Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, perkiraan jumlah penderita pada gangguan jiwa di

seluruh dunia pada tahun 2017 adalah sekitar 450 juta jiwa termasuk

skizofrenia. Secara global, kontributor terbesar beban penyakit

Disability Adjusted Life Year (DALYs) dan salah satu penyebab

kematian saat ini adalah penyakit kardiovaskuler (31,8%) yang disusul

oleh penyakit neoplasma, masalah maternal-neonatal, infeksi

pernafasan dan tuberkolosis. Namun jika dilihat dari penyebab

kecacatan Years Lived With disability (YLDs) dibandingkan dengan

penyakit lain, maka persentase kontributor lebih besar disebabkan pada

gangguan mental (14,4%), (WHO, 2017).

World Health Organization (2017) mengatakan, umumnya

gangguan mental yang terjadi adalah gangguan dengan kecemasan dan

gangguan skizofernia, terhitung sekitar 4,4% dari total jumlah penderita

gangguan skizofernia di seluruh dunia dan 3,6% dari gangguan dengan

kecemasan. Selain itu antara tahun 2005 dan 2015, jumlah penderita

depresi dengan gangguan jiwa meningkat lebih dari 18%. Depresi

merupakan merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia.

Lebih dari 80% penyakit ini menyerang orang yang tinggal di negara

atau wilayah berpenghasilan rendah dan menengah.

1
2

Menurut data Riskesdas 2018 mengungkapkan prevalensi

gangguan mental emosional yang ditandai dengan gejala depresi dan

kecemasan meningkat seiring berjalannya waktu sebanyak 9,8% pada

penduduk usia (15-24) tahun ke atas, dengan pengidap gangguan jiwa

yang berat sebanyak 85.788 orang. Angka itu mengungkapkan 20,24%

dari seluruh keluarga di Indonesia. Selain itu dengan jumlah penderita

gangguan jiwa berat sebanyak 74,395 orang dan sebanyak 10.638 orang

mengalami pemasungan. (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

angka prevalensi psikotik/skizofrenia di Provinsi Kepulauan Riau

sebesar 0,09% angka prevalensi tersebut digunakan untuk menghitung

proyeksi kasus ODGJ berat (psikotik/skizofrenia) di Kabupaten/Kota

dan Provinsi. Berdasarkan sumber dari Kesehatan Jiwa Kabupaten/Kota

se-Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019, Kota Tanjungpinang terdapat

sasaran proyeksi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) berat

mencapai 190 pasien ODGJ.

Adapun masalah yang ditimbulkan pada penderita gangguan jiwa

tidak akan menyebabkan kematian secara langsung melainkan akan

menimbulkan penderitaan secara fisik dan emosional bagi penderita,

keluarga dan masyarakat. Adapun salah satu masalah yang ditimbulkan

pada penderita gangguan jiwa adalah terganggunya kualitas hidup

ODGJ. Menurut Weinberg, dalam Putra 2018 menyatakan bahwa

kualitas hidup ODGJ akan semakin memburuk dari individu lain yang

tidak mengalami gangguan jiwa, selain itu juga kualitas hidupnya akan
3

lebih buruk dari pasien yang menderita penyakit fisik. Sampai saat ini,

upaya yang dilakukan untuk meminimalisir stigmatisasi masih sangat

kurang, sehingga adanya penolakan dan ketakutan masyarakat kepada

penderita ODGJ makin menyebar luas. Efek dari ketakutan masyarakat

terhadap penderita ODGJ dapat menghambat berinteraksi dengan

lingkungan sosial, akibatnya ODGJ sulit memperoleh pendidikan

bahkan pekerjaan yang layak sehingga kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sangat rendah, dan akhirnya kualitas hidup ODGJ

menjadi rendah, (Aiyub, 2018).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

(Farizah, dkk 2019) tentang Hubungan Fungsi Sosial dengan Kualitas

Hidup pasien Skizofrenia rawat jalan di RSJD Atma Husada Mahakam

Samarinda menunjukkan bahwa hasil dari 38 responden didapatkan

sebanyak 12 responden (85,7%) memiliki hasil fungsi sosial buruk

dengan kualitas hidup yang rendah dan 11 responden (45,8%) memiliki

hasil fungsi sosial buruk dengan kualitas hidup yang tinggi. Terdapat 2

responden (14,3%) memiliki hasil fungsi sosial baik dengan kualitas

hidup yang rendah dan 13 responden (54,2%) memiliki fungsi sosial

baik dengan kualitas hidup yang tinggi, kesimpulannya terdapat

hubungan antara fungsi sosial dengan kualitas hidup pada pasien

skizofrenia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ODGJ dapat

dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial, faktor psikologis individu

berupa koping individu bahkan faktor dukungan keluarga. Selain itu


4

juga faktor yang sangat berperan penting untuk mencapai kualitas hidup

ODGJ adalah dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga yang baik

akan meningkatkan kualitas hidup ODGJ, ODGJ akan merasa

diperhatikan sehingga lebih percaya diri dalam melakukan aktivitas

sehari-hari dan psikologinya akan tertanam lebih baik. Dukungan

keluarga yang dilakukan pada penderita ODGJ yaitu seperti keluarga

melibatkan klien dalam berkegiatan rutin dirumah, melibatkan klien

dalam mengembangkan hubungan sosial, dan kebiasaan keluarga

melibatkan klien dalam lingkungan yang ada disekitar klien. (Abdul,

dkk, 2017)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Wiraja Medika.

2018) tentang dukungan keluarga dengan kemandirian orang dengan

gangguan jiwa (ODGJ) penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan Kemandirian ODGJ.

Dengan dukungan keluarga yang baik, maka kemandirian ODGJ bisa

maksimal. Keluarga diharapkan dapat menjaga dukungan keluarga yang

baik bagi masyarakat ODGJ, menjadikan mereka lebih mandiri dan

menjaga kemandirian ODGJ, sehingga mereka tidak lagi bergantung

pada keluarga.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25

maret 2021 di wilayah Puskesmas Pancur kota Tanjungpinang

didapatkan data sebanyak 59 pasien ODGJ. Hasil wawancara dengan 5

responden didapatkan bahwa 3 orang dengan dukungan keluarga yang

rendah, 3 orang dengan kualitas hidup yang buruk (60%) dan terdapat 2
5

orang (40%) yang mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi dan

kualitas hidup yang baik.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup ODGJ

di Wilayah Puskesmas Pancur Kota Tanjungpinang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup ODGJ Di

Wilayah Puskesmas Kota Tanjungpinang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian yang dilaksanakan ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup ODGJ di

wilayah Puskesmas Kota Tanjungpinang?

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik responden (Jenis kelamin, usia, status

pekerjaan) pada keluarga dari pasien ODGJ diwilayah Puskesmas

Kota Tanjungpinang.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi dukungan keluarga pada

keluarga dari pasien ODGJ di wilayah Puskesmas Kota

Tanjungpinang.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi kualitas hidup keluarga pada

pasien ODGJ di wilayah Puskesmas Kota Tanjungpinang.


6

d. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

ODGJ di wilayah Puskesmas Kota Tanjungpinang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada berbagai pihak.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat aplikatif

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian dan informasi

pada mata kuliah ilmu keperawatan jiwa tentang hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup ODGJ.

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Sebagai referensi yang nantinya akan dijadikan bahan acuan

dalam rangka meningkatkan mutu pemberian pelayanan

kesehatan dan asuhan keperawatan khususnya pada keperawatan

jiwa.

c. Bagi Peneliti

Aplikasi ilmu yang didapatkan selama penelitian, menambah

wawasan tentang ODGJ serta faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup ODGJ.

2. Manfaat Akademik

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian bermanfaat sebagai sumber pustaka tentang

hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup ODGJ di

wilayah Puskesmas Kota Tanjungpinang.


7

Anda mungkin juga menyukai