Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Keperawatan Medika

Vol. 1, No. 1, November, Tahun, 2022. 41-53


Jurnal Homepage:https://jkem.ppj.unp.ac.id/index.php/jkem

Determinan Kekambuhan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat :


A Scoping Review

Wildan Akasyah1, Bagus Sholeh Apriyanto2


1,2
Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Institut Ilmu Kesehatan
Bahakti Wiyata Kediri
*Corresponding author:wildan.akasyah@iik.ac.id

ABSTRAK
Kekambuhan pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) merupakan masalah yang sering dijumpai di
masyarakat sekitar kita. Fenomena ini menunjukkan adanya permasalahan klasik yang belum teratasi
secara optimal. Kasus kekambuhan sering terjadi pada gangguan jiwa berat. Jenis gangguan jiwa berat
memerlukan perawatan yang intensif untuk mengembalikan fungsi kerja psikologis. Kekambuhan juga
menyebabkan proses pemulihan menjadi tertunda. Penurunan produktifitas menjadi masalah lanjutan bagi
ODGJ yang sering kambuh. Metode penelitian ini menggunakan desain Studi Literatur/Scoping Review
berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Arksey & O’Malley (2005). Pengumpulan data sekunder
dari artikel ilmiah. Pencarian literatur dilakukan di database internet yaitu Springer Link, Medline,
Science Direct, SAGE journal, Google Scholar, dan Scopus. Penelitian ini menggunakan kata
Kekambuhan ODGJ, Faktor kekambuhan ODGJ. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah literatur
yang berfokus mengenai Determinan kekambuhan ODGJ 10 tahun terakhir antara tahun 2012-2022, yang
berupa original research maupun studi kualitatif, full teks yang dapat diakses, dari jurnal internasional,
dan berbahasa inggris. Artikel yang diperoleh sebanyak 285 artikel, tetapi yang sesuai dengan
kriteria inklusi hanya 9 artikel. Hasil dari penelitian ini ditemukan determinan kekambuhan pada ODGJ
yaitu (1) ketidakdisiplinan minum obat atau putus minum obat, (2) Pengetahuan dan Motivasi sembuh
ODGJ kurang (3) Tidak memiliki pekerjaan atau aktivitas harian yang produktif dan bermakna, (4)
Kurangnya Dukungan keluarga, (5) Stigma negatif masyarakat terhadap ex ODGJ setelah perawatan di
RSJ, (6) Sistem penanganan kasus di komunitas belum optimal. Kesimpulan dari literatur review ini
adalah proses yang cukup lama, kurangnya pengetahuan, kurangnya motivasi untuk sembuh, kurangnya
dukungan keluarga, dukungan masyarakat, dan dukungan masyarakat serta lintas sektor menjadi
determinan utama faktor ketidakdisiplinan dan kekambuhan. Sosialisasi tentang penyebab kekambuhan
menjadi sangat penting untuk dilakukan agar ODGJ dan masyarakat tahu dan kasus kekambuhan dapat
diminimalisir.
Kata Kunci: ODGJ, Faktor kekambuhan

ABSTRACT
Recurrence in People With Mental Disorders (ODGJ) is a problem that is often found in the community
around us. This phenomenon indicates the existence of classical problems that have not been resolved
optimally. Cases of recurrence often occur in severe mental disorders. This type of severe mental disorder
requires intensive treatment to restore psychological function. Recurrence also causes the recovery

41
process to be delayed. Decreased productivity is a continuing problem for ODGJ who often relapses. This
research method uses a Literature Study / Scoping Review design based on the framework developed by
Arksey & O'Malley (2005). Secondary data collection from scientific articles. Literature searches were
carried out on internet databases, namely Springer Link, Medline, Science Direct, SAGE journal, Google
Scholar, and Scopus. This study uses the word ODGJ recurrence and ODGJ recurrence factor. The
inclusion criteria in this study were literature that focused on the determinants of recurrence of ODGJ in
the last 10 years between 2012-2022, in the form of original research and qualitative studies, accessible
full text, from international journals, and English. The articles obtained were 285 articles, but only 9
articles matched the inclusion criteria. The results of this study found that the determinants of recurrence
in ODGJ were (1) indiscipline in taking medication/dropping medication, (2) Lack of knowledge and
motivation to recover from ODGJ (3) Not having a productive and meaningful job or daily activity, (4)
Lack of family support, (5) The negative stigma of the community towards ex ODGJ after treatment at the
RSJ, (6) The case management system in the community is not optimal. The conclusion from this
literature review is that the process is quite long, lack of knowledge, lack of motivation to recover, lack of
family support, community support, and community support across sectors are the main determinants of
indiscipline and recurrence factors. Socialization about the causes of recurrence is very important to do
so that ODGJ and the public know and cases of recurrence can be minimized.
Keywords: ODGJ, recurrent factor

PENDAHULUAN 45 juta kasus bipolar, 20 juta gangguan jiwa berat


(skizofrenia), (WHO, 2017). Skizofrenia,
Kekambuhan pada Orang Dengan skizoafektif, bipolar, psikosis, dan gangguan
Gangguan Jiwa (ODGJ) merupakan masalah yang
mental emosional memberikan kontribusi
sering dijumpai di masyarakat sekitar kita terhadap jumlah kasus tersebut. Tidak hanya data
(Johansen, Hounsgaard, Hansen, & Fluttert, secara global gangguan jiwa besar, di Indonesia
2021). Fenomena ini menunjukkan adanya sendiri jumlah gangguan jiwa beradasarkan
permasalahan klasik yang belum teratasi secara Riskesdas (2018) adalah sebanyak 450.000 kasus.
optimal. Gangguan jiwa adalah masalah atau Artinya per 1000 rumah tangga terdapat 7 rumah
gangguan psikologis yang ditandai dengan adanya tangga dengan ODGJ berat. Besarnya jumlah
ketidakberdayaan, gangguan proses pikir, kasus gangguan jiwa juga diikuti oleh kasus
gangguan proses analisis logika, perubahan sikap, kekambuhan. Studi pendahuluan dilakukan oleh
perilaku yang dapat mengganggu penderitanya peneliti kepada 20 ODGJ berat dengan melakukan
dalam kehidupan sehari-hari (Adams, 2015). wawancara langsung di beberapa wilayah
Ganggaun jiwa dapat meyerang siapa saja. Jenis puskesmas dan RS Jiwa di Jawa Timur. Hasilnya
gangguan jiwa berat memerlukan perawatan yang
ditemukan ODGJ pernah masuk Rumah Sakit
intensif untuk mengembalikan fungsi kerja Jiwa Lebih dari 1 kali. Bahkan ada yang keluar
psikologis (Caqueo-Urízar et al., 2014). Kasus masuk RS Jiwa sampai 5 kali atau lebih dan
kekambuahan sering terjadi pada gangguan jiwa mengancam jiwa. Hal ini menunjukkan jumlah
berat. Kekambuhan juga menyebabkan proses kasus kekambuhan perlu mendapat perhatian
pemulihan menjadi tertunda. Penurunan lebih (Aguglia et al., 2020).
produktifitas menjadi masalah lanjutan bagi Kekambuhan pada ODGJ merupakan
ODGJ yang sering kambuh (Bubonya, Cobb- kondisi dimana proses penyembuhan terhambat
Clark, & Wooden, 2017). (Shi et al., 2019). Banyak faktor yang
Data mennunjukkan jumlah kasus menyebabkan kekambuhan pada ODGJ (Saito et
gangguan jiwa yang disebabkan oleh depresi pada al., 2020). Proses pengobatan gangguan jiwa
tahun 2017 secara global sebanyak 264 juta kasus, kronis/ berat memang membutuhkan waktu yang

42
cukup lama (Bioque et al., 2022). Kurang disiplin METODE
dan ketidakpatuhan terhadap proses pengobatan Metode penelitian ini menggunakan
menjadi penyebab utama adanya kekambuhan desain Studi Literatur/ Scoping Review
ulang (Bioque et al., 2022). Dengan berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh
mengkombinasikan proses pengobatan, proses Arksey & O’Malley (2005). Studi literatur dalam
pskoterapi, dukungan perawat, dukungan penelitian ini bertujuan untuk mensintesis dan
keluarga, dan dukungan masyarakat persentase menarik kesimpulan dari jurnal terbaru mengenai
kekambuhan menunjukkan hasil paling rendah determinan kekambuhan orang dengan gangguan
(Le Boutillier et al., 2011; Regin, Gadecka, jiwa berat. Beberapa langkah yang digunakan
Kowalski, Kowalski, & Gałkowski, 2016; Yotis, dalam bagan ini adalah (a) mengidentifikasi
Theocharopoulos, Fragiadaki, & Begioglou, pertanyaan penelitian; (b) mencari studi liteatur;
2017). Jika hanya pengobatan saja persentase (c) memilih studi yang relevan; (d) penggalian
kekambuhan masih cukup tinggi yaitu 40%. data; (e) meringkas dan melaporkan; dan tahap
Kekambuhan pada ODGJ yang tidak opsional (f) konsultasi.
mengkonsumsi obat dapat memiliki presentase (a) Mengidentifikasi pertanyaan penelitian
paling tinggi yaitu mencapai 60-70% (Kim et al., Tujuan dari literatur review ini adalah
2021). mencari determinan kekambuhan orang
Dampak dari adanya kekambuhan pada dengan gangguan jiwa berat.
ODGJ adalah kurangnya percaya diri, penurunan (b) Mencari studi literatur
produktifitas, beban perawatan dai RS Jiwa, Pengumpulan data sekunder dari artikel
beban ekonomi keluarga, peningkatan stigma di ilmiah. Pencarian literatur dilakukan di
masyarakat (Shimange, Poggenpoel, Myburgh, & database internet yaitu Medline, Science
Ntshingila, 2022). Pada kasus gangguan jiwa Direct, SAGE journal, Google Scholar, dan
berat dengan pasien halusinasi, waham, agresif, Scopus. Penelitian ini menggunakan kata
dan resiko perilaku kekerasan, resiko bunuh diri Kekambuhan ODGJ, Faktor kekambuhan
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain . ODGJ.
Bentuk bahaya yang ditimbulkan dapat berupa (c) Memilih studi yang relevan
kasus bunuh diri maupun mencedari orang lain Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
(Aguglia et al., 2020). literatur yang berfokus mengenai Determinan
Melihat dari latar belakang diatas maka kekambuhan ODGJ 10 tahun terakhir antara
faktor pemicu kekambuhan ODGJ perlu tahun 2012-2022, yang berupa original
diketahui. Dengan mengetahui faktor pemicu research maupun studi kualitatif, full teks
kemambuhan diharapkan informasi mengenai yang dapat diakses, dari jurnal internasional,
pemicu kekambuhan dapat di sosialisasikan oleh dan berbahasa inggris.
pihak terkait sehingga ODGJ, keluarga, (d) Penggalian data
masyarakat memperoleh pengetahuan yang Membaca jurnal secara sietematis
bermakna. Berdasarkan gambaran kasus diatas berdasarkan abstrak, metode,hasil dan
peneliti tertarik untuk meninjau secara spesifik pembahasan dengan teknik membaca cepat
terkait determinan kekambuhan orang dengan (e) Meringkas dan melaporkan
gangguan jiwa berat berdasarkan studi literatur. Sintesis hasil jurnal dilakukan untuk
memperoleh informasi secara utuh dan
komprehensif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Pemetaan Jurnal

43
Studi Sampel Desain Instrumen Hasil Yang Penemuan
Penelitian Diukur
1 Kim et al., Pasien Memberikan Hamilton Langkah Ditemukan 4 faktor
(2021) Depresi di Intervensi Depression pengobatan penyebab
Korea Pengobatan Rating Scale selanjutnya (1, 2, 3, kekambuhan yaitu
Selatan pada (HAMD) dan 4 atau lebih) tingginya episode
N = 1262 responden. setiap 3 bulan dengan strategi depresi, tingginya
Hasil nya dari 6 hingga alternatif kecemasan, tingginya
dianaisis 24 bulan (switching, tahap pengobatan,
dengan multi- augmentasi, dan kepatuhan
variate Cox kombinasi, dan pengobatan yang
proportional campuran dari buruk.
hazards pendekatan ini)
models. diberikan
berdasarkan
pengukuran dan
preferensi pasien
pada titik 3 minggu
dalam fase
pengobatan akut (
3, 6, 9, dan 12
minggu)
2 (Lai & 61 pasien qualitative Two research the wishes and Keinginan dan
Daoust, 2021) dengan narrative questions were hopes of clients harapan adalah faktor
gangguan interview addressed: with motivasi yang dapat
jiwa approach (1) What are mental illness in meningkatkan
the hopes and recovery kesehatan mental
wishes of penderita gangguan
older clients jiwa.
with mental
illness as they
grow
old? (2) How
do hopes and
wishes
inluence
their
recovery?
3 Bejerholm, N= 120 Randomized Intervensi 1. ADHD Individual Enabling
Larsson, & Dibagi Control Trial traditional 2. Depresi and Support (IES)
Johanson, menjadi 2 vocational 3. Kualitas Hidup memiliki hasil yang
(2017) grup masing rehabilitation lebih efektif dari
masing 60 (TVR) dan pada traditional
responden Individual vocational
Enabling and rehabilitation (TVR).
Support (IES) Hal ini dibuktikan
dengan gejala
The Adult ADHD, depresi yang
ADHD Self turun dan Kualitas
Report Scales Hidup yang lebih
(ASRS) baik sehingga proses

44
pemulihan atau
The kesembuhan berjalan
Montgomery- dengan baik dan
Åsberg angka kekambuhan
Depression menurun.
Self Rating
Scale
(MADRS-S

Quality of life
was measured
by the
Manchester
Short
Assessment
of Quality of
Life
(MANSA)
4. Tan et al., 10 wanita Qualitatif: Interview Audio direkam dan Dukungan kesehatan
(2021) dengan Semi selama 60-90 dianalisis secara mental dari
diagnosis Structured menit tematik oleh QSR profesional dan
depresi, 7 Interview menggunakan Nvivo 12 keluarga pada pasien
bipolar (5 WeChat dengan gangguan
laki-laki dan mood dapat
2 dilakukan dengan
perempuan) berbagai cara. Pada
usia >18 penelitian ini
tahun dilakukan melalui
WeChat.
Pengembangan
berbasis Web
diperlukan untuk
selanjutnya.
Shimange, 8 Partisipan A qualitative, In-depth Persepsi dan Perlunya dukungan
Poggenpoel, exploratory, interview pengalaman bagi keluarga dengan
Myburgh, & descriptive secara keluarga dalam anggota yang
Ntshingila, and individu merawat anggota mengalami gangguan
(2022) contextual selama 40-60 yang mengalami kejiwaan diantaranya
research menit direkam gangguan jiwa. edukasi kesehatan
design menggunakan Hasilnya keluarga jiwa, koping strategi
audio record mengatakan keluarga, dan
Metode terdapat tantangan membangun
pengkodean dalam merawat ketahanan. Hal ini
terbuka Tesch, anggota keluarga diperlukan untuk
yang yang mengalami meningkatkan
terdiri dari gangguan mental probabilitas
delapan diantaranya aspek kestabilan anggota
langkah keamanan, ketidak keluarga dan
analisis data stabilan mental dan menurunkan angka
perilaku anggota kekambuhan.
keluarga, serta

45
strategi koping
yang digunakan.
5 Febriana, 36 descriptive 1. Kuesioner 1. Dukungan Dukungan keluarga
Susanto, responden correlational siosio keluarga merupakan faktor
Rochmawati, analytic study demografi 2. Kepatuhan penting yang
& Setiawati, with a 2. Family pengoabatan mempengaruhi
2020) cross- support kekambuhan pasien
sectional questionair skizofrenia.
approach e
3. Adherence
Rating
Scale
(MARS),
and
4. Glasgow
Antipsychot
ic Side-
effect Scale
(GASS)
6.Arya, (2020) Tidak Literatur Model Case 1. Kesinambungan Manajemen
tertulis di Review Management Perawatan pelayanan kesehatan
artikel Pelayaan kesehatan jiwa jiwa di komunitas
kesehatan jiwa 2. Peningkatan yang komprehensif
di komunitas dukungan dan dan ditunjang oleh
akses dokter dan perawat
perawatan yang kompeten sangat
sesuai diperlukan. Selainitu
juga diperlukan
korrdinasi dari
berbagai sektor di
komunitas untuk
menunjang
keberhasilan program
perawatan jiwa yang
berkelanjutan.

pengawasan minum obat oleh orang terdekat dan


anggapan sudah sembuh dari penderita sendiri
yang tidak perlu mengkonsumsi obat menjadi
faktor pemicu kekambuhan (Rubio et al., 2020).
Penyebab kekambuhan Hasil menunjukkan resiko kekambuhan pada
1. Ketidakdisiplinan minum obat atau putus minum ODGJ yang tidak mengkonsumsi obat dan
obat pengawasan memiliki prevalensi kambuh sekitar
Kekambuhan karena kurangnya kedisiplinan 70-80% (Emsley, 2010). Dengan pengobatan
dalam minum obat dilaporkan dari beberapa studi . farmakoterapi memberikan hasil hanya 40% ODGJ
Banyak faktor yang menyebabkan ODGJ kambuh yang kambuh (Shakir, Willems, van Harten, van
karena putus obat (Üçok & Kara, 2020). Kurangya Lutterveld, & Tenback, 2022). Dengan kombinasi

46
psikoterapi serat pengobatan yang teratur sekitar normalnya seperti berkarya, berkeluarga, dan
20 % saja ODGJ yang tidak mengalami bekerja (Mueser, Campbell, & Drake, 2011).
kekambuhan. Hal ini menunjukkan bahwa
mengkonsumsi obat dan terapi farmakologi itu 2. Motivasi sembuh ODGJ kurang
sangat penting (Thase et al., 2022). Motivasi merupakan aspek yang penting
Dalam keadaan sehat, sel-sel diotak dalam proses pemulihan ODGJ, motivasi dapat
mengirimkan impuls berupa senyawa kimiawi digambarkan dengan keinginan dan harapan yang
dalam rangka mengatur suasana hati dan emosi dimiliki oleh ODGJ (Lai & Daoust, 2021).
(Townsend, 2009). Ketidaksimbangan hormon ini Harapan dan keinginan merupakan gambaran
menyebabkan terjadinya gangguan transfer impuls kepribadian individu dalam proses pemulihan dan
neurotransmitter di otak yang berakibat terjadinya proses yang berkelanjutan yang memungkinkan
perubahan proses pikir, gangguan mood (Ripke et seorang ODGJ memiliki kehidupan yang lebih
al., 2014). Akbatnya terjadi perubahan mood yang memuaskan meski dengan keterbatasannya
mempengaruhi karakter, perilaku dan sikap (Acharya & Agius, 2017) (Rayner, 2018). Harapan
seseorang (Tan et al., 2021). dan keinginan merupakan kunci motivasi
Terapi farmakologi bekerja dengan cara pendorong utama dalam mepertahankan kesehatan,
menyeimbangkan zat kimiawi di otak seperti fisik, mental dan sosial penderita ODGJ (Lai &
serotonin, neurotransmitter, norepinefrin, Daoust, 2021).
dopamine (Maalouf & Brent, 2012). Obat yang Keinginan danharapan mampu membantu
diresepkan oleh Dokter dapat membantu ODGJ ODGJ dalam meningakatkan aktivitasnya untuk
dalam mengurangi gejala yang timbul, meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
menyeimbankan kadar kimiawi di otak, keperacayaan diri sehingga hal tersebut juga akan
memperbaiki suasana hati, kontrol perilaku, dan berdampak positif terhadap kepatuhan dalam
sikap (Üçok & Kara, 2020). Manfaat lainnya meminum obat, manajemen diri, dan kesehatan
adalah seseorang dapat berpikir lebih jernih fisik serta menta (Oles, Fukui, Rand, & Salyers,
sehingga mandapat motivasi untuk bangkit 2015)l. Maka keinginan dan harapan ini perlu
kembali dari keterpurukan (Shi et al., 2019; Smith dikaji dan dilakukan tindakan intervensi yang tepat
et al., 2008). Obat harus dikonsumsi dengan sehingga proses pemulihan dapat tercapai (Lai &
disiplin sesuai dosis, waktu pemberian, tepat cara Daoust, 2021).
konsumsi untuk memberikan efek positif dan
kinerja obat (Bioque et al., 2022). ODGJ tidak 3. Tidak memiliki pekerjaan atau aktivitas harian
boleh serta merta menghentikan proses terapi yang produktif dan bermakna
pengobatan tanpa persetujuan dokter. Tidak Hasil penelitian menyebutkan kurangnya
diperkenankan juga dalam mengganti jenis obat aktivitas sehari-hari, tidak memiliki pekerjaan
yang dikonsumsi. Adanya efek samping yang membuat ODGJ rentan terhadap kekambuhan
dirasakan ODGJ perlu dijelaskan kepada dokter (Doroud, Fossey, & Fortune, 2015). Seperti
agar mendaat terapiyang lebih tepat. Lama penelitian yang dilakukan oleh Bejerholm et al.,
pengobatan berlangsung 1 hingga 2 tahun (2017) bahwa dukunngan bekerja
tergantung tingkat keparahan yang dialami (Rubio dalamprogramnya IES memiliki hasil yang positif.
et al., 2020). Hal ini dibuktikan dengan gejala ADHD, depresi
Kombinasi terapi farmakologi dan yang turun dan kualitas hidup yang lebih baik
psikoterapi pada ODGJ disertai dengan gaya hidup sehingga proses pemulihan atau kesembuhan
sehat menurunkan persentase angka kekambuhan berjalan dengan baik dan angka kekambuhan
dalam jangka waktu yang lama dan meningktakan menurun.
persentase kesembuhan total (Cruwys, Stewart, Program dukungan bekerja membuat ODGJ
Buckley, Gumley, & Scholz, 2020). Bukan tidak memiliki aktivitas yang bermakna (Scheewe et al.,
mungkin seseorang dapat kembali kekehidupan 2013). Program ini dapat diinisiasi oeh pemerintah
maupun organisasi swasta. Sistem program

47
dukungan bekerja di Indonesia sudah ada, terdapat mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia
di RSJ (Mueser et al., 2011). Namun jumlah RSJ sehingga kelurga perlu mendapatkan pelatihan
dan pasien yang tidak seimbang, memerukan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan
upaya aternatif di masyarakat (L Ignacio, 2000). keterampilan dalam melakukan perawatan pada
Pemanfaatan Puskesemas sebagai inisiator dalam anggota keluarga yang menderita skizofrenia,
mebuat posyandu jiwa dapat dilakukan. Posyandu sehingga kualitas perawatan akan meningkat dan
menampung ODGJ dengan kegiatan skrining, kekambuhan akan menurun (Febriana et al., 2020).
konsultasi, dan psikoterapi rutin (Akasyah &
Santosa, 2020). Selain itu juga kontrol pasien yang 5. Stigma negatif masyarakat terhadap ex ODGJ
dialkukan oleh dokter serta pengobatan rutin tiap setelah perawatan di RSJ
bulan. Pemanfaaat posyandu jiwa sebagai tempat Stigma terhadap orang dengan gangguan
untuk memotivasi dalam kegiatan terapi aktivitas jiwa masih menjadi masalah krusial di komunitas
kelompok dan dukungan bekerja menjadi peluang dan masyarakat (Bharadwaj, Pai, & Suziedelyte,
dimasa mendatang (Herawati, Indragiri, & Yasinta, 2017). Masyarakat memandang orang dengan
2021). gangguan jiwa sebagai penyakit yang tabu dan
Aktivitas bekerja yang sesuai dengan minat tidak bisa disembuhkan (Niedzwiedz, 2019). Hal
ODGJ merangsang motivasi ODGJ untuk selalu ini dapat meneyebabkan ODGJ merasa terkucil,
aktif dan tumbuh (Mihalopoulos, Mihalopoulos, tidak dapat bersosialisasi, mengalami harga diri
Magnus, Carter, & Vos, 2009). Adanya aktivitas rendah karena merasa malu. Sikap yang
menurunkan persentase ODGJ untuk melamun, mendiskreditkan ODGJ berimplikasi pada kegiatan
tingkat stress yang terdistorsi, dan meningkatkan dan aktivitas sehari-hari yang tertutup. Pandangan
hormon endorphin untuk kesenangan (Eklund, negatif terhadap ODGJ oleh masyarakat membuat
2021). Hal ini yang membuat angka kekambuhan mereka sulit juga untuk mendapat pekerjaan,
menurun serta pemasukan ODGJ meningkat bahkan berbaur dengan masyarakat pun sulit.
(Hakulinen et al., 2020). Kekambuhan pada ODGJ pada situasi ini memiiki
prevalensi yang tinggi.
4. Kurangnya Dukungan keluarga Stigma merupakan suatu sikap ataupun cara
Persepsi dan pengalaman keluarga dalam pandang seseorang terhadap suatu fenomena yang
merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa. terjadi cenderung negatif (Corrigan & Bink, 2016).
Hasilnya keluarga mengatakan terdapat tantangan Tidak berhenti disitu saja, pengolokan, pengucilan,
dalam merawat anggota keluarga yang mengalami pengusiran, penolakan, serta kekerasan fisik
gangguan mental diantaranya aspek keamanan, kadang-kadang didapatkan oleh ODGJ . Tindakan
ketidak stabilan mental dan perilaku anggota intimidasi diatas mengindikasikan stigma publik
keluarga, serta strategi koping yang digunakan. yang buruk menjadikan masalah semakin keruh
Perlunya dukungan bagi keluarga dengan anggota
dan tidak ada kontribusinya terhadap penanganan
yang mengalami gangguan kejiwaan diantaranya
kesembuhan (Corrigan & Bink, 2016).
edukasi kesehatan jiwa, koping strategi keluarga,
dan membangun ketahanan. Hal ini diperlukan Dibenak mereka gangguan jiwa itu adalah
untuk meningkatkan probabilitas kesetabilan orang yang selalu mengamuk atau gangguan jiwa
anggota keluarga dan menurunkan angka berat. Padahal gangguan jiwa tidak hanya yang
kekambuhan (Shimange et al., 2022). mengamuk saja. Gangguan kesehatan jiwa menurut
Salah satu masalah pada penderita gangguan Keliat (2007) yaitu ranah sehat jiwa, ranah resiko
jiwa adalah kekambuhan, faktor tersebsar dari (Stres, kecemasan, depresi, ketidakberdayaan,
penyebab kekambuhan adalah ketidakpatuhan keputusuasaan, berduka ) dan ranah sakit (harga
minum obat, dan ketidakpatuhan minum obat diri rendah, menarik diri, isolasi sosial, halusinasi,
sendiri juga dipengaruhi salah satunya oleh defisit perawatan diri, waham, perilaku kekerasan,
dukungan keluarga (Febriana et al., 2020). resiko bunuh diri).
Dukungan keluarga menjadi faktor penting yang Peningkatan pasien gangguan jiwa dapat
menjadi burden of disease. Stigma publik menjadi

48
salah satu faktor belum optimalnya pengananan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan jiwa
kasus gangguan jiwa dimasyarakat (González- (Akasyah, 2020; Schnyder et al., 2018).
Sanguino, Muñoz, Castellanos, Pérez-Santos, &
Orihuela-Villameriel, 2019; Wang, Link, Corrigan, 6. Sistem penanganan kasus di komunitas belum
Davidson, & Flanagan, 2018). Hal ini karena optimal
adanya ketidakpedulian masyarakat dan kurangnya
Kekambuhan juga sering terjadi dikomunitas jiwa. Sebagian besar literatur berfokus mengenai
dan masyarakat. Studi menyebutkan belum adanya asosisasi kekambuhan degan berbagai variabel.
sistem yang menunjang. Apabila terjadi Artikel yang ditemukan berupa studi kualitatif,
kekambuhan ODGJ dimasyarakat, intervensi yang original research dan scoping review. Hasilnya
dilakukan masih benyak dengan cara tradisional. ditemukan 6 determinan kekambuhan pada ODGJ
Bentuk pemasungan sebagai penanganan ODGJ diantaranya adalah 1) ketidakdisiplinan minum
yang agresif masih sering ditemui di masyarakat. obat/ putus minum obat, 2) motivasi sembuh odgj
Pemasungan sebenarnya adalah salah satu metode kurang, 3) tidak memiliki pekerjaan atau aktivitas
restrain dalam keperawatan jiwa. Restrain dengan harian yang produktif dan bermakna, 4) kurangnya
pengekangan memang diperlukan secara sementara dukungan keluarga, 5) Stigma negatif masyarakat
untuk menenangkan ODGJ. Tentunya dengan terhadap ex ODGJ setelah perawatan di RSJ, 6)
ruangan yang telah didesain secara safety. Selain Sistem penanganan kasus di komunitas belum
dilakukan restrain fisik diperlukan juga restrain optimal.
kimiawi dengan injeksi obat anti psikosis. Namun
penanganan seperti ini masih belum banyak REKOMENDASI
ditemui di Indonesia. Determinan kekambuhan perlu diketahui
Perlu adanya upaya bersama dan koordinasi oleh ODGJ, keluarga, Kader Posyandu Jiwa,
lintas sektor untuk menyikapi dan menangani masyarakat, dan petugas kesehatan. Pemeriksaan
kasus kekambuhan. Kerjasama lintas sektor antara rutin oleh petugas kesehatan kepada ODGJ
Dinas Kesehatan, Puskesmas, Pemerintah Kota, bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan
kabupaten dan Desa, Babinsa/kamtibmas, tokoh pemulihannya. Selain itu sosialisasi dari Dinas
masyarakat, dan kader posyandu jiwa seta relawan Kesehatan dan Puskesmas penting dalam
sangat diperlukan (Cruwys et al., 2020). meningkatkan pengetahuan untuk menjaga
Puskesmas dan Dinas Kesehatan sebagai inisiator kesehatan mental ODGJ, dan sosialisasi faktor
dalam program ini berkewajiban untuk kekambuhan kepada ODGJ, keluarga, dan
mensosialisasikan program kesehatan jiwa berbasis masyarakat perlu ditingkatkan demi
masyarakat (Ayuningtyas, Misnaniarti, & Rayhani, meminimalisasi kekambuhan.
2018). Sosialisasi tentang penyebab kekambuhan
menjadi sangat penting untuk dilakukan agar DAFTAR PUSTAKA
ODGJ dan masyarakat tahu dan kasus kekambuhan Acharya, T., & Agius, M. (2017). THE
dapat di minimalisir (Baumeister et al., 2013). IMPORTANCE OF HOPE AGAINST
Manajemen pelayanan kesehatan jiwa di OTHER FACTORS IN THE RECOVERY
komunitas yang komprehensif dan ditunjang oleh OF MENTAL ILLNESS, 29, 619–622.
dokter dan perawat kompeten sangat diperlukan Adams, S. (2015). Psychiatric Mental Health
(Cruwys et al., 2020). Selain itu juga diperlukan Nursing: ―A Seat at the Table.‖ Journal of
korordinasi dari berbagai sektor di komunitas the American Psychiatric Nurses
Association, 21(1), 34–37.
untuk menunjang keberhasilan program perawatan
https://doi.org/10.1177/1078390314567945
jiwa yang berkelanjutan (Marchira, 2011).
Aguglia, A., Solano, P., Parisi, V. M., Asaro, P.,
Caprino, M., Trabucco, A., … Serafini, G.
KESIMPULAN (2020). Predictors of relapse in high
Tinjauan literatur ini mendeskripsikan lethality suicide attempters: a six-month
determinan kekambuhan pada penderita gangguan

49
prospective study. Journal of Affective https://doi.org/10.1016/j.econlet.2017.06.02
Disorders, 271, 328–335. 8
https://doi.org/10.1016/j.jad.2020.04.006 Bioque, M., Mezquida, G., Amoretti, S., García-
Akasyah, W. (2020). Knowledge As Important Rizo, C., López-Ilundain, J. M., Diaz-
Domain in Reduce Stigma Against People Caneja, C. M., … Bernardo, M. (2022).
With Mental Disorders (Odgj). Clinical and treatment predictors of relapse
International Journal of Nursing and during a three-year follow-up of a cohort of
Midwifery Science (Ijnms), 4(2). first episodes of schizophrenia.
https://doi.org/10.29082/ijnms/2020/vol4/is Schizophrenia Research, 243(February),
s2/283 32–42.
Akasyah, W., & Santosa, W. R. B. (2020). https://doi.org/10.1016/j.schres.2022.02.026
Vocational Rehabilitation Based Recovery Bubonya, M., Cobb-Clark, D. A., & Wooden, M.
of Patients With Mental Disorders (ODGJ). (2017). Mental health and productivity at
STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), work: Does what you do matter? Labour
743–750. Economics, 46, 150–165.
https://doi.org/10.30994/sjik.v9i2.373 https://doi.org/10.1016/j.labeco.2017.05.00
Arksey, H., & O’Malley, L. (2005). Scoping 1
studies: Towards a methodological Caqueo-Urízar, A., Miranda-Castillo, C., Lemos
framework. International Journal of Social Giráldez, S., Lee Maturana, S.-L., Ramírez
Research Methodology: Theory and Pérez, M., & Mascayano Tapia, F. (2014).
Practice, 8(1), 19–32. An updated review on burden on caregivers
https://doi.org/10.1080/1364557032000119 of schizophrenia patients. Psicothema,
616 26(2), 235–43.
Arya, D. K. (2020). Case management, care- https://doi.org/10.7334/psicothema2013.86
coordination and casework in community Corrigan, P. W., & Bink, A. B. (2016). The
mental health services. Asian Journal of Stigma of Mental Illness. Encyclopedia of
Psychiatry, 50, 101979. Mental Health: Second Edition, 4, 230–234.
https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.101979 https://doi.org/10.1016/B978-0-12-397045-
Ayuningtyas, D., Misnaniarti, M., & Rayhani, M. 9.00170-1
(2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental Cruwys, T., Stewart, B., Buckley, L., Gumley, J.,
Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi & Scholz, B. (2020). The recovery model in
Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan chronic mental health: A community-based
Masyarakat, 9(1), 1–10. investigation of social identity processes.
https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.1-10 Psychiatry Research, 291, 113241.
Baumeister, R. F., Campbell, J. D., Krueger, J. I., https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113
Vohs, K. D., Solomon, L. J., Rothblum, E. 241
D., … Fend, H. a. (2013). Mindfulness and Doroud, N., Fossey, E., & Fortune, T. (2015).
Self-esteem: A Systematic Review. Recovery as an occupational journey: A
Personality and Individual Differences, scoping review exploring the links between
35(2), 213–240. occupational engagement and recovery for
https://doi.org/10.1007/s12671-015-0407-6 people with enduring mental health issues.
Bejerholm, U., Larsson, M. E., & Johanson, S. Australian Occupational Therapy Journal,
(2017). Supported employment adapted for 62(6), 378–392.
people with affective disorders—A https://doi.org/10.1111/1440-1630.12238
randomized controlled trial. Journal of Eklund, M. (2021). Mental health – An area of
Affective Disorders, 207(August 2016), high priority in occupational therapy.
212–220. British Journal of Occupational Therapy,
https://doi.org/10.1016/j.jad.2016.08.028 84(9), 529–530.
Bharadwaj, P., Pai, M. M., & Suziedelyte, A. https://doi.org/10.1177/0308022621103786
(2017). Mental health stigma. Economics 4
Letters, 159, 57–60. Emsley, R. (2010). Encyclopedia of

50
Psychopharmacology. Encyclopedia of Health Journal, 57(8), 1556–1565.
Psychopharmacology, 4–7. https://doi.org/10.1007/s10597-021-00779-
https://doi.org/10.1007/978-3-642-27772-6 9
Febriana, B., Susanto, W., Rochmawati, D. H., & L Ignacio. (2000). Mental health care in the
Setiawati, W. E. (2020). Family Support is community. Paper Presented in Expert
the Key to Compliance with the Treatment Course JSPS- NCD Seminar in Jakarta,
of Relapsing Schizophrenia Patients, 15(2), Indonesia, March 13th 2000.
457–461. Le Boutillier, C., Tew, J., Slade, M., Melton, J.,
González-Sanguino, C., Muñoz, M., Castellanos, Ramon, S., & Bird, V. (2011). Social
M. A., Pérez-Santos, E., & Orihuela- Factors and Recovery from Mental Health
Villameriel, T. (2019). Study of the Difficulties: A Review of the Evidence.
relationship between implicit and explicit British Journal of Social Work, 42(3), 443–
stigmas associated with mental illness. 460. https://doi.org/10.1093/bjsw/bcr076
Psychiatry Research, 272(December 2018), Maalouf, F. T., & Brent, D. A. (2012). Child and
663–668. Adolescent Depression Intervention
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.12.1 Overview : What Works , for Whom and
72 How Well ? CHC, 21(2), 299–312.
Hakulinen, C., Elovainio, M., Arffman, M., https://doi.org/10.1016/j.chc.2012.01.001
Lumme, S., Suokas, K., Pirkola, S., … Marchira, C. R. (2011). INTEGRASI
Böckerman, P. (2020). Employment status KESEHATAN JIWA PADA
and personal income before and after onset PELAYANAN PRIMER DI INDONESIA :
of a severe mental disorder: A case-control Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
study. Psychiatric Services, 71(3), 250–255. 14(3), 120–126.
https://doi.org/10.1176/appi.ps.201900239 Mihalopoulos, C., Mihalopoulos, C., Magnus, A.,
Herawati, C., Indragiri, S., & Yasinta. (2021). Carter, R., & Vos, T. (2009). Assessing
The Indonesian Journal of Public Health. Cost-Effectiveness in Mental Health:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Family Interventions for Schizophrenia and
16(1), 52–59. Related Conditions. Australian & New
Johansen, K. K., Hounsgaard, L., Hansen, J. P., Zealand Journal of Psychiatry, 38(7), 511–
& Fluttert, F. A. J. (2021). Early 519. https://doi.org/10.1080/j.1440-
Recognition Method – Amplifying relapse 1614.2004.01404.x
management in community mental health Mueser, K. T., Campbell, K., & Drake, R. E.
care; a comprehensive study of the effects (2011). The effectiveness of supported
on relapse and readmission. Archives of employment in people with dual disorders.
Psychiatric Nursing, 35(6), 587–594. Journal of Dual Diagnosis, 7(1–2), 90–102.
https://doi.org/10.1016/j.apnu.2021.08.004 https://doi.org/10.1080/15504263.2011.568
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 360
(2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Niedzwiedz, C. L. (2019). How does mental
Jakarta: Badan Penelitian Dan health stigma get under the skin? Cross-
Pengembangan Kesehatan, Kementrian sectional analysis using the Health Survey
Kesehatan Republik Indonesia, 1–82. for England. SSM - Population Health,
Kim, J. M., Stewart, R., Kang, H. J., Kim, J. W., 8(February), 100433.
Lee, H. J., Jhon, M., … Shin, I. S. (2021). https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2019.10043
Predictors of relapse following a stepwise 3
psychopharmacotherapy regime in patients Oles, S. K., Fukui, S., Rand, K. L., & Salyers, M.
with depressive disorders. Journal of P. (2015). The relationship between hope
Affective Disorders, 293(June), 109–116. and patient activation in consumers with
https://doi.org/10.1016/j.jad.2021.06.015 schizophrenia : Results from longitudinal
Lai, D. W. L., & Daoust, K. C. C. G. D. (2021). analyses. Psychiatry Research, 228(3),
Hopes and Wishes of Clients with Mentally 272–276.
Illness in Hong Kong. Community Mental https://doi.org/10.1016/j.psychres.2015.05.1

51
00 https://doi.org/10.1016/j.eurpsy.2017.12.02
Rayner, S. (2018). A new paradigm of youth 7
recovery : Implications for youth mental Shakir, M., Willems, A. E., van Harten, P. N.,
health service provision, (April). van Lutterveld, R., & Tenback, D. E.
https://doi.org/10.1111/ajpy.12206 (2022). The effect on relapse rate and
Regin, K. J., Gadecka, W., Kowalski, P. M., psychiatric symptomatology: Switching a
Kowalski, I. M., & Gałkowski, T. (2016). combination of first- and second-generation
Generational transfer of psychological antipsychotic polypharmacy to
resilience. Polish Annals of Medicine, antipsychotic monotherapy in long-term
23(2), 102–107. inpatients with schizophrenia and related
https://doi.org/10.1016/j.poamed.2016.02.0 disorders. A pragmatic random.
01 Schizophrenia Research, 243(April), 187–
Ripke, S., Neale, B. M., Corvin, A., Walters, J. T. 194.
R., Farh, K. H., Holmans, P. A., … https://doi.org/10.1016/j.schres.2022.03.008
O’Donovan, M. C. (2014). Biological Shi, L., Sun, J., Wei, D., & Qiu, J. (2019).
insights from 108 schizophrenia-associated Recover from the adversity: functional
genetic loci. Nature, 511(7510), 421–427. connectivity basis of psychological
https://doi.org/10.1038/nature13595 resilience. Neuropsychologia,
Rubio, J. M., Schoretsanitis, G., John, M., 122(December 2018), 20–27.
Tiihonen, J., Taipale, H., Guinart, D., … https://doi.org/10.1016/j.neuropsychologia.
Kane, J. M. (2020). Psychosis relapse 2018.12.002
during treatment with long-acting injectable Shimange, M. E., Poggenpoel, M., Myburgh, C.
antipsychotics in individuals with P. H., & Ntshingila, N. (2022). Lived
schizophrenia-spectrum disorders: an experiences of family members caring for a
individual participant data meta-analysis. relative with mental illness. International
The Lancet Psychiatry, 7(9), 749–761. Journal of Africa Nursing Sciences,
https://doi.org/10.1016/S2215- 16(February), 100408.
0366(20)30264-9 https://doi.org/10.1016/j.ijans.2022.100408
Saito, Y., Sakurai, H., Kane, J. M., Schooler, N. Smith, B. W., Dalen, J., Wiggins, K., Tooley, E.,
R., Suzuki, T., Mimura, M., & Uchida, H. Christopher, P., & Bernard, J. (2008). The
(2020). Predicting relapse with residual brief resilience scale: Assessing the ability
symptoms in schizophrenia: A secondary to bounce back. International Journal of
analysis of the PROACTIVE trial. Behavioral Medicine, 15(3), 194–200.
Schizophrenia Research, 215(xxxx), 173– https://doi.org/10.1080/1070550080222297
180. 2
https://doi.org/10.1016/j.schres.2019.10.037 Tan, Y., Lattie, E. G., Qiu, Y., Teng, Z., Wu, C.,
Scheewe, T. W., Backx, F. J. G., Takken, T., Tang, H., & Chen, J. (2021). Accessibility
Jörg, F., van Strater, A. C. P., Kroes, A. G., of mental health support in China and
… Cahn, W. (2013). Exercise therapy preferences on web-based services for
improves mental and physical health in mood disorders: A qualitative study.
schizophrenia: A randomised controlled Internet Interventions, 26, 100475.
trial. Acta Psychiatrica Scandinavica, https://doi.org/10.1016/j.invent.2021.10047
127(6), 464–473. 5
https://doi.org/10.1111/acps.12029 Thase, M. E., Jacobsen, P. L., Hanson, E., Xu, R.,
Schnyder, N., Michel, C., Panczak, R., Tolkoff, M., & Murthy, N. V. (2022).
Ochsenbein, S., Schimmelmann, B. G., & Vortioxetine 5, 10, and 20 mg significantly
Schultze-Lutter, F. (2018). The interplay of reduces the risk of relapse compared with
etiological knowledge and mental illness placebo in patients with remitted major
stigma on healthcare utilisation in the depressive disorder: The RESET study.
community: A structural equation model. Journal of Affective Disorders,
European Psychiatry, 51, 48–56. 303(February), 123–130.

52
https://doi.org/10.1016/j.jad.2022.02.002 Davidson, L., & Flanagan, E. (2018).
Townsend, M. . (2009). psychiatric menthal Perceived provider stigma as a predictor of
health nursing. Journal of Chemical mental health service users’ internalized
Information and Modeling (Vol. 6). stigma and disempowerment. Psychiatry
https://doi.org/10.1017/CBO978110741532 Research, 259, 526–531.
4.004 https://doi.org/10.1016/j.psychres.2017.11.0
Üçok, A., & Kara, İ. A. (2020). Relapse rates 36
following antipsychotic discontinuation in Yotis, L., Theocharopoulos, C., Fragiadaki, C., &
the maintenance phase after first-episode of Begioglou, D. (2017). Using playback
schizophrenia: Results of a long-term theatre to address the stigma of mental
follow-up study. Schizophrenia Research, disorders. The Arts in Psychotherapy, 55,
225(xxxx), 31–38. 80–84.
https://doi.org/10.1016/j.schres.2019.10.015 https://doi.org/10.1016/j.aip.2017.04.009
Wang, K., Link, B. G., Corrigan, P. W.,

53

Anda mungkin juga menyukai