Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PEMBENTUKAN DESA/KELURAHAN SIAGA SEHAT JIWA PERCONTOHAN


DI KABUPATEN TANJABBAR TANGGAL 9 MARET 2017

A. Latar Belakang
Data dari Riskesda tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional (gejala-
gejala depresi dan ansietas), sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti
lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia.
Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per
1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat
(psikosis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar
14,3 % atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami pemasungan.
Gangguan jiwa dan penyalahgunaan Napza juga berkaitan dengan masalah perilaku
yang membahayakan diri, seperti bunuh diri. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri
pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0,5% dari 100.000
populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang dilaporkan dalam satu
tahun.
Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan
menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Permasalahan kesehatan jiwa ini
seperti fenomena gunung es. Permasalahan kesehatan jiwa yang tidak diketahui
atau tidak dirasakan oleh masyarakat pada umumnya jauh lebih besar dari pada
permasalahan yang saat ini tampak di masyarakat. Permasalahan kesehatan jiwa
menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan, tidak hanya bagi penderita
gangguan jiwa atau Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) saja namun juga
berdampak bagi keluarga dan masyarakat. Masalah kesehatan jiwa merupakan
masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan
perorangan maupun kesehatan masyarakat, sehingga tidak mungkin ditanggulangi
oleh satu sektor saja namun diperlukan kerjasama multisektor.
Untuk memaksimalkan penanganan masalah kesehatan jiwa tersebut maka
Kementrian Kesehatan dalam Renstra nya menentukan Prioritas untuk kesehatan
jiwa, yaitu dengan mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis
Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah Puskesmas dan bekerja
bersama masyarakat, mencegah meningkatnya gangguan jiwa di masyarakat
(Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019).
Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) merupakan salah satu
bentuk UKBM yang ada di Desa/Kelurahan sebagai sarana pemberdayaan
masyarakat di desa setempat. Puskesmas dibawah komando Dinas Kesehatan
serta bekerjasama dengan Tim Keswamas Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
mencoba untuk mengambil fungsi penanganan masalah kesehatan jiwa berbasis
pemberdayaan masyarakat dengan membuat Program Pembentukan Desa Siaga
Sehat Jiwa (DSSJ).
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian
bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat
secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk
pengembangan dari pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut
berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan
membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap
munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
Piramida pelayanan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Jiwa Depkes menjabarkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan
dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di
masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian individu dan keluarganya, pelayanan oleh
tokoh masyarakat formal dan nonformal diluar sektor kesehatan, pelayanan oleh Puskesmas
dan pelayanan kesehatan utama, pelayanan di tingkat kabupaten/kota dalam bentuk
kunjungan ke masyarakat, pelayanan di rumah sakit umum dalam bentuk unit rawat jalan
dan inap serta pelayanan rumah sakit jiwa.
Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah satu
jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat diharapkan
mampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit ( menderita gangguan jiwa ), dan
mampu mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi
gangguan jiwa. Penanganan yang tepat terhadap penderita gangguan jiwa dan masyarakat
yang beresiko akan dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2015).
Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan dengan spesialisasi masalah jiwa yang bekerja
di masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan melibatkan peran
serta masyarakat; terutama tokoh masyarakat, dengan cara melatih para tokoh masyarakat
untuk menjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini diperlukan agar masyarakat dekat dengan
pelayanan kesehatan jiwa sehingga individu yang sehat jiwa tetap sehat, individu yang
berisiko dapat dicegah tidak mengalami gangguan jiwa dan yang mengalami gangguan jiwa
dapat sembuh atau mandiri (minimal 50%) dan dapat dilanjutkan perawatannya oleh kader
kesehatan jiwa.
Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa
diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalah
kesehatan jiwa dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa
dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa berperan penting di
masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan mental yang
optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mental serta pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di lingkungannya.
Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan produktifitasnya. Apabila
mendapatkan perawatan dengan baik, penderita gangguan jiwa tersebut dapat menjalankan
kegiatan sehari hari dan berpenghasilan ( produktif ) seperti anggota masyarakat yang lain.
Hal tersebut berbeda apabila penderita tersebut tidak mendapatkan perawatan yang
memadai sehingga harus dirawat di Rumah Sakit dan kehilangan produktifitasnya. Kegiatan
kesehatan jiwa masyarakat ( keswamas ) merupakan kegiatan yang tepat untuk dapat
memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat merawat penderita
gangguan jiwa tetap berada di masyakarat tanpa kehilangan produktifitasnya.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, sekiranya perlu dibentuk Desa Siaga
Sehat Jiwa atau UKBJM karena hal ini terkait juga dengan proses rujukan pasien ke Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi, Program Pengawasan Minum Obat Pasien, dan Poli Jiwa
yang masih dalam tahapan perencanaan lebih lanjut. Oleh karena itu program Desa Siaga
Sehat Jiwa patut untuk diajukan sebagai salah satu program Puskesmas dan Dinas
Kesehatan.
.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159.b/Menkes /SK/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189 Tahun 2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02 /MENKES/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019;
9. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Provinsi Jambi;
10. Dokumen Pelaksaan Anggaran Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Tahun 2017.

C. Tujuan

I. Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :
Terbentuknya desa siaga sehat jiwa yang anggota masyarakatnya siaga jiwa, dalam arti
mereka sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan jiwa secara
mandiri.
II. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam kegiatan pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :
a. Terbentuknya tim kesehatan jiwa masyarakat di Pemberi Pelayanan Kesehatan TK I /
Puskesmas.
b. Terbentuknya jejaring layanan kesehatan jiwa yang dimulai dari masyarakat sampai
tingkat layanan tersier.
c. Terlaksananya deteksi dini masalah kesehatan jiwa di wilayah sasaran.
d. Terlaksananya penggerakan masyarakat pada kelompok masyarakat : sehat, resiko
masalah psikososial dan gangguan jiwa.
e. Terlaksananya kunjungan rumah bagi anggota masyarakat yang mengalami gangguan
jiwa.
f. Terlaksananya sistem rujukan yang dimulai dari kader ke puskesmas sampai tingkat
tersier sesuai kebutuhan layanan.
g. Adanya pencatatan dan pelaporan.

D. Manfaat Kegiatan
Program penanganan masalah kesehatan jiwa melalui pemberdayaan masyarakat dapat
memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi ODMK/ODGJ dan Keluarga
Diperolehnya upaya pengelolaan gangguan jiwa yang optimal oleh tim kesehatan jiwa
puskesmas setempat dalam rangka memandirikan ODMK dan didapatkannya bimbingan
bagi keluarga dalam merawat ODMK sehingga resiko kekambuhan bisa diminimalkan.
2. Bagi Masyarakat
Dengan adanya deteksi dini masalah kesehatan jiwa di masyarakat dalam program ini maka
resiko terjadinya gangguan jiwa dapat diketahui lebih awal dan dapat diantisipasi.
Dampak psikososial bagi masyarakat akibat perilaku yang dialami ODMK juga bisa
dikendalikan atau diantisipasi keran dengan program ini ODMK mendapatkan pengelolaan
yang tepat.
3. Bagi Pemerintah Wilayah Sasaran
Hasil dari proses kegiatan dalam program ini yang meliputi : deteksi masalah kesehatan
jiwa, penggerakan kelompok masyarakat dapat digunakan oleh pemerintah wilayah sasaran
untuk memetakan kebutuhan layanan kesehatan khususnya kesehatan jiwa termasuk dalam
pengusulan anggaran.
4. Bagi Puskesmas,
Diperolehnya gambaran masalah kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas dan model
layanan program kesehatan jiwa yang tepat bagi puskesmas.
5. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Diketahuinya data tentang pemetaan masalah gangguan jiwa di wilayah sasaran, yang bisa
digunakan untuk merekomendasikan kebutuhan layanan kesehatan jiwa : obat antipsikotik,
SDM kesehatan jiwa, sehingga bisa dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan terkait
program kesehatan jiwa.
6. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi, manfaat dari pembentukan desa siaga sehat
jiwa ini adalah sebagai salah satu implementasi dari visi dan misi Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi yang kedua, yaitu “Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
kesehatan jiwa dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba”..

Anda mungkin juga menyukai