Nim : 21012022
Kls : Aj samainda
Judul : hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSJD
Atma husada Mahakam samarinda
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan penyakit yang statusnya sama dengan penyakit lain yang bisa
diobati dan disembuhkan. Pada banyak kasus, pasien gangguan jiwa secara medis dinyatakan
sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya (Sari, 2017). Oleh sebab itu, peran keluarga
sangat penting dalam proses penyembuhan gangguan jiwa, dengan pasien dekat dengan
keluarga yang bersikap terapeutik dan mendukung pasien, masa kesembuhan pasien dapat
dipertahankan selama mungkin. Kekambuhan pada pasien skizofrenia menimbulkan dampak
yang buruk ,bagi keluarga, klien dan rumah sakit. Dampak kekambuhan bagi keluarga yakni
menambah beban keluarga dari segi biaya perawatan dan beban mental bagi keluarga karena
anggapan negatif masyarakat kepada klien. Sedangkan bagi klien adalah sulit diterima oleh
lingkungan dan masyarakat sekitar. Kekambuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya ekspresi emosi, dukungan keluarga, dan faktor kepatuhan minum obat.
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2013 menunjukkan terdapat
sekitar 450 juta orang menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia. Kekambuhan
rata-rata penderita skizofrenia dalam dua tahun adalah 1,48 kali. Sedangkan pada tahun 2014
jumlah penderita skizofrenia sekitar 21 juta orang di seluruh dunia,tetapi 2 tidak seperti jumlah
penderita mental lainnya. Perkiraan penduduk indonesia yang menderita gangguan skizofrenia
sebesar 2-3% jiwa. Pada tahun 2013 penduduk Indonesia mengalami skizofrenia sebanyak
0,17% atau sebesar 400 ribu jiwa (Riskesdas dan Pusdatin, 2013). Hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas, 2013) menyebutkan bahwa terdapat 1 juta jiwa berat dan 19 pasien gangguan
skizofrenia ringan di indonesia. Untuk wilayah Kalimantan sendiri khusunya kota samarinda di
ketahui terdapat peningkatan jumlah penderita di lihat dari peningkatan jumlah kunjungan di
poli rawat jalan RSJD atma husada dan pasien dalam perawatan di ruang rawat inap.
salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan pasien skizofrenia adalah kurangnya
peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit
tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu cara menangani
perilaku penderita di rumah (Nurdiana, 2007). Keluarga dapat menjadi faktor penyebab utama
kekambuhan penderita skizofrenia setelah faktor ketidakteraturan minum obat. Keluarga
merupakan orang atau lingkungan terdekat penderita skizofrenia karena adanya beban bagi
keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami skizofrenia mengakibatkan keluarga
tidak memperdulikan dan bersikap keliru pada pasien. Sehingga dukungan dan sikap keluarga
dalam merawat pasien yang kurang tepat dapat menyebabkan kekambuhan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga pada penderita Skizofrenia di rsjd atma
husada
2. Untuk mengidentifikasi Kekambuhan pada pasien skizofrenia di Rsjd atma husada
3. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan pada pasien
skizofrenia di Rsjd atma husada
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan
pada pasien skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas mangkupalas samarinda seberang,
Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan jiwa
terkait upaya dukungan keluarga.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan pada masyarakat
bahwa dukungan keluarga dapat memberikan pencegahan kekambuhan bagi penderita
skizofrenia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dukungan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga,berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
2. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya,berupa dukungan informasional,dukungan
penilaian,dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,tindakan,dan
penerimaan terhadap anggota keluarga,sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-
dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai 7 sesuatu yang dapat
diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan (Erdiana,2015).
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010):
a. Fungsi afektif : Gambaran tentang keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarganya dalam memberikan kasih sayang kepada pasien
skizofrenia.
b. Fungsi sosialisasi : Interaksi atau hubungan dalam suatu keluarga,bagaimana
keluarga belajar disiplin,norma,budaya dan perilaku.
c. Fungsi kesehatan
d. Fungsi ekonomi
C. Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Menurut Faisal (2008), penyakit Skizofrenia atau Schizophrenia artinya
kepribadian yang terpecah; antara perasaan,pikiran dan perilaku. Dalam artian apa yang
dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Secara spesifik skizofrenia
adalah orang yang mengalami gangguan emosi, perilaku dan pikiran. Menurut Laura
A.King (2010) Skizofrenia adalah gangguan psikologis yang parah yang dicirikan oleh
adanya proses-proses berfikir 24 yang terganggu. Istilah skizofrenia datang dari bahasa
latin baru Schizo yang berarti “terpecah” dan Phrenia yang berarti “pikiran”. Hal ini
menekankan bahwa pikiran seseorang terpecah dari realitas, bahwa individu itu menjadi
bagian dari dunia yang kacau dan menakutkan.
2. Penyebab Skizofrenia
Luana (2007) menjelaskan penyebab dari skizofrenia dalam model diatesis-stress,
bahwa Skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan lingkungan. Di bawah ini
pengelompokan penyebab Skizofrenia , yakni:
1. Faktor Biologi
a. Komplikasi
Kelahiran Bayi laki-laki mengalami komplikasi saat dilahirkan sering
mengalami Skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan
seseorang terhadap skizofrenia.
b. Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah
dilaporkan pada orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa
terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan
seseorang menjadi skizofrenia.
c. Hipotesis Dopamin
d. Hipotesis Serotonin
Gaddum, wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis
reseptor 5-HT. Ternyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang
normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka
karena pada skizofrenia kembali mengemuka karena penelitian obat antipsikotik
atipikal clozapine yang ternyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin
5-HT lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.
e. Struktur otak
2. Faktor Genetika
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan,1% dari populasi
umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama
seperti orang tua, kakak lakilaki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat
yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman,bibi,kakek/nenek dan
sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40%
sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak
dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%. Sebagai
ringkasan hingga sekarang kita belum mengetahui dasar penyebab skizofrenia. Dapat
dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh/ faktor yang mempercepat
yang menjadikan manifestasi/ faktor pencetus seperti penyakit badaniah/stress
spikologis.
biasanya akut serta sering di dahului oleh stress emosional, mungkin terjadi
gaduh gelisah katatanik/ stupor katatonik.
c. Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,beberapa
hari,bahkan kadang-kadang sampai beberapa bulan
e. Makanan ditolak,air ludah tidak ditelan sehingga meleleh dan keluar,air seni dan
feses ditahan,
4. Gejala Skizofrenia
menurut bleuler yang dikutip dari Maramis (2005), gejala-gejala Skizofrenia dapat
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Gejala primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran) Pada skizofrenia inti
gangguan memng terdapat pada proses pikiran yang terganggu terutama
ialah asosiasi, kadang-kadang satu idea belum selesai diutarakan, sudah
timbul idea lain. Seseorang dengan Skizofrenia juga mempunyai
kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, kadang-kadang pikiran seakan-
akan berhati,tidak timbul idea lagi. Keadaan ini dinamakan “Bloking” 30
biasanya berlangsung beberapa detik saja,tetapi kadang-kadang sampai
beberapa hari.
b. Gangguan efek dan emosi Gangguan ini pada Skizofrenia mungkin, berupa :
1) Kedangkalan efek dan emosi (emotional blunting)
c. Gangguan kemauan
d. Gejala psikomotor
a. Waham
Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar
mayer-gross membagi waham menjadi 2 kelompok:
1) Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali,tanpa penyebab apa-apa
dari luar.
b. Halusinasi
6. Pengobatan Skizofrenia
Menurut Luana (2007) pengobatan skizofrenia terdiri dari dua macam yaitu:
1. Psikofarmaka Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu: antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG II).
- APG I bekerja dengan 37 memblok reseptor D2 di mesolimbik,
mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat
menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek
samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, peningkatan kadar prolaktin
yang akan menyebabkan disfugsi seksual atau peningkatan berat badan
dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I
menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering,
pandangan kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat
dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau
sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,
haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi
sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif,
waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg
diantaranya adalah chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada
penderita dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif, dan sulit
tidur.
- APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau
antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada
keempat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek
samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat
yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine,olanzapine,quetipine
dan rispendon.
BAB III
A. Kerangka konseptual
nanggung jawab klien
Penyebab Kekambuhan :
Faktor yang mempengaruhi dukungan
1. Klien
keluarga:
2. Dokter
1. Faktor internal
3. penanggungjawab klien
a. tahap perkembangan
4. keluarga
b. Pendidikan/tingkat pengetahuan
c. Faktor emosi
d. Spiritual
2. Faktor eksternal
a. Praktik di keluarga
Dukungan keluarga:
Kekambuhan
1. Dukungan informasional
2. Dukungan instrument
3. Dukungan penilaian
4. Dukungan emosi
Keterangan :
= tidak di teliti
= di teliti
= berpengaruh
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan
(Sugiono, 2010).
Dari kajian di atas ,maka Hipotesis dalam penelitian ini yang dapat dirumuskan yaitu :
H1 : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di
RSJD atma husada Mahakam