Anda di halaman 1dari 6

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Skizofrenia hingga saat ini masih menjadi suatu gangguan psikiatri yang

paling banyak ditemukan di seluruh dunia. Dari berbagai laporan dan

penelitian yang dilakukan, dilaporkan bahwa ditemukan selitar 1% dari total

populasi penduduk di seluruh dunia menderita skizofrenia. Skizofrenia masih

ditempatkan sebagai salah satu dari sepuluh penyakit yang berkontribusi

terhadap global burden, disebabkan oleh tingginya angka disabilitas dan

besarnya beban ekonomi yang ditimbulkan (Ayano, 2016). Permasalahan

yang dihadapi terhadap orang dengan skizofrenia, bukan hanya berkaitan

dengan beban yang terkait pengobatan dengan jangka waktu yang lama,

namun juga berkaitan dengan pengembalian fungsi peran orang dengan

skizofrenia saat berada di tengah keluarga, lingkungan, dan masyarakat.

Orang dengan skizofrenia mengalami kesulitan dalam melaksanakan

kehidupan dan aktifitas sehari-harinya sehingga membutuhkan bantuan dari

orang lain (Miller et al., 2014).

Meskipun ada kemajuan signifikan dalam terapi medis terhadap

skizofrenia selama 50 tahun terakhir dan didukung dengan semakin

meluasnya penggunaan antipsikotik, namun belum ada hasil yang signifikan

berkaitan dengan outcome dari terapi pada skizofrenia. Skizofrenia tetap

menjadi penyebab utama nomor tiga terjadinya disabilitas di seluruh dunia


commit to user

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada kalangan orang dewasa yang berusia 15 hingga 44 tahun. Bahkan, hanya

1 dari 7 pasien dengan skizofrenia yang dapat disebut mencapai perbaikan

yang sifatnya menetap pada gejala dan pada bidang sosial atau vokasional.

Selain itu, diperkirakan, dari keseluruhan populasi orang dewasa dengan

skizofrenia, hanya sekitar 1% sampai 2% pasien yang memenuhi syarat untuk

mencapai kriteria "recover" setiap tahunnya (Jaaskelainen et al., 2013).

Dalam sejumlah besar penelitian berbentuk systematic review yang dilakukan

selama 10 tahun terakhir, telah disepakati peran dari gangguan kognitif

sebagai salah satu hambatan paling penting untuk pemulihan fungsi peran

pada orang dengan skizofrenia (Kern et al., 2011). Penelitian – penelitian

yang telah dilakukan tersebut telah membuktikan adanya hubungan antara

gangguan pada fungsi kognitif dengan keluaran atau outcome yang buruk

pada peran fungsi pasien skizofrenia (Kitchen et al., 2012).

Sebelumnya, gangguan kognitif tidak pernah dianggap sebagai sebuah

gejala dari skizofrenia. Gangguan kognitif pada awalnya diasumsikan sebagai

sebuah dampak atau bagian dari gejala lainnya, yaitu gejala positif dan

negatif. Gangguan kognitif yang terjadi pada orang dengan skizofrenia

memiliki gambaran yang relatif stabil dan menetap sepanjang perjalanan

penyakit. Sehingga gangguan kognitif ini masih bisa ditemukan meskipun

penderita skizofrenia berada dalam fase stabil ataupun mengalami remisi

dalam gejala (Barder et al., 2013). Bahkan, diperkirakan sekitar 98% dari

orang dengan skizofrenia memiliki gangguan kognitif, seperti yang

diperlihatkan saat dilakukan pemeriksaan terhadap skor neurokognitif mereka


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan kemudian dibandingkan dengan nilai yang telah diprediksi berdasarkan

tingkat pendidikan ibu (Keefe et al., 2005). Penelitian-penelitian mengenai

peran penting kognitif terhadap kemampuan fungsi sehari-hari telah

memperlihatkan hasil yang konsisten. Disfungsi kognitif pada orang dengan

skizofrenia dapat berupa gangguan pada bidang working memory, atensi,

kecepatan pemrosesan fikiran, pembelajaran visual dan verbal, pemikiran

abstrak dan pemecahan masalah. Kelainan-kelainan pada berbagai bidang

tersebut diperkirakan dapat ditemui pada sekitar 98% orang yang terdiagnosis

skizofrenia (Tripathi et al., 2018). Memori kerja verbal, kecepatan

psikomotor, atensi, fungsi eksekutif, dan kemampuan verbal diketahui

berkorelasi secara signifikan dengan fungsi sosial pasien skizofrenia yang

meliputi kemampuan dalam merawat diri sendiri, okupasi, interaksi sosial,

dan peran dalam keluarga (Santosh et al., 2013).

Telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam penelitian dengan tujuan

untuk memahami mekanisme patofisiologis yang mendasari serta

mengembangkan terapi yang efektif untuk aspek penyakit ini. Berbagai

model terapi telah dikembangkan untuk mengembangkan intervensi yang

efisien dan efektif terhadap defisit kognitif pada skizofrenia (Lesh et al.,

2011). Namun rendahnya tingkat keberhasilan pada bidang ini

memperlihatkan bahwa masih banyak hambatan yang dihadapi dalam

pengobatan gangguan kognitif pada orang skizofrenia. Berbagai upaya telah

dikembangkan untuk meningkatkan manfaat pemberian antipsikotik terhadap

gangguan kognitif. Antipsikotik, terutama beberapa antipsikotik generasi


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kedua dinilai mampu memberikan dampak yang cukup dalam perbaikan

fungsi kognitif, namun hingga saat ini, penelitian yang dilakukan belum

menunjukkan hasil yang signifikan (Goff et al., 2010). Saat ini banyak

dikembangkan berbagai teknik terapi remediasi kognitif untuk memperbaiki

fungsi kognitif pada skizofrenia. Berbagai penelitian memperlihatkan bukti

bahwa terapi remediasi kognitif efektif untuk meningkatkan kognisi, namun

terkadang masih menunjukkan adanya hambatan dalam perbaikan fungsi

(Barlati et al., 2013). Metode intervensi stimulasi non invasive hingga saat ini

telah banyak diteliti dan memperlihatkan kinerja yang baik untuk

memperbaiki gejala-gejala pada skizofrenia. Transcranial Magnetic

Stimulation telah memperlihatkan adanya hasil yang baik dalam mengatasi

gejala halusinasi dan memori kerja, dan hingga saat ini masih banyak

dikembangkan penelitian untuk mempelajari manfaat lain dari TMS pada

skizofrenia (Kani et al., 2017).

Berbagai referensi telah menunjukkan kemungkinan dari neurofeedback

sebagai sebuah intervensi pengobatan tambahan yang potensial terhadap

orang dengan skizofrenia (Nan et al., 2012). Sampai saat ini, berbagai

penelitian yang mempelajari tentang penggunaan neurofeedback pada orang

dengan skizofrenia memperlihatkan bukti bahwa orang dengan skizofrenia

juga mampu melakukan pengaturan terhadap aktifitas neuronal mereka. Hal

ini membuktikan bahwa pemberian neurofeedback pada orang dengan

skizofrenia memiliki efek yang sesuai dengan manfaat klinis neurofeedback

itu sendiri (Simon, 2012). Selain itu, dalam sebuah penelitian menggunakan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

biofeedback terhadap orang dengan skizofrenia yang telah dirawat selama 9

tahun, saat dikembalikan kepada keluarga, mereka tidak pernah lagi dirawat

di rumah sakit selama 3 tahun. Meskipun penelitian tersebut menggunakan

paradigma biofeedback, namun karena kesamaan dalam prinsip dasar, maka

hal ini diperkirakan juga dapat digunakan pada neurofeedback (Surmeli et al.,

2012). Meskipun telah cukup banyak penelitian yang mempelajari tentang

pemberian neurofeedback terhadap skizofrenia, namun sejauh ini, belum ada

penelitian yang bertujuan mempelajari peran neurofeedback dalam

meningkatkan fungsi kognitif pada pasien dengan skizofrenia, terutama dalam

bidang atensi dan fungsi kognitif. Hal ini membuat penulis tertarik untuk

mempelajari mengenai pengaruh pemberian neurofeedback sebagai terapi

tambahan terhadap gangguan atensi dan fungsi eksekutif pada orang dengan

skizofrenia.

B. Fokus Penelitian

Bagaimana pengaruh neurofeedback terhadap gangguan atensi dan fungsi

eksekutif pada pasien skizofrenia?

C. Tujuan Penelitian

1. Menghasilkan modul neurofeedback untuk gangguan dalam atensi dan

fungsi eksekutif pada pasien skizofrenia.

2. Mampu mengoperasikan neurofeedback pada pasien skizofrenia yang

memiliki gangguan dalam atensi dan fungsi eksekutif.

3. Mengetahui pengaruh neurofeedback terhadap gangguan atensi dan fungsi

eksekutif pada pasien skizofrenia.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Mengembangkan pengetahuan dalam praktik ilmu kedokteran jiwa

terutama tentang pengaruh neurofeedback terhadap gangguan atensi

dan fungsi eksekutif pada skizofrenia.

b. Menghasilkan modul sebagai petunjuk dan pedoman dalam bentuk

intervensi berupa neurofeedback dalam hubungannya dengan

gangguan atensi dan fungsi eksekutif pada skizofrenia yang valid.

c. Menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya mengenai

neurofeedback terhadap gangguan atensi dan fungsi eksekutif pada

orang dengan skizofrenia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi klien : dapat digunakan sebagai dasar memperbaiki atensi dan

fungsi eksekutif dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pelayanan : implikasi hasil penelitian dapat digunakan dalam

operasional alat neurofeedback terhadap pasien skizofrenia yang

mengalami gangguan atensi dan fungsi eksekutif.

c. Bagi penulis : meningkatkan kemampuan penulis menggunakan

neurofeedback terhadap gangguan atensi dan fungsi eksekutif pada

skizofrenia, berkomunikasi dan membangun relasi dengan pasien dan

sejawat.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai