Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA


DI POLI JIWA RSUD SALEWANGAN MAROS

Fausia N1, Hasanuddin2, Darwis3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Alamat Respondensi: (fausiah1405@gmail.com/082395919729)

ABSTRAK

Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor
penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Salah satu kendala dalam mengobati
skizofrenia optimal adalah keterlambatan pasien datang ke klinik untuk berobat. Beberapa hal yang
bisa memicu kekambuhan skizofrenia. Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental
merupakan awal usaha memberikan iklim kondusif bagi anggota keluarga. Sebab keluarga adalah
orang yang sangat dekat dengan pasien serta dianggap paling banyak memberikan pengaruh pada
kehidupan individu pasien. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di Poli Jiwa RSUD
Salewangan Maros. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 63 keluarga. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa
menggunakan chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik berjumlah 23 responden, dimana terdapat 95,7% yang mengatakan pasien patuh
minum obat dan 4,3% yang mengatakan pasien tidak patuh minum obat. Responden yang memiliki
pengetahuan cukup berjumlah 29 responden, dimana terdapat 72,4% yang mengatakan pasien patuh
minum obat dan 27,6% yang mengatakan pasien tidak patuh minum obat. Sedangkan responden
yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 11 responden, dimana terdapat 54,5% yang
mengatakan pasien patuh minum obat dan 45,5% yang mengatakan pasien tidak patuh minum obat.
Hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai ρ=0,017. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di
Poli Jiwa RSUD Salewangan Maros.

Kata kunci: Kepatuhan Minum Obat, Skizofrenia, Tingkat Pengetahuan

PENDAHULUAN 50% orang dengan skizofrenia tidak menerima


Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering perawatan yang tepat. Sembilan puluh persen
kali sulit didefinisikan, orang di anggap sehat orang dengan skizofrenia yang tidak diobati
jika mereka mampu memainkan peran dalam tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
masyarakat dan perilaku mereka pantas dan menengah. Kurangnya akses ke layanan
adaptif. Sebaliknya, seseorang dianggap sakit kesehatan mental adalah masalah penting.
jika gagal memainkan peran dan memikul Selain itu, orang dengan skizofrenia lebih kecil
tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas. kemungkinannya untuk mencari perawatan
Kebudayaan setiap masyarakat sangat daripada populasi umum (WHO, 2018).
mempengaruhi definisi sehat dan sakit. Prevalensi gangguan jiwa berat pada
Masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh penduduk Indonesia 7 per mil. Gangguan jiwa
dunia memang sudah menjadi masalah yang berat terbanyak di Bali dan terendah di
sangat serius, paling tidak ada satu dari empat Kepulauan Riau. Proporsi rumah tangga yang
orang di dunia mengalami masalah mental pernah memasung anggota rumah tangga
(Purnamasari, dkk., 2013) dengan gangguan jiwa berat 14,0% dan
Berdasarkan data dari World Health terbanyak pada penduduk yang tinggal di
Organization (WHO), skizofrenia menyerang perdesaan 17,7%. Cakupan pengobatan
lebih dari 23 juta orang di seluruh dunia tetapi penderita gangguan jiwa skizofrenia/psikosis
tidak biasa seperti banyak gangguan mental menunjukkan bahwa hanya 48,9% yang rutin
lainnya. Ini lebih umum di antara laki-laki (12 minum obat dan 51,1% yang tidak rutin minum
juta), daripada perempuan (9 juta). Lebih dari obat (Kemenkes RI, 2018)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
321
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa peran yang sangat penting. Salah satu peran
fungsional dengan gangguan utama pada keluarga dalam melakukan perawatan pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, anggota keluarga yang mengalami gangguan
perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, jiwa adalah memberikan perhatian yang lebih
kamauan dan psikomotor disertai distorsi kepada anggota keluarga yang mengalami
kenyataan, terutama karena waham dan ganggu jiwa seperti meperhatikan kebutuhan
halusinasi, asoisasi terbagi-bagi sehingga sehari-hari klien baik makan, minum, istirahat
timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku dan tidur, eliminasi dan lain-lain (Saswati,
bizar. Skizofrenia merupakan bentuk psikosa dkk., 2017).
yang banyak dijumpai dimana-mana namun Pengetahuan keluarga mengenai
faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi kesehatan mental merupakan awal usaha
secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan memberikan iklim kondusif bagi anggota
ini sebagai demensia precox (Azizah, dkk., keluarga. Sebab keluarga adalah orang yang
2016). sangat dekat dengan pasien serta dianggap
Salah satu kendala dalam mengobati paling banyak memberikan pengaruh pada
skizofrenia optimal adalah keterlambatan kehidupan individu pasien. Sehingga keluarga
pasien datang ke klinik untuk berobat. menjadi sangat penting artinya dalam
Beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan membantu perawatan dan penyembuhan
skizofrenia, antara lain tidak minum obat dan pasien (Baharia, dkk., 2014).
tidak kontrol ke dokter secara teratur, Berdasarkan data dari RSUD
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan Salewangan Maros menunjukkan bahwa
dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga jumlah pasien skizofrenia di RSUD
dan masyarakat, serta adanya masalah Salewangan Maros pada tahun 2016
kehidupan yang berat yang membuat stres. sebanyak 973 pasien, meningkat pada tahun
Pasien skizofrenia yang berhenti minum obat 2017 sebanyak 1.106 pasien dan meningkat
akan memicu munculnya kembali gejala positif kembali pada tahun 2018 sebanyak 1.464
dan negatif dari skizofrenia (misalnya: pasien, sedangkan pada bulan Mei sampai
halusinasi, austitik, waham, isolasi sosial) Juli 2019 di RSUD Salewangan Maros
karena terjadi peningkatan kadar sebanyak 401 pasien, dimana 137 pasien
neurotransmitter dopamine. Antipsikotik yang bulan Mei, 96 pasien bulan Juni dan 168
diminum oleh pasien mempunyai cara kerja pasien bulan Juli (Rekam Medik RSUD
menghambat reuptake dopamine Salewangan Maros). Berdasarkan hasil
neurotransmitter sehingga terjadi wawancara dengan seorang keluarga pasien
keseimbangan kembali neurotransmitten mengatakan belum mengerti tentang penyakit
dopamine (Astuti, dkk., 2017). yang diderita oleh keluarganya, namun
Pengobatan ini berfokus pada keluarga tetap memotivasi pasien untuk
mengurangi gejala psikosis dengan cepat melakukan pengobatan. Tetapi, adakalanya
pada fase akut dan memperpanjang periode keluarga juga masih kurang aktif untuk
relaps dan mencegah pengulangan gejala menjaga anggota keluarganya yang
yang lebih buruk. Selain itu, pada pengobatan mengalami gangguan jiwa sehingga terkadang
yang teratur pasien dapat kembali ke dalam keluarga ingin menitipkan keluarganya untuk
lingkungan sosialnya dalam waktu yang lebih dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
cepat. Pasien yang menjalani pengobatan Berdasarkan uraian tersebut, maka
secara rutin selama satu tahun memiliki resiko penulis merasa perlu untuk melakukan
lebih kecil untuk mengalami relaps. Beberapa penelitian tentang Hubungan Tingkat
penelitian membuktikan bahwa 50% pasien Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan
skizofrenia yang masuk ke rumah sakit jiwa Minum Obat Pasien Skizofrenia di Poli Jiwa
kemudian dilakukan rawat jalan malah RSUD Salewangan Maros.
mengalami masalah ketidakpatuhan (poor
adherence) (Naafi’, dkk., 2016). BAHAN DAN METODE
Perawatan di rumah sakit tidak akan Lokasi, Populasi, Sampel
bermakna bila tidak dilanjutkan dengan Desain penelitian yang digunakan adalah
perawatan di rumah, untuk dapat melakukan deskriptif analitik dengan rancangan One
perawatan secara baik dan benar keluarga cross sectional study dan dilaksanakan di Poli
perlu memiliki bekal yaitu pengetahuan Jiwa RSUD Salewangan Maros pada tanggal
mengenai penyakit yang dialami oleh pasien. 10 September sampai 28 Oktober 2019.
Hal ini mengingat bahwa pasien skizofrenia Populasi dalam penelitian adalah semua
mengalami berbagai kemunduran, salah keluarga pasien skizofrenia yang datang
satunya yaitu fungsi kognitif, sehingga orang berkunjung di Poli Jiwa RSUD Salewangan
terdekat pasien dalam hal ini keluarga memiliki Maros sebanyak 168 keluarga dengan jumlah

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
322
sampel sebanyak 63 keluarga menggunakan Analisis Data
purposive sampling. 1. Analisis Univariat
1. Kriteria inklusi Analisa univariat bertujuan untuk
a. Keluarga yang merawat pasien mendeskripsikan karakteristik setiap
skizofrenia. variabel penelitian. Bentuk jenis analisis
b. Keluarga pasien skizofrenia yang univariat tergantung dari jenis datanya.
bersedia menjadi responden 2. Analisis Bivariat
2. Kriteria eksklusi Analisis bivariat yang dilakukan terhadap
a. Keluarga pasien yang tidak kooperatif. dua variabel yang diduga berhubungan
b. Keluarga pasien tidak tahu membaca atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2014).
dan menulis Analisis bivariat yang digunakan dalam
penelitian ini Chi-Square.
Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan HASIL PENELITIAN
dalam penelitian ini adalah daftar pertayaan 1. Analisis Univariat
berupa kuesioner. Kuesioner penelitian yang Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
digunakan dalam penelitian ini berisi berdasarkan Karakteristik di Poli Jiwa
pernyataan pengetahuan keluarga tentang RSUD Salewangan Maros (n=63)
skizofrenia dan kepatuhan minum obat pasien
skizofrenia. Kuesioner pengetahuan keluarga Data demografi n %
tentang skizofrenia berisi 10 item Umur
menggunakan skala guttman. Adapun item 6 15,9
17-25 tahun 10
item pertanyaan menggunakan pertanyaan 39,7
26-35 tahun 25
positif yaitu pertanyaan (1, 2, 4, 5, 9, 10) 11,1
36-45 tahun 7
dengan jawaban benar diberi skor 1 dan 23,8
46-55 tahun 15
jawaban yang salah diberi skor 0, sedangkan 9,5
56-65 tahun 6
4 item pertanyaan menggunakan pertanyaan Jenis kelamin
negatif yaitu pertanyaan (3, 6, 7, 8) dengan Laki-Laki 25 39,7
jawaban benar diberi skor 0 dan jawaban yang Perempuan 38 60,3
salah diberi skor 1. Kuesioner kepatuhan Pekerjaan
minum obat berisi 10 item pertanyaan SD 12 19
menggunakan skala guttman dengan pilihan SMP 13 20,9
jawaban Ya dan Tidak, untuk jawaban Ya SMA 18 28,6
diberi skor 0 dan Tidak diberi skor 1. DIII 4 6,3
S1 16 25,4
Pengolahan Data Pekerjaan
1. Editing IRT 24 38,1
Hasil angket yang diperolehkan atau PNS 9 14,3
dikumpulkan melalui kuesioner perlu pegawai swasta 7 11,1
disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau Wiraswasta 17 27
tenyata masih ada data atau informasi petani 6 9,5
yang tidak lengkap, dan tidak mungkin
dilakukan wawancara ulang, maka Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out). bahwa dari 63 responden didapatkan umur
2. Coding sheet responden terbanyak berada pada rentan
Lembaran kode adalah instrument berupa 26-35 tahun sebanyak 25 responden
kolom untuk merekam data secara manual. (39,7%) dan paling sedikit berada pada
Lembaran atau kartu kode berisi nomor rentan umur 56-65 tahun sebanyak 6
responden, dan nomor pertanyaan. responden (9,5%). Jenis kelamin
3. Data entry responden terbanyak yaitu perempuan
Yakni mengisi kolom atau kotak lembar sebanyak 38 responden (60,3%) dan laki-
atau kartu kode sesuai dengan jawaban laki sebanyak 25 responden (39,7%).
masing-masing pertanyaan. Pendidikan responden terbanyak yaitu
4. Tabulasi SMA sebanyak 18 responden (28,6%) dan
Yakni membuat tabel data, sesuai dengan paling sedikit yaitu DIII sebanyak 4
tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh responden (6,3%). Pekerjaan responden
peneliti (Notoatmodjo, 2014). terbanyak yaitu IRT sebanyak 24
responden (38,1%) dan paling sedikit yaitu
pegawai swasta sebanyak 7 responden
(11,1%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
323
2. Analisis Bivariat Sesuai dengan teori Friedman (2010) dalam
Tabel 2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Irman, dkk., (2018), dukungan keluarga
Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat didefinisikan sebagai informasi verbal atau
Pasien Skizofrenia di Poli Jiwa RSUD non verbal, saran, bantuan yang nyata atau
Salewangan Maros. tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang
Kepatuhan Berobat yang akrab dengan subjek di dalam
Pengetah Tidak Total lingkungannya atau yang berupa kehadiran
Patuh
uan Patuh dan hal-hal yang dapat memberikan
n % n % n % keuntungan emosional dan berpengaruh pada
Baik 22 95,7 1 4,3 23 100 tingkah laku penerimanya, dalam hal ini orang
Cukup 21 72,4 8 27,6 29 100 yang merasa memperoleh dukungan secara
Kurang 6 54,5 5 45,5 45,5 100
emosional merasa lega karena diperhatikan,
Jumlah 49 77,8 14 22,2 63 100
mendapat saran atau kesan yang
ρ=0,017
α=0,05 menyenangkan pada dirinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil hubungan tingkat pengetahuan keluarga
uji statistik dengan Chi-square diperoleh dengan kepatuhan minum obat pasien
nilai ρ=0,017. Karena nilai ρ>α = 0,05 skizofrenia di Poli Jiwa RSUD Salewangan
maka hipotesis alternatif diterima. Maros karena keluarga dengan pengetahuan
Interpretasi bahwa ada hubungan tingkat baik lebih cenderung pasiennya patuh minum
pengetahuan keluarga dengan obat sedangkan keluarga.
kepatuhan minum obat pasien Hasil penelitian ini didapatkan responden
skizofrenia di Poli Jiwa RSUD yang memiliki pengetahuan baik tetapi pasien
Salewangan Maros. kurang patuh minum obat. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh lamanya pengobatan. Sesuai
PEMBAHASAN dengan penelitian Rawa, dkk., (2017)
Berdasarkan penelitian yang telah mengemukakan bahwa pengobatan untuk
dilakukan di Poli Jiwa RSUD Salewangan mengatasi gejala-gejala skizofrenia
Maros menunjukkan bahwa sebagian besar membutuhkan waktu yang lama. Pada
responden memiliki pengetahuan yang baik, umumnya perilaku pasien skizofrenia sulit
hal ini disebabkan karena keluarga mengerti untuk diarahkan. Mereka cenderung mudah
bahwa penderita gangguan jiwa akan bosan dan malas melakukan sesuatu.
menunjukan perilaku yang tidak sesuai Lamanya penyakit tampaknya memberikan
dengan realita dan tidak tepat menggunakan efek negatif terhadap kepatuhan pasien
obat tradional untuk gejala gangguan jiwa,. minum obat. Semakin lama pasien menderita
Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor informasi skizofrenia, maka makin kecil pasien tersebut
yang masih yang diterima oleh keluarga masih patuh pada pengobatannya. Dalam penelitian
kurang. Sesuai dengan teori yang ini pula terdapat responden yang memiliki
dikemukakan Budiman & Riyanto (2014), pengetahuan kurang tetapi pasien patuh
bahwa informasi yang diperoleh baik dari dalam meminum obat. Hal ini dapat
pendidikan formal maupun non formal dapat dipengaruhi oleh motivasi. dengan penelitian
memberikan pengaruh jangka pendek Rawa, dkk., (2017) mengemukakan bahwa
(immediate impact) sehingga menghasilkan ketidakpatuhan minum obat merupakan salah
perubahan atau peningkatan pengetahuan. satu penghambat pemulihan. Kepatuhan
Berkembangnya teknologi akan menyediakan minum obat terkait erat dengan aspek
bermacam-macam media massa yang dapat psikologis, misalnya masalah kebiasaan dan
memengaruhi pengetahuan masyarakat diperlukan juga suatu motivasi yang kuat
tentang inovasi baru. untuk sembuh.
Hasil penelitian ini pula didapatkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebagian besar pasien patuh minum obat, hal penelitian yang telah dilakukan oleh Irman,
ini disebabkan karena pasien tidak merasa dkk., (2018), mengemukakan bahwa terdapat
malu dengan penyakitnya sehingga tetap mau hubungan yang bermakna antara
minum obat, tampilan obat membuat tidak pengetahuan dengan kepatuhan klien minum
membuat pasien untuk tidak meminum obat, obat di wilayah kerja Puskesmas Jua Gaek
tidak merasakan efek dari obat yang tahun 2017. Peningkatan pengetahuan
dikonsumsi, dan pasien tidak berhenti memiliki hubungan yang positif dengan
meminum obat walaupun gejalanya sudah perubahan perilaku. Dimana pengetahuan
mulai redah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh dapat diperoleh melalui pendidikan dan
tinggi dukungan dari keluarga dalam penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Tingkat
membantu pasien dalam meminum obat. pendidikan akan mempengaruhi kemampuan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
324
penyerapan informasi. Informasi inilah yang dalam meminum obat. Namun masih banyak
menjadi pengetahuan bagi seseorang. faktor yang mempengaruhi kepatuhan paisen
Keluarga merupakan orang terdekat antara lain; individu pasien, sosial ekonomi,
dengan pasien, mempunyai peranan penting kondisi penyakit, program terapeutik, sistem
dalam kesembuhan pasien, salah satunya perawatan kesehatan dan provider (pemberi
yaitu dukungan informasi dimana jenis layanan kesehatan) dan psikososial.
dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan
tanggung jawab bersama yaitu termasuk KESIMPULAN
didalamnya memberikan solusi atas masalah, Berdasarkan hasil penelitian dan
memberikan nasehat, pengarahan,saran atau pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
umpan balik tentang apa yang dilakukan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan
seseorang, selain itu keluarga sebagai keluarga dengan kepatuhan minum obat
penyedia informasi untuk melakukan pasien skizofrenia di Poli Jiwa RSUD
konsultasi yang teratur ke rumah sakit dan Salewangan Maros..
terapi yang baik bagi dirinya serta tindakan
spesifik bagi klien untuk melawan stresor. SARAN
Pengetahuan keluarga dengan kepatuhan 1. Diharapkan keluarga dapat meningkatkan
minum obat pasien skizofrenia dapat informasi tentang skizofrenia dan cara
membantu keluarga dalam perawatan pasien merawat pasien sehingga keluarga dapat
skizofrenia (Purnamasari, dkk., 2013). menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh 2. Diharapkan perawat melibatkan peran
keluarga antara lain pemahaman tentang serta keluarga dalam asuhan keperawatan
gangguan mental yang diderita klien/penyakit pada pasien gangguan jiwa misalnya
skizofrenia, faktor penyebab, cara pemberian dalam memberikan penyuluhan tentang
obat, dosis obat, dan efek samping penyakit skizofrenia kepada keluarga,
pengobatan, gejala kekambuhan, serta sikap memberi informasi tentang cara minum
yang perlu ditunjukkan dan dihindari selama obat yang baik dan benar kepada keluarga,
merawat klien di rumah (Fadli & Mitra, 2013). mengingatkan keluarga agar membawa
Menurut asumsi peneliti, terdapat ada pasien ke tempat pelayanan kesehatan
hubungan tingkat pengetahuan keluarga untuk kontrol ulang secara teratur.
dengan kepatuhan minum obat pasien 3. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk
skizofrenia karena keluarga dengan melakukan penelitian terkait faktor yang
pengetahuan baik lebih cenderung pasiennya berhubungan dengan kepatuhan minum
patuh minum obat sedangkan keluarga obat pasien skizofrenia menggunakan
dengan pengetahuan kurang lebih cenderung jumlah sampel yang lebih banyak
pasiennya tidak patuh minum obat. Jadi dapat sehingga didapatkan hasil yang lebih
disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan variatif.
keluarga maka semakin patuh pula pasien .

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A. P., Susilo, T., & Putra, S. M. (2017). Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Periode Kekambuhan
pada Pasien Skizofrenia: Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus, Vol. 6, No. 2, 53-86.

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Baharia, Haskas, Y., & Dahrianis. (2014). Hubungan Pengetahuan dengan Peran Keluarga dalam Merawat
Pasien dengan Perilaku Kekerasan di Poliklinik Jiwa RSKD Prov. Sulawesi Selatan. Jurnal Stikes Nani
Hasanuddin Makassar, 1-5.

Budiman, & Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Fadli, S. M., & Mitra. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita
Skizofrenia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 10, 466-470.

Irman, V., Patricia, H., & Srimayenti. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Keluarga
dalam Mengontrol Minum Obat Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Kesehatan, Volume 2 Nomor 1, 130-
135.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
325
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Litbang Kementerian Kesehatan RI.

Naafi’, A. M., Perwitasari, D. A., & Darmawan, E. (2016). Kepatuhan Minum Obat Pasien Rawat Jalan
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, 4 (2), 7-
12.

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Purnamasari, N., Tololiu, T., & Pangemanan, D. H. (2013). Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan
Minum Obat Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado. Ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1, 1-7.

Rawa, F., Rattu, A. J., & Posangi, J. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat
pada Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal Ikmas, Vol 2, No 2, 1-14.

Saswati, N., Dasuki, & Ermayani. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Peran Keluarga dalam
Melakukan Perawatan Pasien Skizofrenia di RSJD Provinsi Jambi. Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6,
No. 2, 136-141.

Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: ECG.

WHO. (2018). Schizophrenia. Fact Sheets of World Health Organization.

Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 4 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
326

Anda mungkin juga menyukai