Anda di halaman 1dari 10

MANUAL BOOK

INOVASI
RAPID 2019
Rancabungur Peduli Disabilitas Mental

PUSKESMAS RANCABUNGUR
KABUPATEN BOGOR
I. Pendahuluan
Gangguan jwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan

adanya gangguan pada fungsi jiwa. Yang menimbulkan penderitaan pada


individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Jenis – jenis

gangguan jiwa antara lain : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
NAPZA, alkohol dan rokok. Depresi ; ansletas ; gangguan somatoform

(psikosomatik) ; gangguan afektif ; gangguan mental organic ; skizofrenia ;


ganguan jiwa anak dan remaja ; retardasi mental.

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan

penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada
stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan,

memalukan dan aib bagi keluarganya. Pandangan lain yang beredar di


masyarakat bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh guna-guna orang lain. Ada

kepercayaan di masyarakat bahwa gangguan jiwa timbul karena musuhnya roh


nenek moyang masuk kedalam tubuh seseorang kemudian menguasainya

(Hawari, 2005).
Penyebab gangguan kejiwaan pada seseorang tersebut bersifat

multifaktor, yaitu disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu faktor organik atau
somatik, faktor psikis dan struktur kepribadian dan faktor lingkungan sosial dan

budaya. Ketiga faktor tersebut bekerja dan beroperasi secara simultan


bersamaan (Sadock &Santrock, 2007).

Penanganan gangguan jiwa telah diatur dalam Undang-undang Republik

Indonesia No 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa yaitu, Upaya Kesehatan Jiwa
adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal

bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat dengan pendekatan promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
Prevalensi penderita gangguan jiwa yang tinggi, yang tidak diimbangi

dengan kapasitas layanan kesehatan jiwa yang memadai, mengindikasikan


masalah kesehatan jiwa yang belum dapat diatasi dengan baik. Salah satu

strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memasukkan


layanan kesehatan jiwa ke pelayanan primer, yang di Indonesia dikenal dengan

sebutan Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas).


Penderita gangguan jiwa sangat membutuhkan dukungan, kasih sayang,

dan perhatian khususnya dari keluarga dan petugas yang menanganinya, hal ini
dapat ditunjukkan dari keikutsertaan keluarga dan petugas kesehatan dalam

membantu perawatan pada penderita gangguan jiwa, baik memberikan


perawatan secara fisik maupun secara psikis karena banyaknya stigma buruk

berkembang di masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa, sehingga


dengan adanya dukungan, kasih sayang serta perawatan yang baik tersebut

akan membantu mempercepat kesembuhan pasien.

II. Latar Belakang


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di


suatu wilayah kerja.Keberadaan puskesmas di tengah masyarakat sangatlah

penting karena puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang


diberikan oleh pemerintah daerah. Pelayanan kesehatan jiwa yang baik yang

mampu diberikan oleh penyelenggara pemerintahan secara tidak langsung akan

meringankan beban pemerintah dan mengatasi masalah kesehatan jiwa di


masyarakat (Depkes, 2012).

Pelayanan primer seperti Puskesmas merupakan lini terdepan petugas


kesehatan yang akan menangani gangguan-gangguan jiwa pertama kali. Oleh
karena itu, petugas kesehatan di pelayanan primer haruslah memiliki
kemampuan untuk melakukan deteksi dan mampu menatalaksana gangguan
jiwa (Maramis, 2005).

Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara komprehensif melalui


multi-pendekatan, khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan petugas

kesehatan secara langsung dengan penderita, seperti bina suasana,


pemberdayaan penderita gangguan jiwa dan pendampingan penderita

gangguan jiwa agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang terus-menerus.


Gangguan jiwa dan perilaku, menurut The World Health Report 2001, dialami

kira – kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu saat dalam hidupnya dan lebih
dari 40% diantaranya didiagnosis secara tidak tepat sehingga menghabiskan

biaya untuk pemeriksaan laboratorium dan pengobatan yang tidak tepat.


Gangguan jiwa dan perilaku dialami pada suatu ketika oleh kira – kira 10%

populasi orang dewasa dalam laporan dikutip juga penelitian yang menemukan
bahwa 24% dari pasien yang mengunjungi dokter pada pelayanan kesehatan

dasar ternyata mengalami gangguan jiwa 69% dari pasien tersebut datang
dengan keluhan – keluhan fisik dan banyak diantaranya ternyata tidak

ditemukan gangguan fisiknya.


Dalam bidang kesehatan terjadi transisi epidemiologic dimasyarakat

dengan bergesernya kelmpok penyakit menular ke kelompok penyakit tidak


menular termasuk berbagai jenis gangguan akubat perilaku manusia dan negara

karena penderitanya menjadi tidak produktif dan bergantung pada orang lain.
Berdasarkan temuan banyaknya Kasus ODGJ di wilayah Puskesmas

Rancabungur yaitu Desa Rancabungur sebanyak 16 orang, Desa Mekarsari

sebanyak 9 orang dan Desa Candali sebanyak 8 orang. Dari data tersebut dapat
diketahui banyak ODGJ yang belum memiliki kepatuhan dalam mengkonsumsi

obat secara rutin. ODGJ yang rutin minum obat pun masih sering kambuh akibat
tidak memiliki banyak kegiatan sehingga sering melamun, halusinasi serta
waham menjadi lebih kuat. Mereka pun masih belum mengakses fasilitasi
kesehatan setempat (Puskesmas) karena belum adanya sistem rujukan yang
efektif untuk kasus kesehatan jiwa di dalam masyarakat. Peningkatan kualitas

hidup ODGJ juga semakin sulit dilakukan karena masih rendahnya pengetahuan
ODGJ, keluarga dan masyarakat mengenai isu kesehatan jiwa. Antar stakeholder

pun belum ada koordinasi dalam penanganan kasus gangguan jiwa. Masalah
stigma buruk di masyarakat juga menjadi kendala. Oleh karena itu, Puskesmas

Rancabungur menindaklanjuti dengan membentuk inovasi RAPID (Rancabungur


Peduli Disabilitas Mental).

Inovasi kesehatan jiwa ini berbasis masyarakat dengan melibatkan


masyarakat dan ditujukan bagi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang

berada di 3 Desa yaitu Desa Rancabungur Desa Mekarsari dan Desa Candali
sebagai wilayah binaan Puskesmas Rancabungur. Inovasi ini juga bersifat

komprehensif selain pengobatan juga dilakukan penyuluhan/konseling serta


pelatihan bagi masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif terhadap ODGJ.

Pada beberapa pertemuan disisipi kegiatan refreshing dengan senam bersama


dan keterampilan sosial.

III. Tujuan Dan Manfaat

A. Tujuan
1. Tujuan Umum

Menanggulangi masalah ODGJ Di wilayah kerja Puskesmas Rancabungur


dengan sasaran semua pasien ODGJ baik yang sudah ditangani maupun

yg belum tertangani. Keberhasilan pada ODGJ diliat dari kemandirian dan

kestabilan kondisi ODGJ.


2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perkembangan pasien ODGJ di wilayah Puskesmas


Rancabungur
b. Memonitoring kondisi minum obat pasien
c. Meningkatnya kualitas hidup ODGJ
d. Terwujudnya masyarakat yang berkontribusi secara pro-aktif kepada

berbagai usaha kesehatan jiwa


B. Manfaat

Pasien ODGJ dapat mandiri dan Stabil terutama bagi masyarakat yang tidak
mampu sehingga permasalahan dalam hal kesehatan khususnya dapat

segera di atasi.

IV. Keluaran (Output)


1. Terlaksananya pendampingan dr. Sp.KJ untuk pasien ODGJ di wilayah

Puskesmas Rancabungur.
2. Terjalinnya kerjasama yang aktif dengan forum ODGJ dengan Puskesmas

Rancabungur.

V. Dasar Hukum
1. Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1966 Bab III Pasal 4 Tentang Kesehatan

Jiwa
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang

Kesehatan Jiwa
3. SK Kepala Puskesmas No. 440/186 – SK/PKMRCB/XII/2019 Tentang

Perubahan Pertama Kepala Puskesmas No. 440/012 – SK/PKMRCB/II/2018


Tentang Tim Program Inovasi RAPID

VI. Sasaran
Seluruh warga masyarakat yang mengalami gangguan jiwa di wilayah Puskesmas

Rancabungur
VII. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
A. Kegiatan Pokok

Kegiatan RAPID ditujukan untuk memberikan pendampingan kepada ODGJ


agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan agar mereka

terintegrasi dalam sistem di masyarakat melalui kegiatan pengobatan,


keterampilan sosial, penyuluhan dan pelatihan berbasis masyarakat untuk

membantu menghilangkan stigma negatif tentang ODGJ. Langkah


pendampingan juga dilakukan kepada pasien ODGJ melalui peningkatan

pengetahuan dan pemahaman keluarga pasien terkait pentingnya


pendampingan pasien terutama dalam kepatuhan minum obat.

B. Rincian Kegiatan

1. Sosialisasi program inovasi RAPID kepada stakeholder terkait dan


masyarakat

2. Melaksanakan bimbingan teknis dan pelatihan kepada masyarakat/kader


3. Implementasi terdiri dari :

a. Pendataan pasien baru/lama


b. Skrinning pasien baru/lama

c. Pemeriksaan pasien meliputi anamnesis, Pemerikasaan tanda-tanda


Vital, Pemeriksaan Fisik dan Penentuan Diagnosa

d. Konsultasi
e. Pemberian obat/ Rujukan ke Rumah Sakit

f. Pemantauan dan Penyuluhan:

 Pendampingan kepada ODGJ untuk mengakses layanan


kesehatan, meningkatkan keterampilan dan aktivitas produktif

serta minum obat


 Edukasi kepada keluarga atau pendamping ODGJ mengenai
kesehatan jiwa
 Sosialisasi isu kesehatan jiwa kepada masyarakat
 Peningkatan kapasitas kader kesehatan jiwa

4. Publikasi dan promosi


5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

VIII. Cara Melaksanakan Kegiatan

A. Persiapan
Kegiatan diawali dengan penjaringan masalah di lapangan dan dilanjutkan

dengan penyusunan tim pengelola inovasi. Tahap berikutnya adalah


perumusan dan penjaringan ide terkait inovasi. Setelah inovasi dimaksud

dicanangkan, dilakukan sosialisasi dan pelatihan prosedur penanganan dan


evakuasi masyarakat dalam kasus kegawatdaruratan bidang kesehatan.

B. Implementasi
Pelaksanaan RAPID secara komprehebsif dan berbasis masyarakat yang

ditujukan melalui kegiatan scrining, pemeriksaan, pengobatan,


penyuluhan/konseling serta pelatihan bagi masyarakat untuk menghilangkan

stigma negatif terhadap ODGJ. Pada beberapa pertemuan disisipi kegiatan


refreshing dengan senam bersama dan keterampilan sosial.

C. Monitoring dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan indikator jumlah ODGJ yang

terlayani dalam akses ke fasilitas kesehatan, rutin minum obat dan dapat
melakukan aktivitas sosial.

IX. Jadwal Tahapan Inovasi Dan Pelaksaan Kegiatan


A. Tahapan Inovasi RAPID

No. Tahapan Waktu Kegiatan Keterangan


1. Latar belakang November 2019 Penjaringan di lapangan
masalah
2. Perumusan Ide November 2019 Perumusan Ide dari
masukan semua pihak /
koordinasi dengan Kepala
Puskesmas
3. Perancangan Desember 2019 Menyusun Tim pengelola
Inovasi dan Linsek
4. Sosialisasi Desember 2019 Stake Holder terkait (Desa)
5. Implementasi Desember 2019 Pelaksanaan RAPID

Langkah-langkah:

1. Kepala Puskesmas melihat rendahnya cakupan kasus ODGJ serta


minimanya penanganan ODGJ di Puskesmas Rancabungur

2. Kepala Puskesmas berdiskusi dengan staff Puskesmas untuk


pemecahan tentang rendahnya cakupan kasus ODGJ di Puskesmas

Rancabungur
3. Tanggal 02 Desember 2019 Petugas Puskesmas melakukam sosialisasi

program RAPID
4. Tanggal 09 Desember 2019 Kepala Puskesmas berkoordimasi dengan

Kecamatan
5. Tanggal 11 Desember 2019 dilakukan pencanangan program inovasi
RAPID di Aula Puskesmas Rancabungur yang dihadiri oleh Kepala
Puskesmas dan staffnya, Camat Rancabungur, Kepala desa

Rancabungur, Mekarsari dan Candali, Danramil, Kapolsek, TKSK,


Pukesos, Satgas ODG dan Kader.

6. Tanggal 06 Januari 2020 Melakukan pemantauan dan penyuluhan


kondisi pasien

7. Tanggal 11 Februari 2020 melakukan pendampingan oleh dokter


spesialis jiwa

8. Tanggal 05 Maret 2020 melakukan evaluasi data oleh kader dan staff
Puskesmas
9. Tanggal 09 dan 11 Maret 2020 melakukan survei kepuasan penggunaan

inovasi RAPID dan pemantauan kondisi Pasien ODGJ.


B. Pelaksanaan Inovasi RAPID

Tahun
No Kegiatan 2020
2019
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
1. Sosialisasi
program inovasi
RAPID
2. Bimbingan teknis
dan memberikan
pelatihan
3. Implementasi
4. Publikasi dan
promosi
5. Monitoring dan
evaluasi

X. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilaporkan setelah melaksanakan kegiatan

RAPID.
Mengetahui
KEPALA PUSKESMAS RANCABUNGUR

drg Soniasari
Pembina
NIP 197602132005012005

Anda mungkin juga menyukai