Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DAN DUKUNGAN

SOSIAL DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN


JIWA DI WILAYAH PUSKESMAS KRAGAN 2
KABUPATEN REMBANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


Mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh

DYAH AYU KURNIAWATI

NIM : 152023030280

Pembimbing :

1. Anny Rosiana M., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J


2. Sri Karyati, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2023

1
2

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi dengan judul “Hubungan Stigma Masyarakat Dan


Dukungan Sosial Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa Di
Wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang” ini telah disetujui dan
diperiksa oleh Pembimbing Proposal Skripsi untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari :
Tanggal :
Nama : DYAH AYU KURNIAWATI
NIM : 152023030280

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Anny Rosiana M., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J Sri Karyati, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat
NIDN : 0616087801 NIDN : 0602087401

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kudus

Indanah, M.Kep. Ns. Sp.Kep.An.


NIDN : 0022037501
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih sebagai salah satu kasus kesehatan di
dunia termasuk di Indonesia. Kesehatan jiwa dalam Undang- Undang
Kesehatan Jiwa Nomor 18 tahun 2014, merupakan keadaan di mana
seorang bisa tumbuh secara fisik, mental, spritual serta sosial,
sehingga orang tersebut menyadari keterampilan dirinya sendiri, bisa
rnengatasi tekanan, bisa bekerja secara produktif, serta marnpu
membagikan donasi buat komunitasnya. Masalah gangguan jiwa saat
ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan angka kejadian
gangguan jiwa terjadi pada beberapa Negara di dunia dan termasuk
Indonesia. Gangguan jiwa dapat terjadi karena adanya faktor pemicu
atau pencetus dimana salah satunya adalah dari fungsi afektif dalam
keluarga yang tidak dapat berjalan dengan baik dan dukungan sosial
dimasyarakat rendah (Kemenkes, 2018).
.Masalah kesehatan jiwa semakin meningkat, berdasarkan
penelitian WHO (World Health Organization) pada tahun 2019
menyatakan terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang
menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia dan
20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, pengidap
gangguan jiwa di Indonesia tercatat bertambah. Kenaikan ini
terungkap dari peningkatan prevalensi rumah tangga yang
mempunyai orang dengan gangguan jiwa (ODJG) di Indonesia.
Jumlah penderita diperkirakan mencapai 450 ribu ODGJ berat. Akibat
dari gangguan jiwa dapat memunculkan disabilitas serta dapat
merendahkan produktivitas warga serta beban biaya lumayan besar.
Di Kabupaten Rembang Tahun 2023 jumlah kunjungan
1
gangguan jiwa dengan diagnosa skizofrenia sebanyak 8.114 jiwa.
Kunjungan gangguan jiwa dengan skizofrenia di rumah sakit sebesar
6.244 jiwa, sedangkan kunjungan gangguan jiwa di Puskesmas
sebesar 1.867 jiwa. Data yang diperoleh dari Puskesmas Kragan 2
2

terdapat 45 pasien yang mengalami gangguan jiwa yang mengalami


skizofrenia dan hanya 30% yang melakukan pengobatan secara
teratur (DKK Rembang, 2022).
Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 menunjukkan
sebanyak 45,7% pasien ODGJ mengalami putus obat. Alasan
ketidakpatuhan minum obat pada ODGJ yang tertinggi karena merasa
sudah sehat sebanyak 36,1%, tidak rutin berobat sebanyak 33,7%
dan tidak mampu membeli obat sebanyak 23,6%. Kekambuhan
gangguan jiwa merupakan peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala
gangguan psikis atau jiwa yang sebelumnya sudah memperoleh
kemajuan dari kasus gangguan jiwa kronis, diperkirakan 50%
penderita gangguan jiwa kronis akan mengalami kekambuhan pada
tahun pertama dan 70% pada tahun yang kedua (Kemenkes, 2018).
Proporsi pengobatan rumah tangga dengan anggota rumah
tangga yang mengalami gangguan jiwa tahun 2018 yang pernah
berobat ke RS Jiwa/Fasyankes/Nakes sebesar 85% dan yang tidak
berobat sebesar 15%. Klien gangguan jiwa yang minum obat rutin
sebesar 48,9% dan yang tidak minum obat sebesar 51,1%. Jumlah
tersebut belum diperhitungkan dari keseluruhan penduduk Indonesia
karena pada tahun 2018 baru tercatat 13 juta keluarga (Kemenkes,
2018).
Pengobatan orang dengan gangguan jiwa harus dilakukan
dengan teratur agar mengurangi kekambuhan kembali pada
penderitanya. Salah satu faktor dalam mengurangi tingkat
kekambuhan pada pasien adalah dengan meningkatkan kepatuhan
dalam meminum obat. Kepatuhan minum obat ialah sikap untuk
menuntaskan menelan obat sesuai dengan jadwal serta dosis obat
yang diajarkan oleh petugas kesehatan, tuntas bila obat habis tepat
waktu, serta tidak tuntas bila obat tidak habis tepat waktu (Yosep,
2019).
3

Kekambuhan pada pasien ODGJ biasa terjadi karena ada hal-


hal buruk yang menimpa penderita gangguan jiwa, seperti diasingkan
oleh keluarganya sendiri. Ada beberapa faktor yang memicu
kekambuhan pasien gangguan jiwa, antara lain faktor dukungan sosial
masyarakat. Dukungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat
membantu menurunkan angka kekambuhan, maka penting bagi
masyarakat untuk memberikan dukungan sosial bagi penderita
gangguan jiwa. Efek yang menguntungkan dari dukungan sosial dapat
muncul baik melalui interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya
ataupun representasi sosial psikologis individu sebagai sumber untuk
melawan stres dan dapat memenuhi kebutuhan dasar individu
tersebut (Ratnawati, 2018).
Penyembuhan ODGJ tidak hanya meliputi penyembuhan fisik
dan psikologis saja, namun juga pemulihan hubungan sosial. Stigma
yang telah melekat pada diri ODGJ membuat ODGJ biasanya akan
mengalami pengucilan oleh lingkungan sosialnya. Oleh karena itu,
pemberian perhatian positif dari keluarga dan lingkungan pada ODGJ
seperti melibatkan mereka dalam aktivitas sehari-hari dan juga
pemberian kasih sayang adalah cara memperlakukan ODGJ sebagai
manusia normal (Murni & Astusi, 2018).
Proses pemulihan ODGJ juga tidak terlepas dari dukungan
keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama, peran
keluarga merupakan hal penting untuk menghindari terjadinya
kekambuhan pada ODGJ. Peran keluarga yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kekambuhan pada ODGJ adalah ikut berperan dalam
perawatan aftercare di puskesmas integrasi/RSJ terdekat seperti
kunjungan berobat, mengambil obat, pengawasan minum obat, terapi
keluarga dan bekerjasama dengan petugas kesehatan. Salah satu
tindakan yang bisa dilakukan keluarga adalah memberikan dukungan
sosial terhadap ODS. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada
dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang
4

dapat diakses atau diadakan untuk keluarga. Dukungan sosial


keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti
dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau
dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 2018).
Dukungan sosial masyarakat juga merupakan salah satu faktor
dalam upaya mencegah kekambuhan pasien ODGJ. Kegiatan seperti
memberikan respon yang baik saat bertemu dengan tentangga yang
mengalami gangguan jiwa, memberikan respon yang baik saat
bertemu dengan tentangga yang mengalami gangguan jiwa saat
pasien tidak kambuh, mendengarkan curhatan hati orang dengan
gangguan jiwa ketika sedang merasa sedih, merasa peduli dengan
pasien, bisa menerima adanya pasien dilingkungan tempat tinggal,
tidak merasa terganggu, membantu orang dengan gangguan.
Masyarakat dapat meminimalkan kesulitan dengan adanya stresor
yang kronis pada penderita ODGJ dan meningkatkan adaptasi yang
baik dilingkungan masyarakat. Masyarakat dan pasien juga dapat
menjalin dan menjaga hubungan yang saling mendukung dimana
mereka dan lingkungan dapat saling memberikan kontribusi dukungan
sosial di masyarakat juga akan membantu meningkatkan kualitas
hidup orang dengan gangguan jiwa (Ratnawati, 2018).
Stigma yang telah melekat pada diri ODGJ membuat ODGJ
biasanya akan mengalami pengucilan oleh lingkungan sosialnya. Oleh
karena itu, pemberian perhatian positif dari keluarga dan lingkungan
pada ODGJ seperti melibatkan mereka dalam aktivitas seharihari dan
juga pemberian kasih sayang adalah cara memperlakukan ODGJ
sebagai manusia normal (Murni & Astusi, 2018).
Stigma atau penilaian negatif dialami oleh pasien gangguan
jiwa di Indonesia. Penilaian negatif itu terjadi akibat adanya cara
pandang seseorang terhadap suatu kelompok yang memiliki ciri khas
yang berbeda dengan lingkungan sekitar, seperti orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ). Penyebab stigma adalah kurangnya informasi
5

yang diketahui oleh masyarakat tentang gangguan jiwa. Ketika ada


anggota keluarga yang menderita skizofrenia, lingkungan masyarakat
menolak klien tersebut dan meyakini memiliki penyakit berkelanjutan.
Lingkungan menganggap penderita tidak dapat berkomunikasi
layaknya orang normal lainnya. Hal ini menyebabkan beberapa
keluarga merasa tidak nyaman untuk melibatkan pasien skizofrenia
dalam kegiatan tertentu (Kemenkes, 2018).
Penelitan yang dilakukan Usraleli (2019) menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara stigma gangguan jiwa dengan
perilaku masyarakat pada ODGJ dalam pengetahuan dan sikap
masyarakat. Pengetahuan erat kaitanya dengan stigma terhadap
ODGJ (!YDOXH= 0,013 dan OR = 0,067). Artiya masyarakat yang
memiliki stigma gangguan jiwa yang negatif mempunyai peluang
0,067 kali untuk mempunyai pengetahuan buruk pada ODGJ. Sikap
erat kaitanya dengan stigma terhadap ODGJ (p value = 0,017 dan OR
= 9,2). Artinya masyarakat yang memiliki stigma gangguan jiwa negatif
mempunyai peluang 9,2 kali untuk mempunyai sikap buruk pada
ODGJ. Disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
stigma gangguan jiwa dengan perilaku masyarakat pada orang
dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Karya Wanita RW
07 Pekanbaru Tahun 2019.
Penelitian lain oleh Nasriati (2017) yang menunjukkan stigma
tinggi sejumlah 13 responden (52%) dan stigma rendah sejumlah 12
responden (47%). Sedangkan dukungan baik sejumlah 10 responden
(40%) dan dukungan buruk sejumlah 15 responden (60%). Uji statistik
dengan Fisher Exact didapatkan ada hubungan antara stigma dengan
dukungan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa
dengan (p value=0,0082). Kesimpulan stigma pada keluarga
berhubungan dengan dukungan keluarga dalam merawat orang
dengan gangguan jiwa sehingga perlu dilakukan edukasi dan
6

sosialisasi gangguan jiwa di masyarakat untuk meminimalkan stigma


keluarga yang tinggi.
Dukungan sosial sangat berpengaruh dalam meningkatkan
kepatuhan pengobatan ODGJ. Pengobatan ODGJ memerlukan waktu
yang lama dan keteraturan dalam meminum obat agar mengurangi
kekambuhan kembali pada penderitanya. Oleh karena itu, diperlukan
dukungan sosial terutama dari keluarga untuk selalu mengingatkan
ODGJ agar meminum obat dan memberikan perhatian dan semangat.
Penderita ODGJ membutuhkan dorongan atau motivasi yang kuat dari
keluarga karena dinamika keluarga memegang peranan penting
dalam menimbulkan kekambuhan. Keluarga juga berperan penting
dalam proses penyembuhan dan perawatan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa dirumah. Keberhasihan perawatan di
rumah sakit tidak akan berjalan lancar jika tidak dilanjutkan di rumah
dan akan mengakibatkan kekambuhan kembali dan harus
mendapatkan pengobatan ulang (Ratnawati, 2018).
Penanganan klien ODGJ harus melibatkan peran serta dan
dukungan sosial dari keluarga serta lingkungan masyarakat.
Meningkatnya angka kekambuhan terjadi karena tidak teratur dalam
minum obat, yang menjadi alasan yakni keluarga merasa bosan untuk
mengantarkan klien berobat ke puskesmas, keluarga merasa bosan
untuk memperhatikan klien minum obat setiap hari serta kurangnya
dorongan atau motivasi dari keluarga kepada klien sehingga klien
sering mengalami putus obat. Pasien ODGJ yang belum tertangani,
keluarga serta masyarakat sekitar masih bersikap acuh tak acuh dan
menganggap tidak masalah selama pasien ODGJ tidak mengganggu
warga sekitar. Oleh sebab itu, keluarga cenderung mendiamkan saja
dan tidak mengantar pasien ODGJ untuk berobat ke Rumah Sakit
atau puskesmas (Yosep, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Huraju (2023) menyebutkan
dukungan sosial masyarakat baik mengalami kekambuhan sebanyak
7

1 orang dan tidak kambuh sebanyak 23 orang, sedangkan pasien


dengan dukungan sosial masyarakat kurang mengalami kekambuhan
sebanyak 11 orang dan tidak kambuh sebanyak 2 orang. Diketahui
nilai chi square atau pValue=0.000 < 0,005. maka Ha diterima, jadi
dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan sosial
masyarakat dengan kejadian kekambuhan pada pasien gangguan jiwa
di wilayah kerja Puskesmas Limboto Barat.
Penelitian lain oleh Tyas (2021) hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial di wilayah kerja
Puskesmas Sedayu II mayoritas tinggi yaitu sebanyak 47 responden
(87,0%). Semakin tinggi tingkat dukungan sosial akan semakin rendah
tingkat stres dalam keluarga. Penelitian ini membuktikan dukungan
sosial suatu hal yang penting dalam meminimalkan kesulitan dengan
adanya stresor yang kronis pada penderita skizofrenia dan
meningkatkan adaptasi yang baik dilingkungan masyarakat.
Stigma negatif banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari dan
tidak mengherankan semua ini dapat mengakibatkan penarikan diri
dari keaktifan hidup sehari-hari termasuk juga dalam hal pengobatan
penderita tersebut. Social support atau dukungan sosial adalah
sebuah hasil dari interaksi sosial antara individu dengan orang lain
atau lingkungannya yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan
dapat meningkatkan ketahanan individu terhadap masalah kesehatan
(Cohen, 2019).
Hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 10
pasien ODGJ menyebutkan bahwa 6 (60%) pasien mengalami
kekambuhan berulang dan hanya 4 (40%) pasien yang tidak kambuh.
Dari 6 responden tersebut, 4 responden mengatakan karena sudah
capek dan putus asa dalam menjalani pengobatan. Dukungan sosial
yang baik seperti masyarakat memberi dukungan dan menganggap
skizofrenia bisa sembuh dan keluarga memberi dukungan sebanyak 6
orang. Sedangkan 4 keluarga merasa bosan terhadap proses
8

pengobatan yang dijalani. Dan 2 responden yang menjawab


lingkungan sosial seperti tetangga yang memberi stigma negatif
terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.
Terdapat 4 orang yang rutin dalam menjalani pengobatan mengatakan
optimis bisa sembuh dan lingkungan sosialnya mendukung dalam
upaya pengobatan terhadap pasien dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Stigma Masyarakat
Dan Dukungan Sosial Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa
Di Wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang”.

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian adalah “Apakah ada
hubungan stigma masyarakat dan dukungan sosial dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2
Kabupaten Rembang?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan stigma masyarakat dan dukungan sosial dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan
2 Kabupaten Rembang.
2. Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui stigma masyarakat pada pasien gangguan
jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
3. Untuk mengetahui dukungan sosial terhadap pasien gangguan
jiwa di wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
4. Untuk mengetahui kekambuhan pasien gangguan jiwa di
wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
9

5. Untuk menganalisis hubungan stigma masyarakat pada pasien


gangguan jiwa dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di
wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.
6. Untuk menganalisis hubungan dukungan sosial pada pasien
gangguan jiwa dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa di
wilayah Puskesmas Kragan 2 Kabupaten Rembang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Kragan 2
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan dan pertimbangan untuk bagaimana cara menyikapi
permasalahan serta diharapkan mampu menjadi salah satu bahan
untuk peninjauan kebijakan Puskesmas terkait bagaimana
pentingnya pencegahan kekambuhan bagi pasien ODGJ di
Puskesmas.
2. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus Indonesia
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi perkembangan ilmu kesehatan dan menambah kajian ilmu
kesehatan khususnya ilmu keperawatan untuk mengetahui
pentingnya stigma masyarakat yang baik dan dukungan sosial
dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan kepustakaan, bahan
bacaan dan bahan literatur untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa khususnya dan masyarakat umum hingga dapat
menjadi wacana bagi peneliti selanjutnya.

4. Bagi Responden
Diharapkan penelitian sebagai dasar pentingnya motivasi
dan dukungan lingkungan sosial dalam penatalaksanaan klien
dengan gangguan jiwa.
10

E. Keaslian Penelitian
Penelitan lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Metode
No Peneliti Tahun Judul Hasil
Penelitian

1 Nurcahyati 2020 Hubungan Jenis penelitian


Motivasi yaitu kuantatif
Hasil analisis
Keluarga dengan
Kendall Tau
dengan rancangan cross
menunjukkan ada
Kepatuhan sectional. Tekhnik
hubungan
Minum Obat pengambilan
internalized
Orang Dengan sampel teknik
stigma dengan
Gangguan simple random
kekambuhan
Jiwa di sampling.
(0,004>0,05) dan
Kelurahan Populasi dalam
ada hubungan
Medan penelitian ini
resiliensi dengan
Sunggal. berjumlah 80
kekambuhan
orang dengan
(0,044<0,05).
sampel 44 orang
Kesimpulan: Ada
di Wilayah Kerja
hubungan
Puskemas
internalized
Gamping 2
stigma dengan
Sleman.
kekambuhan
Instrumen yang
pada pasien
digunakan adalah
skizofrenia di
data demografi
wilayah kerja
untuk mengukur,
Puskesmas
kuesioner
Gamping 2
internalized
Sleman dan ada
stigma of mental
hubungan
illness invetory
resiliensi dengan
(ISMI-9) dan CD-
kekambuhan
RISC10 dengan
pada pasien
uji Kendall Tau
skizofrenia di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Gamping 2
Sleman

2 Zulfiana 2023 Hubungan Jenis penelitian Hasil penelitian


Dukungan kuantitatif melalui menunjukkan
Keluarga Dan pendekatan bahwa sebagian
Stigma observasional besar pasien
Keluarga analitik dengan gangguan jiwa
11

Metode
No Peneliti Tahun Judul Hasil
Penelitian

Dengan metode cross yang mendapat


Kepatuhan sectional. dukungan positif
Minum Obat Populasi dalam yaitu 66,7%,
Pada Pasien penelitian ini pasien gangguan
Gangguan adalah semua jiwa yang
Jiwa Di pasien gangguan mendapat stigma
Rumah Sakit jiwa yang dirawat keluarga positif
Daerah jalan yaitu 112 yaitu 76,2% dan
Madani orang. Besar pasien gangguan
Provinsi sampel dihitung jiwa patuh minum
Sulawesi menggunakan obat yaitu 69,0%.
Tengah rumus estimasi Hasil uji Fisher’s
proporsi dengan Exact didapatkan
jumlah sampel 42 dukungan
orang. keluarga dan
Menggunakan stigma masing-
teknik Accidental masing nilai
sampling. p=0,003 dan
0.000 (≤ 0,05), ini
berarti secara
statistik ada
hubungan
dukungan
keluarga dan
stigma keluarga
dengan
kepatuhan minum
obat pada pasien
gangguan jiwa.

3 Tola 2018 Dukungan Jenis penelitian Penelitian ini


sosial dan ini yaitu menggunakan
kepatuhan korelasional jenis penelitian
minum obat analitik dengan
pada pasien (eksplanatory pendekatan
skizofrenia reseach). Teknik kuantitatif.
rawat jalan sampling Populasi dalam
menggunakan penelitian ini
teknik Probability adalah pasien
sampling dengan skizofrenia yang
metode Simple menjalani proses
random sampling rawat jalan di
(sampel random rumah sakit jiwa
sederhana). di Jakarta.
Populasi dalam Penelitian ini
penelitian ini menggunakan
adalah 59 pasien. metode purposive
uji statistik chi sampling dengan
square. karakteristik
sampel adalah
mengidap
gangguan
skizofrenia
12

Metode
No Peneliti Tahun Judul Hasil
Penelitian

paranoid, berusia
dari umur 20–55
tahun, sedang
menjalani proses
rawat jalan.. Hasil
uji korelasi, nilai
koefisien korelasi
Pearson Product
Moment

F. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan standart
pengumpulan data dan izin pelaksanaan penelitian dari institusi
yaitu satu bulan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September
2023-Februari 2024.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Kragan 2 Kabupaten Rembang.
3. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah Ilmu
Keperawatan Jiwa. Materi yang dibahas dalam penelitian ini
adalah hubungan stigma masyarakat dan dukungan sosial dengan
kekambuhan pasien gangguan jiwa di wilayah Puskesmas Kragan
2 Kabupaten Rembang.
4. Ruang Lingkup Sasaran
Ruang lingkup sasaran dalam penelitian ini adalah keluarga
yang mempunyai anggota keluarga dengan kasus ODGJ. Materi
ini perlu dilakukan karena pentingnya penatalaksaan kasus ODGJ
sehingga tidak mengalami kekambuhan.

Anda mungkin juga menyukai