipasung oleh keluarganya. Kondisi
Menurut data World Health Organisasi (WHO) tahun 2016, terdapat 21 juta
orang terkena skizofrenia. Studi epidemiologi pada tahun 2010 menyebutkan bahwa
perkiraan angka prevalensi skizofrenia di Indonesia 0,3–1 persen dan biasanya timbul
pada usia 18–45 tahun, namun ada pula yang masih berusia 11– 12 tahun sudah
2018, insiden gangguan jiwa berat skizofrenia adalah 6,4 per 1000 penduduk. Hasil
di Indonesia telah berobat. Namun yang meminum obat tidak rutin lebih rendah
sedikit daripada yang meminum obat secara rutin. Tercatat sebanyak 48.9% penderita
psikosis tidak meminum obat secara rutin dan 51,1% meminum secara rutin.
Sebanyak 36,1% penderita yang tidak rutin minum obat dalam satu bulan terakhir
beralasan merasa sudah sehat. Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat dan
23,6% tidak mampu membeli obat secara rutin. (Kemenkes,2018). LANJUT DINkes.
Orang dengan gangguan jiwa(ODGJ) yang berobat di Poli Khusus Puskesmas Puger.
kunjungan rumah(13,8%).
dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Kombinasi faktor-faktor
mengalami gejala halusinasi dan dalam hal ini peran keluarga dalam pengobatan
penderita skizofrenia juga sangat penting. Dukungan keluarga dan teman merupakan
salah satu obat penyembuhan yang sangat berarti bagi penderita, sayangnya
sehingga hal ini turut mempengaruhi sikap keluarga terhadap pasien bahkan
gangguan jiwa dianggap sebagai penyakit yang membawa aib bagi keluarga,
sehingga keluarga menjadi stress, bingung, marah, cemas, tak berdaya, menyalahkan
satu sama lain, malu yang sering disebut sebagai beban subjektif keluarga sehingga
diputuskan untuk dibuang oleh keluarganya sendiri (Sumarjo, 2004). Pernyataan ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani, Hamid, Wiarsih, dan
keluarga disebabkan oleh faktor stres dan kurangnya sumber daya, selain itu
pengabaian pasif terjadi akibat caregiver burn out yang dirasakan keluarga akibat
klien mau minum obat. Sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk
merawat penderita skizofrenia yang ada dirumah, terutama dukungan instrumental
yang diberikan meliputi seluruh aktivitas yang berorientasi pada tugas perawatan
50% kekambuhan pasien dan rehospitalisasi, 50% pasien skizofrenia dapat dirawat
jalan oleh keluarga setelah dipulangkan selama 1 tahun. Dalam waktu 6 bulan pasca
rawat hanya sekitar 30-40% penderita yang mengalami kekambuhan, setelah 1 tahun
karena itu, dukungan keluarga merupakan salah satu komponen terpenting dalam
B. Rumusan Masalah
Puger ?
Puskesmas Puger?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Puskesmas Puger.
Puskesmas Puger.
D. Manfaat
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi keluarga
terhadap skizofrenia.