Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN FAMILY GATHERING TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA

DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA


DI RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Karya Tulis Ilmiah Hasil Penelitian


Diajukan untuk memenuhi syarat kenaikan Pangkat
Perawat Penyelia

Disusun oleh :
EKO SRI MAWARNI, S.Kep.,Ners
NIP : 19770813 2000604 2 013

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)


dr LOEKMONO HADI KUDUS
TAHUN 2019
2

HUBUNGAN FAMILY GATHERING TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT


PASIEN GANGGUAN JIWA DI RSUD dr LOEKMONO HADI KUDUS

Eko Sri mawarni¹, Sukarmin², Sri Karyati³

ABSTRAK

Latar Belakang : Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar
2,5 Juta jiwa, yang diambil dari data Rumah Sakit Jiwa (RSJ) se-Indonesia. Dari data pasien yang
menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Loekmono Hadi Kudus tahun 2014 sampai
dengan 2015 , pasien mengalami readmission sebesar 25% yang hampir semua (90 %) akibat putus
obat. Salah satu faktor yang menyebabkan putus obat bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
adalah kurangnya peran keluarga dalam memberikan perawatan di rumah paska rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Loekmono Hadi Kudus.
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada hubungan family gathering terhadap kemampuan Keluarga
dalam merawat Pasien gangguan jiwa di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
Metode : penelitian analitik korelasi dengan metode pendekatan Cross Sectional,sampel yang
digunakan sebanyak 30 responden dengan teknik pengambilan sampel total sampling dan analisa data
Chi-Square.
Hasil Penelitian :Ada hubungan Family Gathering terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat
Pasien Gangguan Jiwa di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dengan nilai p Value = 0.010
Kesimpulan :ada hubungan antara Family Gathering terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat
Pasien Gangguan Jiwa di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Kata Kunci : Family Gathering, Kemampuan Keluarga, Gangguan Jiwa


Kepustakan : 30 (2008-2018)

1. Penulis
2. Pembimbing I
3. Pembimbing II

A. Latar belakang

Menurut World Health Organization (WHO, 2017) pada umumnya gangguan mental yang
terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari populasi
global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan kecemasan. Jumlah penderita
depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab
terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang
tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).
Di Amerika kurang lebih 1% dari jumlah penduduk mengalami skizofrenia, Lebih dari 2 juta
orang Amerika menderita skizofrenia pada waktu tertentu, dan 100,000-200,000 tahun baru
diagnose devery peopleare. sebagian banyak dari pasien gangguan jiwa yang di rawat di RS
Jiwa adalah pasien dengan skizofrenia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010, 237,6 juta.
Dengan asumsi angka 1 % tersebut di atas maka jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2012
ini sekitar 2.377.600 orang (Januarti, 2008).
Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 2,5 Juta
jiwa, yang diambil dari data Rumah Sakit Jiwa (RSJ) se-Indonesia. Sementara itu 10% dari
populasi orang indonesia mengalami masalah kesehatan jiwa, maka kesehatan jiwa harus
3

mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Di Jawa Tengah sendiri terdapat 3 orang
perseribu penduduk yang mengalami gangguan jiwa, Dengan demikian dari 32.952.040
penduduk Jawa Tengah terdapat sekitar 98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa (Wahyuni,
2007).
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Loekmono Hadi Kudus tahun 2014 sampai dengan 2015
menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan yang sangat signifikan. Dari data pasien yang
menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Loekmono Hadi Kudus tahun 2014
sampai dengan 2015 , pasien mengalami readmission sebesar 25% yang hampir semua (90 %)
akibat putus obat. Salah satu faktor yang menyebabkan putus obat bagi Orang Dengan Gangguan
Jiwa ( ODGJ ) adalah kurangnya peran keluarga dalam memberikan perawatan di rumah paska
rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah drLoekmono Hadi Kudus.
Berdasarkan penelitian Naim (2015) ditemukan bahwa angka kekambuhan pada klien tanpa
terapi keluarga sebesar 25 - 50% sedangkan angka kekambuhan pada klien yang diberikan terapi
keluarga 5-10%. Keluarga sebagai ”perawat utama” dari klien memerlukan treatment untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam merawat klien. Untuk mencegah terjadinya
kekambuhan diperlukan peran aktif dari keluarga dan tenaga kesehatan untuk memberikan
pendampingan dan memberikan perhatian khusus agar pasien dengan gangguan jiwa rutin
minum obat dan dapat bersosialisai (Wijayati dan Fivi, 2010).
Dari survey awal yang dilakukan terhadap 20 keluarga yang merawat orang
dengangangguan jiwa didapatkan ada sebanyak 5 keluarga yang mampu untuk merawat pasien
dengan gangguan jiwa di rumah sedangkan 15 keluarga lainnya tidak mampu untuk merawat
pasien dengan gangguan jiwa dirumah. kesulitan yang dialami keluarga ada berbagai macam,
antara lain : keluarga tidak mampu untuk mengajak pasien mandi, mengajak pasien untuk buang
air kecil dan buang air besar di kamar mandi, meminta untuk memotong kuku, kesulitan untuk
meminta pasien untuk meminum obat, kesulitan untuk mengajak pasien bersosialisasi dan
keluarga kesulitan untuk mengajak pasien untuk kontrol ke rumah sakit.
Menurut (Sariah, 2012) Hasil survei internasional sebanyak 838 responden yang dilakukan
untuk menjelaskan pengalaman dan wawasan keluarga dengan salah satu anggota keluarga
menderita gangguan jiwa di Australia, Kanada, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Inggris dan
Amerika Serikat, 85,34% keluarga mengatakan anggota keluarga tidak memberi dukungan dan
69% yang disebabkan oleh keluarga yang sibuk terhadap pekerjaannya. Menurut (Hou, 2008)
ada lima dimensi beban pada Caregiver klien dengan gangguan jiwa yaitu : perasaan cemas
adalah yang tertinggi, kemudian ketergantungan pasien, perasaan malu dan bersalah, gangguan
dalam keluarga dan tingkat stigma adalah yang terendah.
4

Studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 2 Juni 2018 yang dilakukan terhadap
15 keluarga yang tidak mampu untuk memberikan perawatan di rumah terhadap pasien dengan
gangguan jiwa, kemudian dilakukan kegiatan family gathering, dalam family gathering atau
pertemuan keluarga terpadu keluarga diberikan konseling tentang cara merawat pasien dengan
gangguan jiwa, sharing masalah/hambatan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kejiwaan. setelah kegiatan family gathering dilakukan wawancara dengan 15 keluarga
pasien, dari 15 keluarga pasien yang dijadikan obyek studi pendahuluan didapatkan hasil ada
sebanyak 10 keluarga pasien dengan gangguan jiwa yang menyatakan lebih mengerti mengenai
bagaimana cara merawat keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan ada sebanyak 5 keluarga
yang masih belum mengerti cara merawat pasien dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Family Gathering terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Gangguan
Jiwa di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus“.

B. Metodologi
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental bersifat studi korelasi yang
bertujuan merumuskan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi analitiknya
dengan rancangan penelitian cross sectional (Arikunto,2010). Peneliti menentukan sampel
dengan menggunakan taknik sampling total sampling.
Populasi pada penelitian ini adalah keluarga pasien dengan gangguan jiwa yang ada di RSUD
dr Loekmono Hadi kudus, pada setiap pertemuan terdapat 30 keluarga pasien yang mengikuti
kegiatan family gathering.
Data penelitian ini dianalisis dengan Kemampuan Frekuensi Persentase (%)
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Mampu 15 50.0
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Tidak 15 50.0
berlandaskan etika yang akan terjamin Mampu
kerahasiaannya. Berupa data yang diperoleh
Total 30 100.0
dari Lembar Observasi untuk variabel family
gathering dan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan
memperhatikan kaidah-kaidah meliputi: Confidentiality, Anonymity, Inform consent

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini membuktikan dan menjawab pertanyaan penelitian, bahwa apakah ada Hubungan
Family Gathering terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Gangguan Jiwa di
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
5

Analisa Univariat
Family Frekuensi Persentase (%)
Gathering
Hasil univariat variable Family Gathering
Aktif 17 56.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Tidak Aktif 13 43.3 aktif dalam mengikuti Family Gathering yaitu
Total 30 100.0 sebanyak 17 orang (56.7%),dan sebagian kecil
tidak aktif dalam mengikuti Family Gathering
yaitu sebanyak 13 orang (43.3%).
Hasil univariat variable Kemampuan Keluarga menunjukkan bahwa keluarga yang mampu dan
keluarga yang tidak mampu dalam merawat pasien gangguan jiwa memiliki jumlah responden
yang sama yaitu sebanyak 15 orang (50.0%).

Analisa Bivariat
Hasil analisa bivariat variable Family Gathering dengan kemampuan keluarga menunjukkan
bahwa dari 17 keluarga yang aktif dalam family gathering sebagian besar memiliki kemampuan
keluarga mampu dalam melakukan perawatan pasien dengan gangguan jiwa sebesar 12 orang
(70.6%) sedangkan keluarga yang tidak aktif dalam family gathering sebagian besar 7 (53.8%)
responden tidak mampu dalam melakukan perawatan pada pasien dengan gangguan jiwa.
Hasil analisis chi square diperoleh nilai p value adalah 0.010, yang berarti nilai p value < 0,05,
sehingga dapat diambil kesimpulan Ho ditolak, yang berarti ada hubungan bermakna Family
Gathering terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Gangguan Jiwa di RSUD Dr.
Loekmono Hadi Kudus dengan nilai OR (Odds Ratio) 1,52-2,04, Yang berarti keluarga yang
aktif dalam Family gathering berpeluang memiliki kemampuan merawat keluarga dengan
gangguan jiwa 1,5 kali lebih baik dari pada keluarga yang tidak aktif dalam kegiatan family
gathering.. Sesuai dengan tabel di bawah ini :

Kemampuan Keluarga
Total
Family Tidak P OR
Gathering Mampu value
Mampu

N % N % N % 1,52-2,04

Aktif 12 70.6 5 29.4 17 100.0


0.010
Tidak Aktif 6 46.1 7 53.8 13 100.0
6

D. PEMBAHASAN
Hubungan Family Gathering Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien
Gangguan Jiwa di RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

Dari hasil cross tabulation menunjukkan dari 30 responden terdapat 17 responden yang aktif
mengikuti family gathering sedangkan 13 responden tidak aktif mengikuti family gathering. dari
17 responden yang aktif mengikuti family gathering ada sebanyak 12 orang (70.6%) memiliki
kemampuan mampu dalam melakukan perawatan pasien gangguan jiwa sedangkan 5 orang
(29,4%) memiliki kemampuan tidak mampu dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa. dari
13 responden yang tidak aktif dalam melakukan family gathering ada sebanyak 6 orang (46,1%)
memiliki kemampuan mampu dalam melakukan perawatan pasien gangguan jiwa sedangkan 7
orang (53,8%) memiliki kemampuan tidak mampu dalam perawatan pasien dengan gangguan
jiwa. Hal utama yang dibutuhkan oleh pasien gangguan jiwa adalah perhatian, pengertian,
dukungan atau perasaan cinta dan kasih sayang dari keluarga atau orang terdekat sehingga proses
penyembuhan pasien gangguan jiwa berjalan dengan baik.
Dalam penelitian ini menggunkan analisis chi square, dari hasil analisis didapatkan nilai p
value adalah 0.010, yang berarti nilai p value <0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan Ho
ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan Family Gathering terhadap Kemampuan
Keluarga Dalam Merawat Pasien Gangguan Jiwa di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ice yulia wardani, dkk tahun (2012)
pada penelitian tentang kepatuhan dalam pengobatan, yang berjudul “Dukungan Keluarga :
Faktor yang ketidak patuhan klien menjalani pengobatan”, dalam penelitian ini didapatkan
bahwa dengan metode pengumpulan data indept interview hasil wawancara dianilisa
menggunakan collazi. Hasil ini menggambarkan pengalaman keluarga dalam merawat keluarga
yang tidak patuh dalam pengobatan, didapatkan hasil bahwa dukungan keluarga merupakan hal
paling penting selain dari obat medis dalam pengobatan pasien dengan gangguan jiwa.
Menurut Munawaroh (2009) kemampuan keluarga dalam merawat pasien yaitu :keluarga
dapat memberikan kegiatan terhadappasienberupadapat memandikan pasien, dapat mengajarkan
pasien untuk makan, meminum obat, dan pasien mau untuk diajak berobat tanpa harus dipaksa.
Selain itu keluarga harus mampu mengajak pasien untuk bersosialisasi agar mencegah
kekambuhan.
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan diperlukan peran aktif dari keluarga dan tenaga
kesehatan untuk memberikan pendampingan dan memberikan perhatian khusus agar pasien
7

dengan gangguan jiwa rutin minum obat dan dapat bersosialisai.sehingga pasien dan keluarga
dapat lebih mandiri dan lebih berperan dalam penyembuhan (Wijayati dan Fivi, 2010).
Kemandirian keluarga dapat ditingkatkan dengan pemberian pendidikan yang berfokus pada
kemandirian keluarga untuk memulihkan keadaan klien. Keluarga merupakan factor penting
yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Keluarga yang
mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal sehingga gangguan jiwa dapat dikontrol dengan baik (Yosep, 2013).
Pelayanan kesehatan dapat memberikan kebijakan dalam menetapkan program-program
kesehatan jiwabaik untuk pembinaan kesehatan keluarga maupun masyarakat secara lintas sector
dan rumah sakit hendaknya memberikan sarana informasi untuk menambah pengetahuan
keluarga tentang peran sertanya dalam perawatan klien gangguan jiwa (Sisky, 2010).

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
a. Keluarga aktif dalam mengikuti Family Gathering yaitu sebanyak 17 orang (56.7%),dan
keluarga yang tidak aktif dalam mengikuti Family Gathering yaitu sebanyak 13 orang
(43.3%).
b. Keluarga yang mampu dalam merawat pasien gangguan jiwa dan keluarga yang tidak
mampu merawat pasien gangguan jiwa memiliki jumlah responden yang sama yaitu
sebanyak 15 orang (50.0%).
c. Ada hubungan Family Gathering terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien
Gangguan Jiwa di RSUD dr. LOEKMONO HADI Kudus dibuktikan dengan uji Chi-Square
dengan nilai p Value = 0.010, p <nilai α (0,05).

2. Saran
a. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi Petugas Kesehatan (perawat/dokter) untuk dapat meningkatkan kualitas
dalam pemberian pelayanan dalam memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien
gangguan jiwa secaraeksklusifdan memberikan konseling terhadap keluarga agar aktif
dalam mengikuti kegiatan Family Gathering, serta sebagai bahan pembelajaran dan
masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga
pasien gangguan jiwa yang hubungannya dengan kemampuan untuk merawat pasien
gangguan jiwa.
b. Bagi Institusi Pendidikan
8

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literature bagi mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Kudus berkaitan dengan family gathering terhadap
kemampuan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa, sehingga saat kelak sudah
terjun di masyarakatakan lebih memperhatikan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang di
dapatkan.
c. Peneliti
Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan peneliti terutama
tentang Family Gathering terhadap kemampuan keluarga dalam merawat pasien gangguan
jiwa dan juga sebagai penerapan atas ilmu yang sudah didapatkan selama perkuliahan.
d. Bagi masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat khususnya keluarga pasien gangguan jiwa untuk lebih
meningkatkan pengetahuan tentang Family Gathering melalui media massa, telivisi atau
melalui internet, serta diharapkan keluarga dapat menerapkan saran-saran dari petugas
kesehatan.
e. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan untuk menambah fasilitas untuk mendukung kegiatan family gathering, serta
diharapkan dapat menambah fasilitator-fasilitator dalam setiap kegiatan family gathering
sehingga semua keluarga dapat mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih
mendalam.
9

DAFTAR PUSTAKA

Afrian dinata, Muhammad. (2013).Regulasi Emosi pada Mahasiswa Suku Jawa, Suku Banjar,
dan Suku Bima. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol.02.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta, Toronto: Rineka
Cipta.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Friedman, C., & Horton, I.(2010). Counseling and psychotherapy. The SageHandbook. 2 nd
edition British: Sage Publication, Ltd.
Hidayat, Alimul Aziz . (2009). Metode Penelitian Kebidanan, Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Hou, suliwanto. (2008). Kesehatan Mental, Konsep,Cakupan, dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi Offset.
Januarti, Moeljono. (2008).Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan Edisi Keempat. Malang:
UMM Press.
Munawarah, S. M.. (2009). Hardiness, Harga Diri, Dukungan Sosial dan Depresi pada Remaja
Penyintas Bencana Di Yogyakarta. Jurnal Humanitas. Vol. 6, No. 2, Agustus 2009.
Naim, Fadlun. Studi Deskriptif : Gambaran Umum Kesehatan JiwaMahasiswa Tingkat Pertama
Program Studi S1 Program Studi IlmuKeperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran UniversitasDiponegoro. Skripsi. 2015.
Nasir, Abdul dan muhid. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta:
Salamba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo .(2010) . Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,Pedoman
Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
Puri Lukitasari dan Eni Hidayati, tahun (2013). Perbedaan Pengetahuan Keluarga Tentang Cara
Merawat Pasien Sebelum Dan Sesudah Kegiatan Family Gathering Pada Halusinasi Dengan
Klien Skizofrenia Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino Gondohutomo
Semarang. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Diakses di http://repository.unhas.ac.id (15
April 2018).
Riwidikdo, H. (2010). Aplikasi Statistika Terapan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
10

RSUD dr. Loekmono Hadi, tahun (2018).Kudus: SPO Family Gathering


Sariah.(2012). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Silalahi, Husni. (2010). Gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis. Bandung:
Mandar Maju
Silvicion Jane Pirkis, Celis Philip Burgess, Pia Kirk, Sarity Dodson and Tim Coombs.(2015).
Australian Mental Health Outcomes and Classification Network: Review of standardised
measures used in the National Outcomes and CasemixCollection (NOCC). Diakses dari
http://www.mhcc.org.au (20 Mei 2018).
Siski, Ade Hermawan .(2010).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.
Sumiati.(2009). Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info Media.
Wahyuni. (2007). Psikologi Sosial. Rineka Cipta: Jakarta.
Wijayati , Herlani dan Fivi Nurwianti. (2010).Kekuatan Karakter dan Kebahagiaan pada Suku
Jawa. Jurnal Psikologi: 3 (2) hlm 114-122 .2010.
Wibowo, Ayu Novianita, Kartika Sari Dewi. (2017).Distress in Terms of PeerSocial Support in
The First Year Students of Diponegoro University. Diakses dari alamat website
http://ejournal-s1.undip.ac.id/(22 April 2018).
World Health Organization (WHO) . (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Word Health Organization. (2017). Physical Activity In Guide Community Preventive Services.
Diakses dari website www.who.int pada tanggal 14 april 2018
Yosep, Iyus.

Anda mungkin juga menyukai