Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUKO
Jalan Raya Klaseman Maron Km. 2,3 Suko Kecamatan Maron
PROBOLINGGO 67276

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)


DETEKSI DINI ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan (promotif),
pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara berkesinambungan. (Depkes RI,
2004).
Untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (prefentif), pengobatan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan atau masyarakat
yang dilakukan terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.
Dalam rangka mencapai tujuan kegiatan sebagaimana dimaksud
diatas, Puskesmas Suko dipandu oleh visi, misi dan tata nilai puskesmas
yang disepakati bersama-sama. Visi Puskesmas Suko adalah Terlaksananya
pelayanan kesehatan yang bermutu dalam rangka mewujudkan masyarakat
sehat mandiri. Misi Puskesmas Suko adalah (a) meningkatkan
pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat; (b) mencegah dan
mengendalikan resiko kesehatan; (c) memelihara dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Tata Nilai Puskesmas Suko adalah
CERIA, yaitu : (C=Cerdas) cerdas dalam bertindak memberikan pelayanan;
(E=Empati) selalu memberikan rasa perduli kepada kesehatan masyarakat;
(R=Ramah) Ramah dalam memberikan pelayanan pada pasien; (I=Inovatif)
dalam bekerja; (A=Akuntabel). Setiap kegiatan dapat di pertanggung
jawabkan.

1
B. LATAR BELAKANG
Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi sehat, emosional, psikologis, dan
sosiologi yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan
emosional. Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen dan di pengaruhi oleh
berbagai faktor (Johnson, 1997).
Masalah kesehatan jiwa dewasa ini masih kurang mendapatkan
perhatian dari berbagai pihak. Adanya kemajuan teknologi, kerasnya
persaingan ekonomi, kondisi politik dan keamanan serta perubahan budaya
di era sekarang ini membuat potensi munculnya kesehatan jiwa menjadi
semakin besar. Disisi lain indonesia rawan terhadap bencana, sering
munculnya kasus perilaku kekerasan dalam hubungan interpersonal dan
maraknya penggunaan zat psikoaktif di masyarakat. Berbagai hal ini
menyebabkan kesehatan jiwa perlu menjadi perhatian dalam pembangunan
di indonesia.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah adanya penanganan
yang salah terhadap orang dengan masalah kejiwaan dengan alasan
penertiban kota. Masih ditemukanya kasus penelantaran, pemasungan dan
tindak kekerasan orang terhadap dengan masalah kejiwaan juga merupakan
bukti masyarakat kita memiliki persepsi yang salah tentang masalah
kesehatan jiwa.
Suatu konsep komunitas termasuk menurunkan insiden penyakit dalam
komunitas dengan mengubah factor penyebab sebelum hal tersebut
membahayakan.Pencegahan primer mendahului penyakit dan diterpakan
pada populasi yang umumnya sehat pencegahan ini trermasuk peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Adapula pencegahan sekunder
mencakup reduksi penyakit aktual dengan deteksi dini dan penanganan
masalah kesehatan. Pencegahan tersier mencakup penurunan gangguan
atau kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit. Tatanan tradisional dari
perawat jiwa mencakup fasilitas psikiatri, pusat kesehatan mental
masyarakat, unit psikiatri dirumah sakit umum, fasilitas-fasilitas tempat
tinggal, dan praktik pribadi dengan diprakarsai bentuk baru pelayanan
kesehatan, timbul suatu tatanan penanganan alternative. Tatanan tesebut
meliputi pelayanan dirumah, program rawat inap parsial, pusat-pusat
penitipan, panti asuhan atau rumah kelompok hospices, asososiasi perawat
kunjungan, unit ke daruratan, klinik pelayanan utama, sekolah, penjara,

2
industri, fasilitas pengelolaan perawat, dan organisasi pemeliharaan
kesehatan.
NAPZA nasional berdasarkan tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP,
SMA, dan Perguruan Tinggi banyak ditemukan pada pelajar SMA (Sekolah
Menengah Atas) yaitu sebanyak 117.147 kasus atau 61,9% dari total 189.294
kasus yang ditemukan. Kasus NAPZA di kalangan pelajar SMA ini
mengalami fluktuasi setiap tahunnya, menunjukkan di Indonesia kasus
NARKOBA pada pelajar SMA tahun 2011 sebanyak 20.938 kasus,
berdasarkan tingkat pendidikan jumlah kasus NAPZA dari tahun 2007 sampai
dengan 2011 diketahui sebanyak 1.161 kasus NAPZA pada pelajar tingkat
SD sampai dengan Perguruan Tinggi dan sebanyak 820 kasus atau 70,6%
kasus NAPZA ditemukan pada pelajar SMA, berdasarkan jenis
penggolongannya penggunaan narkotika mendominasi sebagian besar kasus
yang ada yaitu sebanyak 98,8%, sedangkan selebihnya kasus psikotropika
dan bahan adiktif lain yaitu masing-masing sebanyak 0,8% dan 0,2%. (data
BNN 2011).

C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mewujudkan masyarakat yang sehat baik masalah kesehatan jiwa
maupun kesehatan fisik agar terbentuknya masyarakat yang
berkompeten.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang teknis cara
pelaksanaan penanganan atau pengobatan pada kasus gangguan
jiwa.
b. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penanganan dan
perawatan orang dengan gangguan jiwa.
c. Meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat/ tokoh agama
/perangkat desa tentang penanganan dan perawatan orang dengan
masalah gangguan jiwa.
d. Meningkatkan pengetahuan sektor terkait tentang dukungan
terhadap proses pencegahan dan penanganan orang dengan
masalah kesehatan jiwa.

3
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan Pokok yaitu melakukan pencarian dan pendataan pasien
ODGJ baru baik pelaporan dari warga, keluarga, dan petugas desa
bersangkutan.

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN:


Pencarian dan Pencatatan pasien ODGJ bisa dilakukan oleh petugas
pelaksana setelah mendapatkan informasi dari keluarga atau masyarakat.
Setelah itu petugas pelaksana melakukan kunjungan untuk memastikan
keadaan pasien.

F. SASARAN
1. Semua sekolahan khususnya SMP dan SMA mendapatkan penyuluhan.
2. Penderita yang gangguan jiwa berat (skizofrenia) di wilayah Puskesmas
Suko 100% mendapatkan kunjungan rumah baik dalam pengobatan atau
dalam pemantauan dan memberikan KIE pada keluarga pasien tentang
penanganan pada orang dengan gangguan jiwa berat.

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Deteksi dini orang            
dengan gangguan jiwa
dan kunjungan rumah

H. PERAN TERKAIT
I. PERAN LINTAS PROGRAM
 Bidan dan Perawat Desa di Puskesmas Suko
Untuk mendapatkan data laporan bulanan program.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab program terhadap
ketepatan pelaksanaan kegiatan apakah sesuai jadwal pada saat persiapan
dan pelaksanaan kegiatan.

4
Evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan oleh penanggung jawab
program dan ditujukan kepada Kepala Puskesmas Suko dengan tembusan
Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo.
Evaluasi kegiatan ini akan dilakukan dalam bentuk penyuluhan,
pengobatan dan penanganan yang dilakukan oleh penanggung jawab
program dan ditujukan kepada Kepala Puskesmas Suko dengan tembusan
Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Kabupaten Probolinggo.
Penanggung jawab program harus membuat laporan tiap kegiatan
paling lambat 1 minggu setelah pelaksanaan kegiatan kepada Kepala
Puskesmas Suko dan evaluasi akhir kegiatan paling lambat 2 minggu setelah
keseluruhan kegiatan selesai dilakukan.

Mengetahui, Probolinggo, 02 Januari 2018


Kepala Puskesmas Suko Pelaksana Program

LASIRIN,SKM.,MMKes MUHAMAD ISKHAK,S.Kep.,Ns


NIP. 196402031989031020 NIP; 197603052006041022

Anda mungkin juga menyukai